Oleh: Prof. Sasmoko Berdasarkan definisi dan sudut pandang para psikolog, diungkapkan mengenai tipe-tipe kepribadian. Beberapa psikolog membagi tipe kepribadian berbeda satu sama lain, dan perbedaan ini disebabkan oleh sudut pandang dari mana penelitian atas kepribadian dimulai atau didasarkan oleh faktor tertentu yang juga berbeda antara satu ahli dengan lainnya. Oleh karena itu beberapa tipe kepribadian yang akan dikemukakan berikut ini, dibatasi oleh pendapat yang dianggap cukup banyak diperbincangkan oleh para ahli. Type Theory Tokohnya adalah Galen, Ernest Kretschmer, William Sheldon.Galen mendasarkan penemuannya pada doktrin Hippocrates bahwa tubuh manusia dibentuk dari darah (blood), zat empedu kuning (yellow bile), zat empedu hitam (black bile), zat lendir (phlegm) yang berkaitan erat dengan empat tipe temperamen manusia yaitu tipe:
Ernst Kretschmer, mengemukakan kepribadian yang juga didasarkan pada bentuk tubuh, antara lain dikatakan bahwa orang yang memiliki bentuk tubuh tinggi kurus dan atletis diasosiasikan dengan orang yang senang menarik diri, kurang bergaul. Sedangkan orang yang pendek, gemuk adalah orang yang memiliki emosi yang kurang stabil (emotional instability). Tipe kepribadian yang dikemukakan di atas selain “kadar” ilmiahnya masih dipertanyakan juga hanya mengemukakan sisi negatif dari kepribadian sehingga sangat disarankan untuk tidak dijadikan patokan penilaian kepribadian, sebab seringkali orang yang diberi cap negatif seringkali bertingkah laku sesuai dengan cap yang diberikan kepadanya. Trait Theory Tokohnya Gordon Allport dan, R.B. Cattell. Mereka mendefinisikan trait (watak), sebagai susunan neuropsychic yang mempunyai kemampuan memberikan banyak rangsangan pada fungsi-fungsi yang sederajat dan mengarahkan bentuk dan pengungkapan perilaku. R.B. Cattell mengklasifikasikan sifat berdasarkan empat pasang tipe yaitu:
Psychoanalysis Theory Tokohnya adalah Sigmund Freud yang mengatakan bahwa kepribadian manusia adalah pertarungan antara Id, Ego dan Super Ego. Id adalah bagian kepribadian manusia yang mengendalikan dorongan-dorongan biologis seperti dorongan sex dan sifat agresif, Id bertindak atas prinsip kesenangan semata, sehingga seringkali disebut sebagai tabiat hewani manusia. Super Ego adalah hati nurani yang bertindak atas prinsip moral. Super ego merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakatnya, Id dan Super Ego seringkali bertentangan, dan ketiganya berada dalam alam bawah dasar manusia. Ego merupakan kepribadian yang menjembatani antar keinginan Id dan aturan yang ditentukan oleh super ego. Baik id, ego dan super ego, ketiganya berada dalam alam bawah sadar manusia. Jadi dalam teori psikoanalisis dijelaskan oleh Freud bahwa perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego) dan sosial (super ego) atau menurut Jalaluddin Rahmat disebut sebagai unsur animal, rasional dan moral. Freud juga mengemukakan bahwa kepribadian manusia dipengaruhi oleh tingkatan psychosexual yang dibagi ke dalam tiga tingkatan yaitu:
Pada fase ini juga mulai terlihat kesenangan pada lawan jenisnya, seperti anak laki-laki yang menyenangi ibunya dan anak perempuan menyenangi bapaknya. Apa hubungan antara fase perkembangan dengan kepribadian seseorang? Menurut Freud, rasa frustrasi dan konflik yang terjadi pada fase-fase tertentu akan mempengaruhi kepribadian seseorang pada saat beranjak dewasa yang mengakibatkan 2 hal yaitu yang disebut: Fixation (perasaan yang mendalam) dan Regression. Sebagai contoh; jika seseorang mengalami fixation pada oral stage maka orang tersebut akan cenderung berkarakter rakus, dan kurang peduli, dan jika mengalami hal yang sama pada anal stage maka ia cenderung kikir dan kepala batu. Phenomenology Theory Tokoh adalah: Abraham Maslow, dan Carl Rogers. Berbeda dengan teori psikoanalisis yang menekankan pada masalah perkembangan psychosexual, ketidaksadaran (unconscious), teori