Jika kita membawa kantong plastik sendiri ketika berbelanja berarti kita telah melakukan

Jakarta -

Membawa tas belanja sendiri adalah kontribusiku bagi bangsa. Jika seluruh masyarakat menyatakan hal ini dalam Tiga Bulan Bersih Sampah (TBBS) yang berlangsung 21 Januari hingga 21 April 2018 sebagai rangkaian Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2018 tentu akan membantu mengurangi jumlah timbulan sampah plastik Indonesia yang diharapkan berkurang 18 persen (12 juta ton) tahun ini (Pepres Nomor 97 Tahun 2017).

Berdasar hasil survei ekonomi nasional BPS, Maret 2017 terdapat 53,98 persen rumah tangga yang tidak pernah membawa tas belanja sendiri. Hanya 9,29 persen yang selalu membawa tas belanja sendiri ketika berbelanja; selebihnya 29,00 persen menyatakan kadang-kadang, dan 7,73 persen menyatakan sering membawa tas belanja ketika berbelanja.


Perilaku Peduli Lingkungan

Membawa tas belanja sendiri adalah salah satu perilaku peduli lingkungan. Perilaku peduli lingkungan didasarkan oleh banyak hal. Model tertua dan tersederhana menyatakan, perilaku peduli lingkungan dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang tentang lingkungan sehingga jika pengetahuannya diubah maka perilakunya akan berubah (Burgess, 1998). Fietkau & Kessel (1981) menyatakan, perilaku peduli lingkungan didorong oleh kesempatan berperilaku peduli lingkungan, sikap dan nilai terhadap lingkungan, insentif yang diperoleh, dan konsekuensi yang dirasakan.

Perilaku berbeda mungkin karena pengetahuan. Hal ini sejalan dengan hasil survei Perilaku Masyarakat Peduli Lingkungan (KLHK) pada 2012 yang menyatakan terdapat hubungan pengetahuan dan perilaku peduli lingkungan. Dengan kata lain, jika seseorang diberi pengetahuan terkait sampah plastik sulit didaur ulang, dan dampaknya terhadap lingkungan, mungkin lebih memiliki peluang membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik.

Sikap dan nilai yang dianut masyarakat di sekitar lingkungan tempat tinggal, atau sikap dan nilai yang ada dalam keluarga, akan mengubah perilaku. Jika suatu wilayah memiliki kebiasaan membawa tas sendiri saat berbelanja, maka ada keengganan untuk tidak berperilaku sama dengan orang-orang di sekitar. Pengalaman saya sewaktu berkunjung ke Wuhan, China pada 2013 sangat berkesan; ketika saya berbelanja, dan meminta kantong plastik hingga beberapa lembar, bukan hanya kasir namun pengunjung lain yang sedang antri seolah-olah memberi penghakiman terhadap saya, karena perilaku penggunaan kantong plastik saya.

Enggan membayar kantong plastik membuat seseorang membawa tas belanja sendiri, seperti uji coba yang dilakukan pada 2016 di beberapa kota membuat perubahan perilaku beberapa orang. Membawa sendiri tas belanja akan menghemat pengeluaran.


Bisa Berubah

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Perubahan bisa terjadi karena keterpaksaan atau kesadaran. Penggunaan kantong plastik di berbagai negara bisa berkurang dikarenakan intervensi dari pemerintah, seperti Kenya, negara terbaru yang menyatakan penggunaan kantong plastik dilarang. Kenya mengikuti lebih dari 40 negara terdahulu yang telah melakukan pelarangan, sebagian dilarang, atau dikenakan biaya, termasuk Cina, Prancis, Rwanda, dan Italia.

Di Inggris, setelah 8 bulan dikenakan kebijakan berbayar, penggunaan plastik berkurang hingga 85 persen --angka yang sangat drastis, dan patut dicontoh. Di Indonesia, sewaktu dilakukannya uji coba kebijakan kantong plastik berbayar di peritel modern di 23 kota dari pertengahan Februari hingga akhir Mei 2016, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mencatat, penggunaan kantong plastik di masyarakat berkurang hingga 30 persen.

