Organisasi yang mengutamakan keseimbangan pendidikan agama umum dan keterampilan adalah

Organisasi yang mengutamakan keseimbangan pendidikan agama umum dan keterampilan adalah

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

You're Reading a Free Preview
Pages 6 to 12 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 5 to 7 are not shown in this preview.

Organisasi yang mengutamakan keseimbangan pendidikan agama umum dan keterampilan adalah
Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia

BincangSyariah.Com – Gerakan pembaruan Islam di Indonesia datang dari kaum pembaharu dalam gerakan pendidikan dan sosial. Kaum ini memandang tentang pentingnya pendidikan dalam membina dan membangun generasi muda.

Kaum pembaharu dalam gerakan pembaruan Islam di Indonesia ini memperkenalkan sistem pendidikan sekolah dengan kurikulum modern. Mereka percaya, melalui pendidikan pola pikir, masyarakat bisa diubah secara bertahap.

Oleh sebab itu, kaum pembaharu pun mulai mendirikan lembaga pendidikan dan mengembangkan organisasi sosial kemasyarakatan. Enam diantaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, sekolah Thawalib.

Sekolah Thawalib berasal dari surau jembatan besi. Surau adalah langgar atau masjid. Lembaga pendidikan Surau berarti pengajian di Masjid, mirip dengan bentuk pesantren di Jawa. Haji Abdullah Ahmad dan Haji Rasul pada 1906 kemudian merintis perubahan sistem surau menjadi sistem sekolah.

Pada 1919, Haji Jalaludin Hayib kemudian menerapkan sistem kelas dengan lebih sempurna. Ia mengharuskan pemakaian bangku dan meja. Kurikulum kemudian menjadi lebih baik dan kewajiban pelajar untuk membayar uang sekolah pun turut ada.

Para pelajar pun diperkenalkan untuk mengikuti koperasi pelajar agar mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Koperasi tersebut berkembang menjadi organisasi sosial yang menyantuni sekolah Thawalib dengan nama Sumatera Thawalib.

Kedua, Jamiat Khair.

Jamiat Khair didirikan di Jakarta oleh masyarakat Arab Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 17 Juli 1905.

Salah satu pendirinya adalah Sayid Muhammad Al- Fachir bin Syihab, Sayid Idrus bin Ahmad bin Syihab, dan Sayid Sjehan bin Syihab. Ketiganya adalah golongan sayyid, kaum ningrat atau bangsawan Arab yang berada di Indonesia.

Dua program yang diperhatikan Jamiat Khair adalah mendirikan dan membina sekolah dasar. Selain itu, Jamiat Khair juga menyeleksi dan mengirim para pelajar untuk mengikuti pendidikan di Turki.

Jamiat Khair tidak hanya menerima murid keturunan Arab, tetapi juga terbuka untuk umum. Di sini, Bahasa Belanda tidak diajarkan sebab dianggap sebagai bahasa penjajah, tapi diganti dengan bahasa Inggris yang diharapkan bisa membuat para murid mengikuti kemajuan zaman.

Ketiga, Al-Irsyad.

Organisasi sosial Al-Irsyad didirikan oleh kaum pedagang Arab di Jakarta. Organisasi ini memusatkan perhatiannya di bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah dan perpustakaan.

Sekolah Al-Irsyad memiliki banyak jenis. Ada sekolah tingkat dasar, sekolah guru dan program takhassus yang memperdalam agama dan bahasa asing.

Cabang-cabang Al-Irsyad kemudian dibuka di Cirebon, Pekalongan, Bumiayu, Tegal, Surabaya, dan Lawang.

Keberadaan Al-Irsyad tidak bisa dipisahkan dengan Syaikh Ahmad Syoorkatti. Ia adalah seorang Arab keturunan Sudan yang mengembuskan semangat pembaruan dan persamaan dalam tubuh Al-Irsyad.

Keempat, Persyarikatan Ulama.

Semula, organisasi ini bernama Hayatul Qulub dan didirikan di Majalengka, Jawa Barat, pada 1911. Pendirinya adalah K.H. Abdul Halim. Kiai Halim merupakan alumni Timur Tengah. Ia menyerap ide-ide pembaruan yang diembuskan oleh Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani, dua tokoh penting pembaruan Islam di Mesir.

Persyarikatan Ulama memusatkan perhatian di bidang pendidikan, sosial dan ekonomi. Sejak 1917 nama Hayatul Qulub kemudian diubah menjadi Persyarikatan Ulama.

Perubahan nama tersebut memiliki dua tujuan. Pertama, menyatukan para ulama dan kedua, mengajak mereka untuk menerapkan cara-cara modern dalam mengelola pendidikan.

Kiai Halim mengenalkan dua sistem pendidikan yakni sistem madrasah dan sistem asrama. Lembaga pendidikan dengan sistem madrasah dan sistem asrama kemudian diberi nama Santri Asromo.

Lembaga pendidikan ini kemudian dibagi menjadi tiga bagian yakni tingkat permulaan, dasar, dan lanjutan.

Kelima, Nahdatul Ulama atau NU.

Nahdatul Ulama berdiri pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). NU dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar. Untuk menegaskan prisip dasar organisasi, K.H. Hasyim Asy’ari merumuskan kitab Qānμn Asāsi (prinsip dasar). Selain itu, ia juga merumuskan kitab I’tiqād Ahlussunnah Wal Jamā’ah.

Dua kitab tersebut diimplementasikan dalam khittah NU, dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Berdirinya NU memiliki tujuan untuk menegakkan ajaran Islam menurut paham kitab I’tiqād Ahlussunnah Wal Jamā’ah dalam kehidupan masyarakat dan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Keenam, Muhammadiyah.

Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Kegiatan Muhammadiyah dipusatkan dalam bidang pendidikan, dakwah dan amal sosial.

Muhammadiyah sangat menekankan keseimbangan antara pendidikan agama, pendidikan umum, dan pendidikan keterampilan. Di bidang amal sosial, Muhammadiyah memiliki banyak rumah sakit, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dan Panti Asuhan.

Gerakan dakwah Muhammadiyah sangat menekankan kemurnian aqidah. Muhammadiyah memerangi berbagai perbuatan syirik, menyekutukan Allah Swt. dalam segala bentuknya; menentang takhayul; khurafat; dan perbuatan bid’ah serta mengikis habis kebiasaan taqlid buta dalam beragama.

Muhammadiyah juga menekankan tentang pentingnya membuka pintu ijtihad dalam bidang hukum Islam. Hal tersebut bertujuan agar umat Islam terbebas dari taqlid buta serta menolak tradisi bermazhab dalam fiqih.

Lahirnya organisasi-organisasi gerakan pembaruan Islam di Indonesia yang bergerak di bidang pembaharuan pendidikan dan dakwah tersebut dipicu oleh perkembangan baru di bidang keagamaan.

Agama harus fungsional dalam kehidupan, bukan hanya sekadar menjadi tuntunan untuk kebahagiaan akhirat saja. Oleh sebab itu, keberadaan agama harus didukung oleh integrasi dengan ilmu pengetahuan modern.

Hal ini dilakukan oleh enam organisasi gerakan pembaruan Islam di Indonesia yang telah disebutkan di atas.[] (Baca: Pembaruan Pemikiran Islam Dibahas di Ciputat, Dihadiri Quraish Shihab sampai TGB)