Orang yang selalu bersyukur atas nikmat allah subhanahu wa taala akan mendapatkan

Bersyukur adalah salah satu cara mengikat nikmat.

republika

Bersyukur

Red: Irwan Kelana

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr KH Syamsul Yakin MA

Pahala bersyukur yang paling nyata adalah bertambahnya nikmat. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim/14: 7). Menurut Imam al-Ghazali dalam Minhajul Abidin, Allah SWT tidak hanya akan menambah nikmat, tapi juga akan mengekalkannya.

Nikmat itu sendiri, menurut Imam al-Ghazali, terbagi menjadi dua, yakni nikmat dunia dan nikmat agama. Nikmat dunia juga terbagi dua, yakni nikmat berasas manfaat dan nikmat berasas perlindungan. Contoh nikmat berasas manfaat adalah bentuk fisik yang sempurna dan rasa lezat menikmati makanan, pakaian, pernikahan, dan lainnya. 

Nikmat berasas perlindungan maksudnya Allah SWT menjaga manusia dari berbagai bahaya. Misalnya, bahaya yang mengancam keselamatan fisik, psikis dan akibat penyakit. Termasuk, perlindungan dari gangguan manusia, jin, binatang buas dan berbisa. Inilah spektrum nikmat dunia yang kalau  disyukuri akan bertambah.

Apabila nikmat dunia ini diingkari, maka balasan yang diberikan oleh Allah SWT berupa azab dunia, sebelum akhirat nanti. Allah SWT berfirman, “…Tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah.  Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. al-Nahl/16:112).

Sedangkan nikmat agama, lanjut Imam al-Ghazali, juga terbagi dua, yakni nikmat pertolongan dan nikmat penjagaan. Contoh nikmat pertolongan adalah Allah SWT memberi taufik (kemampuan untuk mengikuti petunjuk Allah SWT) kepadamu untuk memeluk Islam, mengikuti sunah Nabi SAW, dan berlaku taat.

Terkait hal ini, Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketakwaannya.” (QS. Muhammad/47: 17). Menurut pengarang Tafsir Jalalain, orang-orang yang mau menerima petunjuk ini adalah orang yang beriman kepada Allah SWT.

Dalam ayat lain, bersyukur berarti berjihad untuk meraih ridha Allah SWT. Misalnya, dalam surat al-Ankabut/29 ayat 69, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”.

Selanjutnya, yang dimaksud dengan nikmat penjagaan adalah Allah SWT menjaga manusia dari kekufuran dan kemusyrikan. Setelah itu Allah SWT juga menjaga agar manusia tidak mengada-ada dalam beribadah (inovasi/bid’ah). Nikmat inilah akhirnya yang membuat kita terjaga dari kesesatan dan kemaksiatan  yang kalau disyukuri akan bertambah.

Maka pantas saja kalau Allah SWT bertanya secara retoris kepada manusia, “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Nisaa/4: 114). Bukti Allah Maha Mensyukuri, kata pengarang Tafsir Jalalain, adalah Allah SWT memberi pahala kepada mereka yang bersyukur.

Menurut Nabi SAW, bersyukur adalah salah satu cara mengikat nikmat. Alasannya, karena nikmat itu liar. Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya nikmat itu liar, seperti liarnya binatang buas, maka ikatlah nikmat itu dengan bersyukur.” (HR. Bukhari). Jadi syukur adalah rasionalisasi antara keinginan dan kebutuhan.

Namun sedikit sekali orang yang berhasil mengikat nikmat dengan cara bersyukur. Allah SWT menegaskan, “Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.” (QS. Saba’/34: 13). Kita mohon kepada Allah SWT agar kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang sedikit itu sehingga kita beroleh pahala bersyukur. Aamiin

  • bersyukur
  • Dr KH Syamsul Yakin MA
  • nikmat

Orang yang selalu bersyukur atas nikmat allah subhanahu wa taala akan mendapatkan

Begitu juga Rasullullah Shalallahu alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa orang yang paling bersyukur ialah manusia yang paling qanaah (menerima pemberian Allah) dalam kehidupannya. Sedangkan manusia yang paling kufur adalah manusia yang rakus dan tamak. Karena orang yang rakus itu tak pernah menikmati yang sudah ia terima, tapi ia masih terus berangan-angan terhadap apa yang belum ia miliki.