Kebijakan terkait kantong plastik oleh pemerintah cepat atau lambat akan terealisasi, baik cukai kantong plastik yang masih dalam pembahasan, kantong plastik berbayar, atau mungkin tidak diperbolehkannya penggunaan kantong plastik. Pemerintah sedang melakukan perannya dalam mengurangi penggunaan plastik, apalagi setelah dinyatakan Indonesia berada di peringkat kedua penghasil sampah plastik ke laut berdasarkan data Jambeck (2015).

Pemerintah telah melakukan perannya, dan hal yang mereka lakukan mungkin membutuhkan waktu yang lama untuk terealisasi. Kita bisa berkontribusi dengan membawa kantong plastik ketika berbelanja sembari memperingati HPSN, yang pertama kali terselenggara karena terjadinya tragedi longsor sampah di TPA Leuwi Gajah pada 21 Februari 2005 yang mengakibatkan kematian 141 orang.

Kita perlu berubah sebelum bertemu plastik di piring makan kita, atau di perut kita. Hasil studi LIPI menyimpulkan, ada beberapa jenis plastik yang terurai sehingga ukurannya 0,2 milimeter, dan plastik yang ukurannya 0,2 milimeter itu sudah dikonsumsi ikan teri. Mari ambil tindakan di TBBS dalam rangka HPSN 2018 dengan keyakinan sederhana, "membawa tas belanja sendiri adalah kontribusiku bagi bangsa."

Ketika Anda sudah melakukannya nanti, ajaklah keluarga dan teman Anda untuk melakukan hal yang sama!

Winda Sartika Purba Statistisi Pertama Subdirektorat Statistik Lingkungan Hidup, Badan Pusat Statistik

(mmu/mmu)

Sampah plastik kian menjadi perhatian seiring meningkatnya pencemaran yang ada di udara, tanah, hingga laut. Kasus penumpukan sampah plastik yang mencapai angka berton-ton menjadi masalah yang perlahan menyulitkan.

Pada dasarnya, sampah plastik muncul karena tingginya minat para produsen dan masyarakat atas kemasan yang sangat mudah diproduksi, dibawa, dan digunakan. 

Namun dengan banyaknya produsen kemasan yang memproduksi bahan dari sampah plastik, tentu peran dari masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan agar angka penyebarannya tetap terukur dan teratur.

Sampah plastik di Indonesia sendiri mendapatkan angka yang cukup tinggi dan sangat memprihatinkan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. 

Sebanyak 3,2 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Sementara itu, kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik [1]. 

Data dari Geotimes tahun 2016 menyebutkan bahwa sampah di Jakarta mencapai 6.500 ton per hari dan 13% dari sampah tersebut adalah sampah plastik. 

Di Bali angkanya mencapai 10.725 ton per hari, sedangkan di Palembang angkanya naik tajam dari 700 ton per hari menjadi 1.200 ton per hari. Jumlah ini menempatkan Indonesia di urutan kedua sebagai negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar, setelah Tiongkok [1].

Tentu ada berbagai cara untuk mengurangi pencemaran sampah plastik, baik dengan pengurangan jumlah plastik sekali pakai hingga metode 3R yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle.

Apa itu metode 3R? Bagaimana efeknya dan cara kerjanya dalam mengurangi penyebaran sampah plastik?

Pengertian Reduce, Reuse, Recycle (3R)

Metode 3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle merupakan salah satu cara terbaik dalam mengelola dan menangani sampah plastik dengan berbagai jenisnya. Penerapan sistem ini juga sangat baik untuk mengelola sampah dari berbagai jenis plastik dari yang aman hingga beracun.

Pengelolaan sampah dengan sistem 3R mampu dilakukan oleh hampir semua orang serta tidak jarang hal-hal yang diproduksi mampu menghasilkan nilai ekonomis. Dilansir dari laman Waste4Change, Reduce, Reuse, dan Recycle merupakan konsep dan urutan langkah untuk mengelola sampah dengan baik [2].

1. Reduce

Reduce sendiri memiliki arti mengurangi sampah. Maksud dari langkah ini adalah mengurangi penggunaan produk yang nantinya berpotensi menjadi sampah [3].

Langkah ini bisa dilakukan dan diterapkan untuk sampah atau produk sekali pakai, seperti kantong plastik belanja yang sudah dilarang di berbagai lokasi seperti DKI Jakarta. Produk yang jadi target utama untuk reduce adalah produk berbahan plastik.

