Presiden AS Joe Biden berpidato di KTT ASEAN 26 Oktober 2021 yang digelar virtual. Amerika Serikat hari Rabu (2/3/2022) menyatakan mereka akan mengundang perwakilan non-politik Myanmar pada KTT Khusus Amerika Serikat dengan 10 Negara ASEAN pada 28 dan 29 Maret nanti (Sumber: France24 via AFP) WASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat hari Rabu (2/3/2022) menyatakan mereka akan mengundang perwakilan non-politik Myanmar pada KTT Khusus Amerika Serikat dengan 10 Negara ASEAN pada 28 dan 29 Maret nanti, seperti dilaporkan Straits Times, Kamis, (3/3/2022). Show
Keputusan Amerika Serikat itu dikatakan mengikuti jejak ASEAN pada KTT Khusus dimana Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan menjadi tuan rumah. "Amerika Serikat mendukung keputusan ASEAN untuk mengundang perwakilan non-politik dari Burma ke acara tingkat tinggi ASEAN," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, menggunakan nama lama negara Myanmar. "Kami juga memutuskan untuk mengundang perwakilan non-politik dari Burma ke KTT. Rezim (junta militer) dianggap gagal membuat kemajuan berarti dalam Konsensus Lima Poin ASEAN dan harus dimintai pertanggungjawaban," kata pejabat itu. Pejabat tersebut tidak menjawab ketika ditanya siapa wakilnya non-politik Myanmar yang akan diundang ke Washington. Akhir tahun lalu, ASEAN melarang junta yang berkuasa Myanmar dari pertemuan-pertemuan penting karena kegagalannya menghormati rencana yang disepakati dengan ASEAN untuk mengakhiri konflik di negara itu sejak para jenderal merebut kekuasaan. Baca Juga: Presiden AS Joe Biden Surati Ketua ASEAN, Undang Seluruh Pemimpin ASEAN ke AS untuk KTT Khusus Hun Sen sebagai ketua ASEAN dalam panggilan video dengan pemimpin militer Min Aung Hlaing, memintanya untuk mengikuti kesepakatan lima poin ASEAN, Rabu, (26/1/2022). AS hari Rabu (2/3/2022) menyatakan mereka akan mengundang perwakilan non-politik Myanmar pada KTT Khusus Amerika Serikat dengan 10 Negara ASEAN pada 28 dan 29 Maret nanti (Sumber: Straits Times)Konflik tersebut telah menewaskan ratusan warga sipil, membuat lebih dari 300.000 orang mengungsi, dan memicu eksodus perusahaan asing. ASEAN sejak itu mengundang perwakilan non-politik Myanmar ke pertemuan, tetapi junta menolak, dengan alasan bahwa merekalah otoritas yang sah mewakili Myanmar. ASEAN belum secara resmi mengakui pemerintahan junta militer, yang menjadi sasaran sanksi oleh AS, Inggris, dan Uni Eropa, antara lain. Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto Sumber : Kompas TV/Straits Times Jakarta - Asean Free Trade Area (AFTA) merupakan salah satu bentuk kerja sama negara-negara kawasan Asia Tenggara di bidang ekonomi.
Sejarah Pembentukan AFTA
Tujuan AFTA
Dampak AFTA bagi Indonesia
Hambatan AFTA
Simak Video "Sultan Brunei: ASEAN Tidak Akan Mengusir Myanmar" (faz/faz) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN merupakan pertemuan puncak selang pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN dalam hubungannya terhadap pengembangan ekonomi dan tipu daya budi antar negara-negara Asia Tenggara.[2] Sejak dibuatnya ASEAN telah berlanjut 14 kali KTT resmi, 4 KTT tidak resmi, dan 1 KTT Luar Biasa. Lokasi PertemuanKTT ASEAN diselenggarakan oleh 10 negara Asia Tenggara setiap tahunnya. KTT Asean di Hanoi, Vietnam pada 28-30 Oktober 2010 Hasil dari KTT Resmi ASEANKTT ke-1
KTT ke-2
KTT ke-3
KTT ke-4
KTT ke-5
KTT ke-6
KTT ke-7
KTT ke-8
KTT ke-9
KTT ke-10
KTT ke-11
KTT ke-12
KTT ke-13
KTT ke-14
Hasil dari KTT Tidak Resmi ASEANKTT Tidak Resmi ke-1
KTT Tidak Resmi ke-2
KTT Tidak Resmi ke-3
KTT Tidak Resmi ke-4
KTT Luar Biasa (Jakarta 6 Januari 2005)
ReferensiPranala luaredunitas.com Page 2Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN merupakan pertemuan puncak selang pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN dalam hubungannya terhadap pengembangan ekonomi dan tipu daya budi antar negara-negara Asia Tenggara.[2] Sejak dibuatnya ASEAN telah berlanjut 14 kali KTT resmi, 4 KTT informal, dan 1 KTT Luar Biasa. Lokasi PertemuanKTT ASEAN diselenggarakan oleh 10 negara Asia Tenggara setiap tahunnya. KTT Asean di Hanoi, Vietnam pada 28-30 Oktober 2010 Hasil dari KTT Resmi ASEANKTT ke-1
KTT ke-2
KTT ke-3
KTT ke-4
KTT ke-5
KTT ke-6
KTT ke-7
KTT ke-8
KTT ke-9
KTT ke-10
KTT ke-11
KTT ke-12
KTT ke-13
KTT ke-14
Hasil dari KTT Tidak Resmi ASEANKTT Tidak Resmi ke-1
KTT Tidak Resmi ke-2
KTT Tidak Resmi ke-3
KTT Tidak Resmi ke-4
KTT Luar Biasa (Jakarta 6 Januari 2005)
ReferensiTautan luaredunitas.com Page 3Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN merupakan pertemuan puncak selang pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN dalam hubungannya terhadap pengembangan ekonomi dan tipu daya budi antar negara-negara Asia Tenggara.[2] Sejak dibuatnya ASEAN telah berlanjut 14 kali KTT resmi, 4 KTT informal, dan 1 KTT Luar Biasa. Lokasi PertemuanKTT ASEAN diselenggarakan oleh 10 negara Asia Tenggara setiap tahunnya. KTT Asean di Hanoi, Vietnam pada 28-30 Oktober 2010 Hasil dari KTT Resmi ASEANKTT ke-1
KTT ke-2
KTT ke-3
KTT ke-4
KTT ke-5
KTT ke-6
KTT ke-7
KTT ke-8
KTT ke-9
KTT ke-10
KTT ke-11
KTT ke-12
KTT ke-13
KTT ke-14
Hasil dari KTT Tidak Resmi ASEANKTT Tidak Resmi ke-1
KTT Tidak Resmi ke-2
KTT Tidak Resmi ke-3
KTT Tidak Resmi ke-4
KTT Luar Biasa (Jakarta 6 Januari 2005)
ReferensiTautan luaredunitas.com Page 4Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN merupakan pertemuan puncak selang pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN dalam hubungannya terhadap pengembangan ekonomi dan tipu daya budi antar negara-negara Asia Tenggara.[2] Sejak dibuatnya ASEAN telah berlanjut 14 kali KTT resmi, 4 KTT informal, dan 1 KTT Luar Biasa. Lokasi PertemuanKTT ASEAN diselenggarakan oleh 10 negara Asia Tenggara setiap tahunnya. KTT Asean di Hanoi, Vietnam pada 28-30 Oktober 2010 Hasil dari KTT Resmi ASEANKTT ke-1
KTT ke-2
KTT ke-3
KTT ke-4
KTT ke-5
KTT ke-6
KTT ke-7
KTT ke-8
KTT ke-9
KTT ke-10
KTT ke-11
KTT ke-12
KTT ke-13
KTT ke-14
Hasil dari KTT Tidak Resmi ASEANKTT Tidak Resmi ke-1
KTT Tidak Resmi ke-2
KTT Tidak Resmi ke-3
KTT Tidak Resmi ke-4
KTT Luar Biasa (Jakarta 6 Januari 2005)
ReferensiTautan luaredunitas.com Page 5Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN merupakan pertemuan puncak selang pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN dalam hubungannya terhadap pengembangan ekonomi dan tipu daya budi antar negara-negara Asia Tenggara.[2] Sejak dibuatnya ASEAN telah berlanjut 14 kali KTT resmi, 4 KTT informal, dan 1 KTT Luar Biasa. Lokasi PertemuanKTT ASEAN diselenggarakan oleh 10 negara Asia Tenggara setiap tahunnya. KTT Asean di Hanoi, Vietnam pada 28-30 Oktober 2010 Hasil dari KTT Resmi ASEANKTT ke-1
KTT ke-2
KTT ke-3
KTT ke-4
KTT ke-5
KTT ke-6
KTT ke-7
KTT ke-8
KTT ke-9
KTT ke-10
KTT ke-11
KTT ke-12
KTT ke-13
KTT ke-14
Hasil dari KTT Tidak Resmi ASEANKTT Tidak Resmi ke-1
KTT Tidak Resmi ke-2
KTT Tidak Resmi ke-3
KTT Tidak Resmi ke-4
KTT Luar Biasa (Jakarta 6 Januari 2005)
ReferensiTautan luaredunitas.com Page 6Page 7Page 8Konflik Papua adalah konflik di Provinsi Papua di Indonesia. diawali pada tahun 1961, muncul hasrat Belanda untuk membentuk negara Papua Barat terlepas dari Indonesia,[5] Langkah Belanda ini dilawan Presiden Soekarno dengan mendekatkan diri pada negara komunis terutama Uni Soviet. [6] Sikap Soekarno ini membuat takut Belanda dan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy. Karena bila itu dibiarkan maka Indonesia sangat mungkin menjadi negara komunis paling agung di Asia Tenggara. [7][8] Ketakutan itu lalu membuat Belanda mengambil sikap untuk menyerahkan masalah Papua ke PBB. Dari dan melalui PBB, Belanda mengambil sikap untuk keluar dari papua dan tidak jadi Mengambil,merebut,dan menjajah Papua lalu Papua diserahkan " kembali " ke Indonesia dengan syarat memberi kesempatan pada rakyat Papua untuk menentukan sikap sendiri atau referendum (Penentuan Pendapat Rakyat/PERPERA). Lewat PERPERA tahun 1969, rakyat Papua memilih " tetap " dalam lingkungan Republik Indonesia. IkhtisarOrganisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah sebuah organisasi kebiasaan didirikan pada tahun 1965 untuk mempromosikan penentuan nasib sendiri dan pemisahan diri Papua dari Republik Indonesia. Gerakan ini dilarang di Indonesia, dan mengibarkan Bendera Bintang Kejora dan bercakap dalam mendukung tujuan OPM adalah dilarang aktivitas di Indonesia, yang dapat dikenakan biaya dari "Makar" (pengkhianatan)[9]. Semenjak awal berdirinya OPM telah mencoba percakapan diplomatik, melakukan upacara bendera (ilegal menurut hukum Indonesia), dan tindakan militan dilakukan sebagai anggota dari Konflik Papua. Pendukung secara rutin menampilkan Bendera Bintang Kejora dan simbol lainnya Kesatuan Papua yang telah diadopsi pada periode 1961 sampai pemerintahan Indonesia dimulai pada bulan Mei 1963 dengan Perjanjian New York. Para pendukung organisasi menuduh orang-orang Papua tidak benar hubungan etnis, kebiasaan atau geografis dengan Indonesia, bahwa mereka adalah orang-orang kolonial di bawah Resolusi PBB 1541 dan bahwa mereka berhak ketentuan Resolusi PBB 1514. Menurut pendukung OPM, pemerintah Indonesia di Papua adalah pendudukan militer. Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa wilayah tersebut memilih untuk dibawa masuk ke dalam Republik Indonesia dengan referendum yang dikenal sebagai Tindakan Pemilihan Tidak terikat pada tahun 1969. Pernyataan ini tidak diterima oleh para pendukung organisasi yang menuduh Tindakan Pemilihan Tidak terikat tidak sukarela dan tidak mewakili populasi. RangkumanEra administrasi sementara PBB (1962-1969)Era Orde Baru1969 - 1980
1980 - 1998
Era Reformasi1998 - 2010Warga berdemonstrasi di Den Haag, 2009.
