Mengapa frekuensi nafas meningkat cepat selama melakukan kegiatan?

29 Juni 2018

Mengapa frekuensi nafas meningkat cepat selama melakukan kegiatan?

Aktivitas fisik dikategorikan berat apabila selama beraktivitas tubuh mengeluarkan banyak berkeringat, denyut jantung dan frekuensi nafas sangat meningkat sampai dengan kehabisan napas.Energi yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas pada kategori ini > 7 Kcal/menit.

Contoh :
  • Berjalan dengan sangat cepat (kecepatan lebih dari 5 km/jam), berjalan mendaki bukit, berjalan dengan membawa beban di punggung, naik gunung, jogging (kecepatan 8 km/jam) dan berlari
  • Pekerjaan seperti mengangkut beban berat, menyekop pasir, memindahkan batu bata, menggali selokan, mencangkul
  • Pekerjaan rumah seperti memindahkan perabot yang berat, menggendong anak, bermain aktif dengan anak
  • Bersepeda lebih dari 15 Km per jam dengan lintasan mendaki, bermain basket, cross country, badminton kompetitif, volley kompetitif, sepak bola, tenis single, tinju.

Baca Juga Aktivitas Fisik Sedang

Tarik napas, kemudian buang. Ulangi terus dan hitung selama 1 menit. Berapa kali Moms bernapas?

Moms mungkin pernah melihat Si Kecil berusaha menghitung berapa jumlah napas yang ia ambil. Atau mungkin, pernahkah Si Kecil bertanya berapa frekuensi napas normal di usianya?

Moms, sebenarnya frekuensi napas normal setiap orang per menit bisa bervariasi. Namun, tidak semua orang menyadari dan menghitung berapa kali ia bernapas setiap menitnya.

Cari tahu frekuensi napas normal sesuai usia di sini, yuk, Moms!

Baca Juga: Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Anak: Jenis, Gejala dan Cara Mengatasinya

Definisi Frekuensi Pernapasan

Mengapa frekuensi nafas meningkat cepat selama melakukan kegiatan?

Foto: Orami Photo Stock

Laju atau tingkat pernapasan adalah jumlah napas yang dilakukan seseorang dalam hitungan 60 detik atau 1 menit.

Namun, untuk bisa mendapatkan hasil pengukuran frekuensi napas normal, ada waktu tertentu.

Waktu istirahat atau saat Moms, Dads, dan Si Kecil sedang tidak beraktivitas adalah saat yang dianjurkan untuk melakukan pengukuran frekuensi pernapasan.

Sementara saat sedang aktif bergerak, misalnya ketika olahraga, frekuensi pernapasan bisa meningkat, Moms.

Perhitungan ini dilakukan dengan mengamati berapa kali dada naik tanda sedang bernapas.

Nah, Moms, sebenarnya jumlah napas yang kita ambil per menit adalah tanda seberapa sering otak memberi tahu tubuh untuk bernapas.

Ketika kadar oksigen dalam darah rendah atau karbon dioksida dalam darah sedang tinggi, tubuh mendapat sinyal untuk bernapas lebih sering.

Misalnya begini, saat sedang mengalami penyakit sehingga produksi karbon dioksida dalam tubuh meningkat, tubuh secara otomatis akan lebih sering bernapas untuk membersihkan karbon dioksida tersebut.

Perlu dipahami Moms, tingkat pernapasan seseorang bisa lebih cepat ketika sedang sakit.

Sebagai contoh, saat seseorang mengalami cedera kepala maupun stroke yang merusak pusat pernapasan di otak, laju pernapasan jadi lebih jarang ketimbang normalnya.

Itulah mengapa selama melakukan pemeriksaan pernapasan, sebaiknya catat apakah seseorang mengalami kesulitan bernapas atau tidak.

Baca Juga: Apa Perbedaan Sesak Napas dan Napas Pendek? Simak Penjelasannya!

