Mengapa tingkat kreativitas anak berbeda beda

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Dengan berkembang nya zaman pada saat ini kita sangat memerlukan manusia yang berkualitas atau yang mampu menghadapai tantangan dan memecahkan masalah masalah yang semakin beragam dan rumit. Dengan melihat tantangan yang akan dihadapi generasi muda di masa yang akan datang maka kreativitas sebagai salah satu ciri kualitas perorangan semakin penting di perhatikan dan dikembangkan.

Umumnya kreativitas didefinisikan sebagai Person, Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif.

Namun tidak semua individu yang tinggal di lingkungan yang sama dan berasal dari keturunan yang sama memiliki daya cipta atau kreativitas yang sama pula. Kreativitas itu akan berbeda pada anak laki laki dan perempuan, atau kakak dengan adiknya. Menurut hurlock (1988) anak perama akan lebh kreatif dibandingkan anak tengah dan anak bungsu. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah tidak mungkin terjadi kebalikan nya? 

Oleh karna itu kami selaku penulis tertarik untuk melihat kreativitas berdasarkan urutan kelahiran. Hal ini dilandasi karena adanya perbedaan tingkat kreativitas antara anak sulung, tengah dan bungsu. Maka dari itu peneliti menulis penelitian ini yang berjudul “perbedaan kreativitas anak dari urutan kelahiran berdasarkan penilaian ibu”

1.2  RUMUSAN MASALAH

Bertitik tolak pada bab sebelumnya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.     Bagamanakah cara mengetahui kreativitas seseorang?

2.     Apakah ada perbedaan antara tingkat kretivitas siswa dilihat dari urutan kelahiran (sulung, tengah, bungsu)?

1.3  PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari peninjauan yang terlalu luas terhadap masalah masalah yang akan diteliti, maka penulis melakukan pembatasan masalah sebagai berikut :

1.     Urutan kelahiran adalah posisi anak dalam keluarga yaitu : sulung,tengah,bungsu

2.     Peneliti hanya mengambil sampel dari ibu yang memiliki 3 anak

3.     Perbedaan kreativitas anak dalam urutan kelahiran adalah menurut pendapat ibu.

1.4  TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kreativitas anak dalam urutan kelahiran menurut pendapat ibu dan anak manakah yang lebih kreatif.

1.5  METODE PENGAMATAN

Metode pengamatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah dengan pengisian angket .

1.6  MANFAAT

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut

1.     Untuk menambah wawasan kita mengenai perbedaan kreativitas

2.     Dapat mengetahui lebih rinci tentang perbedaan kreativitas pada anak sulung tengah dan bungsu

BAB II : KAJIAN TEORI

2.1  Definisi Konsepsional atau Pengertian Kreativitas 4P (Pribadi,   Proses, Produk, dan Pendorong)

Pengertian kreativitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta atau daya cipta. Kreativitas dahulu dianggap sebagai ”anugrah yang ajaib”, yang hanya dimiliki oleh  segelintir orang. Sekarang kita tahu bahwa kecerdasan merupakan anugrah ajaib yang dimiliki semua orang.  Menguraikan kekuatan kecerdasan kreatif hanyalah masalah memahami bagaimana melakukannya. Kreativitas bisa dimiliki semua orang dengan membangun potensi kreatif dalam dirinya.

Salah satu masalah yang kritis dalam meneliti, mengidentifikasi, dan mengembangkan kreaivitas ialah bahwa ada begitu banyak definisi tentang kreativitas. Akan tetapi, tidak ada satu definisi pun yang dapat diterima secara universal. Mengingat kompleksitas dari konsep kreativitas, agaknya hal ini tidak mungkin dan juga tidak perlu, karena kreativitas dapat ditinjau dari berbagai aspek yang meskipun berkaitan, tetapi penekanannya berbeda-beda. Definisi konsepsional adalah dari kata konsepsional yaitu hubungan antara konsep khusus yang akan diteliti. Istilah konsepsional adalah pengarah atau pedoman yang masih abstrak sehingga membutuhkan pelengkapnya yaitu definisi operasional.

Rhodes (1961, dalam Isaksen, 1987) dalam menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas, menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses (process), dan produk (product). Kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong (press) individu ke perilaku kreatif. Rhodes menyebut keempat jenis definisi tentang kreatifitas ini sebagai Four P’s of Creativity: Person, Process, Product, Press. Berikut ini akan dijelaskan lebih dalam lagi mengenai definisi tentang kreativitas melalui pendekatan 4P tersebut.