Tahap ini juga menjadi yang pertama sekaligus prioritas karena bila pengurangan produk sampah sekali pakai, maka tidak perlu ke tahap berikutnya yaitu reuse dan recycle.

Penggunaan barang yang sulit didaur ulang juga akan menjadi masalah baru, maka tidak heran bila reduce sangat digadang-gadang sebagai langkah awal yang tepat.

Contoh dari penerapan langkah reduce adalah membawa botol minum atau alat makan sendiri sehingga tidak perlu menggunakan berbagai alat makan dan minum sekali pakai.

2. Reuse

Langkah atau tahap kedua adalah Reuse yang berarti menggunakan kembali. Tahap ini mengajak untuk menggunakan kembali produk yang sudah terpakai. Dengan menggunakannya kembali maka sampah yang timbul dari produk-produk tersebut dapat berkurang [3].

Salah satu cara atau langkahnya adalah penggunaan botol bekas air minum sebagai pot tanaman kecil. Atau penggunaan kaleng biskuit hingga snack sebagai kotak penyimpanan di rumah.

Langkah lain dari reuse adalah menggunakan botol sabun mandi atau shampoo dan mengisinya dengan membeli produk isi ulang.

Dengan metode reuse, tentu penyebaran sampah plastik yang sudah dibeli dapat dikurangi dan dimanfaatkan kembali seperti sedia kala.

3. Recycle

Tahap terakhir dari konsep 3R adalah Recycle yang berarti mendaur ulang. Langkah ini paling banyak dilakukan mengingat sudah banyaknya sampah yang tersebar di berbagai lokasi seperti laut, tanah, dan udara [3].

Produk bekas atau daur ulang sendiri sebenarnya lebih fleksibel, bahkan kerap memiliki nilai ekonomis. Pemanfaatan sampah yang tidak terpakai hingga memiliki nilai tanpa mencemari lingkungan mampu mengurangi penyebaran sampah plastik secara drastis.

Adapun produk yang didaur ulang memiliki desain yang unik dan sangat berbeda dengan jenis produk baru, bahkan beberapa pihak membuat aksesoris dari alat daur ulang yang dapat bermanfaat untuk mendongkrak ekonomi lingkungan sekitar seperti lingkungan RT atau RW.

Tanggung jawab dalam melakukan konsep 3R juga bisa dilakukan oleh pihak perusahaan, bagaimana cara melakukannya dan contoh apa yang dapat diterapkan oleh perusahaan lain?

Langkah 3R dari Pihak Perusahaan

Perusahaan bisa mengambil peran langsung dalam mengurangi sampah plastik, termasuk para produsen yang menghasilkan kemasan makanan dan minuman. Dalam penanganan sampah plastik memang andil banyak pihak, termasuk perusahaan. 

Salah satu perusahaan yang aktif melakukan langkah 3R adalah AQUA. Komitmen AQUA dalam mengelola sampah botol plastik ditegaskan dengan peluncuran kampanye #BijakBerplastik pada 5 Juni 2018 [4].

Sejak saat itu, AQUA menjalankan tiga kegiatan utama dalam pengelolaan sampah botol plastik, yakni Pengumpulan, Edukasi dan Inovasi.

Pada tahun 2025 AQUA berkomitmen untuk menggunakan 100% bahan daur ulang, bahan yang dipakai ulang dan atau bahan kemasan yang terurai dalam tanah. Saat ini kemasan botol AQUA sudah mengandung bahan daur ulang sampai dengan 25% dan mereka akan meningkatkannya menjadi rata-rata 50% pada 2025 [4].

Mulai peranmu dalam menjaga lingkungan sekarang, daur ulang sampah plastik dengan gerakan #BijakBerplastik bersama AQUA!

Referensi:

1. https://www.rumah.com/panduan-properti/sampah-plastik-masalah-yang-muncul-dan-solusinya-27262
2. https://environment-indonesia.com/3r-reuse-reduce-recycle-sampah/
3. https://kids.grid.id/read/472378574/apa-itu-reduce-reuse-recycle-ini-pengertian-dan-contohnya?page=all
4.  https://www.sehataqua.co.id/bijak-berplastik-aqua-kelola-sampah-botol-plastik-dengan-baik/