Orang yang selalu bersyukur atas nikmat allah subhanahu wa taala akan mendapatkan
Ilustrasi

Muslimahdaily - Sahabat Muslimah mungkin pernah merasa jenuh dengan kondisi keuangan yang tidak seberapa. Atau karena sakit yang tak kunjung usai. Atau juga iri dengan kondisi fisik yang tak kalah cantik dengan wanita lain. Atau mungkin saja mengalami musibah yang teramat menyedihkan. Jika pernah, maka bisa jadi kita tengah kufur atas nikmat yang Allah Ta’ala berikan.

Sama halnya dengan ujian-ujian lain, Allah menurunkan rasa kufur dan iri tersebut bersamaan dengan penawarnya, yakni bersyukur. Dengan bersyukur dan menerima takdir yang telah Allah turunkan atas kita, hati dan pikiran dapat sedikit menjadi lebih tenang.

Selain itu, Allah telah menjanjikan banyak ganjaran bagi mereka yang senantias bersyukur.

1. Ditambahkan Nikmatnya

Mereka yang selalu bersyukur atas apapun yang Allah kehendaki atasnya, maka akan ditambahkan nikmatnya. Sementara ingkar pada nikmat justu menjadi penyebab hilangnya kenikmatan itu sendiri.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7).

Di samping itu, nikmat Allah bukan hanya seputar harta dan penampilan, namun juga dapat berupa dihindari dari marabahaya, penyakit fisik maupun psikis, mendapat perlindungan dari gangguan manusia, jin serta binatang. Bahkan juga termasuk perlindungan dari kekufuran, kemusyrikan, dan bid’ah.

2. Dilipatgandakan pahalanya

Bukan cuma nikmatnya, Allah juga akan menambah pahala orang-orang yang senantiasa bersyukur dengan kondisi yang mereka alami.

Rasulullah bersabda,

“Orang yang menyantap makanan dengan rasa syukur, maka dia diberi pahala, seperti orang yang berpuasa menjaga dirinya. Orang yang sehat yang mensyukuri kesehatannya, maka dia diberi pahala, orang yang menanggung penderitaan (jasmani)-nya dengan sabar. Dan orang yang memberikan dengan rasa syukur, maka dia mendapat pahala yang sama dengan orang yang menanggung kerugian dari menjaga diri”. (H.R Abu Hurairah dan al-Qudha’i)

3. Diampuni dosa-dosanya

Tak hanya ditambahkan nikmatnya, orang-orang yang bersyukur juga akan diampuni dosa-dosanya.

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,

“Allah Subhanahu wa ta’ala tidak memberi suatu nikmat kepada seorang hamba kemudian ia mengucapkan Alhamdulillah, kecuali Allah Subhanahu wa ta’ala menilai ia telah mensyukuri nikmat itu. Apabila dia mengucapkan Alhamdulillah yang kedua, maka Allah SWT akan memberinya pahala yang baru lagi. Apabila dia mengucapkan Alhamdulillah untuk yang ketiga kalinya, maka Allah SWT mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Hakim dan Baihaqi)

4. Disayang oleh Allah

Rasulullah bersabda, “Jika engkau tidak mampu membalasnya maka doakan dia hingga engkau merasa bahwa engkau telah mensyukuri kebaikan tersebut, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala sangat cinta kepada orang-orang yang bersyukur.” (HR. Abu Dawud).

Itu tadi beberapa ganjaran yang Allah janjikan bagi orang-orang yang bersyukur. Tentu ganjaran yang besar sepadan dengan beratnya ibadah itu dilakukan. Allah berfiman,

“Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.” (QS. Saba’: 13).

Walau sulit, hendaknya kita selalu berusaha bersyukur dengan kondisi yang ditakdirnya kepada kita. Ketahuilah bahwa nikmat Allah sangatlah banyak dan tak terhitung jumlahnya. Jangan sampai karena banyaknya nikmat tersebut, kita jadi menganggap enteng dan berakhir kufur.

Nabiyullah bersabda, “Sesungguhnya nikmat itu liar, seperti liarnya binatang buas, maka ikatlah nikmat itu dengan bersyukur.” (HR. Bukhari).