ini lebih menekankan pada masalah persepsi, pengertian, perasaan dan pengertian akan diri sendiri (self). Teori ini melihat manusia sebagai pribadi unik dan sangat individual sifatnya artinya kepribadian seseorang dalam perkembangannya, sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungannya, dalam hal ini orang tua dan orang-orang yang menjadi panutannya. Teori-teori tentang kepribadian banyak pula dibahas oleh para pakar di antaranya adalah sebagai berikut. Tokoh Teori Kepribadian Larry A. Hjelle dan Daniel J. Ziegler Menurut Larry A. Hjelle dan Daniel J. Ziegler teori-teori kepribadian diklasifikasikan menjadi 3 kategori:
Para pakar pendukung humanistic psikologi mempertahankan bahwa manusia sebagian besar sadar dan rasional dan tidak didominasi oleh kebutuhan dari ketidaksadaran dan konflik. Ada bebrapa pakar psychology yang telah terlibat dalam memperkenalkan kepribadian yang menggunakan pendekatan humanistic, antara lain Erich Fromm, Gordon Allport, Carl Rogers, Victor Frankl, Rollo May dan Abraham Maslow. Ericson Ketika Freud mengidentifikasi perkembangan kepribadian dengan 3 (tiga) subsistem, maka Ericson mengembangkan menjadi 8 tahap. Seperti Freud, Ericson juga mengembangkan kepribadian dalam tahapan-tahapan. Di mana setiap tahapan dapat diidentifikasi dengan masa krisis. Delapan tahapan perkembangan kepribadian dari Ericson adalah sebagai berikut: Tabel 1. Tahap Perkembangan Kepribadian Ericson
Ericson tidak merasa bahwa semua periode yang penting dalam bertambahnya perbuatan yang disengaja dan kemampuan yang lebih tinggi terjadi pada masa krisis secara berturut-turut. Ia menegaskan bahwa perkembangan psikologi terjadi karena tahapan-tahapan kritikal. Kritikal adalah karakteristik pada saat membuat keputusan antara kemajuan dan kemunduran. Pada situasi seperti ini, maka bisa terjadi prestasi atau kegagalan, sehingga dapat mengakibatkan masa depan yang akan lebih baik atau lebih buruk, tetapi sebetulnya situasi tersebut dapat disusun kembali. Bagaimanapun juga, Ericson tidak menerima gagasan atau pikiran Freud yang mengatakan bahwa kepribadian setelah masa kanak-kanak yang tidak penurut tidak bisa diubah. Ericson percaya bahwa kepribadian masih dapat dibentuk dan diubah pada masa dewasa. Masa dewasa dibagi dalam tiga tahap yaitu, dewasa awal, dewasa pertengahan dan dewasa lanjut. Pada masa dewasa awal persoalan utamanya adalah kekariban dan alternatifnya adalah pengasingan. Masa dewasa pertengahan akan menuju kemenyamaratakan, dalam proses tersebut, individu dengan perasaannya yang baru akan menjadi kebapakan (paternal) dan kreatif, dengan rasa ikut bertanggung jawab untuk menuntun generasi yang baru dan perkumpulan anak-anak muda, tahapan terakhir menawarkan peluang untuk memecahkan masa krisis awal melalui penggabungan. Oleh karena itu, pada saat Ericson membandingkan tahapan awal dengan teori Freud, ternyata tahapan dewasa lanjut menggambarkan periode pertumbuhan secara alamiah. Sependapat dengan Freud, Ericson juga percaya bahwa setiap orang tidak dapat berhasil dalam menyesuaikan diri di setiap tahapan, tidak berdayanya perkembangan kepribadian pria dan wanita, dapat mengakibatkan bertambahnya tekanan (stres) dan kegelisahan. Algyris Chris Algyris meyakini bahwa orang yang sehat mencoba mendapatkan atau menuntut situasi yang menawarkan otonomi (mandiri, keinginan yang bebas atau luas), perlakuan yang sama, dan kesempatan untuk menonjolkan kemampuannya dalam masalah rumit. Kesehatan itu cenderung bergerak dari ketidakmatangan menuju kematangan; dari:
Orang sehat akan selalu menampakkan tingkah laku yang matang, sedangkan orang sakit cenderung kekanak-kanakan dan bertingkah laku yang tidak matang. Sheehy Perkembangan orang dewasa ditempuh melalui 5 (lima) tahap krisis sebagai berikut.
Sheldon Menurut Sheldon, manusia dilihat dari segi morphologi (bentuk badan) dapat dibedakan menjadi hal-hal berikut.
