Kitab ihyau amali fudhala muqoddimah qonun asasi memaparkan tata cara

Kitab ihyau amali fudhala muqoddimah qonun asasi memaparkan tata cara
by Fandi Firmansyah on 20.00

Kitab ihyau amali fudhala muqoddimah qonun asasi memaparkan tata cara

Nama lengkap K.H. Hasyim Asy’ari adalah K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari, anak laki-laki ketiga dari sebelas orang bersaudara, tujuh orang laki-laki dan empat orang wanita. K.H. hasyim Asy’ari dilahirkan di Desa Nggedang sebelah utara Jombang Jawa Timur pada hari Selasa, 14 Februari 1871 M/24 Dzulqoidah 1287 H. Ayahnya bernama Asy’ari, seorang kiai dari Demak, Jawa Tengah. Sedangkan ibbunya Ny. Halimah. 

Sebagai seorang anak kiai, K.H. Hasyim Asy’ari memperoleh pendidiakn dasar agama khas pesantren dari orang tuanya sendiri. Setelah berusia 14 tahun secara berturut-turut, ia belajar dari satu pesantren ke pesantren lain yang masih berada di wilayah Jawa Timur dan Madura. Mula-mula ia menjadi santri di Wonokoyo (Probolinggo), kemudian pindah ke Ponpes Langitan (Tuban), dan melanjutkan ke Ponpes Trenggilis (Semarang), maka pada tahun 1891-1892 ia kembali nyantri ke Ponpes Siwalan Panji (Sidoarjo) pimpinan K.H. Ya’kub, seorang tokoh yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. 

 Baca Juga : Wirid dan Doa Setelah Sholat

Selama di Ponpes Siwalan, perilaku K.H. Hasyim Asy’ari yang potensial dan ilmu agamanya bagus selalu diperhatikan K.H. Ya’kub. Tak lama kemudian pada tahun 1903 H/1892 M, K.H. Hasyim Asy’ari waktu itu baru berumur 21 tahun dijodohkan dengan Chadidjah, anak K.H. Ya’kub sendiri. Pada tahun 1892, setelah melangsungkan pernikahan, K.H. Hasyim Asy’ari  bersama istrinya melaksanakan ibadah haji dan mencari ilmu pengetahuan di Mekah. Namun, sebelum semua maksudnya kesampaian, istrinya meninggal dunia sehingga ia kembali ke Indonesia. Tahun berikutnya (1893) K.H. Hasyim Asy’ari berangkat lagi ke Mekah. 

Lama belajar di Mekah jika digabungkan dengan waktu sebelumnya adalah 7 tahun, setelah itu ia baru kembali ke Indonesia (1899). Beberapa kyai yang pernah menjadi gurunya adalah Syekh Ahmad Khatib dari Minangkabau dan Syekh Mahfuz at-Tirmisi. Setelah kembali dari Mekah, K.H. Hasyim Asy’ari dengan bantuan saudara iparnya K.H Alwi mendirikan Ponpes Tebuireng di Jombang pada tanggal 26 Robiul Awal 1317 H/1899 M. Awalnya, Ponpes ini hanya dimintai tujuh orang santri. Namun, beberapa bulan kemudian santrinya bertambah dua puluh satu orang, dan secara berangsur-angsur nama pesantren dan pengasuhnya menjadi masyhur. Ponpes Tebuireng (Jombang) diakui keunggulannya oleh banyak pihak. Pihak yang datang belajar ke sana tidak hanya para santri tetapi juga para kiai. 

Salah satu dari kiai yang datang ke sana adalah yang dulu pernah menjadi guru K.H. Hasyim Asy’ari sendiri. Para mantan guru K.H. Hasyim Asy’ari sering berkunjung ke Ponpes Tebuireng untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan. Bahkan K.H. Hasyim Asy’ari yang punya spesialisasi ilmu hadis itu pernah didatangi tokoh besar yang pernah menjadi gurunya, yaitu K.H. Muhammad Cholil (Bangkalan) yang selama ini dikenal sebagai tokoh ilmu nahwu (tata bahasa Arab) dan fikih, serta sering suka berbuat nyeleh. “Dulu saya memang mengajar Anda. Tapi hari ini, saya nyatakan bahwa saya adalah murid Anda,” ujar K.H. Muhammad Cholil rendah hati di hadapan mantan muridnya, K.H. Hasyim Asy’ari. “Sungguh saya tidak menduga kalau kiai akan mengucapkan kata-kata demikian. 

