Nabi dan rasul yang wajib diketahui umat islam berjumlah

JAKARTA, iNews.id - Inilah perbedaan nabi dan rasul yang wajib diketahui oleh setiap umat muslim. Nabi dan rasul adalah manusia yang dipilih oleh Allah secara langsung untuk mengajarkan tauhid kepada umat manusia melalui penerimaan wahyu.

Namun, keduanya memiliki beberapa perbedaan mendasar. Di antara dalil yang menunjukkan perbedaan antara nabi dan rasul termaktub dalam Al Quran. Allah Ta’ala berfirman:

BACA JUGA:
8 Perbedaan Nabi dan Rasul, Pengertian dan Jumlahnya

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّىٰ أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آيَاتِهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ 

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi, kecuali apabila ia mempunyai sebuah keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu. Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Hajj : 52)

Dalam Islam, nabi adalah manusia mulia yang mendapat wahyu dari Allah. Di antara para nabi, ada juga yang merupakan seorang rasul. Bedanya, rasul mendapat wahyu Allah dan wajib menyebarkan ajarannya.

Dengan kata lain, seorang rasul sudah pasti seorang nabi. Tetapi belum tentu sebaliknya. Ibnu Abil ‘Iz Al-Hanafi rahimahullah berkata:

BACA JUGA:
Profil Nabil Asyura

“Para ulama menyebutkan perbedaan-perbedaan antara Nabi dan Rasul. Pendapat yang paling bagus adalah bahwa siapa saja yang mendapatkan berita dari langit (wahyu), jika diperintahkan untuk disampaikan kepada orang lain, maka dia adalah nabi sekaligus rasul. Akan tetapi, jika tidak diperintahkan untuk disampaikan kepada orang lain, maka dia nabi, namun bukan rasul.” (Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah, hal. 158)

Lantas, apakah perbedaan antara nabi dan rasul? Berikut adalah ulasannya.

5 Perbedaan Nabi dan Rasul:

1. Tugas yang Diemban

Sama-sama menerima wahyu dari Allah, rasul diutus untuk menyebarkan ajaran kepada kaum yang kafir. Sedangkan nabi, diutus kepada kaum yang telah beriman.

ثُمَّ اَرۡسَلۡنَا رُسُلَنَا تَتۡـرَا‌ ؕ كُلَّ مَا جَآءَ اُمَّةً رَّسُوۡلُهَا كَذَّبُوۡهُ‌ فَاَتۡبَـعۡنَا بَعۡـضَهُمۡ بَعۡـضًا وَّجَعَلۡنٰهُمۡ اَحَادِيۡثَ‌ ۚ فَبُـعۡدًا لِّـقَوۡمٍ لَّا يُؤۡمِنُوۡنَ

Artinya: Kemudian, Kami utus rasul-rasul Kami berturut-turut. Setiap kali seorang rasul datang kepada suatu umat, mereka mendustakannya, maka Kami silih gantikan sebagian mereka dengan sebagian yang lain (dalam kebinasaan). Dan Kami jadikan mereka bahan cerita (bagi manusia). Maka kebinasaanlah bagi kaum yang tidak beriman. (QS. Al-Mu’minun Ayat 44)

2. Sifat Nabi dan Rasul

Perbedaan nabi dan rasul berikutnya adalah terletak pada sifatnya. Meski keduanya memiliki sifat ma'shum, nabi adalah sosok dari golongan manusia biasa yang menjalankan hidup seperti orang pada umumnya. Namun, seorang Nabi memiliki keistimewaan dari Allah SWT serta sifat yang mulia.

Sedangkan rasul adalah berasal dari golongan manusia yang memang mulia atau keturunan umat mulia. Rasul sudah dipilih dan  diberi Allah SWT mukjizat agar bisa menjadi contoh umat di dunia dan akhirat.

Perbedaan nabi dan rasul pada sifat ini telah ditegaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an surat al-Anbiya ayat 7 dan surat Yusuf ayat 109, bahwa tidak ada Nabi dan Rasul wanita.

“Kami tiada mengutus Rasul-Rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” (QS. surat al-Anbiya ayat 7)

“Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri.” (QS. surat Yusuf ayat 109)

3. Jumlah Nabi dan Rasul

Perbedaan nabi dan selanjutnya terletak pada jumlahnya. Disebutkan bahwa nabi seluruhnya berjumlah 124 ribu, sedangkan rasul berjumlah 313 dari keseluruhan jumlah Nabi. Tetapi, jumlah rasul yang wajib diketahui dan dipercayai oleh umat muslim adalah 25.

Terkait hal tersebut, telah ditegaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an surat al-Ghafir ayat 78:

"Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum engkau [Muhammad], di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu, dan di antaranya ada [pula] yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang Rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, [untuk semua perkara] diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugi-lah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (QS. al-Ghafir ayat 78)

4. Cara Memperoleh Wahyu

Perbedaan nabi dan rasul juga didasarkan pada cara turunnya wahyu. Nabi hanya mendapatkan wahyu atau ajaran Ilahi melalui mimpi.