Frekuensi Napas Normal

Mengapa frekuensi nafas meningkat cepat selama melakukan kegiatan?

Foto: Orami Photo Stock

Berikut frekuensi napas normal anak dan dewasa dalam hitungan 60 detik.

1. Anak-Anak

Frekuensi napas normal dalam hitungan 60 detik untuk anak-anak berbeda-beda berdasarkan usia.

  • Usia 0-1 tahun: frekuensi napas normal 30-60 kali per menit.
  • Usia 1-3 tahun: frekuensi napas normal 24-40 kali per menit.
  • Usia 3-6 tahun: frekuensi napas normal 22-34 kali per menit.
  • Usia 6-12 tahun: frekuensi napas normal 18-30 kali per menit.
  • Usia 12-18 tahun: frekuensi napas normal 12-16 kali per menit.

2. Dewasa

Sementara untuk orang dewasa, melansir dari Cleveland Clinic, tingkat pernapasan normal saat istirahat yakni 12-20 kali per menit.

Jadi, jika laju pernapasan Moms dan Dads ada di bawah 12 atau lebih dari 25 napas per menit, dianggap tidak normal atau tidak sesuai dengan yang seharusnya.

Biasanya, ketidaknormalan hasil laju pernapasan bisa dikarenakan mengalami kondisi medis tertentu, seperti asma, pneumonia, gagal jantung, penyakit paru-paru, kecemasan, overdosis obat, hingga menggunakan narkotika.

Baca Juga: Ini Perbedaan Saturasi Oksigen Normal pada Anak, Dewasa, dan Lansia, Catat!

Frekuensi Napas Normal saat Tidur

Berbeda dengan saat sadar, ketika sedang tidur, kecapatan napas Moms, Dads, dan Si Kecil ditentukan oleh tingkat metabolisme tubuh.

Begini, Moms, laju pernapasan seseorang melambat saat sedang tidur. Meski begitu, pada fase tidur rapid eye movement (REM), laju pernapasan bisa semakin cepat dan tidak menentu.

Agar bisa membedakan, berikut frekuensi napas normal saat tidur berdasarkan usia.

1. Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir punya frekuensi pernapasan yang tinggi. Selain itu, tingkat pernapasan Si Kecil yang baru lahir juga bisa rendah, tinggi, atau berhenti sebentar.

Jika pernapasan Si Kecil seperti itu, jangan khawatir, ya, Moms. Hal ini normal, kok.

2. Anak-Anak

Tak jauh berbeda dengan saat sedang tidur, frekuensi napas normal usia anak-anak saat tidur mirip selayaknya saat sedang beristirahat seperti yang sudah dijabarkan di atas.

Namun umumnya, anak-anak bernapas lebih cepat dibandingkan dengan orang dewasa.

Rata-rata laju pernapasan anak-anak ketika sedang tidur menurun seiring bertambahnya usia.

3. Dewasa

Jika tingkat pernapasan normal orang dewasa ketika istirahat adalah 12-20 kali per menit, ini berbeda dengan saat tidur.

Selama tidur, orang dewasa bisa bernapas 15-16 kali dalam hitungan 60 detik atau 1 menit.

4. Dewasa Lebih dari 60 Tahun

Moms, tingkat pernapasan kita saat beristirahat biasanya berubah seiring usia yang semakin menua.

Bagi orang dewasa yang berusia 65-80 tahun, frekuensi napas normal saat tidur sekitar 12-28 kali per menit.

Sementara untuk usia di atas 80 tahun yang sedang tidur, orang dewasa bisa bernapas 10-30 kali per menit.

Baca Juga: Mengenal Terapi Oksigen, Manfaat, dan Risikonya Bagi Tubuh

Pentingnya Mengetahui Frekuensi Napas Normal

Laju atau tingkat pernapasan adalah salah satu bagian penting alias vital dalam tubuh.

Sebab jika hasil frekuensi napas tidak normal, ini bisa menjadi pertanda Moms, Dads, atau Si Kecil mengalami kondisi medis yang serius, misalnya serangan jantung atau masalah dengan paru-paru.