A. Definisi Pribadi (Person)

Kreatifitas merupakan ungkapan unik dari seluruh pribadi sebagai hasil interaksi individu, perasaan, sikap dan perilakunya. Kreatifitas mulai dengan kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu yang baru. Biasanya seorang individu yang kreatif memiliki sifat yang mandiri. Ia tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya. Ia memiliki system nilai dan system apresiasi hidup sendiri yang mungkin tidak sama yang dianut oleh masyarakat ramai.Definisi kreativitas dari aspek pribadi banyak dikemukakan oleh beberapa pakar, antara lain menurut Hulbeck (1945), tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Fokus pada segi pribadi jelas pada definisi ini. Definisi mengenai kreativitas yang lain diberikan oleh Sternberg (1988), yaitu kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian atau motivasi. Bersama-sama ketiga segi dari alam pikiran ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif.

Intelegensi meliputi kemampuan verbal, pemikiran lancar, perencanaan, parumusan masalah, penyusunan strategi, keterampilan mengambil keputusan dan lain lain. Gaya kognitif atau intelektual pribadi yang kreatif menunjukan kelonggaran dari ketertarikan pada konvensi menciptakan aturan sendiri, menyukai masalah yang tidak terlalu terstruktur, senang menulis, merancang, dan lain-lain. Dimensi kpribadian  atau motivasi terdiri dari fleksibilitas, toleransi terhadap kedwiartian. Keuletan dalam menghadapi rintangan dan lain-lain.

Pengertian lain mengenai kreativitas, yaitu Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru (Hurlock dalam Basuki, 2010). Sedangkan menurut Munandar (dalam Basuki, 2010) kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas dalam berfikir. Selanjutnya kreativitas merupakan sifat pribadi seorang individu yang tercermin dari kemampuannya untuk menciptakan sesuatu yang baru (Soemardjan dalam Basuki, 2010).

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas dari aspek pribadi adalah proses menghasilkan dan membuat suatu hal yang baru, berbeda, unik, dan berarti dari intelegensi dan kemampuan pribadi yang dimiliki oleh seseorang.

B. Definisi Proses (Process)

Definisi kreativitas dari aspek proses banyak dikemukakan oleh beberapa pakar, antara lainmenurut Hurlock (1978) kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Kreativitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuan pembangunan diri itu ialah untuk menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik (Alvian, 1983). Definisi proses yang terkenal adalah definisi Torrance (1988) tentang kreativitas yang pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu:

a. Sensing difficulties and problems

b. Making guesses and formulating hypotheses about these deficiencies

c. Evaluating ans testing the guesses and hypotheses

d. Possibly revising and retesting them

e. Communicating the result

Definisi Torrace ini merupakan seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan menyampaikan hasil.Menurut Graham Wallas (1926), kreativitas merupakan proses 5 tahap:

a.       Preparation (Persiapan) = Proses pengumpulan informasi dan menginvestasikan masalah.

b.      Incubation (Pengendapan) = secara tidak sadar memikirkan problem

c.       Intimation.

d.      Ilumination (iluminasi) = menyadari cara-cara baru dalam memecahkan masalah.

e.       Verification (menguji) = mengimplementasikan temuan

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi kreativitas berdasarkan aspek proses adalah proses menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi melalui beberpa tahapan ilmiah.

C. Definisi Produk (Product)

Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan orisinalitas, seperti defisi dari Barron (1969) yang menyatakan bahwa “kreativitas adalah kemamupan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.” Selanjutnya dijelaskan oleh Munandar (2002) definisi produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna.

Mengenali bakat, ciri pribadi, mendorong dengan motivasi, menyediakan waktu dan sarana prasarana, serta mempertunjukkan hasil karya guna menggugah minat untuk berkreasi akan membuat individu terpacu untuk kreatif. Selain itu, Stein (dalam Basuki, 2010) menyatakan bahwa suatu produk baru dapat disebut karya kreatif jika mendapatkan pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat pada waktu tertentu.Rogers (dalam Vernon, 1928) mengemukakan kriteria untuk produk kreatif ialah:

·         Produk itu harus nyata

·         Produk itu harus baru

·        Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya. .