Barangkali kyai salah raba berguru pada saya, murid kiai sendiri; dulu dan sampai kapan pun, kiai akan tetap menjadi guru saya”. Jawab K.H. Hasyim Asy’ari mendengar pernyataan dari mantan gurunya. Mendengar jawaban K.H. Hasyim Asy’ari yang rendah hati itu, K.H. Muhammad Cholil tetap bersikeras ingin mengaji pada K.H. Hasyim Asy’ari mengenai ilmu hadis. Karena itu setiap kali keduanya bertemu terutama waktu shalat, mereka sering merasa tidak enak dan rikuh, untuk menentukan siapa yang harus menjadi imam. Pengalaman K.H. Muhammad Cholil untuk ganti berguru kepada K.H. Hasyim Asy’ari memberi petunjuk bahwa kealiman K.H. Hasyim Asy’ari sangat diterima oleh masyarakat pesantren. 

Dalam sejarah pendidikan Islam (khusunya di Jawa) peran K.H. Hasyim Asy’ari sangat besar. Sampai ia dikenal dengan sebutan Hadratusy Syeikh (guru besar di lingkungan pesantren). Pengaruhnya sangat besar dalam membentuk kader-kader ulama pimpinan pesantrennya. Banyak Ponpes besar yang terkenal, terutama yang berkembang di Jawa Timur dan Jawa Tengah, dikembangkan oleh para kiai hasil didikan K.H. Hasyim Asy’ari. Diantara Ponpes yang diasuh alumni pesantren Tebuireng adalah Ponpes Sukorejo-Asembangus (Situbondo), Ponpes Lirboyo (Kediri), Ponpes Denanyar (Jombang), Ponpes Mambaul Ma’arif (Jombang), dan Ponpes Lasem (Rembang). 

Dalam kebiasan sehari-hari K.H. Hasyim Asy’ari dikenal sebagai tokoh yang dispilin. Misalnya, sekembalinya dari masjid (sekitar pukul 06.00 pagi) biasanya mengurus para pekerja. Ini berkaitan dengan sawah yang harus digarap atau kerbau dan sapi yang dititipkan pada orang lain. K.H. Hasyim Asy’ari mengatur pada pekerja supaya bekerja dengan baik. Ia sering menyisihkan waktu sekitar 30 menit di pagi hari untuk mengurus nafkah keluarga. Setelah itu, ia baru mengajar para santrinya sampai jam 10.000 WIB. Setelah itu ia beristirahat sebentar sampai menjelang waktu zuhur. 

Setelah Dzuhur ia kembali mengajar sampai sore hari. Sebelum salat Ashar, ia akan kembali mengurus para pekerjanya sekitar 30 menit. Setelah salat Isya ia akan mulai mengajar lagi. Begitulah disiplin yang dijalankan oleh K.H. Hasyim Asy’ari. Namun begitum jadwal kegiatan di atas hanya mengetengahkan kegiatan harian dari pagi sampai petang. Pada malam harinya K.H. Hasyim Asy’ari menuliskan pikiran-pikirannya. Olhe karena itu, sepeninggalnya ada dua kitab yang dapat dibaca yaitu: 

1. Ihya’ Amali Fudala Muqaddimah Qonun Asasi, yang didalamnya memaparkan tata cara bermaazhab. 

2.  Ad-Durar al-Mustasyirah fi Masail at-Tisna Asyarah, yang membimbing perlunya berhati-hati memasuki kehidupan dunia tarekat. 

Disetiap minggunya, ada dua hari libur di Ponpes yang diasuh K.H. Hasyim Asy’ari, yaitu hari Selasa dan Jumat. Hari libur ini dimanfaatkan olehnya untuk menjenguk sawah dan kebunnya di desa Jombok (sekitar 10 km, selatan Tebuireng). Atau digunakan untuk membaca kitab-kitab dan buku-buku untuk memperluar wawasan. 

