Saya akan praktik membuat peta sekolah berdasarkan hasil pengukuran. Saya telah mengetahui bagaimana prinsip dan dasar pemetaan. Agar lebih lengkap pengetahuan peta yang saya miliki, saya ingin praktik membuat peta. Oleh karena itu, saya akan belajar Saya akan memahami metode peng- ukuran jarak dalam pemetaan. Saya akan memahami metode peng- ukuran sudut arah dalam pemetaan. Akhirnya, saya memahami dan mampu membuat peta. Kelak ilmu ini sangat berguna bagiku dalam menjalani kehidupan terutama yang berkaitan dengan masalah keruangan. Lihatlah gambar di atas! Slogan yang dituliskan mengingatkan betapa pentingnya sebuah peta, tidak hanya dalam pembelajaran geografi, namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan peta, kita bisa mencari tempat-tempat yang belum diketahui. Dengan peta pula, kita dapat mengenal lebih dekat suatu wilayah hingga kita bisa menemukan potensi yang bisa dikembangkan. Menarik bukan? Ya, semua itu hanya dengan bekal peta. Lalu, bagaimana jika suatu wilayah belum dipetakan? Hal ini menjadi tantanganmu Melalui peta, kita bisa menemukan potensi wilayah. Suatu peta dapat dibuat dari hasil pengukuran langsung. Mengapa peta dibuat dengan suatu pengukuran? Ya, karena peta merupakan gambaran konvensional permukaan Bumi yang diperkecil dengan skala tertentu dan digambarkan dalam bidang datar. Oleh karenanya, pembuatan peta memerlukan pengukuran agar letak dan ukuran mewakili ukuran sebenarnya. Jika peta dapat dibuat dengan pengukuran, bagaimana pengukuran tersebut dilakukan? A. Prinsip Pengukuran dalam Pemetaan Tentunya kamu pernah melakukan pengukuran, walaupun yang kamu lakukan merupakan pengukuran sederhana. Kamu pernah mengukur panjang dan lebar suatu bidang dengan penggaris bukan? Seperti itulah prinsip pengukuran untuk pemetaan, yaitu mengukur suatu bidang atau area di permukaan Bumi dengan alat ukur. Tentu saja tidak mungkin kamu mengukur bidang di permukaan Bumi hanya dengan penggaris. Menurutmu, peralatan apa sajakah yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran di permukaan Bumi? Suatu peta bisa bersumber dari interpretasi citra penginderaan jauh atau berdasarkan pengukuran langsung. Melalui pengukuran secara langsung, dikumpulkan data jarak, arah, dan sudut. Hasil pengukuran pa- rameter ini dikoreksi agar diperoleh hasil yang akurat. Selain itu, agar hasil pengukuran bisa disajikan dalam sebuah peta diperlukan skala untuk Pembuatan peta zaman dahulu menggunakan met langsung. Alat yang digunakan pada waktu itu adalah meteran untuk me- ngetahui jarak dan kompas untuk mengetahui arah. Metode ini masih dapat kita gunakan tetapi untuk wilayah yang sempit. jarak, arah, sudut, azimuth, Secara keseluruhan, pembuatan peta dengan pengukuran melalui beberapa tahap yang harus dilalui, yaitu: Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan meliputi observasi, pengukuran, serta pencatatan data dari pengukuran. Pada prinsipnya, kegiatan di tahap ini dapat dilakukan dengan alat- alat mulai dari yang paling sederhana, seperti kayu ukur, rol meter, kompas, hingga alat-alat yang lebih canggih seperti penyipat datar, theodolit, dan sebagainya. 