2010-an
Referensi
Rujukan
Pranala luar
edunitas.com Page 9Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berlanjut sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan bertambah luas ke semua provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi selang suku Dayak asli dan masyarakat migran Madura dari pulau Madura.[1] Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua masyarakat Madura diserang oleh sejumlah masyarakat Dayak.[2] Konflik Sampit mengakibatkan semakin dari 500 kematian, dengan semakin dari 100.000 masyarakat Madura kehilangan tempat tinggal.[3] Banyak masyarakat Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.[4] Latar belakanganKonflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah terjadi beberapa insiden sebelumnya selang masyarakat Dayak dan Madura. Konflik akbar terakhir terjadi selang Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas.[5] Penduduk Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.[6] Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah.[3] Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari masyarakat Madura yang semakin sifat menyerang. Hukum-hukum baru telah memungkinkan masyarakat Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.[3] Mempunyai sejumlah kisah yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh masyarakat Madura dan belakang sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura.[5] Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak dimainkan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang.[7] Selain itu, juga disebutkan bahwa seorang masyarakat Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok masyarakat Madura setelah sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.[8] Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari percekcokan selang murid dari berbagai ras di sekolah yang sama.[9] Pemenggalan kepalaSedikitnya 100 masyarakat Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak mempunyai sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap musnah pada awal ratus tahun ke-20.[7][10] ResponSkala pembantaian membikin militer dan polisi sulit mengontrol keadaan di Kalimantan Tengah. Pasukan bantuan dikirim untuk menolong pasukan yang telah ditempatkan di provinsi ini. Pada 18 Februari, suku Dayak berhasil menduduki Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu otak pelaku di belakangan serangan ini. Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang untuk memprovokasi kerusuhan di Sampit. Polisi juga menahan sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Kemudian, ribuan masyarakat Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya sambil menanti pelepasan para tahanan. Polisi memenuhi permintaan ini dan pada 28 Februari, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan,[11] namun kerusuhan sporadis terus berlanjut sepanjang tahun. Lihat pulaReferensi
Pranala luaredunitas.com Page 10Konflik Sampit yaitu pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berlanjut sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan bertambah luas ke semua provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi selang suku Dayak asli dan masyarakat migran Madura dari pulau Madura.[1] Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua masyarakat Madura diserang oleh sejumlah masyarakat Dayak.[2] Konflik Sampit mengakibatkan semakin dari 500 kematian, dengan semakin dari 100.000 masyarakat Madura kehilangan lokasi tinggal.[3] Banyak masyarakat Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.[4] Latar belakanganKonflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah terjadi beberapa insiden sebelumnya selang masyarakat Dayak dan Madura. Konflik akbar terakhir terjadi selang Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas.[5] Penduduk Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.[6] Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah.[3] Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari masyarakat Madura yang semakin sifat menyerang. Hukum-hukum baru telah memungkinkan masyarakat Madura mendapat kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.[3] Mempunyai sejumlah kisah yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi mengklaim bahwa ini dikarenakan oleh serangan pembakaran sebuah rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini dikarenakan oleh masyarakat Madura dan belakang sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura.[5] Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak dimainkan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang.[7] Selain itu, juga disebutkan bahwa seorang masyarakat Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok masyarakat Madura setelah sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.[8] Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari percekcokan selang murid dari berbagai ras di sekolah yang sama.[9] Pemenggalan kepalaSedikitnya 100 masyarakat Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak mempunyai sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap musnah pada awal ratus tahun ke-20.[7][10] ResponSkala pembantaian membikin militer dan polisi sulit mengontrol keadaan di Kalimantan Tengah. Pasukan bantuan dikirim bagi menolong pasukan yang telah ditempatkan di provinsi ini. Pada 18 Februari, suku Dayak berhasil menduduki Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu otak pelaku di belakangan serangan ini. Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang bagi memprovokasi kerusuhan di Sampit. Polisi juga menahan sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Kemudian, ribuan masyarakat Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya sambil menanti pelepasan para tahanan. Polisi memenuhi permintaan ini dan pada 28 Februari, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan,[11] namun kerusuhan sporadis terus berlanjut sepanjang tahun. Lihat pulaReferensi
Pranala luaredunitas.com Page 11Konflik Sampit yaitu pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berlanjut sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan bertambah luas ke semua provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi selang suku Dayak asli dan masyarakat migran Madura dari pulau Madura.[1] Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua masyarakat Madura diserang oleh sejumlah masyarakat Dayak.[2] Konflik Sampit mengakibatkan semakin dari 500 kematian, dengan semakin dari 100.000 masyarakat Madura kehilangan lokasi tinggal.[3] Banyak masyarakat Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.[4] Latar belakanganKonflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah terjadi beberapa insiden sebelumnya selang masyarakat Dayak dan Madura. Konflik akbar terakhir terjadi selang Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas.[5] Penduduk Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.[6] Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah.[3] Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari masyarakat Madura yang semakin sifat menyerang. Hukum-hukum baru telah memungkinkan masyarakat Madura mendapat kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.[3] Mempunyai sejumlah kisah yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi mengklaim bahwa ini dikarenakan oleh serangan pembakaran sebuah rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini dikarenakan oleh masyarakat Madura dan belakang sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura.[5] Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak dimainkan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang.[7] Selain itu, juga disebutkan bahwa seorang masyarakat Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok masyarakat Madura setelah sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.[8] Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari percekcokan selang murid dari berbagai ras di sekolah yang sama.[9] Pemenggalan kepalaSedikitnya 100 masyarakat Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak mempunyai sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap musnah pada awal ratus tahun ke-20.[7][10] ResponSkala pembantaian membikin militer dan polisi sulit mengontrol keadaan di Kalimantan Tengah. Pasukan bantuan dikirim bagi menolong pasukan yang telah ditempatkan di provinsi ini. Pada 18 Februari, suku Dayak berhasil menduduki Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu otak pelaku di belakangan serangan ini. Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang bagi memprovokasi kerusuhan di Sampit. Polisi juga menahan sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Kemudian, ribuan masyarakat Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya sambil menanti pelepasan para tahanan. Polisi memenuhi permintaan ini dan pada 28 Februari, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan,[11] namun kerusuhan sporadis terus berlanjut sepanjang tahun. Lihat pulaReferensi
Pranala luaredunitas.com Page 12Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berlanjut sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan bertambah luas ke semua provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi selang suku Dayak asli dan masyarakat migran Madura dari pulau Madura.[1] Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua masyarakat Madura diserang oleh sejumlah masyarakat Dayak.[2] Konflik Sampit mengakibatkan semakin dari 500 kematian, dengan semakin dari 100.000 masyarakat Madura kehilangan tempat tinggal.[3] Banyak masyarakat Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.[4] Latar belakanganKonflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah terjadi beberapa insiden sebelumnya selang masyarakat Dayak dan Madura. Konflik akbar terakhir terjadi selang Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas.[5] Penduduk Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.[6] Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah.[3] Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari masyarakat Madura yang semakin sifat menyerang. Hukum-hukum baru telah memungkinkan masyarakat Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.[3] Mempunyai sejumlah kisah yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh masyarakat Madura dan belakang sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura.[5] Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak dimainkan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang.[7] Selain itu, juga disebutkan bahwa seorang masyarakat Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok masyarakat Madura setelah sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.[8] Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari percekcokan selang murid dari berbagai ras di sekolah yang sama.[9] Pemenggalan kepalaSedikitnya 100 masyarakat Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak mempunyai sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap musnah pada awal ratus tahun ke-20.[7][10] ResponSkala pembantaian membikin militer dan polisi sulit mengontrol keadaan di Kalimantan Tengah. Pasukan bantuan dikirim untuk menolong pasukan yang telah ditempatkan di provinsi ini. Pada 18 Februari, suku Dayak berhasil menduduki Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu otak pelaku di belakangan serangan ini. Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang untuk memprovokasi kerusuhan di Sampit. Polisi juga menahan sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Kemudian, ribuan masyarakat Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya sambil menanti pelepasan para tahanan. Polisi memenuhi permintaan ini dan pada 28 Februari, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan,[11] namun kerusuhan sporadis terus berlanjut sepanjang tahun. Lihat pulaReferensi
Pranala luaredunitas.com Page 13Konflik Papua adalah konflik di Provinsi Papua di Indonesia. diawali pada tahun 1961, muncul harapan Belanda untuk membentuk negara Papua Barat terlepas dari Indonesia,[5] Langkah Belanda ini dilawan Presiden Soekarno dengan mendekatkan diri pada negara komunis terutama Uni Soviet. [6] Sikap Soekarno ini menciptakan takut Belanda dan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy. Sebab jika itu dibiarkan maka Indonesia sangat mungkin menjadi negara komunis terbesar di Asia Tenggara. [7][8] Ketakutan itu lalu menciptakan Belanda mengambil sikap untuk menyerahkan persoalan Papua ke PBB. Dari dan melalui PBB, Belanda mengambil sikap untuk keluar dari papua dan tidak sah Mengambil,merebut,dan menjajah Papua lalu Papua diserahkan " kembali " ke Indonesia dengan syarat memberi kesempatan pada rakyat Papua untuk menentukan sikap sendiri atau referendum (Penentuan Argumen Rakyat/PERPERA). Lewat PERPERA tahun 1969, rakyat Papua memilih " tetap " dalam bidang yang terkait Republik Indonesia. IkhtisarOrganisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah suatu organisasi hukum budaya didirikan pada tahun 1965 untuk memasarkan penentuan nasib sendiri dan pemisahan diri Papua dari Republik Indonesia. Gerakan ini dilarang di Indonesia, dan mengibarkan Bendera Bintang Kejora dan bercakap dalam mendukung tujuan OPM adalah dilarang aktivitas yang dipekerjakan di Indonesia, yang dapat dikenakan biaya dari "Makar" (pengkhianatan)[9]. Semenjak awal berdirinya OPM telah mencoba diskusi diplomatik, melakukan upacara bendera (ilegal menurut hukum Indonesia), dan aksi militan dimainkan sebagai bidang dari Konflik Papua. Pendukung secara rutin menampilkan Bendera Bintang Kejora dan lambang lainnya Kesatuan Papua yang telah diadopsi pada periode 1961 mencapai pemerintahan Indonesia dimulai pada bulan Mei 1963 dengan Akad New York. Para pendukung organisasi menuduh orang-orang Papua tidak memiliki hubungan etnis, cara melakukan sesuatu budi atau geografis dengan Indonesia, bahwa mereka adalah orang-orang kolonial di bawah Resolusi PBB 1541 dan bahwa mereka berhak kepastian Resolusi PBB 1514. Menurut pendukung OPM, pemerintah Indonesia di Papua adalah pendudukan militer. Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa wilayah tersebut memilih untuk dimasukkan ke dalam Republik Indonesia dengan referendum yang dikenal sebagai Aksi Pemilihan Bebas sama sekali pada tahun 1969. Pernyataan ini ditampik oleh para pendukung organisasi yang menuduh Aksi Pemilihan Bebas sama sekali tidak sukarela dan tidak mewakili populasi. RangkumanEra administrasi sementara PBB (1962-1969)Era Orde Baru1969 - 1980
1980 - 1998
Era Reformasi1998 - 2010Warga berdemonstrasi di Den Haag, 2009.