Sumber : ke-NU-an Ahlussunah Waljamaah/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Kelas V 

Muqoddimah Qonun Asasi Rais Akbar Hadrotusyekh Hasyim Asy’ari, Qonun Asasi berarti Aturan Dasar, Bagi Nahdlatul Ulama (NU), Muqoddimah Qonun Asasi adalah pokok pikiran, pendirian dan pedoman dasar bagi perjalanan Organisasi NU.

Muqoddimah Qonun Asasi sendiri merupakan Pidato Rais Akbar Nahdlatul Ulama Hadrotusyekh Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari pada Muktamar NU pertama di Surabaya.

Berikut ini Muqoddimah Qonun Asasi

Muqaddimah Al Qonunil Asasi

Bismillahirrahmanirrahiim

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al Qur’an kepada hambaNYA agar menjadi pemberi peringatan kepada sekalian umat dan menganugerahinya hikmat serta ilmu tentang sesuatu yang la kehendaki. Dan barangsiapa dianugerahi hikmah, maka benar-benar mendapat keberuntungan yang melimpah.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya) : “Wahai nabi, aku utus engkau sebagai saksi, pemberi kabar gembira dan penyeru kepada (agama) Allah serta sebagai pelita yang menyinari.”

“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana, peringatan yang baik dan bantulah mereka dengan yang lebih baik. Sungguh Tuhanmulah yang mengetahui siapa yang sesat dari jalannya dan Dia Maha Mengetahui orang-orang yang mendapat hidayah.”

“Maka berilah kabar gembira hamba-hambaku yang mendengarkan perkataan dan mengikuti yang paling baik darinya. Merekalah orang-orang yang diberi hidayah oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal.”

“Dan katakanlah: Segala puji bagi Allah yang tak beranakan, seorang anakpun, tak mempunyai sekutu penolong karena ketidakmampuan. Dan agungkanlah seagung-agungnya.

“Dan sesungguhnya inilah jalanKu (AgamaKu) yang lurus. Maka ikutilah. Dia dan jangan ikuti berbagai jalan (yang lain) nanti akan mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Demikianlah Allah memerintahkan agar kami semua bertaqwa.”

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul; serta ulil amri diantara kamu, kemudian jika kamu berselisih dalam suatu perkara, maka kembalikanlah perkara itu kepada Allah dan Rasul kalau kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih bagus dan lebih baik kesudahannya.”

Baca Artikel Terkait

“Maka orang-orang yang beriman kepadaNya (kepada Rasulullah), maka memuliakannya, membantunya dan mengikuti cahaya (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

”Dan  orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansor) pada berdoa:  Ya Tuhan ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami beriman dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

“Wahai manusia, sesungguhnya aku telah menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku­-suku  agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Alloh adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah di antara kamu semua.”

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya hanyalah ulama.”

“Diantara orang-orang yang mukmin ada orang-orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah. Lalu diantara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada yang menunggu mereka sama sekali tidak berubah (janjinya).”

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan beradalah kamu bersama orang-orang yang jujur.”

“Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu.”

”Maka bertanyalah kamu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui”.

“Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya”

“Adapun orang-orang yang dalam hati mereka terdapat kecenderungan menyeleweng, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mustasyabihat dari padanya untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mendalam ilmunya, mereka mengatakan, “Kami beriman kepada ayat-ayat mustasyabihat itu, semuanya dari sisi Tuhan kami,” Dan orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran (dari padanya).”

“Barangsiapa menentang Rasul setelah petunjuk jelas padanya dan dia mengikuti selain ajaran-ajaran orang mukmin, maka Aku biarkan ia menguasai kesesatan yang telah dikuasainya (terus bergeming dalam kesesatan) dan aku masukkan ke neraka jahanam. Dan neraka jahanam itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali”

“Takutlah kamu semua akan fitnah yang benar-benar tidak hanya khusus menimpa orang-orang dzalim di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat dahsyat siksanya.”

“Janganlah kamu bersandar kepada orang-orang dzalim, maka kamu akan disentuh api neraka.”

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kamu dan keluarga kamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, di atasnya berdiri malaikat-malaikat yang kasar, keras tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka.”

