Observasi dan wawancara budidaya satwa harapan alat yang digunakan bahan yang digunakan

Budi daya satwa harapan tentunya sangat penting untuk kita ketahui, entah yang bersifat spontanitas maupun ilmiah. Kita dari semenjak Tk telah diajarkan bagaimana agar kita selalu bersikap kreatif dan membuat sesuatu yang baru salah satunya yaitu kerajinan dan merawat lingkungan.

Pada artikel yang satu ini, kami suguhkan rangkuman budi daya satwa harapan . Disini menemukan banyak informasi yang terdapat pada buku Kemendikbud RI keluaran resmi dan pemerintah.

Bab 3 Budi Daya Satwa Harapan

Jenis-Jenis Satwa Harapan

  1. Cacing Tanah
  2. Jangkrik
  3. Lebah Madu
  4. Ulat Sutra

Sarana dan Peralatan Budi Daya Satwa Harapan

1. Sarana Produksi Budi Daya Satwa Harapan

Bahan

  1. Bibit
  2. Pakan
  3. Obat-obatan
  4. Air
  5. Kandang

Alat:

  1. Tempat minum
  2. Tempat makan
  3. Timbangan

2. Teknik Budi Daya Satwa Harapan

  1. Pemeliharaan Kandang
  2. Pemilihan Bibit
  3. Pemberian Pakan
  4. Pencegahan Hama dan Penyakit

Tahapan Budi Daya Satwa Harapan

1. Perencanaan

  1. Menentukan jenis satwa harapan yang akan dibudi dayakan.
  2. Menentukan kandang yang akan digunakan untuk budi daya satwa harapan.
  3. Menentukan jadwal kegiatan budi daya.
  4. Menyiapkan kebutuhan sarana, alat, dan bahan.
  5. Menentukan tugas individu.

2. Menyiapkan Sarana Produksi

Bahan:

  1. Induk jangkrik
  2. Pakan hijauan dan konsentrat
  3. Obat-obatan
  4. Vitamin atau probiotik

Alat:

  1. Timbangan
  2. Tempat makan dan minum
  3. Pembersih kotoran

3. Proses Budi Daya Satwa Harapan

Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam merencanakan usaha ternak jangkrik, yaitu penyusunan jadwal kegiatan, menentukan struktur organisasi, menentukan spesifikasi pekerjaan, menetapkan fasilitas fisik, merencanakan metode pendekatan pasar, menyiapkan anggaran, mencari sumber dana dan melaksanakan usaha ternak jangkrik.

Baca Juga:  Materi Prakarya Kelas 7 Bab 3 Teknologi Kontruksi Miniatur Rumah

a. Sarana dan Prasarana

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kandang jangkrik.

  1. Lokasi kandang di tempat yang teduh dan gelap. Kandang jangkrik jangan terkena sinar matahari.
  2. Suasana kandang dibuat mendekati habitat aslinya. Dinding kandang diolesi dengan lumpur sawah dan diberikan daundaun kering seperti daun pisang, daun sukun, dan daun-daun lainnya untuk tempat persembunyian di samping untuk menghindari sifat kanibalisme dari jangkrik.
  3. Dinding atas kandang bagian dalam dilapisi lakban agar jangkrik tidak merayap naik sampai keluar kandang.
  4. Sisi dinding kandang dibuat lubang yang ditutup kasa untuk memberikan sirkulasi udara yang baik dan untuk menjaga kelembapan kandang.
  5. Sesuaikan ukuran kandang dengan jumlah populasi jangkrik tiap kandang.
  6. Ketinggian 30-50 cm, lebar 60-100 cm panjangnya 120-200 cm.
  7. Keempat kaki kandang dialasi mangkuk yang berisi air, minyak tanah atau juga vaselin (gemuk) yang dilumurkan ke tiap kaki penyangga untuk menghindari gangguan binatang seperti semut, tikus, cecak dan serangga lainnya.

b. Pembibitan

1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk

Bibit dipilih yang sehat (tidak sakit), tidak cacat (sungut atau kaki patah) dan berumur sekitar 10-20 hari. Calon induk jangkrik yang baik adalah jangkrik-jangkrik yang berasal dari tangkapan alam bebas karena biasanya memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik.

Kalaupun induk betina tidak didapat dari hasil tangkapan alam bebas, induk dapat dibeli dari peternakan. Induk jantan diusahakan dari alam bebas karena lebih agresif. Ciri-ciri indukan dan induk jantan yang baik sebagai berikut.

Indukan:

  • sungutnya masih panjang dan lengkap;
  • kedua kaki belakangnya masih lengkap;
  • bisa melompat dengan tangkas, gesit dan kelihatan sehat;
  • badan dan bulu jangkrik berwarna hitam mengkilap,
  • berbadan besar; dan
  • mengeluarkan zat cair dari mulut dan duburnya apabila dipegang.

