Kenapa koperasi perkembangannya kalah dengan organisasi perusahaan lainnya seperti PT dan cv

Oleh:

  Bisnis.com, JAKARTA - Sistem administrasi koperasi di Indonesia masih tergolong buruk sehingga membuat  koperasi sulit didongkrak untuk menjadi bisnis berskala besar. "Salah satu yang menjadi penghalang koperasi menjadi bisnis skala besar secara internal adalah pada kualitas sumber daya manusia, pelaksanaan prinsip koperasi, dan sistem administrasi dan bisnis yang masih rendah," kata Asisten Deputi Urusan Asuransi dan Jasa Keuangan Kementerian Koperasi dan UKM Toto Sugiyono, Sabtu (14/9). Administrasi koperasi yang belum tertata dengan baik, menurut dia, sudah saatnya diakhiri melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia pengelola koperasi. Jika administrasi koperasi dilakukan secara profesional, ia berpendapat, bukan tidak mungkin akan lebih banyak jumlah koperasi di Indonesia yang bisa masuk dalam 300 The Global Cooperatives versi ICA (International Cooperative Alliance). "Sayangnya, kendala koperasi di Indonesia bukan hanya dari internal tapi juga dari faktor eksternalnya," katanya. Ia menambahkan secara eksternal, kemampuan koperasi di Indonesia masih tergolong rendah dalam memanfaatkan peluang. Meski begitu, sudah ada beberapa koperasi yang memenuhi target untuk menjadi Koperasi Skala Besar (KSB) baik dari sisi aset, jumlah anggota, maupun volume usaha mereka di antaranya Kospin Jasa Pekalongan dan KSP Artha Prima di Jawa Tengah. Kospin Jasa, misalnya, sampai saat ini telah memiliki anggota lebih dari 8.000 orang seluruh Indonesia dengan jumlah aset mencapai Rp12,5 triliun. Toto berharap ke depan akan ada lebih banyak koperasi serupa berkembang di Indonesia sehingga peran koperasi sebagai pemberdaya ekonomi masyarakat semakin besar dan terasa. "Pemerintah siap memberikan akses informasi dan fasilitasi dalam rangka peningkatan kapasitas," katanya. Ia juga berjanji untuk meningkatkan pengawasan simpan-pinjam dan siap memberikan jalan keluar persoalan yang dihadapi koperasi.

"Kita upayakan agar koperasi semakin meningkatkan profesionalisme dimulai dengan pembenahan administrasi bisnis yang berstandar bisnis," katanya. (Antara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini : koperasi, modal koperasi, sdm koperasi

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Editor: Bambang Supriyanto

Kenapa koperasi perkembangannya kalah dengan organisasi perusahaan lainnya seperti PT dan cv

Pengertian Koperasi

Koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang melandaskan kegiatannya berdasar prinsip gerakan ekonomi kerakyatan yang berdasar asas kekeluargaan. Berbagai kelebihan yang dimiliki koperasi  jelas membuat koperasi sebagai badan usaha yang sangat menguntungkan di Indonesia.

Koperasi Sulit Berkembang

Koperasi dengan bermacam-macam kelebihannya ternyata sulit berkembang di Indonesia. koperasi di Indonesia seolah jalan ditempat bahkan mengalami kemunduran.

Pasang Surut Koperasi

Koperasi dalam perkembangannya di Indonesia mengalami pasang surut. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa koperasi sulit berkembang di Indonesia ? Padahal upaya pemerintah dalam memajukan koperasi sudah banyak dilakukan seperti pemberian pertolongan dan bukan hanya itu pemerintah juga membentuk institusi khusus untuk menangani koperasi seperti kementrian koperasi. Dengan adanya lembaga-lembaga resmi yang menaungi koperasi Indonesia, diharapkan koperasi dapat tumbuh subur dan semakin sukses mensejahterakan anggotanya. Koperasi dinilai sebagai fasilitas yang potensial dalam membangun ekonomi Indonesia yang mandiri dan mapan, sebab sistem kekeluargaan dalam koperasi tak akan membelit anggotanya dengan peraturan-peraturan perbankan yang mempersulit. Namun kenyataannya koperasi masih saja sulit berkembang di Indonesia.

