Departemen Agama Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, 1980. Show M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002 Sayyid Qutbh, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin, Jakarta: Gema Insani Press, 2004 Q. Shaleh dan A. A. Dahlan “Latar Belakang Historis Turunyya Ayat-Ayat Al-Qur’an” Bandung: Diponegoro, 2007 Bachtiar Surin, Adz-Dzikra Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an dalam Huruf Arab dan Latin, Bandung: Offset Angkasa, t.t Yusuf Qardawi, Halal Haram dalam Islam, cet. I, Jakarta: Akbar, 2004 Suparman Syukur, Etika Religius, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2004 Sayyid Mujtaba Musawi, Menumpas Penyakit Hati, Jakarta: Lentera Hati, 1997 Yusuf Qardawi, Halal Haram dalam Islam, Jakarta: Akbar, 2004 Abbas Ahmad Shiqr dan Ahmad Abdul Jawad, Jamiul Ahadits, Beirut: Darul Fikr, 1994 Shadiq bin Hasan, Shahih Muslim, Daulah Qithr, Wizarah Syu.unil Islamiyah, t.t Raja’ Thaha Muhammad, Hifzul lisan dan Penuntun Akhlak, Keluarga, Cet. 1, Semarang: Pustaka Adnan, 2005 Zaid Husein Alhamid, Intisari Ibadah dan Amal, Jakarta: Darul Ihya’, 1994 Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, terj. Purwanto, Cet. VI, Bandung: Marja, 2006 Ibnu Qudamah, Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk, Terj. Kathur Suhardi, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997 Mawardi Labay El-Sulthani, Kembalilah ke Jalan Allah dengan Zikir dan Do’a Tobat Menghapus Dosa, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2000 As-Syafi.I, al-Adzkar, Cet. II, Libanon: Dar al-Mishriyah, 1993 Uswes Al-Qorni , Penyakit Hati, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999 Imam Ghazali, Bahaya Lidah, Jakarta, Bumi Aksara, 1990 Sayyid Muhammad Nuh, Mengobati Penyakit Hati, Cet. I, Bandung: Mizan Pustaka, 2004 Khalil Al-Musawi, Resep-Resep Sederhana dan Mudah Mudah Membentuk Kepribadian Islam Sejati, Jakarta: Lentera Basritama, 1999 Wawan Djunaedi Soffandi, Akhlak Seorang Muslim, Jakarta: Jakarta: Mustaqim, 2004 Musthafa Dhaib Bigha, Mukhtashar Shahih Bukhari, Beirut: Yamamah, 1999. 4 dari 5 halaman © Pexels.com Doa Minta Kesembuhan dari Sakit untuk Diri Sendiri dan Orang Lain Tafsir surat Al Hujurat ayat 13 ini disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir dan Tafsir Al Misbah. Manusia adalah satu keturunanMelalui surat Al Hujurat ayat 13, Allah SWT memberitahukan bahwa seluruh manusia merupakan satu keturunan. Berasal dari nenek moyang yang sama yaitu Adam dan Hawa. Sehingga, tak ada perbedaan kasta dalam kehidupan. Semuanya setara dan sama disisi Allah SWT. Prinsip dasar hubungan manusiaDari keturunan yang sama, manusia kemudian dijadikan Allah berkembang menjadi sangat banyak. Berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Inilah prinsip dasar hubungan manusia. Bahwa sudah sunnatullah manusia itu beragam. Karena mereka dijadikan Allah berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Dengan keragaman itu, Allah menghendaki agar manusia saling mengenal. Semakin dekat pengenalan kepada selainnya, semakin terbuka peluang kerja sama dan saling memberi manfaat. Kemuliaan berbanding lurus dengan taqwaSurat Al Hujurat ayat 13 ini menegaskan bahwa manusia yang beragam itu sesungguhnya setara di hadapan Allah. Yang membedakan mereka adalah ketaqwaannya. Kemuliaan manusia di sisi Allah berbanding lurus dengan level ketaqwaan mereka. Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa dan harta kalian, tetapi Dia memandang hati dan amal perbuatan kalian.” (HR. Muslim) Ayat inilah yang digunakan Rasulullah untuk menghapuskan segala bentuk diskriminasi. Dalam khutbah fathu Makkah, sebelum menyampaikan surat Al Hujurat ayat 13 ini beliau bersabda: “ Hai manusia, sesungguhnya Allah telah melenyapkan dari kalian keaiban masa jahiliyah dan tradisinya yang selalu membangga-banggakan orang tua. Manusia itu hanya ada dua macam; yakni yang berbakti, bertakwa lagi mulia di sisi Allah; dan orang yang durhaka, celaka lagi hina di sisi Allah.” (HR. Tirmidzi) Allah Maha MengetahuiSesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Ayat ini menegaskan bahwa hanya Allah yang mengetahui tingkat ketakwaan seseorang. Jakarta - Seperti ayat Al Quran yang lain, surat Al Hujurat ayat 13 mengandung pelajaran bagi semua muslim. Pelajaran ini bahkan bisa diterapkan seluruh manusia yang tidak beragama Islam. Berikut bacaan surat Al Hujurat ayat 13يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ Arab latin: Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ, inna akramakum 'indallāhi atqākum, innallāha 'alīmun khabīr Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." Dikutip dari repository Universitas Muhammadiyah Surabaya, surat Al-Hujurat ayat 13 tidak menggunakan panggilan hanya kepada orang-orang beriman. Ayat ini menyebut seluruh manusia tanpa kecuali. "Artinya ayat ini mengurai prinsip dasar hubungan manusia. Ayat menegaskan kesatuan asal-usul manusia dengan menunjukkan kesamaan derajat kemanusiaan manusia," tulis repository tersebut. Dalam firmanNya ini Allah SWT mengingatkan, jangan sampai manusia merasa bangga atau lebih tinggi daripada yang lain karena bangsa atau suku tertentu. Warna kulit atau kondisi bawaan lain juga tidak menjadikan derajat satu manusia beda dengan yang lain. Surat Al Hujurat ayat 13 menegaskan tidak ada perbedaan nilai kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan. Repository menjelaskan, tujuan ayat ini adalah agar manusia saling mengenal sehingga bisa memberi manfaat pada sesama. "Perkenalan dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman, yang menjadi modal meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Hasilnya tiap manusia bisa merasakan kedamaian, kesejahteraan duniawi, dan kebahagiaan ukhrowi," tulis repository tersebut. Demikian penjelaskan makna, arti, dan bacaan surat Al Hujurat ayat 13. Semoga bisa mengambil hikmahnya ya detikers. (row/erd) Ilustrasi berdoa. ©Shutterstock
TRENDING | 5 Maret 2022 07:00 Reporter : Tantiya Nimas Nuraini Merdeka.com - Surat Al Hujurat termasuk ke dalam golongan surat Madaniyah. Di mana surat ini diturunkan setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Al Hujurat sendiri memiliki makna kamar-kamar. Atau bisa diartikan dengan kamar tempat kediaman Nabi Muhammad SAW bersama istri-istri beliau. Dari satu surat, Al Hujurat ayat 13 sering kali menjadi sorotan. Hal ini karena dalam ayat tersebut tidak menggunakan panggilan kepada orang beriman saja. Melainkan ditujukan kepada seluruh umat manusia. Surat Al Hujurat ayat 13 ini juga berisikan prinsip dasar dalam hubungan antar manusia. Pada ayat tersebut ditegaskan kesatuan asal usul umat manusia dengan menunjukkan derajat kemanusiaan yang selalu sama di sisi Allah SWT. Tujuan diturunkannya surat Al Hujurat ayat 13 juga agar setiap manusia bisa saling mengenal. Lantas bagaimana bacaan surat Al Hujurat ayat 13 lengkap dengan tafsir dan kandungannya? Melansir dari berbagai sumber, Jumat (4/3), simak ulasan informasinya berikut ini. 2 dari 6 halaman
Yaa ayyuhan naasu innaa kholaqnaakum min dzakariw wa unstaa waja’alnaakum syu’uubaw waqobaa, ila lita’aarofuu, inna akromakum ‘indalloohi atqookum, innallooha ‘aliimun khobiir Artinya: 3 dari 6 halaman