2. Pengelolaan Data Hasil Pengukuran Pada tahap ini dilakukan penghitungan, pengolahan, dan koreksi data guna menentukan posisi (koordinat) setiap titik hasil pengukuran dari wilayah yang dipetakan. Pada tahap ini perlu dilakukan koreksi karena bisa saja terjadi kesalahan dalam peng- (kesalahan petugas pengukuran) maupun kesalahan yang bersumber dari alat. Pada tahap ini dilakukan pembuatan peta dengan menggambar data sesuai dengan hasil pengukuran jarak maupun posisinya Di dalam pemetaan, pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur sederhana disebut dengan istilah pengukuran secara langsung. Hasil pengukuran ini dapat diketahui pada saat itu juga. Dua unsur penting yang harus diukur di lapangan, yaitu jarak antara dua titik dan sudut arah. Bagaimana mengukur kedua unsur Berapakah luas halaman sekolahmu? Untuk mengetahuinya tentu kamu harus mengetahui panjang dan lebarnya terlebih dahulu. Cobalah melakukan pengukuran secara berkelompok. Kamu cukup memerlukan meteran gulung dan tongkat sebagai penanda untuk Apabila jarak antara dua titik yang akan diukur lebih panjang dari alat ukurnya, maka ada dua tahapan, yaitu pelurusan pembanjaran dan pengukuran. Pengukuran dapat dilakukan setelah pembanjaran Jika wilayah yang akan dipetakan sangat luas, metode pengukuran langsung menjadi tidak efektif. Selain melelahkan, metode pengukuran langsung akan memakan waktu yang lama. Beruntunglah kini ada alat ukur . Dengan alat ini, jarak dua titik dan sudut arahnya dapat diketahui dengan cepat. Kamu akan menggunakan alat ini jika kelak melanjutkan studi di Fakultas Geografi atau Teknik Geodesi. Dalam pembanjaran paling tidak diperlukan sedikitnya empat buah yalon dan beberapa buah patok. Yalon dapat dibuat dari kayu ataupun logam dengan ukuran panjang 2–3 meter yang dicat merah berselang putih atau putih berselang hitam. Pembanjaran dilakukan oleh dua orang, seorang membidik, sementara itu satu orang lagi menancapkan yalon sesuai dengan komando si pembidik. Agar kamu lebih jelas, perhatikan gambar berikut. Y3 dan Y4 adalah yalon tambahan sesuai dengan jangkauan meteran. Pada saat pembanjaran dilakukan, sering terjadi beberapa ham- batan seperti adanya bangunan yang menghalangi pengukuran, seperti rumah dan lain-lain. Agar kamu lebih jelas, perhatikan contoh gambar Guna mengukur garis AB yang terhalang rintangan, dilakukan pengukuran secara bertahap. Untuk membuat garis lurus AB diperlukan garis pertolongan XY yang sejajar. Selanjutnya, ditentukan titik P dan Q di antara XY dengan syarat sudut AXP = sudut BYQ = Pembanjaran dengan rintangan. Pembanjaran tanpa rintangan. 90°. Pembuatan sudut siku-siku ini dilakukan dengan cara memperpanjang garis AX dan BY. Dari titik X dan Y masing-masing ditentukan dua titik yang sama panjang ke arah kanan dan kiri. Dari kedua titik ini pula dibuat dua buah busur yang berpotongan di titik P dan Q. Apabila XPQ dan PQY lurus, berarti posisi titik X dan Y Hambatan lain dapat ditemukan ketika pembanjaran dilakukan, yaitu kondisi lapangan yang bergelombang. Seperti berbatasan dengan tebing yang curam atau dengan dua tembok yang tinggi. Dalam kondisi seperti ini tidak mungkin pembidik membidik di balik yalon yang ditancapkan pada batas areal yang diukur. Bagaimana melakukannya? Ya, pekerjaan ini dapat dilakukan secara bertahap. Agar kamu mengetahui lebih jelas bagaimana pembelajaran dilakukan, perhatikan gambar berikut dan penjelasannya. Tahap awal dilakukan dengan menancapkan yalon di atas titik A dan B. Kemudian menancapkan dua buah yalon lain sebagai yalon bantu (P dan Q) dan