Ketika tingkat pernapasan berada di bawah normal, kemungkinan ada gangguan pada sistem saraf pusat, seperti otak dan sumsum tulang belakang.

Namun, bila tingkat pernapan ada di atas normal, mungkin saja kondisi lain yang jadi penyebabnya.

Cara Mengukur Frekuensi Napas Normal

Mengapa frekuensi nafas meningkat cepat selama melakukan kegiatan?

Foto: Orami Photo Stock

Moms, untuk tahu apakah tingkat pernapasan Moms, Dads, dan Si Kecil normal atau tidak, ada trik khusus untuk mengukurnya. Nah, berikut langkah mudah untuk mengukur frekuensi napas normal.

  1. Atur waktu selama 1 menit (60 detik).
  2. Posisikan tubuh sedang beristirahat, seperti duduk atau berbaring. Pastikan Moms, Dads, atau Si Kecil tidak melakukan aktivitas berat sebelumnya.
  3. Mulai hitung waktu dan ukur jumlah napas yang berhasil diambil selama 1 menit. Cara menghitungnya yakni dengan memerhatikan berapa kali dada naik pertanda sedang menarik napas.
  4. Jika semua sudah dilakukan dengan baik, sekarang lihat dan cocokkan hasilnya apakah frekuensi napas termasuk normal atau tidak.

Jika hasil yang tertera tidak sesuai laju napas normal, berikut faktor paling umum yang mungkin memengaruhi penilaian:

  • suhu tubuh,
  • kesehatan fisik,
  • emosi yang sedang dirasakan, dan
  • punya penyakit tertentu.

Baca Juga: Yuk, Kenali Bagian dan Fungsi Paru-paru untuk Tubuh!

Jika Frekuensi Napas Tidak Normal, Apakah Perlu ke Dokter?

Mengapa frekuensi nafas meningkat cepat selama melakukan kegiatan?

Foto: Orami Photo Stock

Sebenarnya, laju pernapasan yang sedikit tidak sesuai dengan normalnya masih tidak masalah sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

Hanya saja, dalam beberapa kasus, tingkat pernapasan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah bisa menjadi tanda adanya masalah medis.

Bila Moms, Dads, atau Si Kecil punya penyakit paru, seperti emfisema, asma, dan bronkitis kronis, bisa memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan apakah tingkat pernapasan masih aman sesuai dengan kondisi kesehatan.

Selain itu, sebaiknya perhatikan, Moms, bila tingkat pernapasan anggota keluarga ada yang sangat tidak normal dan disertai dengan gejala berikut:

  • demam,
  • kelelahan, dan
  • sakit tenggorokan.

Sebaiknya, segera periksakan ke dokter bila frekuensi napas tidak normal datang bersamaan dengan gejala di atas. Di sisi lain, jangan sepelekan dan segera kunjungi dokter bila Moms, Dads, atau Si Kecil mengalami gejala berikut:

  • kulit kebiruan,
  • terdengar suara saat bernapas,
  • sakit dada, dan
  • laju pernapasan sangat sedikit tiap menit.

Pada dasarnya, perubahan laju pernapasan terjadi secara alami seiring bertambahnya usia.

Ini karena semakin menua, kita bisa lebih rentan mengalami penyakit dan penurunan fungsi organ tubuh.

Begitu pula dengan organ pernapasan yang turut bisa memengaruhi laju pernapasan Moms dan Dads.

  • https://my.clevelandclinic.org/health/articles/10881-vital-signs
  • https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/vital-signs-body-temperature-pulse-rate-respiration-rate-blood-pressure
  • https://www.healthline.com/health/normal-respiratory-rate
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/324409
  • https://www.verywellhealth.com/what-is-a-normal-respiratory-rate-2248932
  • https://www.sleepfoundation.org/sleep-apnea/sleep-respiratory-rate