D. Definisi Pendorong (Press)

Kategori keempat dari definisi dan pendekatan terhadap kreativitas menekankan faktor “Press” atau dorongan, baik dorongan internal (dari diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau besibuk diri secara kreatif) maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula dihambat dalam lingkungan yang tidak mendukung. Banyak orang tua yang kurang menghargai kegiatan kreatif anak mereka dan lebih memprioritaskan pencapaian prestasi akademik yang tinggi dan memperoleh rangking tinggi dalam kelasnya. Demikian pula guru meskipun menyadari pentingnya perkembangan kreatifitas tetapi dengan kurikulum yang ketat dan kelas dengan jumlah murid yang banyak maka tidak ada waktu bagi pengembangan kreativitas.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas dari aspek pendorong adalah kemampun yang dihasilkan karena faktor yang datang dari dalam diri individu tersebut maupun faktor yang datang dari luar.

2.2 Ciri – ciri dari kreativitas

Ciri ciri dari kreativitas adalah sebagai berikut :

v   Dorongan ingin tahu besar.

v   Sering mengajukan pertanyaan yang baik.

v   Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.

v   Bebas dalam menyatakan pendapat.

v   Mempunyai rasa keindahan.

v   Menonjol dalam salah satu bidang seni.

v   Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain.

v   Memiliki rasa humor tinggi.

v   Daya imajinasi kuat.

v   Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan, gagasan, karangan, pemecahan masalah).

v   Dapat bekerja sendiri.    

v   Kemampuan elaborasi (mengembangkan atau memerinci) suatu gagasan.

Selain  itu ciri-ciri kreativitas dapat dilihat dari seseorang yang memiliki rasa ingin tahu (sense of curiosity), kebutuhan untuk berprestasi (need of achievement), dapat beradaptasi (adaptable) dan memiliki kemampuan menempuh resiko.

2.3 faktor yang mempengaruhi kreativitas

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas menurut Rogers (dalam Munandar, 1999) adalah:

a. Faktor internal individu

Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi kreativitas, diantaranya :

1. Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam individu. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima perbedaan

2. Evaluasi internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.

3. Kemampuan untuk bermaian dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

b. Faktor eksternal (Lingkungan)

Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas individu adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas jika kebudayaan itu memberi kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota masyarakat. Adanya kebudayaan creativogenic, yaitu kebudayaan yang memupuk dan mengembangkan kreativitas dalam masyarakat, antara lain :

(1) tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan media, (2) adanya keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat, (3) menekankan pada becoming dan tidak hanya being, artinya tidak menekankan pada kepentingan untuk masa sekarang melainkan berorientasi pada masa mendatang, (4) memberi kebebasan terhadap semua warga negara tanpa diskriminasi, terutama jenis kelamin, (5) adanya kebebasan setelah pengalamn tekanan dan tindakan keras, artinya setelah kemerdekaan diperoleh dan kebebasan dapat dinikmati, (6) keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda, (7) adanya toleransi terhadap pandangan yang berbeda, (8)adanya interaksi antara individu yang berhasil, dan (9) adanya insentif dan penghargaan bagi hasil karya kreatif. Sedangkan lingkungan dalam arti sempit yaitu keluarga dan lembaga pendidikan. Di dalam lingkungan keluarga orang tua adalah pemegang otoritas, sehingga peranannya sangat menentukan pembentukan krativitas anak. Lingkungan pendidikan cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir anak didik untuk menghasilkan produk kreativitas, yaitu berasal dari pendidik.

Selain itu Hurlock (1993), mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan munculnya variasi kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:

1. Jenis kelamin

Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.

2. Status sosioekonomi

Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.

3. Urutan kelahiran

Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.

4. Ukuran keluarga

Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.

5. Lingkungan

Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan.

6. Intelegensi

Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.

2.4 ciri anak berdasarkan urutan kelahiran

a. Anak Pertama atau Sulung

Anak yang lahir pertama biasanya anak dengan perhatian yang besar diarahkan pada dirinya. Ada dua jenis khas anak yang lahir pertama, yaitu patuh dan agresif. Anak pertama dalam keluarga bisa salah satu dari dua jenis, dan memiliki sifat-sifat khas:

ü  Kerap terbebani dengan harapan atau keinginan orangtua. Anak pertama sangat penting bagi ego orangtua. Itu sebabnya, si sulung didorong untuk mencapai standar sangat tinggi sebagai representasi orangtua.