yalon gerak (P dimulai dengan menancapkan yalon Q di antara AB. Dalam menancapkan yalon Q petugas harus dapat melihat dengan jelas yalon A. Petugas membidik dari belakang yalon Q ke arah yalon A, sementara petugas yang lain menancapkan yalon B di antara dan segaris dengan AQ (sesuai dengan perintah si pembidik). Selanjutnya, petugas di titik P membidik ke arah titik B dan mengamati apakah yalon Q sudah satu garis lurus dengan PB. Jika Patok dalam pembanjaran gambar 2.3 Pembanjaran pada medan bergelombang. belum, petugas lain harus memindahkan yalon Q ke posisi yang lurus dengan garis PQ sesuai dengan perintah pembidik. Langkah ini diulangi lagi hingga diperoleh hasil PQB satu garis lurus, demikian juga QPA juga satu garis lurus. Keadaan ini menunjukkan bahwa APQB sudah terletak pada satu garis lurus. Jika jarak AP, PQ, dan QB tidak terjangkau oleh alat ukur yang ada, maka perlu dilakukan pembanjaran Pengukuran dengan peralatan canggih kini banyak dilakukan. Namun demikian, hal tersebut tidak langsung membuat peralatan kuno tidak difungsikan lagi. Dengan beberapa pertimbangan, peralatan kuno ini masih digunakan, seperti areal yang sempit, datar, dan mudah karena lebih praktis dan efisien. Demi keakuratan peta, beberapa teknik pengukuran harus diterapkan. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengukuran, yaitu: a. Menentukan terlebih dahulu batas-batas areal yang akan diukur. b. Pemilihan satu atau lebih garis ukur yang akan digunakan sebagai patokan pengukuran terhadap titik-titik yang lain. Garis ini akan memberikan kemudahan dalam pengukuran. c. Letak garis ukur harus dekat dengan kenampakan-kenampakan yang akan diukur dan tidak menimbulkan d. Membuat sketsa yang jelas sebelum melakukan. Hal ini akan membantu dan memudahkan pekerjaan. Informasi di atas memberikan gambaran langkah-langkah teknis yang ditempuh sebelum melaksanakan pengukuran. Langkah-langkah teknis pengukuran bisa berbeda-beda tergantung bagaimana kondisi wilayah yang diukur, ada wilayah dengan bentuk teratur, ada pula wilayah dengan batas yang kompleks. a. Wilayah dengan Batas yang Teratur dan Sederhana Contoh pengukuran pada wilayah dengan batas yang teratur dan sederhana dapat kamu cermati pada Apabila wilayah yang akan diukur seperti pada gambar, maka langkah tepat yang diambil, yaitu dengan menarik garis AC. Dengan demikian, wilayah dibagi menjadi dua wilayah segitiga. Langkah pertama mengukur AC, selanjutnya mengukur jarak-jarak AD, Setelah pengukuran, pekerjaan selanjutnya menggambarkan hasil pengukuran pada kertas. Penggambaran pada kertas dimulai dengan me- nentukan skala terlebih dahulu. Selanjutnya, penggambaran hasil pengukuran dimulai dari garis ukur AC. Kemudian dengan Pengukuran dengan batas yang teratur dan menggunakan jangka digambar busur-busur AD, CD, AB, dan BC. Perpotongan antara busur AD dan CD merupakan titik D, sedang perpotongan antara busur AB dan BC merupakan letak titik B. Mudah bukan? Memang dalam penggambaran hasil pengukuran ini, kamu diminta menerapkan ilmu matematikamu. b. Wilayah dengan Batas yang Tidak Teratur Contoh pengukuran pada wilayah dengan batas yang tidak teratur seperti gambar di samping. Pada wilayah seperti ini dibutuhkan pengukuran yang lebih banyak, diperlukan beberapa garis ukur yang digunakan sebagai patokan pengukuran terhadap kenampakan batas areal. AB, BC, dan