“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang mengatakan, “Kami mendengar, padahal mereka tidak mendengar.”

“Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk melata, menurut Allah ialah mereka yang pelak (tidak mau mendengar kebenaran) dan bisu (tidak mau bertanya dan menuturkan kebenaran) yang tidak berfikir.”

“Dan hendaklah ada di antara kamu, segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

“Dan saling tolong menolong kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa; janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat dahsyat siksanya.”

Baca Artikel Terkait

“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu serta berjaga jagalah (menghadapi serangan musuh di perbatasan). Dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat keberuntungan.”

“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan jangan kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan lalu Allah merukunkan di antara hati-hati kami, kemudian kamupun (karena ni’matnya) menjadi orang-orang yang bersaudara.”

“Dan janganlah kamu saling bertengkar, nanti kamu juga gentar dan hilang kekuatanmu dan tabahlah kamu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang tabah.”

“Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah di antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu dirahmati. Kalau mereka melakukan apa yang dinasihatkan kepada mereka, niscaya akan lebih baik bagi mereka dan memperkokoh (iman mereka). Dan kalau memang demikian, niscaya Aku anugerahkan kepada mereka pahala yang agung dan Aku tunjukkan kepada jalan yang lempeng.”

”Dan orang-orang yang berjihad dalam (mencari) keridhoanKu, pasti aku tunjukkan kepada jalanKu, sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang­-orang yang berbuat baik.”

”Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu untuknya dan bersalamlah dengan penuh penghormatan.”Dan (apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal juga bagi) orang-orang yang mematuhi seruan Tuhan mereka, mendirikan shalat dan urusan mereka (mereka selesaikan) secara musyawarah antara mereka serta terhadap sebagian apa yang Aku rizkikan, mereka menafkahkannnya.”

”… Dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka (Muhajirin dan Anshor) dengan baik, Allah ridha kepada mereka.”

Baca Artikel Terkait:

Amma Ba’du, Sesungguhnya pertemuan dan saling mengenal persatuan dan kekompakan adalah merupakan yang tidak seorangpun tidak mengetahui manfaatnya. Betapa tidak. Rasulullah SAW benar-benar telah bersabda yang artinya:

“Tangan Allah bersama jama’ah. Apabila di antara jama’ah itu ada yang memencil sendiri, maka syaitanpun akan menerkamnya seperti halnya serigala menerkam kambing.”

Allah ridho kamu sekalian menyembahNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun.”

Kami sekalian berpegang teguh kepada tali (agama) Allah seluruhnya dan tidak bercerai-berai; Kamu saling memperbaiki dengan orang yang dijadikan Allah sebagai pemimpin kamu: Dan Allah membenci bagi kamu; saling membantah; banyak tanya, dan menyia-nyiakan harta benda. “Jangalah kamu saling dengki, saling menjerumuskan, saling bermusuhan, saling membenci dan janganlah sebagian kamu menjual atas kerugian jualan sebagian yang lain dan jadilah kamu, hamba-hamba Allah, bersaudara.” Suatu umat bagaikan jasad lainnya. Orang-orangnya ibarat anggota-anggota tubuhnya. Setiap anggota punya tugas dan perannya.

Seperti dimaklumi, manusia tidak dapat bemasyarakat, bercampur dengan yang lain; sebab seorangpun tak mungkin sendirian memenuhi segala kebutuhan-­kebutuhannya. Dia mau tidak mau dipaksa bermasyarakat, berkumpul yang membawa kebaikan bagi umatnya dan menolak kebutuhan dan ancaman bahaya dari padanya. Karena itu, persatuan, ikatan batin satu dengan yang lain, saling bantu menangani satu perkara dan seia sekata adalah merupakan penyebab kebahagiaan yang terpenting dan faktor paling kuat bagi menciptakan persaudaraan dan kasih sayang.

Berapa banyak negara-negara yang menjadi makmur, hamba-hamba menjadi pemimpin yang berkuasa, pembangunan merata, negeri-negeri menjadi maju, pemerintah ditegakkan, jalan-jalan menjadi lancar. Perhubungan menjadi ramai dan masih banyak manfaat-manfaat lain dari hasil persatuan merupakan keutamaan yang paling besar dan merupakan sebab dan sarana paling ampuh.