ü  Cenderung tertekan.

ü  Senang menjadi pusat perhatian. Perkembangan kepribadiannya lebih optimal saat ia memperoleh perhatian.

ü  Orangtua cenderung lebih memperhatikan dalam mendidik anak pertama.

ü  Anak pertama biasanya seorang high achiever (memiliki keinginan berprestasi tinggi).
Saat adik lahir, ia mempunyai tempat kehormatan bagi adik. Meski begitu, saat pusat perhatiannya terganggu oleh adik, ia bisa iri dan tidak aman.

ü  Cenderung diberi tanggung jawab oleh orangtua untuk menjaga adiknya.

ü  Belajar bertanggung jawab dan mandiri melalui kegiatan sehari-hari.

ü  Dapat diandalkan.

ü  Cenderung terikat pada aturan-aturan.

ü  Dominan, konservatif, dan otoriter.

ü  Mempunyai pemikiran yang tajam.

ü  Lebih sensitif.

ü  Bertanggungjawab, melindungi dan memperhatikan orang lain.

ü  Organisator yang baik.

ü  Banyak anak pertama yang mendapat posisi puncak seperti direktur atau CEO. Tak sedikit anak pertama yang merasa menderita karena tidak sukses.

b. Anak Kedua atau Tengah

Di antara anak sulung dan anak bungsu adalah anak tengah yang terkenal dengan ketrampilan mereka bernegosiasi. Karena posisi yang "terjepit" maka mereka ingin mendapatkan perhatian dari orangtua atau orang-orang lain di sekitarnya. Anak tengah cukup sulit untuk dijabarkan, namun mereka cenderung kebalikan dari saudara mereka yang lebih tua. Namun ada beberapa karakteristik tentang tipe anak yang lahir di tengah.

ü  Cenderung lebih mandiri sehingga dapat membentuk karakternya sendiri. Misalnya, sang ibu menggendong adik dan bapak memegang kakak, ia tidak tahu harus bergantung pada siapa. Akhirnya ia menjadi anak yang lebih mandiri.

ü  Karena terabaikan, anak kedua atau tengah cenderung mempunyai motivasi tinggi, bisa dalam hal prestasi maupun sosialisasi.

ü  Cenderung lebih bebas dari harapan orangtua dan independen.

ü  Pandai melihat situasi.

ü  Aturan yang diterapkan lebih longgar. Anak kedua umurnnya diperbolehkan melakukan hal-hal tertentu dengan sedikit batasan.

ü  Berjiwa petualang. Suka berteman dan hidup berkelompok.

ü  Bebas mengekspresikan kepribadiannya yang unik.

ü  Cenderung lebih ekspresif. Berambisi untuk melampaui kakaknya, terlebih bila jarak usianya berdekatan.

ü  Walau cenderung suka melawan, anak kedua biasanya lebih mudah beradaptasi.

ü  Fleksibel dan cinta damai.

ü  Memiliki bakat seni.

ü  Motivasinya tinggi.

ü  Memiliki interes sosial.

ü  Lebih mudah menyesuaikan diri dibandingkan kakaknya.

ü  Cenderung sangat membutuhkan kasih sayang.

ü  Kerap kesulitan menggambarkan kepribadiannya.

ü  Cenderung merasa tidak disayang orangtua dan merasa tidak bisa lebih baik daripada kakaknya.

c. Anak Terakhir atau Bungsu

Anak terakhir sering dianggap bayi keluarga, dan hidup sebagai peran ini. Kadang-kadang sulit bagi anak yang lahir terakhir untuk menemukan tempat di keluarga, sebagai anak pertama dan menengah telah meninggalkan jejak kaki untuk diikuti, dan mengukir mereka sendiri ke dalam keluarga. Karakter umum yang terdapat anak terakhir antara lain :

ü  Tergolong anak yang sulit karena mempunyai kakak yang dijadikan model.

ü  Kerap merasa inferior (rendah diri), tidak sehebat kakak-kakaknya.

ü  Dalam pengasuhan kerap dibantu orang sekitar, sehingga tidak terlalu sadar dengan potensi dirinya.

ü  Cenderung dimanjakan dan kasih sayang banyak tercurah padanya. Lebih merasa aman.