2010-an
Pustaka
Rujukan
Tautan luar
edunitas.com Page 14Konflik Papua adalah konflik di Provinsi Papua di Indonesia. diawali pada tahun 1961, muncul harapan Belanda untuk membentuk negara Papua Barat terlepas dari Indonesia,[5] Langkah Belanda ini dilawan Presiden Soekarno dengan mendekatkan diri pada negara komunis terutama Uni Soviet. [6] Sikap Soekarno ini menciptakan takut Belanda dan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy. Sebab jika itu dibiarkan karenanya Indonesia sangat mungkin menjadi negara komunis terbesar di Asia Tenggara. [7][8] Ketakutan itu lalu menciptakan Belanda mengambil sikap untuk menyerahkan persoalan Papua ke PBB. Dari dan melalui PBB, Belanda mengambil sikap untuk keluar dari papua dan tidak sah Mengambil,merebut,dan menjajah Papua lalu Papua diserahkan " kembali " ke Indonesia dengan syarat memberi kesempatan pada rakyat Papua untuk menentukan sikap sendiri atau referendum (Penentuan Argumen Rakyat/PERPERA). Lewat PERPERA tahun 1969, rakyat Papua memilih " tetap " dalam bidang yang terkait Republik Indonesia. IkhtisarOrganisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah suatu organisasi hukum budaya didirikan pada tahun 1965 untuk memasarkan penentuan nasib sendiri dan pemisahan diri Papua dari Republik Indonesia. Gerakan ini dilarang di Indonesia, dan mengibarkan Bendera Bintang Kejora dan bercakap dalam mendukung tujuan OPM adalah dilarang aktivitas yang dipekerjakan di Indonesia, yang dapat dikenakan biaya dari "Makar" (pengkhianatan)[9]. Semenjak awal berdirinya OPM telah mencoba diskusi diplomatik, melaksanakan upacara bendera (ilegal menurut hukum Indonesia), dan aksi militan dimainkan sbg bidang dari Konflik Papua. Pendukung secara rutin menampilkan Bendera Bintang Kejora dan lambang lainnya Kesatuan Papua yang telah diadopsi pada periode 1961 mencapai pemerintahan Indonesia dimulai pada bulan Mei 1963 dengan Akad New York. Para pendukung organisasi menuduh orang-orang Papua tidak memiliki hubungan etnis, cara melakukan sesuatu budi atau geografis dengan Indonesia, bahwa mereka adalah orang-orang kolonial di bawah Resolusi PBB 1541 dan bahwa mereka berhak kepastian Resolusi PBB 1514. Menurut pendukung OPM, pemerintah Indonesia di Papua adalah pendudukan militer. Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa wilayah tersebut memilih untuk diisikan ke dalam Republik Indonesia dengan referendum yang dikenal sbg Aksi Pemilihan Bebas sama sekali pada tahun 1969. Pernyataan ini ditampik oleh para pendukung organisasi yang menuduh Aksi Pemilihan Bebas sama sekali tidak sukarela dan tidak mewakili populasi. RangkumanEra administrasi sementara PBB (1962-1969)Era Orde Baru1969 - 1980
1980 - 1998
Era Reformasi1998 - 2010Warga berdemonstrasi di Den Haag, 2009.
2010-an
Pustaka
Rujukan
Tautan luar
edunitas.com Page 15Konflik Papua adalah konflik di Provinsi Papua di Indonesia. diawali pada tahun 1961, muncul harapan Belanda untuk membentuk negara Papua Barat terlepas dari Indonesia,[5] Langkah Belanda ini dilawan Presiden Soekarno dengan mendekatkan diri pada negara komunis terutama Uni Soviet. [6] Sikap Soekarno ini menciptakan takut Belanda dan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy. Sebab jika itu dibiarkan karenanya Indonesia sangat mungkin menjadi negara komunis terbesar di Asia Tenggara. [7][8] Ketakutan itu lalu menciptakan Belanda mengambil sikap untuk menyerahkan persoalan Papua ke PBB. Dari dan melalui PBB, Belanda mengambil sikap untuk keluar dari papua dan tidak sah Mengambil,merebut,dan menjajah Papua lalu Papua diserahkan " kembali " ke Indonesia dengan syarat memberi kesempatan pada rakyat Papua untuk menentukan sikap sendiri atau referendum (Penentuan Argumen Rakyat/PERPERA). Lewat PERPERA tahun 1969, rakyat Papua memilih " tetap " dalam bidang yang terkait Republik Indonesia. IkhtisarOrganisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah suatu organisasi hukum budaya didirikan pada tahun 1965 untuk memasarkan penentuan nasib sendiri dan pemisahan diri Papua dari Republik Indonesia. Gerakan ini dilarang di Indonesia, dan mengibarkan Bendera Bintang Kejora dan bercakap dalam mendukung tujuan OPM adalah dilarang aktivitas yang dipekerjakan di Indonesia, yang dapat dikenakan biaya dari "Makar" (pengkhianatan)[9]. Semenjak awal berdirinya OPM telah mencoba diskusi diplomatik, melaksanakan upacara bendera (ilegal menurut hukum Indonesia), dan aksi militan dimainkan sbg bidang dari Konflik Papua. Pendukung secara rutin menampilkan Bendera Bintang Kejora dan lambang lainnya Kesatuan Papua yang telah diadopsi pada periode 1961 mencapai pemerintahan Indonesia dimulai pada bulan Mei 1963 dengan Akad New York. Para pendukung organisasi menuduh orang-orang Papua tidak memiliki hubungan etnis, cara melakukan sesuatu budi atau geografis dengan Indonesia, bahwa mereka adalah orang-orang kolonial di bawah Resolusi PBB 1541 dan bahwa mereka berhak kepastian Resolusi PBB 1514. Menurut pendukung OPM, pemerintah Indonesia di Papua adalah pendudukan militer. Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa wilayah tersebut memilih untuk diisikan ke dalam Republik Indonesia dengan referendum yang dikenal sbg Aksi Pemilihan Bebas sama sekali pada tahun 1969. Pernyataan ini ditampik oleh para pendukung organisasi yang menuduh Aksi Pemilihan Bebas sama sekali tidak sukarela dan tidak mewakili populasi. RangkumanEra administrasi sementara PBB (1962-1969)Era Orde Baru1969 - 1980
1980 - 1998
Era Reformasi1998 - 2010Warga berdemonstrasi di Den Haag, 2009.
2010-an
Pustaka
Rujukan
Tautan luar
edunitas.com Page 16Konflik Papua adalah konflik di Provinsi Papua di Indonesia. diawali pada tahun 1961, muncul harapan Belanda untuk membentuk negara Papua Barat terlepas dari Indonesia,[5] Langkah Belanda ini dilawan Presiden Soekarno dengan mendekatkan diri pada negara komunis terutama Uni Soviet. [6] Sikap Soekarno ini menciptakan takut Belanda dan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy. Sebab jika itu dibiarkan maka Indonesia sangat mungkin menjadi negara komunis terbesar di Asia Tenggara. [7][8] Ketakutan itu lalu menciptakan Belanda mengambil sikap untuk menyerahkan persoalan Papua ke PBB. Dari dan melalui PBB, Belanda mengambil sikap untuk keluar dari papua dan tidak sah Mengambil,merebut,dan menjajah Papua lalu Papua diserahkan " kembali " ke Indonesia dengan syarat memberi kesempatan pada rakyat Papua untuk menentukan sikap sendiri atau referendum (Penentuan Argumen Rakyat/PERPERA). Lewat PERPERA tahun 1969, rakyat Papua memilih " tetap " dalam bidang yang terkait Republik Indonesia. IkhtisarOrganisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah suatu organisasi hukum budaya didirikan pada tahun 1965 untuk memasarkan penentuan nasib sendiri dan pemisahan diri Papua dari Republik Indonesia. Gerakan ini dilarang di Indonesia, dan mengibarkan Bendera Bintang Kejora dan bercakap dalam mendukung tujuan OPM adalah dilarang aktivitas yang dipekerjakan di Indonesia, yang dapat dikenakan biaya dari "Makar" (pengkhianatan)[9]. Semenjak awal berdirinya OPM telah mencoba diskusi diplomatik, melakukan upacara bendera (ilegal menurut hukum Indonesia), dan aksi militan dimainkan sebagai bidang dari Konflik Papua. Pendukung secara rutin menampilkan Bendera Bintang Kejora dan lambang lainnya Kesatuan Papua yang telah diadopsi pada periode 1961 mencapai pemerintahan Indonesia dimulai pada bulan Mei 1963 dengan Akad New York. Para pendukung organisasi menuduh orang-orang Papua tidak memiliki hubungan etnis, cara melakukan sesuatu budi atau geografis dengan Indonesia, bahwa mereka adalah orang-orang kolonial di bawah Resolusi PBB 1541 dan bahwa mereka berhak kepastian Resolusi PBB 1514. Menurut pendukung OPM, pemerintah Indonesia di Papua adalah pendudukan militer. Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa wilayah tersebut memilih untuk dimasukkan ke dalam Republik Indonesia dengan referendum yang dikenal sebagai Aksi Pemilihan Bebas sama sekali pada tahun 1969. Pernyataan ini ditampik oleh para pendukung organisasi yang menuduh Aksi Pemilihan Bebas sama sekali tidak sukarela dan tidak mewakili populasi. RangkumanEra administrasi sementara PBB (1962-1969)Era Orde Baru1969 - 1980
1980 - 1998
Era Reformasi1998 - 2010Warga berdemonstrasi di Den Haag, 2009.
2010-an
Pustaka
Rujukan
Tautan luar
edunitas.com Page 17Konflik Sampit yaitu pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berjalan sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan bertambah luas ke semua provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi selang suku Dayak asli dan masyarakat migran Madura dari pulau Madura.[1] Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua masyarakat Madura diserang oleh sejumlah masyarakat Dayak.[2] Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 masyarakat Madura kehilangan lokasi tinggal.[3] Banyak masyarakat Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.[4] Latar belakanganKonflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, sebab telah terjadi beberapa insiden sebelumnya selang masyarakat Dayak dan Madura. Konflik akbar terakhir terjadi selang Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas.[5] Masyarakat Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.[6] Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah.[3] Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari masyarakat Madura yang semakin sifat menyerang. Hukum-hukum baru telah memungkinkan masyarakat Madura mendapat kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.[3] Mempunyai sejumlah kisah yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi mengklaim bahwa ini dikarenakan oleh serangan pembakaran sebuah rumah Dayak. Rumor menyebut bahwa kebakaran ini dikarenakan oleh masyarakat Madura dan belakang sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura.[5] Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak dilakukan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang.[7] Selain itu, juga disebutkan bahwa seorang masyarakat Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok masyarakat Madura setelah sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.[8] Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari percekcokan selang murid dari beragam ras di sekolah yang sama.[9] Pemenggalan kepalaSedikitnya 100 masyarakat Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak mempunyai sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap musnah pada awal ratus tahun ke-20.[7][10] ResponSkala pembantaian membikin militer dan polisi sulit mengontrol keadaan di Kalimantan Tengah. Pasukan bantuan dikirim bagi menolong pasukan yang telah ditempatkan di provinsi ini. Pada 18 Februari, suku Dayak berhasil menduduki Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu otak pelaku di belakangan serangan ini. Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang bagi memprovokasi kerusuhan di Sampit. Polisi juga menahan sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Kemudian, ribuan masyarakat Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya sambil menanti pelepasan para tahanan. Polisi memenuhi permintaan ini dan pada 28 Februari, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan,[11] namun kerusuhan sporadis terus berlanjut sepanjang tahun. Lihat pulaReferensi