Semoga kita termasu ke dalam golongan hamba-Nya yang senantias bersyukur. Aamiin Aamiin ya Robbal Alamin.

Last modified on Minggu, 20 September 2020 11:37

Kaum muslimin yang dirahmati Allah l, kita sebagai umat Islam harus menyakini sesungguhnya segala kebaikan dan kenikmatan yang ada pada kita adalah karunia dari Allah l. Allah l berfirman, “Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka datangnya dari Allah…” (Q.S. an-Nahl [16]: 53)

Betapa melimpahnya kenikmatan yang Allah l berikan kepada kita, yang tidak terhingga jumlahnya. Allah telah memberikan kita kehidupan, mulai saat kita masih didalam perut ibu sampai sekarang, nikmat kesehatan yang lebih banyak kita nikmati dibandingkan saat kita sakit, nikmat makanan, minuman, pakaian, nikmat negeri yang aman dimana kita bisa melakukan ibadah secara tenang tanpa khawatir adanya bom, penembakan, teror seperti saudara-saudara kita di luar sana dan masih banyak nikmat yang lainnya. Jika kita berusaha menghitung nikmat yang Allah yang dikaruniakan kepada kita, niscaya kita tidak akan mampu menghitungnya. Allah l berfirman, “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.” (Q.S. an-Nahl [16]: 18).

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, pada hakikatnya kita semua tidak bisa mensyukuri setiap nikmat yang Allah berikan kepada kita. Bagaimana mungkin kita bisa mensyukurinya, menghitunganya saja kita tidak mampu. Sungguh hanya sedikit hamba-Ku yang bersyukur, Allah l berfirman, “Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.” (Q.S. Saba’ [34]: 13). Ibnu Katsir berkata, “Yang dikabarkan ini sesuai kenyataan.” Artinya, sedikit sekali yang mau bersyukur.

Apakah Makna Syukur?

Secara bahasa, “Syukur adalah pujian bagi orang yang memberikan kebaikan, atas kebaikannya tersebut” (Lihat Ash-Shahhah Fil Lughah karya al-Jauhari). Atau dalam bahasa Indonesia, bersyukur artinya berterima kasih. Sedangkan istilah syukur dalam agama, adalah sebagaimana yang dijabarkan oleh Ibnul Qayyim, “Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah” (Madarijus Salikin, 2/244). Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan menyadari atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah l. Semisal Qarun yang berkata, “Sungguh harta dan kenikmatan yang aku miliki itu aku dapatkan dari ilmu yang aku miliki” (Q.S. al-Qashash [28]: 78).

Syukur Merupakan Ibadah

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, syukur adalah bentuk ibadah kita kepada Allah l. Banyak ayat di dalam al-Qur’an, Allah l memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada-Nya. Maka syukur ini adalah ibadah dan bentuk ketaatan atas perintah Allah l. Allah l berfirman, “Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian ingkar” (Q.S. al-Baqarah [2]: 152). Allah l juga berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah” (Q.S. al-Baqarah [2]: 172).

Maka orang yang bersyukur adalah orang yang menjalankan perintah Allah l dan orang yang enggan bersyukur serta mengingkari nikmat Allah adalah bentuk pembangkangan terhadap perintah Allah.

Kaum muslimin yang di rahmati Allah, seorang muslim yang sejati itu tidak pernah terlepas dari tiga keadaan. Yang keadaan itu menunjukkan tanda kebahagiaan baginya, yang pertama yaitu bila dia mendapat nikmat maka dia bersyukur, yang kedua bila mendapat kesusahan maka dia bersabar, dan yang ketiga bila berbuat dosa maka dia beristighfar (Qowa’idul Arba’, hal. 01), jika ketiga keadaan tersebut ada pada seorang muslim maka insyAllah dia akan mendapatkan kebahagiaan. Rasulullah l bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan a).