Sedangkan, rasul dapat menerima wahyu melalui mimpi maupun melalui malaikat serta dapat melihat dan berkomunikasi secara langsung dengan malaikat.

Editor : Komaruddin Bagja

TAG : perbedaan nabi dan rasul Nabi Nabi dan Rasul

Bagikan Artikel:




Dalam agama islam, ada 25 Nabi dan Rasul yang disebutkan dalam Al-Quran. Nabi dan Rasul adalah manusia-manusia pilihan yang bertugas memberi petunjuk kepada manusia tentang keesaan Allah SWT dan membina mereka agar melaksanakan ajaran-Nya.

Sejarah panjang umat manusia dimulai sejak diturunkannya Nabi Adam as. dan istrinya Siti Hawa oleh Allah swt. ke dunia ini. Nabi Adam diciptakan sebagai manusia pertama oleh Allah sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 31 sebagai berikut.

وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Artinya: “Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar!”” (Q.S 2:31).

Kemudian dalam surat Al-Baqarah ayat 34 dijelaskan:

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.” (Q.S 2:34).

Menurut tafsir Kementerian Agama, pada ayat ini, Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud hormat kepada Nabi Adam sebagai bentuk pengakuan malaikat akan keunggulan manusia. Iblis menolak bersujud kepada Nabi Adam dan menyombongkan diri karena merasa dirinya lebih terhormat.

Atas tindakan tersebut, iblis termasuk golongan yang kafir, yaitu makhluk yang menutup diri dari menerima kebenaran, ingkar terhadap kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepadanya, dan ingkar terhadap hikmah yang terkandung di balik titah Allah.

Sejak Nabi Adam, Allah telah menunjuk beberapa Nabi setelahnya. Dalam buku “Agama Islam, Nama-Nama Nabi dalam Al Qur'an” oleh Ariani dijelaskan, istilah nabi berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang menyampaikan berita.

Setiap nabi dan rasul memiliki keistimewaan karena mereka adalah manusia pilihan Allah SWT untuk menyampaikan wahyu kepada umat-Nya. Sedangkan pengertian rasul adalah utusan Allah.

Beberapa ulama memiliki perbedaan pandangan antara Nabi dan Rasul. Ada yang menyatakan bahwa Nabi dan Rasul itu sama. Pendapat lain menyatakan bahwa setiap rasul pasti seorang Nabi, tetapi Nabi belum tentu ditugaskan menjadi Rasul.

Nama-nama Nabi dalam Al-Quran

Dalam Al-Quran tercantum 25 nama Nabi berurutan sebagai berikut.

  1. Nabi Adam.
  2. Nabi Idris.
  3. Nabi Nuh.
  4. Nabi Hud.
  5. Nabi Saleh.
  6. Nabi Ibrahim.
  7. Nabi Ismail.
  8. Nabi Luth.
  9. Nabi Ishaq.
  10. Nabi Ya’kub.
  11. Nabi Yusuf.
  12. Nabi Syu’aib.
  13. Nabi Ayub.
  14. Nabi Zulkifli.
  15. Nabi Musa.
  16. Nabi Harun.
  17. Nabi Daud.
  18. Nabi Sulaiman.
  19. Nabi Ilyas.
  20. Nabi Ilyasa.
  21. Nabi Yunus.
  22. Nabi Zakaria.
  23. Nabi Yahya.
  24. Nabi Isa.
  25. Nabi Muhammad (Rasulullah).

Baca Juga

Nabi pilihan Allah sangat menjaga sikap dan perilakunya. Mereka memiliki sifat istimewa dan terpuji, yaitu sidiq, amanah, tabligh, dan fatanah. Ariani dalam buku “Agama Islam, Nama-Nama Nabi dalam Al Qur'an” menjelaskan sifat Nabi dan Rasul sebagai berikut.

  • Sidiq, artinya jujur. Makna sifat ini adalah jujur dalam menyampaikan kabar sesuai kenyataan. Jadi, para Nabi dan Rasul tidak berkata bohong.
  • Amanah, artinya terpercaya. Nabi dan Rasul memiliki keadaan lahir dan batin yang terhindar dari perbuatan khianat sehingga mereka dapat dipercaya.
  • Tabligh, artinya menyampaikan. Maksud sifat ini adalah Nabi dan Rasul menyampaikan dan menjelaskan semua perintah dari Allah. Mereka terhindar dari sifat kitman, artinya menyembunyikan.
  • Fatanah, artinya cerdas. Sifat cerdas Nabi dan Rasul berarti dalam menyampaikan tugas dari Allah, mereka tanggap dan terhindar dari sifat baladah atau bodoh.