Pranala luaredunitas.com Page 18Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berjalan sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan bertambah luas ke semua provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi selang suku Dayak asli dan masyarakat migran Madura dari pulau Madura.[1] Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua masyarakat Madura diserang oleh sejumlah masyarakat Dayak.[2] Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 masyarakat Madura kehilangan tempat tinggal.[3] Banyak masyarakat Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.[4] Latar belakanganKonflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah terjadi beberapa insiden sebelumnya selang masyarakat Dayak dan Madura. Konflik akbar terakhir terjadi selang Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas.[5] Masyarakat Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.[6] Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah.[3] Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari masyarakat Madura yang semakin sifat menyerang. Hukum-hukum baru telah memungkinkan masyarakat Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.[3] Mempunyai sejumlah kisah yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh masyarakat Madura dan belakang sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura.[5] Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak dilakukan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang.[7] Selain itu, juga disebutkan bahwa seorang masyarakat Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok masyarakat Madura setelah sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.[8] Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari percekcokan selang murid dari berbagai ras di sekolah yang sama.[9] Pemenggalan kepalaSedikitnya 100 masyarakat Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak memiliki sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap musnah pada awal ratus tahun ke-20.[7][10] ResponSkala pembantaian membikin militer dan polisi sulit mengontrol keadaan di Kalimantan Tengah. Pasukan bantuan dikirim bagi menolong pasukan yang sudah ditempatkan di provinsi ini. Pada 18 Februari, suku Dayak berhasil menduduki Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu otak pelaku di belakangan serangan ini. Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang bagi memprovokasi kerusuhan di Sampit. Polisi juga menahan sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Kemudian, ribuan masyarakat Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya sambil menanti pelepasan para tahanan. Polisi memenuhi permintaan ini dan pada 28 Februari, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan,[11] namun kerusuhan sporadis terus berlanjut sepanjang tahun. Lihat pulaReferensi
Pranala luaredunitas.com Page 19Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berjalan sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan bertambah luas ke semua provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi selang suku Dayak asli dan masyarakat migran Madura dari pulau Madura.[1] Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua masyarakat Madura diserang oleh sejumlah masyarakat Dayak.[2] Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 masyarakat Madura kehilangan tempat tinggal.[3] Banyak masyarakat Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.[4] Latar belakanganKonflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah terjadi beberapa insiden sebelumnya selang masyarakat Dayak dan Madura. Konflik akbar terakhir terjadi selang Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas.[5] Masyarakat Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.[6] Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah.[3] Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari masyarakat Madura yang semakin sifat menyerang. Hukum-hukum baru telah memungkinkan masyarakat Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.[3] Mempunyai sejumlah kisah yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh masyarakat Madura dan belakang sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura.[5] Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak dilakukan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang.[7] Selain itu, juga disebutkan bahwa seorang masyarakat Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok masyarakat Madura setelah sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.[8] Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari percekcokan selang murid dari berbagai ras di sekolah yang sama.[9] Pemenggalan kepalaSedikitnya 100 masyarakat Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak memiliki sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap musnah pada awal ratus tahun ke-20.[7][10] ResponSkala pembantaian membikin militer dan polisi sulit mengontrol keadaan di Kalimantan Tengah. Pasukan bantuan dikirim bagi menolong pasukan yang sudah ditempatkan di provinsi ini. Pada 18 Februari, suku Dayak berhasil menduduki Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu otak pelaku di belakangan serangan ini. Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang bagi memprovokasi kerusuhan di Sampit. Polisi juga menahan sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Kemudian, ribuan masyarakat Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya sambil menanti pelepasan para tahanan. Polisi memenuhi permintaan ini dan pada 28 Februari, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan,[11] namun kerusuhan sporadis terus berlanjut sepanjang tahun. Lihat pulaReferensi
Pranala luaredunitas.com Page 20Konflik Sampit yaitu pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berjalan sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan bertambah luas ke semua provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi selang suku Dayak asli dan masyarakat migran Madura dari pulau Madura.[1] Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua masyarakat Madura diserang oleh sejumlah masyarakat Dayak.[2] Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 masyarakat Madura kehilangan lokasi tinggal.[3] Banyak masyarakat Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.[4] Latar belakanganKonflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, sebab telah terjadi beberapa insiden sebelumnya selang masyarakat Dayak dan Madura. Konflik akbar terakhir terjadi selang Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas.[5] Masyarakat Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia.[6] Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah.[3] Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari masyarakat Madura yang semakin sifat menyerang. Hukum-hukum baru telah memungkinkan masyarakat Madura mendapat kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan.[3] Mempunyai sejumlah kisah yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi mengklaim bahwa ini dikarenakan oleh serangan pembakaran sebuah rumah Dayak. Rumor menyebut bahwa kebakaran ini dikarenakan oleh masyarakat Madura dan belakang sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura.[5] Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak dilakukan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang.[7] Selain itu, juga disebutkan bahwa seorang masyarakat Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok masyarakat Madura setelah sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.[8] Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari percekcokan selang murid dari beragam ras di sekolah yang sama.[9] Pemenggalan kepalaSedikitnya 100 masyarakat Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak mempunyai sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap musnah pada awal ratus tahun ke-20.[7][10] ResponSkala pembantaian membikin militer dan polisi sulit mengontrol keadaan di Kalimantan Tengah. Pasukan bantuan dikirim bagi menolong pasukan yang telah ditempatkan di provinsi ini. Pada 18 Februari, suku Dayak berhasil menduduki Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu otak pelaku di belakangan serangan ini. Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang bagi memprovokasi kerusuhan di Sampit. Polisi juga menahan sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Kemudian, ribuan masyarakat Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya sambil menanti pelepasan para tahanan. Polisi memenuhi permintaan ini dan pada 28 Februari, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan,[11] namun kerusuhan sporadis terus berlanjut sepanjang tahun. Lihat pulaReferensi
Pranala luaredunitas.com Page 21Republik Gabon yaitu suatu negara di Afrika proses barat yang hari kemerdekaannya sama dengan Indonesia. Gabon benar kekayaan mineral cukup banyak sedangkan banyak masyarakatnya relatif kecil. Karena kandungan buminya, Gabon dikenal sebagai salah satu negara kaya di Afrika. Gabon bersamaan batasnya dengan Guinea Khatulistiwa dan Kamerun di utara serta Republik Kongo di barat dan selatan. Luas wilayahnya hampir setara dengan dua kali luas Provinsi Kalimantan Tengah. SejarahMasyarakat asli Gabon yaitu suku Pigmi, yang sudah banyak terserap ke dalam suku Bantu ketika mereka bermigrasi. Pada masa seratus tahun ke-15, bangsa Eropa pertama tiba. Nama Gabon berasal dari "Gabão", yang dalam bahasa Portugis berfaedah "mantel", bertalian dengan wujud muara sungai Komo dekat Libreville. Penjelajah Pierre Savorgnan de Brazza dari Perancis memimpin misi pertama ke Gabon dan Kongo pada tahun 1875. Beliau mendirikan kota Franceville, dan kemudian menjadi gubernur kolonial. Beberapa kumpulan Bantu tinggal di kawasan yang kini menjadi Gabon ketika Perancis merebutnya pada tahun 1885. Pada tahun 1910, Gabon menjadi 1 dari 4 wilayah Afrika Khatulistiwa Perancis, federasi yang bertahan sampai tahun 1959. Wilayah ini merdeka pada tanggal 17 Agustus 1960. Presiden pertama yaitu Léon M'ba yang dipilih tahun 1961, dengan Omar Bongo Ondimba sebagai WaPres. Kebutuhan Perancis amat menentukan dalam kepemimpinan di Gabon sesudah merdeka; kebutuhan penebangan Perancis melimpahkan dana untuk kampanye pemilihan M'ba, 'evolué' dari kawasan pesisir. Sesudah naiknya Gabriel Leon M'ba ke puncak kekuasaan, pers ditekan, demonstrasi politik dilarang, kebebasan berekspresi dibatasi, ParPol lain dikeluarkan secara bertahap dari kekuasaan dan konstitusi berganti dengan tuntunan Perancis untuk memberi kekuasaan di kepresidenan, posisi yang ditinggali Leon M'ba sendiri. Namun, ketika Gabriel Léon M'ba menghentikan Majelis Nasional pada bulan Januari 1964 untuk membentuk kekuasaan 1 partai, kudeta militer muncul untuk mendepaknya dari kekuasaan dan memulihkan demokrasi parlementer. Masa waktu seratus tahun kediktatoran M'ba dikenal sebagai "Kebutuhan Perancis" yang kemudian secara mencolok menjadi nyata ketika prajurit terjung payung Perancis terbang dalam masa 24 jam untuk mengembalikannya ke puncak kekuasaan. Sesudah pertempuran beberapa hari, kudeta itu belakangnya dan oposisi dipenjara tanpa menghiraukan protes dan keributan yang meluas. Pemerintah Perancis tidak gentar hendak kecaman internasional; dan paralayang tetap di Camp de Gaulle, di luar ibukota Gabon. Ketika M'Ba meninggal pada tahun 1967, Bongo menggantikannya sebagai presiden, dan terus menjadi kepala