AC merupakan garis ukur yang digunakan. Untuk memperoleh ketelitian yang tinggi, pada batas wilayah yang tidak teratur (berlekuk) ditarik garis tegak lurus terhadap garis ukur. Garis boleh terlalu panjang agar ketelitian tetap terjaga. yang harus diukur tergantung pada perbedaan bentuk batas wilayah dan tingkat ketelitian yang diinginkan. yang akan diukur (a1, a2, a3, dan seterusnya) berdasarkan perubahan lebar yang mempunyai perbedaan tajam. Nah, apa yang kamu lakukan itu tahap awal dari proses pembuatan peta. Bagaimana menggambarkan halaman sekolahmu pada selembar kertas? Tentu saja kamu tidak bisa menggambarkan dengan ukuran sebenarnya. Oleh karena itu, kamu harus menentukan skalanya terlebih dahulu. Sebagai contoh, panjang halaman sekolahmu 47 meter dan lebarnya 26 meter. Kamu dapat menentukan skala 1 : 200. Dengan skala itu, berapa panjang dan lebar halaman sekolah yang harus kamu gambar di kertasmu? Perbandingan hasil pengukuran dengan skala merupakan hal yang penting dalam pembuatan peta. Oleh karena itu harus ada keterpaduan antara skala peta yang akan disajikan dengan media yang digunakan untuk menggambar- Jika ditanya tentang letak sekolahmu, apa jawaban yang kamu berikan? Boleh jadi kamu menjawab bahwa letak sekolahmu di sebelah utara Kantor X, atau di sebelah barat Jalan Y, dan seterusnya. Mungkin benar, tetapi lebih sering salah karena bisa jadi sebenarnya sekolahmu berada di sebelah utara agak ke barat dari Kantor X dan tidak persis berada di sebelah barat Jalan Y. Untuk mengetahui arah sebenarnya, kamu memerlukan kompas. Kompas berfungsi sebagai penunjuk arah dan sudut. Cermati gambar 2.8! Berapakah besar sudut pada berbagai arah yang ditunjukkan oleh Orang mengukur jarak antara A dan titik B Pengukuran pada wilayah dengan batas Earth Our Home, halaman 208 Arah utara mempunyai sudut 0°. Jika pengukuran diawali dari arah utara, arah selatan mempunyai sudut 180°. Pernyataan arah yang demikian disebut sebagai pernyataan sudut arah dengan Dalam ilmu ukur tanah atau Handasah, dikenal dua cara untuk menyatakan besarnya sudut arah, yaitu Bagaimanakah perbedaan antara keduanya? Lihat pernyataan sudut arah pada gambar 2.9! Menurutmu, berapakah besar sudut arah Uc? Ya, mungkin kamu akan menjawab bahwa besar sudut arah tersebut adalah 135° atau S 45° T (Selatan 45° Timur). Kedua bentuk pernyataan tersebut tidak salah, pernyataan sudut arah 135° merupakan pernyataan dalam bentuk , sedangkan pernyataan S 45° T merupakan pernyataan dalam . Perhatikan gambar 2.10, manakah gambar yang merupakan pernyataan sudut dengan Kamu telah mampu membedakan kedua pernyataan sudut arah tersebut. Berikan kesimpulanmu mengenai perbedaan kedua hal tersebut, jangan lupa diskusikan dengan guru dan teman-temanmu. , merupakan sudut arah yang diukur dari utara atau selatan magnet Bumi ke titik lain searah atau berlawanan arah jarum jam dengan sudut maksimum 90°. Untuk menunjukkan awal dan arah pengukuran, di depan angka harus ditulis S (dari selatan) atau U (utara) serta di belakang angka diikuti huruf T (timur) atau B , merupakan besarnya sudut arah yang diukur dari utara magnet Bumi ke titik yang lain searah putaran jarum jam. Dengan demikian, pengukuran dengan metode Berbagai macam pernyataan sudut arah. Uoa = U 60° T (pengukuran diawali dari arah utara, menuju ke Soc = S 45° T (pengukuran diawali dari