Baca Juga:  Materi Prakarya Kelas 9 Budidaya Bab 3 Budi Daya Ikan Hias

Induk jantan:

  • selalu mengeluarkan suara mengerik;
  • permukaan sayap atau punggung kasar dan bergelombang; dan tidak mempunyai ovipositor di ekor.

Induk betina:

  • tidak mengerik;
  • permukaan punggung atau sayap halus; dan
  • ada ovipositor di bawah ekor untuk mengeluarkan telur.

2. Perawatan Bibit dan Calon Induk

Perawatan jangkrik yang sudah dikeluarkan dari kotak penetasan berumur 10 hari harus benar-benar diperhatikan dan dikontrol makanannya. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhannya sangat pesat.

Apabila makanannya kurang, anakan jangkrik akan menjadi kanibal terhadap anakan yang lemah. Untuk mengurangi sifat kanibal dari jangkrik, makanan tidak boleh kurang. Makanan yang biasa diberikan antara lain ubi, singkong, sayuran dan dedaunan.

Makanan tersebut diberikan bergantian setiap hari. Selain itu, perlu juga dikontrol kelembapan udara dan binatang pengganggu. Seperti semut, tikus, cecak, kecoa, dan laba-laba.

3. Sistem Pembiakan

Sampai saat ini, pembiakan jangkrik yang dikenal adalah dengan mengawinkan induk jantan dan induk betina.

4. Reproduksi dan Perkawinan

Induk dapat memproduksi telur yang daya tetasnya tinggi ± 80-90% apabila diberikan makanan yang bergizi tinggi. Pakan yang disukai jangkrik antara lain bekatul jagung, ketan hitam, tepung ikan, dan kuning telur. Jangkrik biasanya meletakkan telurnya di pasir atau tanah.

Jadi, di dalam kandang khusus peneluran perlu disiapkan media pasir yang dimasukkan di piring kecil. Perbandingan antara betina dan jantan 10 : 2, agar didapat telur berdaya tetas tinggi. Apabila jangkrik sudah selesai bertelur sekitar 5 hari, telur dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan induknya. Kemudian, kandang bagian dalam disemprot dengan larutan antibiotik.

5. Proses Kelahiran

Sebelum penetasan telur, terlebih dahulu disiapkan kandang yang permukaan dalam kandang dilapisi dengan pasir, sekam atau handuk yang lembut. Kemudian masukkan 1-2 sendok teh telur (satu sendok teh telur diperkirakan berkisar antara 1.500-2.000 butir telur).

Selama proses ini berlangsung warna telur akan berubah warna dari bening sampai kelihatan keruh. Kelembapan telur harus dijaga dengan menyemprot telur setiap hari dengan air dan dibolak-balik agar tidak berjamur. Telur akan menetas merata sekitar 4-6 hari.

Pemeliharaan

  1. Sanitasi
  2. Pengontrolan Penyakit
  3. Perawatan Ternak
  4. Pemberian Pakan
  5. Pemeliharaan Kandang
  6. Hama dan Penyakit
  7. Pemberian Vaksin dan Obat
  8. Panen

Suci Paresti, Dewi Sri Handayani Nuswantari, Sukri, IchdaChaerudin. 2017. Prakarya SMP/MTs Kelas VIII Semeter I. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Observasi dan wawancara budidaya satwa harapan alat yang digunakan bahan yang digunakan

Page 96 - Buku Paket Kelas 8 Prakarya semester 2

P. 96

Observasi dan wawancara budidaya satwa harapan alat yang digunakan bahan yang digunakan

LEMBar KErJa-3 (LK-3) Nama Kelompok : Nama Anggota : Kelas : Observasi dan wawancara budi daya satwa harapan Jenis satwa harapan yang dibudi dayakan : ..................................... Nama petani/pembudi daya satwa harapan : ............................ Lokasi : ...................................... Alat yang digunakan Bahan yang digunakan Teknik budi daya satwa harapan ................. 1. Pemilihan bibit 2. Wadah yang digunakan 3. Proses pemeliharaan 4. Proses pemberian pakan 5. Penanggulangan hama dan penyakit 6. Pengontrolan pertumbuhan 7. Panen Ungkapkan pendapatmu! Hal apa yang kamu rasakan dan pengalaman apa yang kamu dapatkan saat melakukan observasi dan wawancara? Apa saja kesulitan dan kesenangan yang ditemui? Tuliskan ungkapan perasaan/pengalamanmu secara terbuka dan jujur! 88 Kelas VIII SMP/MTs Semester 2

Observasi dan wawancara budidaya satwa harapan alat yang digunakan bahan yang digunakan
   94   95   96   97   98   
Observasi dan wawancara budidaya satwa harapan alat yang digunakan bahan yang digunakan