negara sampai kematiannya pada tahun 2009, memenangi setiap pemilu dengan suara mayoritas. PolitikGabon bersistem presiden. Presiden pertama Gabon yaitu Léon Mba. Presiden ke-2 yaitu Omar Bongo Ondimba yang sudah berkuasa semenjak tahun 1967 sampai kematiannya pada tahun 2009. Selang tahun 1968-1990, kekuasaannya didasarkan pada sistem partai tunggal, Partai Demokrasi Gabon PDG). Sesudah kekacauan politik yang melanda sebagian agung Afrika sesudah dirobohkannya Tembok Berlin, Bongo mengubah haluan ke multipartai semenjak tahun 1990. Janji internasionalGabon menandatangani konvensi tahun 1951 berkaitan dengan status pengungsi, protokol tahun 1967, dan konvensi tahun 1969 yang mengatur proses spesifik tentang permasalahan pengungsi di Afrika[1]. GeografiGabon Gabon terletak di pesisir Atlantik yang berada di Afrika Tengah. Terletak di khatulistiwa, Gabon beriklim khatulistiwa dengan sistem hutan hujan ekstensif yang mencakup 85% wilayah. Terdapat 3 kawasan yang berbeda: dataran pesisir (berkisar selang 20-300 km dari garis pantai), pegunungan (Pegunungan Kristal ke timur laut Libreville, Dataran Tinggi Chaillu di tengah yang berpuncak di Mont Iboundji yang sampai ketinggian 1575 m), dan sabana di timur. Dataran pesisir membentuk sebagian agung kawasan ekologi hutan hujan Khatulistiwa Atlantik World Wildlife Fund dan terdapat hutan bakau Afrika Tengah, khususnya di estuaria sungai Muni dekat perbatasan Guinea Khatulistiwa. Sungai terbesar di Gabon yaitu Ogooué yang panjangnya sampai 1200 km. Gabon benar 3 kawasan karst yang di situ terdapat ribuan gua yang berada di cadas dolomit dan batu kapur. Beberapa gua itu termasuk Grotte du Lastoursville, Grotte du Lebamba, Grotte du Bongolo, dan Grotte du Kessipougou. Banyak gua yang belu dijelajahi. Suatu ekspedisi yang dilakukan oleh National Geographic mengunjungi gua-gua itu di musim panas 2008 untuk mendokumentasikannya (Expedition Website). Gabon juga dikenal hendak usaha melestarikan sekeliling yang terkait lingkungan kehidupannya. Pada tahun 2002, Presiden Omar Bongo Ondimba meletak Gabon di peta dengan sungguh-sungguh sebagai tujuan ekowisata penting di masa depan dengan menunjuk semakin dari 11% wilayah nasionalnya sebagai proses sistem taman nasional (semuanya benar 13 taman), salah satu dari proporsi terbesar taman lingkungan kehidupan di lingkungan kehidupan. Gabon benar sumber daya lingkungan kehidupan seperti minyak bumi, magnesium, besi, uranium, dan hutan. Pembagian wilayah administrasiProvinsi di Gabon Gabon dibagi menjadi sembilan provinsi dan dibagi lagi menjadi 37 departemen. Berikut daftar provinsinya:
EkonomiGabon yaitu negara yang kaya hendak barang tambang. Gabon mengekspor mangan, minyak bumi, gas lingkungan kehidupan, besi, kayu dan juga bahan lainnya semenjak lama. Eksploitasi tambang uranium di Mounana, yang berada 90 km dari Franceville, dihentikan semenjak tahun 2001 karena datangnya pesaing baru di pasaran lingkungan kehidupan. Mengembangnya eksploitasi uranium tetap berlanjut sampai kini. Semenjak tahun 1980-an, kereta api Franceville-Libreville mengekspor mineral tambang seperti mangan, uranium, dan besi yang berada di Moanda. Cadangan besi di Bélinga yang berada di timur laut Makokou sedang belum dieksploitasi. Eksploitasinya diharapkan terealisasi pada tahun 2012. Pendapatan minyak bumi, yang menjadi penting semenjak tahun 1970-an, namun hanya sebagian yang dipakai untuk modernisasi negara dan mendiversifikasi ekonomi Gabon. Kenyataannya, hanya sedikit masyarakat yang menikmati kekayaan Gabon, sehingga standar hidup kebanyakan masyarakatnya tetap moderat meskipun PDB relatif tinggi. Hidrokarbon menyumbang separuh PDB. MasyarakatDemografiPopulasi Gabon dalam ribuan selang tahun 1961-2003. SukuGabon terdiri atas sekitar 50 suku. Di selangnya yang terpenting yaitu Fang, Myene, Teke dan Punu. Suku lain tak dihitung berjumlah sekitar ratusan. Secara aturan sejak dahulu kala, beberapa suku telah bergabung secaa bertahap sehingga kehilangan bahasa dan ciri khasnya. Sulit mendapat data lengkap suku karena beberapa suku hanya proses kumpulan lain dan seluruhnya bergantung pada tingkat rincian yang ingin dicapai. Aturan sejak dahulu kalaKontruksi Gedung Arsip Umum, Libreville. Topeng Gabon. AgamaMasjid di Port-Gentil, Gabon Agama utama yang dianut di Gabon yaitu Kristen (Katolik Roma dan Protestan), Islam, dan keyakinan asli tradisional.[2] Banyak masyarakat yang mempraktekkan unsur Kristen dan keyakinan asli tradisional.[2] Sekitar 73% masyarakat, termasuk warga asing setidaknya mengamalkan beberapa unsur Kristen; 12% mengamalkan Islam (80-90% yaitu orang asing); 10% hanya mempraktekkan keyakinan asli tradisional; dan 5% masyarakat tak beragama atau ateis.[2] Mantan presiden El Hadj Omar Bongo Ondimba yaitu proses minoritas Muslim.[2] MusikMusik Gabon tak banyak dikenal dibandingkan dengan Republik Demokratik Kongo dan Kamerun. Negeri ini benar sederet gaya musik rakyat, seperti bintang pop Patience Dabany dan Annie Flore Batchiellilys, penyanyi dan pelakon pertunjukan langsung terkenal. Juga dikenal gitaris Georges Oyendze, La Rose Mbadou dan Sylvain Avara, dan penyanyi Oliver N'Goma. Musik rock dan hip hop yang diimpor dari Amerika Serikat dan Britania Raya terkenal di Gabon, seperti rumba, makossa dan soukous. Alat musik Gabon termasuk obala, ngombi, balafon dan genderang tradisional. SastraSebagai negara yang utaramnya bertradisi oral sampai naiknya tingkat melek huruf di masa seratus tahun ke-21, Gabon kaya hendak kisah rakyat dan mitologi. "Raconteurs" sedang melakukan pekerjaan untuk menjaga tradisi semacam mvett tetap hidup di selang suku Fang dan ingwala di selang suku Nzebi. TopengGabon juga mempertunjukkan topeng yang banyak dikenal secara internasional, seperti n'goltang (Fang) dan tokoh keramat Kota. Setiap kumpulan benar setelan topeng sendiri yang dipakai untuk bermacam gagasan. Topeng tersebut biasa dipakai dalam upacara tradisional seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian. Tradisionalis terutama melakukan pekerjaan dengan kayu lokal yang jarang dan bahan berharga lainnya. FilmSeperti negara Afrika lainnya, perfilman Gabon merasakan kekurangan sumber dana, banyak ruang proyeksi yang amat sedikit (yang semakin suka mendistribusikan produk komersial besar) dan kurangnya penonton. Namun, di pusat aturan sejak dahulu kala Perancis di Libreville (yang benar 1 ruang proyeksi), orang banyak benar kesempatan untuk menonton film Gabon. Hendak tetapi, beberapa film, terutama film pendek, telah dihasilkan semenjak tahun 1970-an. Di samping itu, sebanyak sineas Gabon menyelenggarakan Festival Film dan Televisi Panafrika Ouagadougou (FESPACO). Philippe Mory menyutradarai film panjang Gabon yang pertama pada tahun 1971, Les Tam-tams se sont tus. Diangap sebagai pendahulu dan bapak perfilman Gabon, beliau memperagakan peran utama dalam film On n'enterre pas le dimanche yang disutradarai Michel Drach (1958) yang menjadikannya bintang internasional. qui fait de lui une vedette internationale. Ialah aktor kulit hitam pertama Afrika yang menjadi pemeran uama di film Perancis. Pierre-Marie Dong aci pemain di film pendek pada tahun 1972 dan 1973, Imunga Ivanga untuk filmnya Dolè pada tahun 2001, dan pada tahun yang sama, Henri Joseph Koumba Bibidi aci pemain di film Les Couilles de l'élephant. Imunga Ivanga juga menerima tanit dalam Festival Film Karthago untuk Dolè. CENACI (Pusat Film Gabon Nasional), dipimpin oleh Charles Mensah, berupaya mendukung produksi film Gabon. Suatu sinetron yang dihasilkan untuk TV di Gabon pada tahun 1994, L'auberge du salut, amat sukses di Gabon dan disiarkan pula di negara Afrika lainnya (Pantai Gading dan Burkina Faso). Serbaneka
KodeGabon benar kode-kode berikut:
Lihat juga
PustakaTautan luaredunitas.com Page 22Republik Gabon yaitu sebuah negara di Afrika proses barat yang hari kemerdekaannya sama dengan Indonesia. Gabon memiliki kekayaan mineral cukup banyak sedangkan banyak masyarakatnya relatif kecil. Karena kandungan buminya, Gabon dikenal sebagai salah satu negara kaya di Afrika. Gabon bersamaan batasnya dengan Guinea Khatulistiwa dan Kamerun di utara serta Republik Kongo di barat dan selatan. Luas wilayahnya hampir setara dengan dua kali luas Provinsi Kalimantan Tengah. SejarahMasyarakat asli Gabon yaitu suku Pigmi, yang sudah banyak terserap ke dalam suku Bantu ketika mereka bermigrasi. Pada masa seratus tahun ke-15, bangsa Eropa pertama tiba. Nama Gabon berasal dari "Gabão", yang dalam bahasa Portugis berfaedah "mantel", bertalian dengan wujud muara sungai Komo dekat Libreville. Penjelajah Pierre Savorgnan de Brazza dari Perancis memimpin misi pertama ke Gabon dan Kongo pada tahun 1875. Dia mendirikan kota Franceville, dan kemudian menjadi gubernur kolonial. Beberapa kumpulan Bantu tinggal di kawasan yang kini menjadi Gabon ketika Perancis merebutnya pada tahun 1885. Pada tahun 1910, Gabon menjadi 1 dari 4 wilayah Afrika Khatulistiwa Perancis, federasi yang bertahan sampai tahun 1959. Wilayah ini merdeka pada tanggal 17 Agustus 1960. Presiden pertama yaitu Léon M'ba yang dipilih tahun 1961, dengan Omar Bongo Ondimba sebagai WaPres. Kebutuhan Perancis amat menentukan dalam kepemimpinan di Gabon setelah merdeka; kebutuhan penebangan Perancis melimpahkan dana untuk kampanye pemilihan M'ba, 'evolué' dari kawasan pesisir. Setelah naiknya Gabriel Leon M'ba ke puncak kekuasaan, pers ditekan, demonstrasi politik dilarang, kebebasan berekspresi dibatasi, ParPol lain dikeluarkan secara bertahap dari kekuasaan dan konstitusi berganti dengan tuntunan Perancis untuk memberi kekuasaan di kepresidenan, posisi yang ditinggali Leon M'ba sendiri. Namun, ketika Gabriel Léon M'ba menghentikan Majelis Nasional pada bulan Januari 1964 untuk membentuk kekuasaan 1 partai, kudeta militer muncul untuk mendepaknya dari kekuasaan dan memulihkan demokrasi parlementer. Masa waktu seratus tahun kediktatoran M'ba dikenal sebagai "Kebutuhan Perancis" yang kemudian secara mencolok menjadi nyata ketika prajurit terjung payung Perancis terbang dalam masa 24 jam untuk mengembalikannya ke puncak kekuasaan. Setelah pertempuran beberapa hari, kudeta itu belakangnya dan oposisi dipenjara tanpa menghiraukan protes dan keributan yang meluas. Pemerintah Perancis tidak gentar hendak kecaman internasional; dan paralayang tetap di Camp de Gaulle, di luar ibukota Gabon. Ketika M'Ba meninggal pada tahun 1967, Bongo menggantikannya sebagai presiden, dan terus menjadi kepala negara sampai kematiannya pada tahun 2009, memenangi setiap pemilu dengan suara mayoritas. PolitikGabon bersistem presiden. Presiden pertama Gabon yaitu Léon Mba. Presiden ke-2 yaitu Omar Bongo Ondimba yang sudah berkuasa sejak tahun 1967 sampai kematiannya pada tahun 2009. Selang tahun 1968-1990, kekuasaannya didasarkan pada sistem partai tunggal, Partai Demokrasi Gabon PDG). Setelah kekacauan politik yang melanda sebagian agung Afrika setelah dirobohkannya Tembok Berlin, Bongo mengubah haluan ke multipartai sejak tahun 1990. Janji internasionalGabon menandatangani konvensi tahun 1951 berkaitan dengan status pengungsi, protokol tahun 1967, dan konvensi tahun 1969 yang mengatur proses spesifik tentang permasalahan pengungsi di Afrika[1]. GeografiGabon Gabon terletak di pesisir Atlantik yang berada di Afrika Tengah. Terletak di khatulistiwa, Gabon beriklim khatulistiwa