arah selatan, menuju ke Sod = S 80° B (pengukuran diawali dari arah selatan menuju ke Uof = U 30° B (pengukuran diawali dari arah utara menuju ke 1. Kamu telah memahami bagaimana membaca dan mengukur arah . Mari berlatih dengan soal di bawah ini. b. Gambarkanlah pernyataan sudut di bawah ini dalam sketsa kompas, untuk menggambarkan sudut, gunakanlah 2. Kamu juga telah memahami bagaimana membaca dan mengukur sudut . Mari berlatih dengan soal di bawah ini. a. Berapakah sudut arah (gunakanlah busur) b. Gambarkanlah pernyataan sudut di bawah ini dalam sketsa kompas, untuk menggambarkan sudut gunakanlah Jika kamu akan membuat peta tanpa pengukuran langsung, kamu memerlukan peta dasar. Kamu pernah mempelajari berbagai jenis peta termasuk peta dasar. Peta umum dapat disebut juga sebagai peta dasar. Nah, dari peta-peta tersebut dapat dibuat menjadi peta tematik. Apakah perbedaan dari peta-peta tersebut? Peta umum merupakan peta yang memuat kenampakan secara umum, baik kenampakan asli maupun buatan. Contoh-contoh peta umum antara lain peta topografi, peta administrasi, dan sebagainya. Apabila dari peta umum tersebut kamu buat lagi menjadi peta dengan tema tertentu, maka peta umum tersebut dapat disebut sebagai peta dasar. Langkah yang biasa dilakukan dalam penggunaan peta dasar adalah memperbesar atau memperkecil peta. Nah, hal ini pernah kamu lakukan pada waktu SMP, menggunakan metode grid. Pembesaran dan pengecilan peta dapat juga kamu lakukan dengan fotokopi atau dengan Adapun peta dengan tema tertentu yang dibuat berdasarkan peta dasar, dapat disebut sebagai peta tematik. Ada banyak sekali contoh- contoh peta tematik, seperti peta geologi yang menggambarkan kondisi kulit Bumi maupun kondisi di dalam Bumi. Pada peta geologi terdapat informasi mengenai jalur-jalur gunung api, kondisi perlapisan batu- an, garis-garis patahan kulit Bumi, dan sebagainya. Contoh peta tematik yang lain seperti peta persebaran penduduk, peta iklim, peta tanah, peta pariwisata, dan masih banyak lagi. Informasi yang ada pada peta tematik sangat mendukung tentang tema apa yang dipetakan. Seperti peta iklim sering disertai dengan informasi unsur-unsur iklim seperti suhu udara dan arah angin. Begitu juga dengan peta pariwisata yang memuat informasi persebaran objek wisata juga fasilitas pelengkapnya, seperti hotel, bandara, stasiun, , dan lain-lain. Berbagai macam kondisi di sekolahmu pun dapat disajikan dengan peta tematik. Tetapi yang harus kamu ingat dalam pembuatan peta adalah persyaratan bagaimana peta yang baik. Syarat-syarat peta yang baik antara lain adanya kelengkapan komponen-komponen peta seperti judul, skala, legenda, penunjuk arah, simbol, proyeksi, gambar, koordinat peta, serta tahun pembuatan. Semakin lengkap komponen-komponen tersebut pada suatu peta, akan sangat membantu dalam menggali informasi dari peta. Namun, dalam pembuatan peta kamu juga harus memerhatikan penggunaan komponen dan komposisi peta. Hal itu akan kita bahas nanti. Kesalahan dan Koreksi Hasil Di dalam suatu pengukuran, hampir tidak ada satu metode ataupun alat yang dapat memberikan hasil yang pasti benar. Artinya, setiap pengukuran selalu ada kesalahannya. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana agar besar kesalahan dapat diterima. Nah, oleh ka- rena itulah diperlukan koreksi untuk memperkecil kesalahan tersebut. Kesalahan dalam suatu pengukuran dapat terjadi karena beberapa Kesalahan seperti ini bisa terjadi karena pengaruh gangguan alami seperti angin, suhu yang tinggi, serta gaya berat. Kesalahan ini terjadi antara lain karena perbedaan panjang alat dari dua alat ukur dengan seri atau buatan pabrik yang berbeda. 3. Kesalahan Petugas Pengukur Kesalahan ini bisa terjadi karena petugas kurang cermat dalam memasang dan membaca alat. Adanya kesalahan seperti yang bersumber dari ketiga sumber di atas dapat menyebabkan terjadinya kesalahan merambat maupun kesalahan kumulatif yang mungkin masih bisa dikoreksi. Ada juga yang tidak bisa dikoreksi. Beberapa kesalahan tersebut bisa dikoreksi dengan langkah-langkah berikut. Misalnya panjang suatu pita ukur = 50 m, sedangkan diketahui ukuran standar panjang pita ukur = 50,02 m. Sehingga faktor = (50,02 –50)/50 = 0,0004 m. Jadi, jarak antara dua titik diukur dengan pita ukur sebesar = 225 m, maka jarak sebenarnya = 225 + 0,0004 (225) = 225,09 m. 2. Alat Ukur yang Tidak Horizontal Pada saat pengukuran jarak, sering jarak yang diukur cukup jauh, hingga alat ukur tidak cukup untuk mengukurnya. Pengukuran pun dilakukan secara bertahap. Akibatnya, kesalahan yang bersifat merambat bisa terjadi, yaitu jarak yang terukur lebih panjang dari jarak sebenarnya. Kesalahan seperti ini bisa diperkecil dengan Koreksi dengan cara ini dilakukan jika pengukuran menggunakan alat ukur dengan garis skala besar. Misalnya, tiap 50 cm ada satu garis skala. Guna memperkecil kesalahan ini, disarankan menggunakan alat ukur tambahan seperti penggaris dengan skala yang lebih terperinci khusus pada akhir pengukuran saja. Pengukuran dalam pemetaan sering dilakukan secara bertahap menggunakan alat ukur sederhana (rol meter atau kayu ukur). Kondisi ini memungkinkan petugas lupa sudah berapa kali alat ukurnya digunakan. Nah, kesalahan semacam ini termasuk kesalahan yang bersifat eksidental, artinya jika kesalahan seperti ini terjadi, maka harus dilakukan pengukuran ulang. Upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan ini dapat dilakukan dengan memberi tanda yang berbeda pada sepasang alat ukur yang digunakan. Kesalahan dalam pengukuran sudut dapat terjadi karena kekurang- tepatan dalam membidik arah yang benar dan ketidaktelitian alat. Kesalahan bisa dideteksi apabila selisih pengukuran sudut datang dan sudut pulang sebesar 180°. Sudut datang (X ke Y) = 106° Sudut pulang (Y ke X) = 289° Selisih = 289° – 106° = 183°, lebih 3° dari 180°. Kelebihan 3° dibagi 2 menjadi 1°30'. Koreksi dilakukan dengan menambah 1°30' pada sudut datang dan mengurangi 1°30' untuk 1. Kesalahan Panjang Alat Ukur Kesadaran ini terjadi akibat alat ukur yang berbeda dengan alat ukur standar. Akibatnya, kesalahan yang timbul bersifat merambat dalam suatu pengukuran juga perhitungannya. Untuk menghilangkan kesalahan tersebut, panjang alat perlu dikoreksi Membuat peta lingkungan sekolah. 