ü  Cenderung tidak dewasa dan kurang bertanggung jawab.

ü  Biasanya paham bahwa mereka termasuk spesial.

ü  Dianggap sebagal “anak kecil” terus menerus.

ü  Aturan yang diberlakukan padanya lebih longgar.

ü  Hanya diberi sedikit tanggung jawab dalam keluarga.

ü  Umumnya tidak diberi banyak tugas, dan tak perlu mengasuh adik.

ü  Sedikitnya pengalaman dalam belajar bertanggung jawab membuat si bungsu menghindari tanggung jawab dan komitmen, terutama bila orangtua senang memperlakukannya sebagai “bayi”.

ü  Lebih spontan dan mempunyai jiwa yang lebih bebas.

ü  Banyak komedian dan pembawa acara merupakan anak tengah atau anak bungsu karena bebas mengembangkan kepribadian mereka yang unik

BAB III : METODE PENELITIAN

3.1  TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

1.     Penelitian ini berlangsung dari tanggal 01 juni – 29 juli

2.     Pembuatan makalah dilakukan di Universitas Gunadarma

3.     Penyebaran angket dilksanakan tanggal 20 juli – 28 juli di Kota Depok

3.2 ALAT

          Penelitian ini menggunakan angket kuesioner tertutup untuk mengumpulkan data. Angket dibagikan kepada ibu yang memliki 3 orang anak untuk membandingkan tingkat kreativitas menurut urutan lahir. Sampel diambil sebanyak 30 ibu masyarakat Depok.

3.1  JENIS PENELITIAN

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian komperatif, karena berdasarkan judul penelitian yang mencari perbedaan kreativitas anak berdasarkan urutan kelahiran.


 ANGKET

Perbedaan Kreativitas Anak Berdasarkan dari Urutan Kelahiran

Inisial Ibu            :

Jumlah Anak        : 

         

  Cara menghitung persentase sebagai berikut.


Keterangan :


Jumlah anak : jumlah keseluruhan  x 100


Terdapat 15 pernyataan disetiap angket, maka 30 ibu dikalikan dengan 15 pernyataan jadi 450 pernyataan.


BAB IV : HASIL DAN ANALASIS


4.1 Hasil penelitian


4.1.1 Hasil dari penelian ibu sebagai berikut :


1.     Anak sulung         : 156


2.     Anak tengah         : 176


3.     Anak bungsu        : 118


Jumlah                       : 450


Persentase :


Anak Pertama      :156 : 450 x 100  = 34,7 %



Anak Tengah       :176 : 450 x 100 = 39,1 %



Anak bungsu        :118 : 450 x 100 = 26,2 %



4.1.2 Analisis Hasil


Setelah ibu menjawab angket yang berisi kuesioner tersebut, peneliti mendapatkan data sebagai berikut :


1.     Tingkat kreativitas anak pertama menurut penilaian ibu


sekitar 34,7 %


2.     Tingkat kreativitas anak tengah menurut penilaian ibu


sekitar 39,1 %


3.     Tingkat kreativitas anak bungsu menurut penilaian ibu


sekitar 26,2 % 

BAB V : KESIMPULAN


Kreatifitas merupakan ungkapan unik dari seluruh pribadi sebagai hasil interaksi individu, perasaan, sikap dan perilakunya. Kreatifitas mulai dengan kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu yang baru. Biasanya seorang individu yang kreatif memiliki sifat yang mandiri. Ia tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya. Kreativitas adalah kemamupan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.


Berdasarkan urutan kelahiran anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta. 


Dan berdasarkan hasil penelitian kami disimpulkan bahwa anak tengah atau anak kedua lebih kreatif dibandingkan anak pertama atau anak bungsu dikarenakan anak kedua yang lebih dibiasakan untuk hidup mandiri dan cara berpikir yang unik, tidak terikat dengan keinginan orang tua. Anak kedua lebih bebas mengekspresikan dirinya.


BAB VI : DAFTAR PUSTAKA


https://psikologikreativitasump.wordpress.com/2011/12/16/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kreativitas/


http://irham-kun.blogspot.com/2012/01/kepribadian-anak-berdasarkan-urutan.html


Heru, Basuki. (2005). Kreatifitas, Keberbakatan, Intelektual, Dan Faktor-Faktor


Pendukung dalam Pengembangannya. Jakarta: Gunadarma.