dengan sistem hutan hujan ekstensif yang meliputi 85% wilayah. Terdapat 3 kawasan yang berbeda: dataran pesisir (berkisar selang 20-300 km dari garis pantai), pegunungan (Pegunungan Kristal ke timur laut Libreville, Dataran Tinggi Chaillu di tengah yang berpuncak di Mont Iboundji yang mencapai ketinggian 1575 m), dan sabana di timur. Dataran pesisir membentuk sebagian agung kawasan ekologi hutan hujan Khatulistiwa Atlantik World Wildlife Fund dan terdapat hutan bakau Afrika Tengah, khususnya di estuaria sungai Muni dekat perbatasan Guinea Khatulistiwa. Sungai terbesar di Gabon yaitu Ogooué yang panjangnya mencapai 1200 km. Gabon memiliki 3 kawasan karst yang di situ terdapat ribuan gua yang berada di cadas dolomit dan batu kapur. Beberapa gua itu termasuk Grotte du Lastoursville, Grotte du Lebamba, Grotte du Bongolo, dan Grotte du Kessipougou. Banyak gua yang belu dijelajahi. Sebuah ekspedisi yang diterapkan oleh National Geographic mengunjungi gua-gua itu di musim panas 2008 untuk mendokumentasikannya (Expedition Website). Gabon juga dikenal hendak usaha melestarikan sekeliling yang terkait lingkungan kehidupannya. Pada tahun 2002, Presiden Omar Bongo Ondimba meletak Gabon di peta dengan sungguh-sungguh sebagai tujuan ekowisata penting di masa depan dengan menunjuk semakin dari 11% wilayah nasionalnya sebagai proses sistem taman nasional (semuanya benar 13 taman), salah satu dari proporsi terbesar taman lingkungan kehidupan di lingkungan kehidupan. Gabon memiliki sumber daya lingkungan kehidupan seperti minyak bumi, magnesium, besi, uranium, dan hutan. Pembagian wilayah administrasiProvinsi di Gabon Gabon dibagi menjadi sembilan provinsi dan dibagi lagi menjadi 37 departemen. Berikut daftar provinsinya:
EkonomiGabon yaitu negara yang kaya hendak barang tambang. Gabon mengekspor mangan, minyak bumi, gas lingkungan kehidupan, besi, kayu dan juga bahan lainnya sejak lama. Eksploitasi tambang uranium di Mounana, yang berada 90 km dari Franceville, dihentikan sejak tahun 2001 karena datangnya pesaing baru di pasaran lingkungan kehidupan. Mengembangnya eksploitasi uranium tetap berlanjut sampai kini. Sejak tahun 1980-an, kereta api Franceville-Libreville mengekspor mineral tambang seperti mangan, uranium, dan besi yang berada di Moanda. Cadangan besi di Bélinga yang berada di timur laut Makokou sedang belum dieksploitasi. Eksploitasinya diharapkan terealisasi pada tahun 2012. Pendapatan minyak bumi, yang menjadi penting sejak tahun 1970-an, namun hanya sebagian yang dipakai untuk modernisasi negara dan mendiversifikasi ekonomi Gabon. Kenyataannya, hanya sedikit masyarakat yang menikmati kekayaan Gabon, sehingga standar hidup kebanyakan masyarakatnya tetap moderat meskipun PDB relatif tinggi. Hidrokarbon menyumbang separuh PDB. MasyarakatDemografiPopulasi Gabon dalam ribuan selang tahun 1961-2003. SukuGabon terdiri atas sekitar 50 suku. Di selangnya yang terpenting yaitu Fang, Myene, Teke dan Punu. Suku lain tak dihitung berjumlah sekitar ratusan. Secara aturan sejak dahulu kala, beberapa suku telah bergabung secaa bertahap sehingga kehilangan bahasa dan ciri khasnya. Sulit mendapatkan data lengkap suku karena beberapa suku hanya proses kumpulan lain dan semuanya bergantung pada tingkat rincian yang ingin dicapai. Aturan sejak dahulu kalaKontruksi Gedung Arsip Umum, Libreville. Topeng Gabon. AgamaMasjid di Port-Gentil, Gabon Agama utama yang dianut di Gabon yaitu Kristen (Katolik Roma dan Protestan), Islam, dan keyakinan asli tradisional.[2] Banyak masyarakat yang mempraktekkan unsur Kristen dan keyakinan asli tradisional.[2] Sekitar 73% masyarakat, termasuk warga asing setidaknya mengamalkan beberapa unsur Kristen; 12% mengamalkan Islam (80-90% yaitu orang asing); 10% hanya mempraktekkan keyakinan asli tradisional; dan 5% masyarakat tak beragama atau ateis.[2] Mantan presiden El Hadj Omar Bongo Ondimba yaitu proses minoritas Muslim.[2] MusikMusik Gabon tak banyak dikenal dibandingkan dengan Republik Demokratik Kongo dan Kamerun. Negeri ini memiliki sederet gaya musik rakyat, seperti bintang pop Patience Dabany dan Annie Flore Batchiellilys, penyanyi dan pelakon pertunjukan langsung terkenal. Juga dikenal gitaris Georges Oyendze, La Rose Mbadou dan Sylvain Avara, dan penyanyi Oliver N'Goma. Musik rock dan hip hop yang diimpor dari Amerika Serikat dan Britania Raya terkenal di Gabon, seperti rumba, makossa dan soukous. Alat musik Gabon termasuk obala, ngombi, balafon dan genderang tradisional. SastraSebagai negara yang utaramnya bertradisi oral sampai naiknya tingkat melek huruf di masa seratus tahun ke-21, Gabon kaya hendak kisah rakyat dan mitologi. "Raconteurs" sedang memainkan pekerjaan untuk menjaga tradisi semacam mvett tetap hidup di selang suku Fang dan ingwala di selang suku Nzebi. TopengGabon juga menampilkan topeng yang banyak dikenal secara internasional, seperti n'goltang (Fang) dan tokoh keramat Kota. Setiap kumpulan memiliki setelan topeng sendiri yang dipakai untuk berbagai gagasan. Topeng tersebut biasa dipakai dalam upacara tradisional seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian. Tradisionalis terutama memainkan pekerjaan dengan kayu lokal yang jarang dan bahan berharga lainnya. FilmSeperti negara Afrika lainnya, perfilman Gabon merasakan kekurangan sumber dana, banyak ruang proyeksi yang amat sedikit (yang semakin suka mendistribusikan produk komersial besar) dan kurangnya penonton. Namun, di pusat aturan sejak dahulu kala Perancis di Libreville (yang memiliki 1 ruang proyeksi), orang banyak memiliki kesempatan untuk menonton film Gabon. Hendak tetapi, beberapa film, terutama film pendek, telah dihasilkan sejak tahun 1970-an. Di samping itu, sejumlah sineas Gabon menyelenggarakan Festival Film dan Televisi Panafrika Ouagadougou (FESPACO). Philippe Mory menyutradarai film panjang Gabon yang pertama pada tahun 1971, Les Tam-tams se sont tus. Diangap sebagai pendahulu dan bapak perfilman Gabon, dia memperagakan peran utama dalam film On n'enterre pas le dimanche yang disutradarai Michel Drach (1958) yang menjadikannya bintang internasional. qui fait de lui une vedette internationale. Ialah aktor kulit hitam pertama Afrika yang menjadi pemeran uama di film Perancis. Pierre-Marie Dong aci pemain di film pendek pada tahun 1972 dan 1973, Imunga Ivanga untuk filmnya Dolè pada tahun 2001, dan pada tahun yang sama, Henri Joseph Koumba Bibidi aci pemain di film Les Couilles de l'élephant. Imunga Ivanga juga menerima tanit dalam Festival Film Karthago untuk Dolè. CENACI (Pusat Film Gabon Nasional), dipimpin oleh Charles Mensah, berupaya mendukung produksi film Gabon. Sebuah sinetron yang dihasilkan untuk TV di Gabon pada tahun 1994, L'auberge du salut, amat sukses di Gabon dan disiarkan pula di negara Afrika lainnya (Pantai Gading dan Burkina Faso). Serbaneka
KodeGabon memiliki kode-kode berikut:
Lihat pula
PustakaTautan luaredunitas.com Page 23Republik Gabon yaitu sebuah negara di Afrika proses barat yang hari kemerdekaannya sama dengan Indonesia. Gabon memiliki kekayaan mineral cukup banyak sedangkan banyak masyarakatnya relatif kecil. Karena kandungan buminya, Gabon dikenal sebagai salah satu negara kaya di Afrika. Gabon bersamaan batasnya dengan Guinea Khatulistiwa dan Kamerun di utara serta Republik Kongo di barat dan selatan. Luas wilayahnya hampir setara dengan dua kali luas Provinsi Kalimantan Tengah. SejarahMasyarakat asli Gabon yaitu suku Pigmi, yang sudah banyak terserap ke dalam suku Bantu ketika mereka bermigrasi. Pada masa seratus tahun ke-15, bangsa Eropa pertama tiba. Nama Gabon berasal dari "Gabão", yang dalam bahasa Portugis berfaedah "mantel", bertalian dengan wujud muara sungai Komo dekat Libreville. Penjelajah Pierre Savorgnan de Brazza dari Perancis memimpin misi pertama ke Gabon dan Kongo pada tahun 1875. Dia mendirikan kota Franceville, dan kemudian menjadi gubernur kolonial. Beberapa kumpulan Bantu tinggal di kawasan yang kini menjadi Gabon ketika Perancis merebutnya pada tahun 1885. Pada tahun 1910, Gabon menjadi 1 dari 4 wilayah Afrika Khatulistiwa Perancis, federasi yang bertahan sampai tahun 1959. Wilayah ini merdeka pada tanggal 17 Agustus 1960. Presiden pertama yaitu Léon M'ba yang dipilih tahun 1961, dengan Omar Bongo Ondimba sebagai WaPres. Kebutuhan Perancis amat menentukan dalam kepemimpinan di Gabon setelah merdeka; kebutuhan penebangan Perancis melimpahkan dana untuk kampanye pemilihan M'ba, 'evolué' dari kawasan pesisir. Setelah naiknya Gabriel Leon M'ba ke puncak kekuasaan, pers ditekan, demonstrasi politik dilarang, kebebasan berekspresi dibatasi, ParPol lain dikeluarkan secara bertahap dari kekuasaan dan konstitusi berganti dengan tuntunan Perancis untuk memberi kekuasaan di kepresidenan, posisi yang ditinggali Leon M'ba sendiri. Namun, ketika Gabriel Léon M'ba menghentikan Majelis Nasional pada bulan Januari 1964 untuk membentuk kekuasaan 1 partai, kudeta militer muncul untuk mendepaknya dari kekuasaan dan memulihkan demokrasi parlementer. Masa waktu seratus tahun kediktatoran M'ba dikenal sebagai "Kebutuhan Perancis" yang kemudian secara mencolok menjadi nyata ketika prajurit terjung payung Perancis terbang dalam masa 24 jam untuk mengembalikannya ke puncak kekuasaan. Setelah pertempuran beberapa hari, kudeta itu belakangnya dan oposisi dipenjara tanpa menghiraukan protes dan keributan yang meluas. Pemerintah Perancis tidak gentar hendak kecaman internasional; dan paralayang tetap di Camp de Gaulle, di luar ibukota Gabon. Ketika M'Ba meninggal pada tahun 1967, Bongo menggantikannya sebagai presiden, dan terus menjadi kepala negara sampai kematiannya pada tahun 2009, memenangi setiap pemilu dengan suara mayoritas. PolitikGabon bersistem presiden. Presiden pertama Gabon yaitu Léon Mba. Presiden ke-2 yaitu Omar Bongo Ondimba yang sudah berkuasa sejak tahun 1967 sampai kematiannya pada tahun 2009. Selang tahun 1968-1990, kekuasaannya didasarkan pada sistem partai tunggal, Partai Demokrasi Gabon PDG). Setelah kekacauan politik yang melanda sebagian agung Afrika setelah dirobohkannya Tembok Berlin, Bongo mengubah haluan ke multipartai sejak tahun 1990. Janji internasionalGabon menandatangani konvensi tahun 1951 berkaitan dengan status pengungsi, protokol tahun 1967, dan konvensi tahun 1969 yang mengatur proses spesifik tentang permasalahan pengungsi di Afrika[1]. GeografiGabon Gabon terletak di pesisir Atlantik yang berada di Afrika Tengah. Terletak di khatulistiwa, Gabon beriklim khatulistiwa dengan sistem hutan hujan ekstensif yang meliputi 85% wilayah. Terdapat 3 kawasan yang berbeda: dataran pesisir (berkisar selang 20-300 km dari garis pantai), pegunungan (Pegunungan Kristal ke timur laut Libreville, Dataran Tinggi Chaillu di tengah yang berpuncak di Mont Iboundji yang mencapai ketinggian 1575 m), dan sabana di timur. Dataran pesisir membentuk sebagian agung kawasan ekologi hutan hujan Khatulistiwa Atlantik World Wildlife Fund dan terdapat hutan bakau Afrika Tengah, khususnya di estuaria sungai Muni dekat perbatasan Guinea Khatulistiwa. Sungai terbesar di Gabon yaitu Ogooué yang panjangnya mencapai 1200 km. Gabon memiliki 3 kawasan karst yang di situ terdapat ribuan gua yang berada di cadas dolomit dan batu kapur. Beberapa gua itu termasuk Grotte du Lastoursville, Grotte du Lebamba, Grotte du Bongolo, dan Grotte du Kessipougou. Banyak gua yang belu dijelajahi. Sebuah ekspedisi yang diterapkan oleh National Geographic mengunjungi gua-gua itu di musim panas 2008 untuk mendokumentasikannya (Expedition Website). Gabon juga dikenal hendak usaha melestarikan sekeliling yang terkait lingkungan kehidupannya. Pada tahun 2002, Presiden Omar Bongo Ondimba meletak Gabon di peta dengan sungguh-sungguh sebagai tujuan ekowisata penting di masa depan dengan menunjuk semakin dari 11% wilayah nasionalnya sebagai proses sistem taman nasional (semuanya benar 13 taman), salah satu dari proporsi terbesar taman lingkungan kehidupan di lingkungan kehidupan. Gabon memiliki sumber daya lingkungan kehidupan seperti minyak bumi, magnesium, besi, uranium, dan hutan. Pembagian wilayah administrasiProvinsi di Gabon Gabon dibagi menjadi sembilan provinsi dan dibagi lagi menjadi 37 departemen. Berikut daftar provinsinya:
EkonomiGabon yaitu negara yang kaya hendak barang tambang. Gabon mengekspor mangan, minyak bumi, gas lingkungan kehidupan, besi, kayu dan juga bahan lainnya sejak lama. Eksploitasi tambang uranium di Mounana, yang berada 90 km dari Franceville, dihentikan sejak tahun 2001 karena datangnya pesaing baru di pasaran lingkungan kehidupan. Mengembangnya eksploitasi uranium tetap berlanjut sampai kini. Sejak tahun 1980-an, kereta api Franceville-Libreville mengekspor mineral tambang seperti mangan, uranium, dan besi yang berada di Moanda. Cadangan besi di Bélinga yang berada di timur laut Makokou sedang belum dieksploitasi. Eksploitasinya diharapkan terealisasi pada tahun 2012. Pendapatan minyak bumi, yang menjadi penting sejak tahun 1970-an, namun hanya sebagian yang dipakai untuk modernisasi negara dan mendiversifikasi ekonomi Gabon. Kenyataannya, hanya sedikit masyarakat yang menikmati kekayaan Gabon, sehingga standar hidup kebanyakan masyarakatnya tetap moderat meskipun PDB relatif tinggi. Hidrokarbon menyumbang separuh PDB. MasyarakatDemografiPopulasi Gabon dalam ribuan selang tahun 1961-2003. SukuGabon terdiri atas sekitar 50 suku. Di selangnya yang terpenting yaitu Fang, Myene, Teke dan Punu. Suku lain tak dihitung berjumlah sekitar ratusan. Secara aturan sejak dahulu kala, beberapa suku telah bergabung secaa bertahap sehingga kehilangan bahasa dan ciri khasnya. Sulit mendapatkan data lengkap suku karena beberapa suku hanya proses kumpulan lain dan semuanya bergantung pada tingkat rincian yang ingin dicapai. Aturan sejak dahulu kalaKontruksi Gedung Arsip Umum, Libreville. Topeng Gabon. AgamaMasjid di Port-Gentil, Gabon Agama utama yang dianut di Gabon yaitu Kristen (Katolik Roma dan Protestan), Islam, dan keyakinan asli tradisional.[2] Banyak masyarakat yang mempraktekkan unsur Kristen dan keyakinan asli tradisional.[2] Sekitar 73% masyarakat, termasuk warga asing setidaknya mengamalkan beberapa unsur Kristen; 12% mengamalkan Islam (80-90% yaitu orang asing); 10% hanya mempraktekkan keyakinan asli tradisional; dan 5% masyarakat tak beragama atau ateis.[2] Mantan presiden El Hadj Omar Bongo Ondimba yaitu proses minoritas Muslim.[2] MusikMusik Gabon tak banyak dikenal dibandingkan dengan Republik Demokratik Kongo dan Kamerun. Negeri ini memiliki sederet gaya musik rakyat, seperti bintang pop Patience Dabany dan Annie Flore Batchiellilys, penyanyi dan pelakon pertunjukan langsung terkenal. Juga dikenal gitaris Georges Oyendze, La Rose Mbadou dan Sylvain Avara, dan penyanyi Oliver N'Goma. Musik rock dan hip hop yang diimpor dari Amerika Serikat dan Britania Raya terkenal di Gabon, seperti rumba, makossa dan soukous. Alat musik Gabon termasuk obala, ngombi, balafon dan genderang tradisional. SastraSebagai negara yang utaramnya bertradisi oral sampai naiknya tingkat melek huruf di masa seratus tahun ke-21, Gabon kaya hendak kisah rakyat dan mitologi. "Raconteurs" sedang memainkan pekerjaan untuk menjaga tradisi semacam mvett tetap hidup di selang suku Fang dan ingwala di selang suku Nzebi. TopengGabon juga menampilkan topeng yang banyak dikenal secara internasional, seperti n'goltang (Fang) dan tokoh keramat Kota. Setiap kumpulan memiliki setelan topeng sendiri yang dipakai untuk berbagai gagasan. Topeng tersebut biasa dipakai dalam upacara tradisional seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian. Tradisionalis terutama memainkan pekerjaan dengan kayu lokal yang jarang dan bahan berharga lainnya. FilmSeperti negara Afrika lainnya, perfilman Gabon merasakan kekurangan sumber dana, banyak ruang proyeksi yang amat sedikit (yang semakin suka mendistribusikan produk komersial besar) dan kurangnya penonton. Namun, di pusat aturan sejak dahulu kala Perancis di Libreville (yang memiliki 1 ruang proyeksi), orang banyak memiliki kesempatan untuk menonton film Gabon. Hendak tetapi, beberapa film, terutama film pendek, telah dihasilkan sejak tahun 1970-an. Di samping itu, sejumlah sineas Gabon menyelenggarakan Festival Film dan Televisi Panafrika Ouagadougou (FESPACO). Philippe Mory menyutradarai film panjang Gabon yang pertama pada tahun 1971, Les Tam-tams se sont tus. Diangap sebagai pendahulu dan bapak perfilman Gabon, dia memperagakan peran utama dalam film On n'enterre pas le dimanche yang disutradarai Michel Drach (1958) yang menjadikannya bintang internasional. qui fait de lui une vedette internationale. Ialah aktor kulit hitam pertama Afrika yang menjadi pemeran uama di film Perancis. Pierre-Marie Dong aci pemain di film pendek pada tahun 1972 dan 1973, Imunga Ivanga untuk filmnya Dolè pada tahun 2001, dan pada tahun yang sama, Henri Joseph Koumba Bibidi aci pemain di film Les Couilles de l'élephant. Imunga Ivanga juga menerima tanit dalam Festival Film Karthago untuk Dolè. CENACI (Pusat Film Gabon Nasional), dipimpin oleh Charles Mensah, berupaya mendukung produksi film Gabon. Sebuah sinetron yang dihasilkan untuk TV di Gabon pada tahun 1994, L'auberge du salut, amat sukses di Gabon dan disiarkan pula di negara Afrika lainnya (Pantai Gading dan Burkina Faso). Serbaneka
KodeGabon memiliki kode-kode berikut:
Lihat pula
PustakaTautan luaredunitas.com Page 24Republik Gabon yaitu suatu negara di Afrika proses barat yang hari kemerdekaannya sama dengan Indonesia. Gabon benar kekayaan mineral cukup banyak sedangkan banyak masyarakatnya relatif kecil. Karena kandungan buminya, Gabon dikenal sebagai salah satu negara kaya di Afrika. Gabon bersamaan batasnya dengan Guinea Khatulistiwa dan Kamerun di utara serta Republik Kongo di barat dan selatan. Luas wilayahnya hampir setara dengan dua kali luas Provinsi Kalimantan Tengah. SejarahMasyarakat asli Gabon yaitu suku Pigmi, yang sudah banyak terserap ke dalam suku Bantu ketika mereka bermigrasi. Pada masa seratus tahun ke-15, bangsa Eropa pertama tiba. Nama Gabon berasal dari "Gabão", yang dalam bahasa Portugis berfaedah "mantel", bertalian dengan wujud muara sungai Komo dekat Libreville. Penjelajah Pierre Savorgnan de Brazza dari Perancis memimpin misi pertama ke Gabon dan Kongo pada tahun 1875. Beliau mendirikan kota Franceville, dan kemudian menjadi gubernur kolonial. Beberapa kumpulan Bantu tinggal di kawasan yang kini menjadi Gabon ketika Perancis merebutnya pada tahun 1885. Pada tahun 1910, Gabon menjadi 1 dari 4 wilayah Afrika Khatulistiwa Perancis, federasi yang bertahan sampai tahun 1959. Wilayah ini merdeka pada tanggal 17 Agustus 1960. Presiden pertama yaitu Léon M'ba yang dipilih tahun 1961, dengan Omar Bongo Ondimba sebagai WaPres. Kebutuhan Perancis amat menentukan dalam kepemimpinan di Gabon sesudah merdeka; kebutuhan penebangan Perancis melimpahkan dana untuk kampanye pemilihan M'ba, 'evolué' dari kawasan pesisir. Sesudah naiknya Gabriel Leon M'ba ke puncak kekuasaan, pers ditekan, demonstrasi politik dilarang, kebebasan berekspresi dibatasi, ParPol lain dikeluarkan secara bertahap dari kekuasaan dan konstitusi berganti dengan tuntunan Perancis untuk memberi kekuasaan di kepresidenan, posisi yang ditinggali Leon M'ba sendiri. Namun, ketika Gabriel Léon M'ba menghentikan Majelis Nasional pada bulan Januari 1964 untuk membentuk kekuasaan 1 partai, kudeta militer muncul untuk mendepaknya dari kekuasaan dan memulihkan demokrasi parlementer. Masa waktu seratus tahun kediktatoran M'ba dikenal sebagai "Kebutuhan Perancis" yang kemudian secara mencolok menjadi nyata ketika prajurit terjung payung Perancis terbang dalam masa 24 jam untuk mengembalikannya ke puncak kekuasaan. Sesudah pertempuran beberapa hari, kudeta itu belakangnya dan oposisi dipenjara tanpa menghiraukan protes dan keributan yang meluas. Pemerintah Perancis tidak gentar hendak kecaman internasional; dan paralayang tetap di Camp de Gaulle, di luar ibukota Gabon. Ketika M'Ba meninggal pada tahun 1967, Bongo menggantikannya sebagai presiden, dan terus menjadi kepala negara sampai kematiannya pada tahun 2009, memenangi setiap pemilu dengan suara mayoritas. PolitikGabon bersistem presiden. Presiden pertama Gabon yaitu Léon Mba. Presiden ke-2 yaitu Omar Bongo Ondimba yang sudah berkuasa semenjak tahun 1967 sampai kematiannya pada tahun 2009. Selang tahun 1968-1990, kekuasaannya didasarkan pada sistem partai tunggal, Partai Demokrasi Gabon PDG). Sesudah kekacauan politik yang melanda sebagian agung Afrika sesudah dirobohkannya Tembok Berlin, Bongo mengubah haluan ke multipartai semenjak tahun 1990. Janji internasionalGabon menandatangani konvensi tahun 1951 berkaitan dengan status pengungsi, protokol tahun 1967, dan konvensi tahun 1969 yang mengatur proses spesifik tentang permasalahan pengungsi di Afrika[1]. GeografiGabon Gabon terletak di pesisir Atlantik yang berada di Afrika Tengah. Terletak di khatulistiwa, Gabon beriklim khatulistiwa dengan sistem hutan hujan ekstensif yang mencakup 85% wilayah. Terdapat 3 kawasan yang berbeda: dataran pesisir (berkisar selang 20-300 km dari garis pantai), pegunungan (Pegunungan Kristal ke timur laut Libreville, Dataran Tinggi Chaillu di tengah yang berpuncak di Mont Iboundji yang sampai ketinggian 1575 m), dan sabana di timur. Dataran pesisir membentuk sebagian agung kawasan ekologi hutan hujan Khatulistiwa Atlantik World Wildlife Fund dan terdapat hutan bakau Afrika Tengah, khususnya di estuaria sungai Muni dekat perbatasan Guinea Khatulistiwa. Sungai terbesar di Gabon yaitu Ogooué yang panjangnya sampai 1200 km. Gabon benar 3 kawasan karst yang di situ terdapat ribuan gua yang berada di cadas dolomit dan batu kapur. Beberapa gua itu termasuk Grotte du Lastoursville, Grotte du Lebamba, Grotte du Bongolo, dan Grotte du Kessipougou. Banyak gua yang belu dijelajahi. Suatu ekspedisi yang dilakukan oleh National Geographic mengunjungi gua-gua itu di musim panas 2008 untuk mendokumentasikannya (Expedition Website). Gabon juga dikenal hendak usaha melestarikan sekeliling yang terkait lingkungan kehidupannya. Pada tahun 2002, Presiden Omar Bongo Ondimba meletak Gabon di peta dengan sungguh-sungguh sebagai tujuan ekowisata penting di masa depan dengan menunjuk semakin dari 11% wilayah nasionalnya sebagai proses sistem taman nasional (semuanya benar 13 taman), salah satu dari proporsi terbesar taman lingkungan kehidupan di lingkungan kehidupan. Gabon benar sumber daya lingkungan kehidupan seperti minyak bumi, magnesium, besi, uranium, dan hutan. Pembagian wilayah administrasiProvinsi di Gabon Gabon dibagi menjadi sembilan provinsi dan dibagi lagi menjadi 37 departemen. Berikut daftar provinsinya:
EkonomiGabon yaitu negara yang kaya hendak barang tambang. Gabon mengekspor mangan, minyak bumi, gas lingkungan kehidupan, besi, kayu dan juga bahan lainnya semenjak lama. Eksploitasi tambang uranium di Mounana, yang berada 90 km dari Franceville, dihentikan semenjak tahun 2001 karena datangnya pesaing baru di pasaran lingkungan kehidupan. Mengembangnya eksploitasi uranium tetap berlanjut sampai kini. Semenjak tahun 1980-an, kereta api Franceville-Libreville mengekspor mineral tambang seperti mangan, uranium, dan besi yang berada di Moanda. Cadangan besi di Bélinga yang berada di timur laut Makokou sedang belum dieksploitasi. Eksploitasinya diharapkan terealisasi pada tahun 2012. Pendapatan minyak bumi, yang menjadi penting semenjak tahun 1970-an, namun hanya sebagian yang dipakai untuk modernisasi negara dan mendiversifikasi ekonomi Gabon. Kenyataannya, hanya sedikit masyarakat yang menikmati kekayaan Gabon, sehingga standar hidup kebanyakan masyarakatnya tetap moderat meskipun PDB relatif tinggi. Hidrokarbon menyumbang separuh PDB. MasyarakatDemografiPopulasi Gabon dalam ribuan selang tahun 1961-2003. SukuGabon terdiri atas sekitar 50 suku. Di selangnya yang terpenting yaitu Fang, Myene, Teke dan Punu. Suku lain tak dihitung berjumlah sekitar ratusan. Secara aturan sejak dahulu kala, beberapa suku telah bergabung secaa bertahap sehingga kehilangan bahasa dan ciri khasnya. Sulit mendapat data lengkap suku karena beberapa suku hanya proses kumpulan lain dan seluruhnya bergantung pada tingkat rincian yang ingin dicapai. Aturan sejak dahulu kalaKontruksi Gedung Arsip Umum, Libreville. Topeng Gabon. AgamaMasjid di Port-Gentil, Gabon Agama utama yang dianut di Gabon yaitu Kristen (Katolik Roma dan Protestan), Islam, dan keyakinan asli tradisional.[2] Banyak masyarakat yang mempraktekkan unsur Kristen dan keyakinan asli tradisional.[2] Sekitar 73% masyarakat, termasuk warga asing setidaknya mengamalkan beberapa unsur Kristen; 12% mengamalkan Islam (80-90% yaitu orang asing); 10% hanya mempraktekkan keyakinan asli tradisional; dan 5% masyarakat tak beragama atau ateis.[2] Mantan presiden El Hadj Omar Bongo Ondimba yaitu proses minoritas Muslim.[2] MusikMusik Gabon tak banyak dikenal dibandingkan dengan Republik Demokratik Kongo dan Kamerun. Negeri ini benar sederet gaya musik rakyat, seperti bintang pop Patience Dabany dan Annie Flore Batchiellilys, penyanyi dan pelakon pertunjukan langsung terkenal. Juga dikenal gitaris Georges Oyendze, La Rose Mbadou dan Sylvain Avara, dan penyanyi Oliver N'Goma. Musik rock dan hip hop yang diimpor dari Amerika Serikat dan Britania Raya terkenal di Gabon, seperti rumba, makossa dan soukous. Alat musik Gabon termasuk obala, ngombi, balafon dan genderang tradisional. SastraSebagai negara yang utaramnya bertradisi oral sampai naiknya tingkat melek huruf di masa seratus tahun ke-21, Gabon kaya hendak kisah rakyat dan mitologi. "Raconteurs" sedang melakukan pekerjaan untuk menjaga tradisi semacam mvett tetap hidup di selang suku Fang dan ingwala di selang suku Nzebi. TopengGabon juga mempertunjukkan topeng yang banyak dikenal secara internasional, seperti n'goltang (Fang) dan tokoh keramat Kota. Setiap kumpulan benar setelan topeng sendiri yang dipakai untuk bermacam gagasan. Topeng tersebut biasa dipakai dalam upacara tradisional seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian. Tradisionalis terutama melakukan pekerjaan dengan kayu lokal yang jarang dan bahan berharga lainnya. FilmSeperti negara Afrika lainnya, perfilman Gabon merasakan kekurangan sumber dana, banyak ruang proyeksi yang amat sedikit (yang semakin suka mendistribusikan produk komersial besar) dan kurangnya penonton. Namun, di pusat aturan sejak dahulu kala Perancis di Libreville (yang benar 1 ruang proyeksi), orang banyak benar kesempatan untuk menonton film Gabon. Hendak tetapi, beberapa film, terutama film pendek, telah dihasilkan semenjak tahun 1970-an. Di samping itu, sebanyak sineas Gabon menyelenggarakan Festival Film dan Televisi Panafrika Ouagadougou (FESPACO). Philippe Mory menyutradarai film panjang Gabon yang pertama pada tahun 1971, Les Tam-tams se sont tus. Diangap sebagai pendahulu dan bapak perfilman Gabon, beliau memperagakan peran utama dalam film On n'enterre pas le dimanche yang disutradarai Michel Drach (1958) yang menjadikannya bintang internasional. qui fait de lui une vedette internationale. Ialah aktor kulit hitam pertama Afrika yang menjadi pemeran uama di film Perancis. Pierre-Marie Dong aci pemain di film pendek pada tahun 1972 dan 1973, Imunga Ivanga untuk filmnya Dolè pada tahun 2001, dan pada tahun yang sama, Henri Joseph Koumba Bibidi aci pemain di film Les Couilles de l'élephant. Imunga Ivanga juga menerima tanit dalam Festival Film Karthago untuk Dolè. CENACI (Pusat Film Gabon Nasional), dipimpin oleh Charles Mensah, berupaya mendukung produksi film Gabon. Suatu sinetron yang dihasilkan untuk TV di Gabon pada tahun 1994, L'auberge du salut, amat sukses di Gabon dan disiarkan pula di negara Afrika lainnya (Pantai Gading dan Burkina Faso). Serbaneka
KodeGabon benar kode-kode berikut:
Lihat juga
PustakaTautan luaredunitas.com Page 25Gaborone yaitu ibu kota sekaligus kota terbesar Botswana. Masyarakatnya berjumlah 208.000 jiwa (2004). Daftar isi
GeografiGaborone berada di 24°39′29″LU 25°54′44″BT / 24,65806°LS 25,91222°BT / -24.65806; 25.91222 selang Kgale dan Tebing Odi, dekat Sungai Notwane di sudut tenggara Botswana, dan 15 kilometer (9.3 mil) dari perbatasan Afrika Selatan[8] Gaborone dikelilingi oleh kota-kota berikut: Ramotswa ke arah tenggar, Mogoditshane di timur laut, dan Mochudi di anggota timur, dan Tlokweng diseberang sungai. Biasanya yaitu kota tetangga Gaborone. Pinggiran kota Gaborone termasuk Broadhurst, Gaborone Barat, The Village, Naledi, [8] dan New Canada. Phakalane, daerah yang lebih kaya, berada di luar batasan kota.[9] Tepat di pusat kota, terdapat Mall, pusat finansial dan turisme di Gaborone. Mall menampung jumlah bank dan pusat pertokoan. Pada ujung timur Mall, mampu ditemui Civic Centre sejajar dengan Gerbang Pula (Pula Arch) yang menggambarkan kemerdekaan Botswana. Botswana Stock Exchange, Botswana National Museum, dan kampus utama University of Botswana juga berada dekat Mall.
Iklim
Gaborone mempunyai iklim semi tandus yang panas (Klasifikasi iklim Köppen BSh). Cuaca di Gaborone sangatlah cerah sepanjang tahun. Musim panas biasanya sangatlah panas. Suhu menurun pada malam hari, yang mengakibatkan cuaca lebih sejuk. Biasanya, musim panas dengan sedikit curah hujan menjadikan suhu sedikit hangat dibanding dengan musim panas yang didampingi dengan jumlah hujan. Jika terdapat musim kemarau, suhu terpanas biasanya di bulan Januari dan Februari. Jika terdapat curah hujan yang normal, suhu terpanas jatuh pada bulan Oktober, pas sebelum hujan tiba. Pada musim dingin, cuaca pada siang hari masih panas, dan berubah dingin pada malam hari. [11] Rata-rata terdapat tujuhpuluh-empat hari per tahun dengan suhu di atas 32 °C (90 °F). Terdapat rata-rata 196 hari per tahun dengan suhu di atas Templat:Conver. Limapuluh-satu hari per tahun dengan suhu di bawah 7 °C (45 °F). Satu hari per tahun dengan suhu di bawah Templat:Conver.[12] Presipitasi di Gaborone sangat bervariasi. Biasanya hujan terjadi pada musim panas, selang bulan Oktober dan April. [11] Terdapat rata-rata empat puluh hari badai per tahun, sebagian luhur terjadi pada musim panas, dan empat hari berkabut, biasanya terjadi pada musim dingin.[12] Kota Gaborone pernah mengalami banjir sebanyak tiga kali sesuai catatan mulai tahun 1995, satu kali pada tahun 2000, dan tahun 2001 yang mengakibatkan kerusakan senilai 5.000.000 Botswana pula, dan satu kali terjadi pada tahun 2006. [10] Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Juni, sebesar 98% dan terendah pada bulan September, pada 28% [11] Tingkat pancaran sinar matahari berkisar dari 14.6 MJ/m² pada bulan Juni hingga 26.2 MJ/m² pada bulan Desember.[11] Kecepatan angin pada bulan Agustus hingga November sangatlah tinggi, 14 kilometer per jam (8.7 mph) dan menurut pada bulan May hingga Juli pada 8 kilometer per jam (5.0 mph). Kecepatan angin rata-rata per tahun yaitu 12 kilometer per jam (7.5 mph).[12]
Referensi
Tautan luar
edunitas.com Page 26Gaborone yaitu ibu kota sekaligus kota terbesar Botswana. Masyarakatnya berjumlah 208.000 jiwa (2004). Daftar isi
GeografiGaborone berada di 24°39′29″LU 25°54′44″BT / 24,65806°LS 25,91222°BT / -24.65806; 25.91222 selang Kgale dan Tebing Odi, dekat Sungai Notwane di sudut tenggara Botswana, dan 15 kilometer (9.3 mil) dari perbatasan Afrika Selatan[8] Gaborone dikelilingi oleh kota-kota berikut: Ramotswa ke arah tenggar, Mogoditshane di timur laut, dan Mochudi di anggota timur, dan Tlokweng diseberang sungai. Biasanya yaitu kota tetangga Gaborone. Pinggiran kota Gaborone termasuk Broadhurst, Gaborone Barat, The Village, Naledi, [8] dan New Canada. Phakalane, daerah yang lebih kaya, berada di luar batasan kota.[9] Tepat di pusat kota, terdapat Mall, pusat finansial dan turisme di Gaborone. Mall menampung jumlah bank dan pusat pertokoan. Pada ujung timur Mall, mampu ditemui Civic Centre sejajar dengan Gerbang Pula (Pula Arch) yang menggambarkan kemerdekaan Botswana. Botswana Stock Exchange, Botswana National Museum, dan kampus utama University of Botswana juga berada dekat Mall. IklimGaborone mempunyai iklim semi tandus yang panas (Klasifikasi iklim Köppen BSh). Cuaca di Gaborone sangatlah cerah sepanjang tahun. Musim panas biasanya sangatlah panas. Suhu menurun pada malam hari, yang mengakibatkan cuaca lebih sejuk. Biasanya, musim panas dengan sedikit curah hujan menjadikan suhu sedikit hangat dibanding dengan musim panas yang didampingi dengan jumlah hujan. Jika terdapat musim kemarau, suhu terpanas biasanya di bulan Januari dan Februari. Jika terdapat curah hujan yang normal, suhu terpanas jatuh pada bulan Oktober, pas sebelum hujan tiba. Pada musim dingin, cuaca pada siang hari masih panas, dan berubah dingin pada malam hari. [11] Rata-rata terdapat tujuhpuluh-empat hari per tahun dengan suhu di atas 32 °C (90 °F). Terdapat rata-rata 196 hari per tahun dengan suhu di atas Templat:Conver. Limapuluh-satu hari per tahun dengan suhu di bawah 7 °C (45 °F). Satu hari per tahun dengan suhu di bawah Templat:Conver.[12] Presipitasi di Gaborone sangat bervariasi. Biasanya hujan terjadi pada musim panas, selang bulan Oktober dan April. [11] Terdapat rata-rata empat puluh hari badai per tahun, sebagian luhur terjadi pada musim panas, dan empat hari berkabut, biasanya terjadi pada musim dingin.[12] Kota Gaborone pernah mengalami banjir sebanyak tiga kali sesuai catatan mulai tahun 1995, satu kali pada tahun 2000, dan tahun 2001 yang mengakibatkan kerusakan senilai 5.000.000 Botswana pula, dan satu kali terjadi pada tahun 2006. [10] Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Juni, sebesar 98% dan terendah pada bulan September, pada 28% [11] Tingkat pancaran sinar matahari berkisar dari 14.6 MJ/m² pada bulan Juni hingga 26.2 MJ/m² pada bulan Desember.[11] Kecepatan angin pada bulan Agustus hingga November sangatlah tinggi, 14 kilometer per jam (8.7 mph) dan menurut pada bulan May hingga Juli pada 8 kilometer per jam (5.0 mph). Kecepatan angin rata-rata per tahun yaitu 12 kilometer per jam (7.5 mph).[12] Referensi
Tautan luar
edunitas.com |