Kurang Peminat

Koperasi yang kurang peminat bisa dikarenakan kalah bersaing dengan lembaga-lembaga yang bergerak dibidang pemberian modal, lembaga pemberian kredit atau lembaga penyimpanan dana misalnya perbankan. Banyak masyarakat Indonesia yang belum benar-benar mengenal apa itu koperasi dan bagaimana penerapannya. Bagaimana masyarakat bisa berpartisipasi lebih jika masyarakat tidak mengenal apa itu koperasi. Hasilnya anggota koperasi tidak menunjukkan partisipasinya baik itu insentif pada kegiatan koperasi sendiri.

Kurang Pendidikan dan Pelatihan

Kurangnya pendidikan serta pelatihan yang diberikan oleh pengurus kepada para anggota koperasi ditengarai menjadi faktor utamanya, sebab para pengurus beranggapan hal itu tak akan menghasilkan manfaat untuk diri mereka pribadi. Kegiatan koperasi yang tidak berkembang membuat sumber modal menjadi terbatas. Terbatasnya usaha ini akibat kurangnya dukungan serta kontribusi dari para anggota koperasi tersebut untuk berpartisipasi membuat koperasi seperti stagnan. Oleh sebab itu, semua masalah berpangkal pada partisipasi anggota dalam mendukung terbentuknya koperasi yang tangguh, dan memberikan manfaat untuk seluruh anggotanya, serta masyarakat sekitar.

Partisipasi Rendah

Partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan sosialisasi yang belum optimal. Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas tahu koperasi itu hanya untuk melayani konsumen seperti biasa, baik untuk barang konsumsi atau pinjaman. Artinya masyarakat belum tahu esensi dari koperasi itu sendiri, baik dari sistem permodalan atau sistem kepemilikanya. Mereka belum tahu betul bahwa dalam koperasi konsumen juga berarti pemilik, dan mereka berhak berpartisipasi menyumbang saran demi kemajuan koperasi miliknya serta berhak mengawasi kinerja pengurus. Keadaan seperti ini tentu sangat rentan pada penyelewengan dana oleh pengurus, sebab tanpa partisipasi anggota tidak ada kontrol dari anggota nya sendiri pada pengurus. Selain itu tidak sedikit masyarakat berbicara mengenai harga barang di koperasi lebih mahal dari pada di pasar swalayan, sehingga masyarakat jadi enggan untuk membeli barang di koperasi sebab harganya yang lebih mahal dibandingkan harga pasar.

Cara Pandang Orang Indonesia Mengenai Koperasi

Bagi masyarakat Indonesia konsumen akan memilih untuk membeli suatu barang dengan harga yang murah dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik dibanding koperasi. Dengan enggannya masyarakat untuk bertransaksi di koperasi sudah pasti laba yang dihasilkan oleh koperasi-pun sedikit bahkan merugi sehingga perkembangan koperasi berjalan lambat bahkan tidak berjalan sama sekali.

Strategi Untuk Koperasi

Promosi diperlukan agar masyarakat tahu mengenai koperasi itu. Pemerintah dengan gencarnya melalui media massa mensosialisasikan Koperasi kepada masyarakat namun jika sosialisasi hanya dilakukan dengan media massa mungkin hanya akan “numpang lewat” saja. Memang benar dengan mensosialisasikan melalui media massa akan lebih efektif untuk masyarakat mengetahuinya, namun dengan sosialisasi secara langsung untuk terjun kelapangan akan lebih efektif sebab penyampaian yang lebih gampang dipahami. Dalam masalah promosi barang yang dijual di suatu koperasi juga mengalami kendala seperti kurangnya promo yang ditawarkan dan kurang kreatifnya koperasi untuk mempromosikan sehingga minat masyarakat juga berkurang untuk dapat ikut serta dalam koperasi.

Bantuan Pemerintah Kepada Koperasi

Untuk melakukan program perkoperasian pemerintah mengadakan kebijakan antara lain :
  • Menggiatkan pembangunan organisasi perekonomian rakyat terutama koperasi
  • Memperluas pendidikan dan penerangan koperasi
  • Memberikan kredit kepada kaum produsen, baik di lapangan industri atau pertanian yang bermodal kecil.