Penyelidikan Sheldon di atas berdasarkan adanya korelasi antara bentuk badan dengan karakter seseorang. Penampilan fisik seseorang akan membawa pengaruh karakternya contoh: seseorang berfisik atletis, dalam bertindak cenderung menjadi agresif. Carl Gustav Jung Menurut Carl Gustav Jung, kepribadian dalam individu dapat dibedakan antara 2 sisi yang Introvert serta Extrovert. Pada diri individu yang introvert, maka pada umumnya memiliki sifat-sifat cenderung menarik diri, suka bekerja sendiri, tenang, pemalu, tetapi rajin, hati-hati dalam mengambil keputusan, dan cenderung tertutup secara sosial. Individu yang extrovert, pada umumnya memiliki ciri-ciri suka berpandangan atau berorientasi keluar, bebas dan terbuka secara sosial, berminat terhadap keanekaan, sigap dan tidak sabar dalam menghadapi pekerjaan yang lamban, dan suka bekerja kelompok. Exstrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dari dirinya, sehingga segala minat, sikap, keputusan-keputusan yang diambil lebih ditentukan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar dirinya. Pada dasarnya orang-orang yang bersifat ekstrovert menunjukkan sikap yang lebih terbuka dan mau menerima masukan dari pihak luar, aktif, suka berteman dan ramah tamah. Umumnya mereka sudah senada dengan kebudayaan dan orang-orang yang berada di sekitarnya, serta berupaya untuk mengambil keputusan sesuai dan serasi dengan permintaan dan harapan lingkungan. Sedangkan tipe introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Minat, sikap, dan keputusan-keputusan yang diambil selalu didasarkan pada perasaan, pemikiran dan pengalamannya sendiri. Pada dasarnya orang yang introvert cenderung pendiam dan tidak membutuhkan orang lain karena merasa segala kebutuhannya dapat dipenuhinya sendiri. Di samping penampakan umum tersebut, introvert menunjukkan sikap yang tertutup dan lebih berhati-hati, pengambilan keputusan agak terlepas dari kendala-kendala dan penelaahan mengenai situasi, kebudayaan, perorangan atau benda-benda di sekitar mereka, mereka tenang, rajin, bekerja sendiri, dan agak tertutup secara sosial. Umumnya orang introvert tidak suka diinterupsi apabila sedang bekerja dan cenderung melupakan nama dan muka orang. Meskipun demikian keduanya masing-masing memiliki kecenderungan ciri stable dan unstable. Meskipun demikian baik extrovert dan introvert hanya merupakan suatu tipe reaksi yang terus menerus, dan bila seseorang menunjukkan reaksi semacam itu secara kontinyu atau dengan kata lain reaksi semacam itu telah menjadi kebiasannya, maka barulah dapat dianggap seseorang mempunyai kepribadian satu dari kedua tipe itu. Pada perkembangan melalui adaptasi maupun intervensi terhadap lingkungan, sebagian individu mengadakan penyesuaian, sehingga menjadi sifat yang ambivalen, yakni sifat di antara introvert dan extrovert. Seseorang yang mempunyai sifat introvert dengan adanya unsur adaptasi dengan lingkungan serta rasa percaya dirinya yang semakin bertambah akan cenderung bergerak ke arah exstrovert. Demikian juga seorang exstrovert dengan adanya unsur adaptasi dengan lingkungan serta rasa percaya diri yang semakin bertambah akan cenderung bergerak ke arah introvert. Eric Berne Eric Berne memperkenalkan suatu metode untuk menganalisis kepribadian seseorang dengan melihat tingkah laku mereka yang dominan pada suatu saat, dan bila ini menjadi kebiasaan yang terus menerus dapat dikatakan manusia memiliki kecenderungan tipe kepribadian tertentu. Berne membagi tipe kepribadian manusia menjadi tiga bagian, yakni kanak-kanak, dewasa dan orang tua. Setiap tipe kepribadian ini membawa perilaku tertentu dalam berinteraksi dengan orang lain. Metoda yang dilakukan untuk pembagian tipe kepribadian ini adalah dengan analisis transaksional yang merugikan liku-liku yang mendasari tata cara, tingkah laku pribadi-pribadi dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam cara berpikir dan berkelakuan, dalam perasaan dan cara menghadapi kenyataan hidup ternyata terdapat beberapa corak yang berbeda, sehingga didapat konsep ego state yang menampakkan kepribadian seseorang. Berne membedakan ego state manusia dalam tiga tipe kepribadian yang berbeda, yakni, kanak-kanak (child), orang tua (parents), dan dewasa (adult). Orang dengan tipe kanak-kanak, menampakkan kembali perilaku, perasaan, pemikiran, pengamatan orang dari masa kecilnya. Kelincahan dan kebebasan berpikir masih nampak juga pada orang dewasa yang memiliki tipe kanak-kanak kuat. Tipe dewasa menampakkan akal sehat yang mampu menilai kenyataan sekarang ini dan merencanakan masa depan. Pengertian tipe kepribadian dengan menggunakan ego state dinamakan analisis struktural. Meskipun perkataan Eric Berne ini belum dapat diterima sepenuhnya sebagai suatu tipe kepribadian, namun secara metodologis ia telah membanggakan cara meneliti perilaku manusia yang membentuk kepribadiannya. Sama seperti kedua teori di atas sebelumnya, ego state bersifat ambivalen tidak ada yang seratus persen mewakili salah satu tipe dalam diri manusia, pada dasarnya manusia memiliki ketiga tipe tersebut, hanya berbeda dari faktor dominannya saja. Faktor Penentu Perubahan KepribadianPerubahan dalam kepribadian tidak terjadi secara spontan, tetapi merupakan hasil pematangan, pengalaman, tekanan dari lingkungan sosial budaya, dan faktor-faktor dari individu.
|