Rasulullah SAW telah mempersaudarakan sahabat-sahabatnya sehingga mereka (saling kasih, saling menyayangi dan saling menjaga hubungan) tidak ubahnya satu jasad; apabila salah satu anggota tubuh mengeluh sakit, seluruh jasad ikut merasa demam dan tidak dapat tidur.

Itulah sebabnya mereka menang atas musuh mereka, kendati jumlah mereka sedikit. Mereka tundukkan raja-raja, mereka taklukkan negara-negara. Mereka buka kota-kota. Mereka bentangkan payung-payung kemakmuran. Mereka bangun kerajaan-kerajaan. Dan mereka lancarkan jalan jalan.

Firman Allah, “Wa aatainnahu min kulli sya’in sababa. “

“Dan  aku telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu.”

Benarkah kata penyair yang mengatakan dengan bagusnya:
“Berhimpunlah akan-anakku bila Kegentingan datang melanda Jangan cerai-berai sendiri-sendiri Cawan-cawan enggan pecah bila bersama Ketika bercerai

Satu-satu pecah berderai.”

Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah berkata: ”Dengan perpecahan tak ada satu kebaikan dikaruniakan Allah kepada seseorang lain dari orang-orang terdahulu maupun orang-orang yang datang belakangan.”

Sebab satu kaum apabila hati-hati mereka berselisih dan hawa nafsu mereka mempermainkan mereka, maka mereka tidak akan melihat sesuatu tempat pun bagi kemaslahatan bersama. Mereka bukanlah bangsa yang bersatu, tapi hanya individu-individu yang berkumpul dalam arti jasmani belaka. Hati dan keinginan­-keinginan mereka saling berselisih. Engkau mengira mereka menjadi satu, padahal hati mereka berbeda-beda.

Mereka telah menjadi seperti kata orang “kambing-kambing yang berpencaran di padang terbuka. Berbagai binatang buas telah mengepungnya. Kalau sementara mereka tetap selamat, mungkin karena binatang buas belum sampai kepada mereka (dan pasti suatu saat akan sampai kepada mereka), atau karena saling berebut, telah menyebabkan binatang-binatang buas itu saling berkelahi sendiri antara mereka. Lalu sebagian mengalahkan yang lain. Dan yang menangpun akan menjadi perampas, yang kalah menjadi pencuri. Si kambingpun jatuh antara si perampas dan si pencuri.

Perpecahan adalah penyebab kelemahan, kekalahan dan kegagalan di sepanjang zaman. Bahkan pangkal kehancuran dan kemacetan, sumber keruntuhan dan kebinasaan, dan penyebab kehinaan dan kenistaan.

Betapa banyak keluarga-keluarga besar, semula hidup dalam keadaan makmur rumah-rumah penuh dengan penghuni, sampai satu ketika kalajengking perpecahan merayapi mereka, bisanya menjalar, meracuni hati mereka dan syaitanpun melakukan peranannya. Mereka kocar-kacir tak karuan. Dan rumah­-rumah mereka runtuh berantakan.

Sahabat Ali Karamallahu Wajhah berkata dengan fasihnya: “Kebenaran dapat menjadi lemah karena perselisihan dan perpecahan dan kebathilan sebaliknya dapat menjadi kuat dengan persatuan dan kekompakan.”

Pendek kata siapa yang melihat pada cermin sejarah, membuka lembaran yang tidak sedikit dari ikhwal bangsa-bangsa dan pasang surut zaman serta apa saja yang terjadi pada mereka hingga pada saat-saat kepunahannya, akan mengetahui bahwa kekayaan yang pernah menggelimang mereka, kebanggaan yang pernah mereka sandang, dan kemuliaan yang pernah mereka jadikan perhiasan mereka, tidak lain adalah karena berkat apa yang secara kukuh mereka pegang, yaitu mereka bersatu, dalam cita-cita seia sekata, searah setujuan, dan pikiran-pikiran mereka seiriang. Maka inilah faktor paling kuat yang mengangkat martabat dan kedaulatan mereka, dan benteng paling kokoh bagi menjaga kekuatan dan keselamatan ajaran mereka.