Kisah Para Nabi

Kisah para Nabi dapat diteladani dan diambil hikmahnya. Dalam buku “Kumpulan Kisah Teladan” oleh Prof. Dr. H. M. Hasballah Thaib, MA dan H. Zamakhsyari Hasballah, Lc, MA, Ph.D. dijelaskan, kisah dalam bahasa Arab disebut al-Qashash.

Secara bahasa, kata al-Qashash maknanya mengikuti atsar (jejak/bekas). Sedangkan secara istilah maknanya adalah informasi mengenai suatu kejadian/perkara yang berperiodik di mana satu sama lainnya saling sambung-menyambung (berangkai).

Simak kisah Nabi Idris as. berikut dari buku “25 Nabi Dan Rasul Dalam Alquran” oleh Herlinda Novita Rahayu.

Kisah Nabi Idris

Nabi Idris a.s adalah keturunan keenam Nabi Adam, putra dari Yazid bin Mihla’iel bin Qoinan bin Anusy bin Syith bin Adam a.s dan dia adalah keturunan pertama yang dikurniakan kenabian setelah Adam dan Syith.

Nabi Idris menerima wahyu dari Allah SWT melalui malaikat Jibril sebanyak 30 shahifah yang isinya adalah ajaran agama untuk umatnya. Kisah Nabi Idris dimulai saat menerima tugas berdakwah untuk anak-cucu Qabil.

Beliau selalu mengajak mereka mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi godaan setan. Tetapi, anak-cucu Qabil tidak mau menerima ajaran Nabi Idris.

Akhirnya, Allah memerintahkan Nabi Idris agar meninggalkan mereka. Azab Allah kemudian datang, mengakibatkan kemarau panjang dan kelaparan. Nabi Idris melanjutkan dakwah. Suatu hari, atas izin Allah, Izrail menemui Nabi Idris dengan menyamar sebagai seorang laki-laki.

Izrail mengucapkan salam dan Nabi Idris Menjawabnya. Izrail menginap di rumah Nabi Idris selama beberapa hari. Nabi Idris heran kenapa tamu tersebut tidak makan, tidur, dan terus beribadah. Beliau kemudian memberanikan diri bertanya.

"Aku ini Izrail." jawab Izrail.

"Izrail?" tanya Nabi Idris seolah tak percaya. "Engkau datang untuk mencabut nyawaku?" "Bukan," jawab Izrail. "Aku datang hanya untuk berkenalan denganmu."

Kemudian Nabi Idris mengatakan bahwa ia ingin merasakan bagaimana rasanya mati. Maka Izrail mencabut nyawa Nabi Idris Namun, Nabi Idris tidak merasakan apapun.

Izrail menjelaskan, "Karena aku mencabutnya dengan lemah lembut."

"Bagaimana dengan orang yang tidak beriman?" tanya Nabi Idris.

"Rasanya sakit tak terperi. Sampai kiamat pun masih terasa." jawab Izrail.

Kemudian Nabi Idris ingin meyaksikan neraka secara langsung. Atas izin Allah, Izrail dan Nabi Idris sampai di tepi neraka. Apinya bergemuruh, nyalanya sangat terang, panasnya begitu dahsyat.

Baca Juga

Penjaga neraka sangat menyeramkan, galak, dan tak kenal ampun menyiksa orang-orang kafir. Menyaksikan kengerian itu, Nabi Idris pingsan.

“Tak ada yang lebih mengerikan dari neraka.” ujar Nabi Idris.

Nabi Idris dan Izrail bergegas menuju surga. Setelah memberi salam, keduanya dipersilakan masuk oleh malaikat penjaga surga, yaitu Ridwan. Ketika Nabi Idris as melihat surga, beliau tak henti mengucapkan, "Subhanallah."

Dalam surga, mengalir sungai jernih, istana cantik, dan bidadari. Saat Nabi Idris as. ingin minum air surga, rasanya lezat dan segar, melebihi minuman apapun di dunia.

Allah menceritakan tentang kisah Nabi Idris ini kepada Rasulullah SAW dengan firman-Nya dalam surat Maryam ayat 56-57 sebagai berikut.

وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِدْرِيْسَۖ اِنَّهٗ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا ۙوَّرَفَعْنٰهُ مَكَانًا عَلِيًّا

“Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di dalam Kitab (Al-Qur'an). Sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi, dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (Q.S 19:56-57).

Demikian kisah Nabi Idris. Dari kisah tersebut dapat dipahami bahwa surga dan neraka benar adanya. Percaya terhadap surga dan neraka merupakan salah satu ciri orang yang beriman kepada Allah dan beriman kepada kitab Al-Quran, karena hal tersebut bagian dari kebenaran Al-Quran yang merupakan firman Allah.