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, Syukur adalah akhlaq yang mulia, yang muncul karena kecintaan dan keridho’an yang besar terhadap Sang Pemberi Nikmat. Syukur tidak akan mungkin bisa terwujud jika tidak diawali dengan keridho’an. Seseorang yang diberikan nikmat oleh Allah walaupun sedikit, tidak mungkin akan bersyukur kalau tidak ada keridho’an. Orang yang mendapatkan penghasilan yang sedikit, hasil panen yang minim atau pendapatan yang pas-pasan, tidak akan bisa bersyukur jika tidak ada keridho’an. Demikian pula orang yang diberi kelancaran rizki dan harta yang melimpah, akan terus merasa kurang dan tidak akan bersyukur jika tidak diiringi keridho’an.

Kaum muslimin yang kami muliakan, maka dari itu kita sebagai orang muslim hendaknya selalu bersyukur dalam kondisi apapun, dan syukur yang sebenarnya tidaklah cukup dengan mengucapkan “alhamdulillah”. Syukur tidak hanya dilisan. Namun hendaknya seorang hamba bersyukur dengan hati, lisan dan anggota badannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Qudamah v, “Syukur (yang sebenarnya) adalah dengan hati, lisan dan anggota badan. (Minhajul Qosidin, hal. 305).

Bagaimana caranya bersyukur dengan hati?,yaitu dengan  mengakui dan meyakini bahwa nikmat tersebut semata-mata datangnya dari Allah l dan bukan dari selain-Nya, sehingga muncul kecintaan kita kepada Allah l. Kemudian meniatkan untuk menggunakan nikmat itu di jalan yang Allah ridhai. Adapun bersyukur dengan lisan adalah dengan memuji dan menyanjung Dzat yang telah memberikan nikmat tersebut pada kita dengan mengatakan “Alhamdulillâh”. Sementara tugasnya anggota badan adalah menggunakan nikmat tersebut untuk mentaati Dzat yang kita syukuri (yaitu Allah l) dan menahan diri agar jangan menggunakan kenikmatan itu untuk bermaksiat kepada-Nya.

Syukur Adalah Sifat Para Nabi

Muhammad ` tidak luput dari syukur walaupun telah dijamin baginya surga. Diceritakan oleh Ibunda ‘Aisyah i,“Rasulullah ` biasanya jika beliau shalat, beliau berdiri sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun yang akan datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?’” (H.R. Bukhari no. 1130, Muslim no. 2820). Inilah suri tauladan kita sebagai umat muslim semoga kita bisa meneladani Rasulullah `.

Buah Manis dari Syukur

  1. Syukur Adalah Sifat Orang Beriman

Rasulullah ` bersabda, “Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” (H.R. Muslim no.7692).

  1. Merupakan Sebab Datangnya Ridha Allah

Allah l berfirman, “Jika kalian ingkar, sesungguhnya Allah Maha Kaya atas kalian. Dan Allah tidak ridha kepada hamba-Nya yang ingkar dan jika kalian bersyukur Allah ridha kepada kalian” (Q.S. Az-Zumar [39]: 7).

  1. Merupakan Sebab Selamatnya Seseorang Dari Azab Allah

Allah l berfirman, “Tidaklah Allah akan mengadzab kalian jika kalian bersyukur dan beriman. Dan sungguh Allah itu Syakir lagi Alim” (QS. An-Nisa [4]: 147).

  1. Merupakan Sebab Ditambahnya Nikmat

Allah l berfirman, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengumumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’” (Q.S. Ibrahim [14]: 7).

  1. Ganjaran Di Dunia dan Akhirat

Janganlah Anda menyangka bahwa bersyukur itu hanya sekedar pujian dan berterima kasih kepada Allah. Ketahuilah bahwa bersyukur itupun menuai pahala, bahkan juga membuka pintu rezeki di dunia. Allah l berfirman, “Dan sungguh orang-orang yang bersyukur akan kami beri ganjaran” (QS. Ali Imran [3]: 145). Imam Ath Thabari menafsirkan ayat ini dengan membawakan riwayat dari Ibnu Ishaq, “Maksudnya adalah, karena bersyukur, Allah memberikan kebaikan yang Allah janjikan di akhirat dan Allah juga melimpahkan rizki baginya di dunia” (Tafsir Ath Thabari, 7/263).

Refrensi :

Khalqurrahman

Alumni Teknik Sipil UII

 Mutiara Hikmah

Rasulullah ` bersabda,

“Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan bentuk (rupa dan badan) [al kholq], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).