Musuh-musuh mereka tak dapat berbuat apa-apa terhadap mereka, malahan menundukkan kepala, menghormati mereka karena wibawa mereka. Dan merekapun mencapai tujuan-tujuan mereka dengan gemilang.

Itulah bangsa yang mentarinya dijadikan Allah tak pernah terbenam senantiasa memancar gemilang. Dan musuh-musuh mereka tak dapat mencapai sinarnya.

Wahai Ulama dan para pemimpin yang bertaqwa  di kalangan ahlusunnah wal jamaah dan keluarga mazhab imam empat; anda sekalian telah menimba ilmu­-ilmu dari orang-orang sebelum anda, orang-orang sebelum anda menimba dari orang-orang sebelum mereka, dengan jalan sanad yang bersambung sampai kepada anda sekalian. Dan anda menjadi selalu meneliti dari siapa anda menimba ilmu agama anda itu.

Maka dengan demikian, anda sekalian penjaga-penjaga ilmu dan pintu gerbang ilmu-ilmu itu, rumah-rumah tidak dimasuki kecuali dari pintu-pintu. Siapa yang memasukinya tidak lewat pintunya, disebut pencuri.

Sementara itu, segolongan orang yang terjun ke dalam lautan fitnah; memilih bid’ah dan bukan sunah-sunah Rasul dan kebanyakan orang mukmin yang benar hanya terpaku. Maka para ahli bid’ah itu seenaknya memutar balikkan kebenaran, memungkarkan makruf dan memakrufkan kemungkaran. Mereka mengajak kepada kitab Allah, padahal sedikitpun mereka tidak bertolak dari sana. Mereka tidak berhenti sampai disitu, malahan mereka mendirikan perkumpulan pada perilaku mereka tersebut. Maka kesesatanpun semakin jauh. Orang-orang yang malang pada memasuki perkumpulan itu. Mereka tidak mendengar sabda Rosululloh SAW.
“Fandhuru `amman ta’khudzuuna dienakum.”
“Maka lihat dan telitilah dari siapa kamu menerima ajaran agamamu itu”
“Sesungguhnya menjelang hari kiamat, muncul banyak pendusta.”
“Jangalah kau menangisi agama ini bila ia berada dalam kekuasaan ahlinya. Tangisilah agama ini bila ia berada di dalam kekuasaan bukan ahlinya.”

Tepat sekali sahabat Umar bin Khattab Radhiallahu `anhu ketika berkata “Agama Islam hancur oleh perbuatan orang-orang munafik dengan al-Qur’an.”

Anda sekalian adalah orang-orang yang lurus yang dapat menghilangkan kepalsuan ahli kebathilan, penafsiran orang-orang bodoh dan penyelewengan orang-orang yang over acting; dengan hujjah Allah, Tuhan semesta alam, yang diwujudkan melalui lisan orang-orang yang dikehendaki.

Dan anda sekalian, kelompok yang disebut dalam sabda Rasululllah SAW: “Anda sekelompok dari umatku yang tak pernah tergerser selalu berdiri tegak di atas kebenaran tak dapat dicederai oleh orang yang melawan mereka, hingga datang putusan Allah.”

Marilah anda semua dan segenap pengikut anda dari golongan para fakir miskin, para hartawan, rakyat jelata dan orang-orang kuat, berbondong-bondonglah masuk jam’iyah yang diberi nama “Jam’iyah Nahdlatul Ulama” ini.

Masuklah dengan penuh kecintaan, kasih sayang, rukun, bersatu, dan dengan ikatan jiwa raga. Ini adalah jam’iyah yang lurus, bersifat memperbaiki dan menyantuni. la manis terasa di mulut orang-orang yang baik dan bengkal (jawa : klolot) di tenggorokan orang-orang yang tidak baik. Dalam hal ini hendaklah anda anda sekalian saling mengingatkan dengan kerjasama yang baik, dengan petunjuk yang memuaskan dan ajakan memikat serta hujjah yang tak terbantah. Sampaikan secara terang-terangan apa yang diperintahkan Allah kepadamu, agar bid’ah-bid’ah terberantas dari semua orang.