1) Tancapkan tongkat di setiap sudut pagar sekolahmu kemudian tandai dengan huruf, misalnya seperti 2) Ukurlah jarak A ke B dengan me- rentangkan meteran. Catat hasil- 3) Dengan mengimpitkan kompas ke tongkat dan meteran, hitunglah besar sudut (dengan metode ) dari A ke B. Dengan cara yang sama, hitunglah juga besar sudut dari B ke A. Lakukan ter- hadap titik lain dengan ketentuan Sudut A : pengukuran dari titik A Sudut a : pengukuran dari titik B ke titik A Sudut B : pengukuran dari titik B ke titik C Sudut b : pengukuran dari titik C ke titik B Sudut C : pengukuran dari titik C ke titik D Sudut c : pengukuran dari titik D ke titik C Sudut D : pengukuran dari titik D ke titik E Sudut d : pengukuran dari titik E ke titik D Sudut E : pengukuran dari titik E ke titik A Sudut e : pengukuran dari titik A ke titik E 4) Masukkan tabel pengukuranmu pada tabel seperti di bawah ini. 5) Dengan busur derajat, gambarlah peta berdasarkan tabel yang kamu buat. Gunakan skala 1 : 1.000 untuk menggambarnya. Boleh jadi gambar yang kamu hasilkan tidak klop antara garis yang satu dengan yang lain seperti ditunjukkan gambar di samping. Ini dapat terjadi akibat salah dalam pengukuran sudut. Kesalahan ini dapat diatasi dengan melakukan koreksi. Koreksi dilakukan dengan menghitung selisih antara sudut datang (A ke B) dan sudut pulang (B ke A). Jika pengukuran benar selisihnya selisih 183°, berarti kelebihan 3° Sudut pulang (B ke A) = 289° Kelebihan 3° dibagi 2 menjadi 1°30'. Koreksi dilakukan dengan menambah 1°30' pada sudut datang dan mengurangi 1°30' untuk Tabel hasil koreksi pengukuran Nah, dari tabel hasil koreksi di atas, gambarkan kembali hasil pengukuran ini dengan skala 1 : 1.000. Pengukuran seperti itu dapat kamu ibaratkan sebagai pengukuran batas terluar sekolahmu. Dengan menggunakan metode pengukuran dan koreksi tersebut lengkapilah peta sekolahmu dengan melakukan pengukuran bagian-bagian ruangan yang ada di sekolahmu, seperti ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan pagar sekolah. Lakukanlah juga pengukuran jalan-jalan di sekitar sekolahmu. Sajikan hasil pengukuran pada sebuah peta lengkap dengan komponen- komponen peta, seperti contoh berikut ini. Pembuatan peta pada saat ini semakin mudah dilakukan karena peralatannya semakin canggih. Namun, pengukuran dengan alat-alat sederhana tetap diperlukan. Nah, salin dan isilah rangkuman berikut pada buku catatanmu agar kamu lebih mudah belajar tentang bagaimana A. Prinsip Pengukuran dalam Pemetaan Pembuatan peta dengan pengukuran melalui beberapa tahap yang 2. Pengelolaan data hasil pengukuran. Tahap pengukuran jarak dalam pemetaan melalui dua tahap, yaitu: Pengukuran sudut arah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu: Sudut arah diukur dari utara magnet Bumi ke titik lain searah Sudut arah diukur dari utara atau selatan magnet Bumi ke titik lain searah atau berlawanan arah jarum jam dengan sudut maksimum D. Kesalahan dan Koreksi Hasil Pengukuran 1. Kesalahan dalam suatu pengukuran dapat terjadi karena beberapa 6 6439663 2. Beberapa kesalahan yang dilakukan dapat dikoreksi dengan a. Koreksi kesalahan panjang alat ukur. b. Koreksi alat ukur yang tidak horizontal. Jawablah pertanyaan dengan tepat! 1. Jelaskan bagaimana tahap-tahap pekerjaan dalam pembuatan peta dari hasil pengukuran! 2. Bagaimana pembanjaran dilakukan dalam proses pengukuran 4. Apakah perbedaan antara pengukuran sudut dengan metode 5. Bagaimana prinsip koreksi kesalahan karena panjang alat Suatu pengukuran jarak hendak dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pembanjaran pada wilayah seperti gambar di atas. Coba temukan dan jelaskan bagaimana cara melakukan pembanjaran dengan rintangan pada wilayah seperti gambar di atas! Berdasarkan pengukuran sudut seperti di atas, lakukan koreksi |