Imam Suyuthi dalam kitab tafsirnya Al-Durr Al-Mantsur fi Tafsir Bil-Ma'tsur menyebutkan terdapat dua kisah turunnya surat Al Hujurat ayat 13 ini. Kisah pertama adalah pada saat Rasulullah SAW memasuki kota Mekkah dalam peristiwa Fathu Makkah. Bilal bin Rabah naik ke atas Ka'bah dan menyerukan azan. Maka sebagian penduduk Mekkah terkaget-kaget. Ada yang berkata: "Budak hitam inikah yang azan di atas Ka‘bah?" Yang lain berkata, "Jika Allah membencinya, tentu akan menggantinya". Lalu turunlah surat Al Hujurat ayat 13 ini. Selain itu, terdapat kisah kedua yang disebutkan dalam kitab tafsirnya. Kisah kedua ini menceritakan Abu Daud meriwayatkan tentang alasan diturunkannya surat Al Hujurat ayat 13. Ayat ini turun berkenaan dengan profesi Abu Hind sebagai seorang pembekam.Rasulullah SAW kemudian meminta kepada Bani Bayadhah untuk menikahkan putri mereka dengan Abu Hind. Akan tetapi, mereka enggan melakukannya dan memberikan alasan jika Abu Hind merupakan bekas budak mereka.Sikap mereka sungguh keliru dan dikecam Al-Quran dengan turunnya ayat ini. Bahwa kemuliaan di sisi Allah SWT bukan karena keturunan atau garis kebangsawanan. Melainkan karena ketakwaannya. (mdk/tan)Baca juga: 4 dari 6 halaman
Melansir dari Dream.co.id, tafsir surat Al Hujurat ayat 13 ini disarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir dan Tafsir Al Misbah. a. Manusia Adalah Satu Keturunan Melalui surat Al Hujurat ayat 13, Allah SWT menegaskan jika suluruh umat manusia adalah satu keturunan. Mereka semua berasal dari nenek moyang yang sama yakni Adam dan Hawa. Sehingga, dalam kehidupan tidak ada perbedaaan kasta. Semua umat manusia akan sama dan setara di sisi Allah SWT.b. Prinsip Dasar Hubungan Manusia 5 dari 6 halaman
Melalui ayat dalam surat ini, ditegaskan jika keberagaman manusia sesungguhnya akan tetap setara di hadapan Allah SWT. Pembedanya hanya terletak pada ketakwaan masing-masing dari mereka. Sebab, kemuliaan manusia di sisi Allah SWT berbanding lurus dengan tingkat ketakwaannya. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa dan harta kalian, tetapi Dia memandang hati dan amal perbuatan kalian." (HR. Muslim). Ayat inilah yang digunakan Rasulullah SAW untuk menghapuskan segala bentuk diskriminasi. Dalam khutbah fathu Makkah, sebelum menyampaikan surat Al Hujurat ayat 13 ini beliau bersabda:"Hai manusia, sesungguhnya Allah telah melenyapkan dari kalian keaiban masa jahiliyah dan tradisinya yang selalu membangga-banggakan orang tua. Manusia itu hanya ada dua macam; yakni yang berbakti, bertakwa lagi mulia di sisi Allah; dan orang yang durhaka, celaka lagi hina di sisi Allah." (HR. Tirmidzi) d. Allah Maha Mengetahui Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Ayat tersebut menegaskan hanya Allah SWT yang mengetahui tingkat ketakwaan seseorang. Baca juga: 6 dari 6 halaman
Adapun isi kandungan surat Al Hujurat ayat 13 adalah sebagai berikut: a. Ayat ini memberitahukan, manusia berasal dari satu keturunan yang sama yaitu Nabi Adam dan Hawa. Sehingga pada hakikatnya mereka semua setara. b. Keragaman adalah sunnatullah karena Allah SWT menjadikan manusia berkembang sedemikan banyak. Sehingga mereka bisa menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. c. Keragaman bukan untuk berpecah belah dan saling memusuhi. Melainkan untuk saling mengenal. Dengan pengenalan yang baik, maka akan terjalin kedekatan, kerja sama dan bisa saling memberikan manfaat. d. Seluruh manusia setara di hadapan Allah SWT. Pembedanya adalah tingkat ketakwaannya. Manusia paling mulia di sisi Allah SWT adalah yang paling bertakwa. e. Allah Maha Mengetahui segala hal yang dilakukan oleh manusia. Termasuk dengan tingkat ketakwaan mereka. |