Baca Artikel Terkait:

Rasulullah SAW bersabda : “Apabila fitnah-fitnah dan bid’ah-bid’ah muncul dan sahabat-sahabatku dicaci maki, maka hendaklah orang-orang alim menampilkan ilmunya. Barang siapa tidak berbuat begitu, maka dia akan terkena laknat Allah, laknat malaikat dan semua orang.”

Allah SWT telah berfirman: “Wa ta awanuu `alalbirri wat taqwa. “
“Dan saling tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa kepada Allah.”

Sayyidina Ali Karrmallahu Wajhah berkata: “Tak seorangpun (betapapun lama ijtihadanya dalam amal) mencapai hakikat taat kepada Allah yang semestinya. Namun termasuk hak-hak Allah yang wajib atas hamba-hambanya adalah nasihat dengan sekuat tenaga dan saling bantu dalam menegakkan kebenaran di antara mereka.”

Tak seorangpun (betapapun tinggi kedudukannya dalam kebenaran, dan betapapun luhur derajat keutamaannya dalam agama) dapat melampui kondisi membutuhkan pertolongan untuk memikul hak Allah yang dibebankan kepadanya. Dan tak seorangpun (betapa kerdil jiwanya dan pandangan-pandangan mata merendahkannya) melampaui kondisi dibutuhkan bantuannya dan dibantu untuk itu.”

(Artinya tak seorangpun betapa tinggi kedudukannya dan hebat dalam bidang agama dan kebenaran yang dapat lepas tidak membutuhkan bantuan dalam pelaksanaannya kewajibannya terhadap Allah, dan tak seorangpun betapa rendahnya, tidak dibutuhhkan bantuannya atau diberi bantuan dalam melaksanakan kewajibannya itu. Pent.)

Tolong menolong atau saling bantu pangkal keterlibatan umat-umat. Sebab kalau tidak ada tolong menolong. Niscaya semangat dan kemauan akan lumpuh karena mereka tidak mampu mengejar cita-cita. Barang siapa mau tolong menolong dalam persoalan dunia dan akhiratnya, maka akan sempurnalah kebahagiaannya, nyaman dan sentausa hidupnya.

Sayyidina Ahmad bin Abdillah as Saqqaf berkata: “Jam’iyah ini adalah perhimpunan yang telah menampakkan tanda-tanda menggembirakan, daerah-daerah menyatu, bangunan-bangunannya telah berdiri tegak, lalu kemana kamu akan pergi? Kemana?.

“Wahai orang-orang yang berpaling, jadilah kamu orang-orang yang pertama, kalau tidak, orang-orang yang menyusul (masuk jam’iyah ini). Jangan sampai ketinggalan, nanti suara penggoncang akan menyerumu dengan goncangan ­goncangan:

”Mereka (orang-orang munafik itu) puas bahwa mereka ada bersama orang­-orang yang ketinggalan (tidak masuk ikut serta memperjuangkan agama Allah). Hati mereka telah dikunci mati, maka merekapun tidak bisa mengerti.”
“Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.”
”Ya Tuhan kami, janganlah engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah engkau memberi hidayat kepada kami. Anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisimu; sesungguhnya engkau maha penganugerah.”

“Yaa Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah dari diri-diri kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang berbakti. Ya Tuhan kami, karuniakanlah kami apa yang engkau janjikan kepada kami melalui utusan-utusanmu dan jangan hinakan kami dari hari kiamat. Sesungguhnya engkau tidak pernah menyalahi janji.”

Diterjemahkan oleh: KH. A. Musthofa Bisri, Rembang, menjelang Muktamar NU ke-27

Baca Artikel Terkait:

Naskah Muqoddimah Qonun Asasi, selesai.

Muqodddimah Qonun Asasi merupakan bagian tak terpisahkan dari Anggaran Dasar ini (Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama 2010, BAB XIV PENUTUP Pasal 33). Sebagai qanun asasi organisasi NU, Muqodddimah Qonun Asasi harus menjadi pegangan para pengurus dan anggota organisasi.

Naskah dokumen Muqoddimah Qonun Asasi Hadrotusyekh Hasyim Asy’ari dipublish oleh Kang Nawar selaku Admin situs NU Cilacap Online ini yang membawa misi islam moderat dan berpaham Aswaja.