Koperasi Kesulitan Dalam Berkembang

Koperasi yang kurang berkembang bisa dikarenakan kalah bersaing dengan lembaga-lembaga yang bergerak dibidang pemberian modal, lembaga pemberian kredit atau lembaga penyimpanan dana misalnya perbankan. Banyak masyarakat Indonesia yang belum benar-benar mengenal apa itu koperasi dan penerapannya. Sosialisasi Koperasi Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan sosialisasi yang belum optimal. Selain itu tidak sedikit masyarakat berbicara mengenai harga barang di koperasi lebih mahal dari pada di pasar swalayan, sehingga masyarakat jadi enggan untuk membeli barang di koperasi sebab harganya yang lebih mahal dibandingkan harga pasar. Promosi diperlukan agar masyarakat tahu mengenai koperasi itu Sumber :

anggitadwiu

DONASI LEWAT PAYPAL Mohon bantu berikan donasi apabila artikel ini memberikan manfaat. Terimakasih.

Minggu, 12 Juli 2020 | 15:05 WIB
Oleh : Lona Olavia / EHD

Kenapa koperasi perkembangannya kalah dengan organisasi perusahaan lainnya seperti PT dan cv

Menkop dan UKM, Teten Masduki saat berdialog dengan beberapa anggota koperasi, di Kota Bandung, , Sabtu (20/6/2020).

Jakarta, Beritasatu.com - Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES) Suroto menilai, kondisi koperasi Indonesia di era digital ekonomi saat ini belum signifikan. Tercatat, kontribusinya baru 2,5% terhadap GDP dan jumlah anggota koperasi sesungguhnya hanya mencapai 15.200 atau 10% dari yang diklaim pemerintah sebanyak 152.000.

Di mana, sisanya itu merupakan koperasi palsu yang semestinya perlu dibubarkan pemerintah supaya tidak mengganggu 10% yang benar tersebut. "Dari model perusahaan canggih seperti ini, sayangnya banyak koperasi palsunya yang didirikan oleh pengusaha yang menipu masyarakat, makanya muncul kasus Langit Biru, Pandawa dan sebagainya," katanya Sabtu (11/7/2020).

Koperasi menurutnya punya prospek yang bagus, karena konsumen jadi pemilik dari perusahaan. Ia pun menilai, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan koperasi di Indonesia tidak berkembang. Pertama, paradigma atau cara pandang masyarakat terhadap koperasi yang baik masih sangat minim.

Kedua, regulasi. Sehingga, undang-undang koperasi perlu direvisi, misalnya saja jumlah orang yang mendirikan cukup dipangkas dari 20 menjadi minimal 3 orang. Selain itu, undang-undang yang lain juga tidak boleh diskriminasi terhadap koperasi. "Misalnya undang-undang BUMN yang mewajibkan semua BUMN harus berbadan hukum PT, kenapa tidak koperasi jadi dimiliki oleh masyarakat. Listrik di Amerika itu dikelola oleh satu koperasi yang dimiliki pelanggannya, namanya NFCA yang beroperasi di 51 negara bagian mereka," katanya.

Ketiga, minimnya kemauan pemerintah untuk mengembangkan kelembagaan atau ekosistem koperasi. Di mana, sistem pendidikan dan research and development, kebijakannya tidak mendorong supaya ekosistem koperasi menjadi mainstream.

Lebih lanjut, kata Suroto, modernisasi koperasi saat ini sudah mutlak di mana digitalisasi koperasi yang tidak hanya melayani simpan pinjam atau rebranding perlu didorong ke arah ekonomi digital.

"Semua orang kalau dengar koperasi pasti di-mindset mereka simpan pinjam, padahal koperasi di negara lain itu bergerak di semua sektor termasuk layanan publik yang dikembangkan melalui basis koperasi," katanya.

Koperasi, sambungnya sebenarnya merupakan terjemahan dari sistem demokrasi yang menciptakan keadilan atau pemerataan ekonomi. Jika konsep tersebut diterapkan benar maka rasio ketimpangan atau gini ratio akan rendah.

Ia pun mencontohkan, koperasi di Singapura yang bernama NTUC (National Trade Union Congress atau Federasi Serikat Buruh Singapura) Fair Price yang kini mengelola ratusan toko, supermarket dan outletnya yang tersebar di berbagai pelosok Singapura dengan pangsa pasar 64% dan dimiliki oleh 800.000 warga Singapura diharapkan bisa menjadi benchmark dari pengembangan koperasi di Indonesia.

"NTUC berbasis anggota dan benar-benar menjadi pemilik, dan mereka paham betul soal koperasi, koperasi juga milik dia bukan hanya sekedar nasabah. Makanya, membangun ekosistem melalui edukasi menjadi amat penting," ujar Suroto.

Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini

Sumber: BeritaSatu.com