Jelaskan tokoh tokoh walisongo beserta pesannya dalam menyebarkan agama Islam

Sejarah Islam. Foto: dok Unsplash

Wali Songo merupakan tokoh-tokoh yang cukup terkenal dalam kalangan umat Islam. Bagaimana tidak, Wali Songo merupakan tokoh yang memiliki peran yang cukup penting dan juga cukup besar bagi persebaran agama Islam di Indonesia.

Peran Wali Songo Dalam Persebaran Islam dan Hal yang Perlu Diketahui

Wali Songo yang memiliki arti sembilan wali ini merupakan tokoh yang memiliki peran yang cukup penting dalam keberadaan Islam di Indonesia. Maka tak diherankan lagi, kesembilan tokoh Wali Songo ini sudah tak asing lagi bagi umat Islam di Indonesia. Wali Songo menyebarkan agama Islam dengan cara berdakwah yang sangat baik sehingga dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat.

Masjid Tempat Ibadah Umat Islam. Foto: dok Unsplash

Seperti yang tertulis dalam buku berjudul Sejarah Wali Songo: Misi Pengislaman di Jawa (2007: 4) Wali Songo sangat sukses menyebarkan agama Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa, kesuksesan terbesar wali songo adalah melakukan penyebaran agama Islam tanpa terjadinya gejolak besar atau pertempuran besar dalam Islam dan masyarakat sekitar.

Dalam buku yang dituliskan oleh KH. Mohammad Dahlan yang berjudul Haul Sunan Ampel Ke-555, Penerbit Yayasan Makam Sunan Ampel (1979:1-2) Wali Songo adalah sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). Kehadiran Wali Songo di tengah-tengah masyarakat memberikan berbagai macam pembaharuan dan juga ilmu baru seperti perniagaan, kesenian, kebudayaan, hingga sistem pemerintahan.

Setiap anggota Wali Songo memiliki gelar Sunan, hal ini seperti yang tertulis dalam buku berjudul A History of Modern Indonesia since c.1300, 2nd Edition (1991:9-10). Gelar yang diberikan pada tokoh Wali Songo tersebut merupakan gelar penghormatan yang digunakan dalam bahasa Jawa. Maka dari itu, para tokoh Wali Songo sangat dihormati dan memiliki tempat tersendiri bagi umat Islam di Indonesia. Berikut ini adalah nama para tokoh Wali Songo yang perlu Anda ketahui:

  • Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim

  • Sunan Ampel atau Raden Rahmat

  • Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim

  • Sunan Drajat atau Raden Qasim Syarifuddin

  • Sunan Kudus atau Raden Ja'far Shadiq

  • Sunan Giri atau Raden Paku atau Muhammad 'Ainul Yaqin atau Prabu Satmata

  • Sunan Kalijaga atau Raden Syahid

  • Sunan Muria atau Raden Umar Said

  • Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah

Nama-nama tokoh Wali Songo tersebut banyak diabadikan sebagai sebuah nama, salah satunya adalah penggunaan nama institusi pendidikan. Hal ini dilakukan umat Islam di Indonesia untuk mengabadikan dan juga menghormati jasa Wali Songo yang telah berjasa dalam persebaran agama Islam di Indonesia. Pengetahuan tentang peran Wali Songo dalam persebaran agama Islam di Indonesia tersebut dapat memperluas ilmu agama Islam yang kita miliki. Semoga bermanfaat. (DA)

Wali Songo. Foto: Istimewa

Wali songo atau Sembilan wali memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di Nusantara, khususnya Pulau Jawa. Sembilan orang wali yang dimaksud adalah Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati.

Sembilan wali ini memiliki keterkaitan erat, baik berdasarkan ikatan darah ataupun hubungan guru dan murid. Mereka tinggal di pantai utara Pulau Jawa sejak awal abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-16 di beberapa wilayah, yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat.

Pemilihan wilayah-wilayah ini bukan tanpa sebab, tapi sudah diperhitungkan oleh para Wali. Ini juga menjadi faktor penting penyebaran Islam di Jawa dan wilayah lainnya.

Dalam buku Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual karya Purwadi, salah satu kemungkinan alasan para wali memilih Pulau Jawa karena melihat Jawa sebagai pusat kegiatan ekonomi, politik, dan kebudayaan di Nusantara pada masa itu. Daerah pesisir Jawa yang menjadi kota pelabuhan merupakan fokus utama karena banyak dikunjungi oleh pedagang dari luar Jawa. Ini memungkinkan penyebaran Islam bisa lebih masif.

Selain itu, pemilihan Cirebon sebagai tempat dakwah Sunan Gunung Jati berkaitan dengan jalur perdagangan rempah-rempah sebagai komoditi yang berasal dari Indonesia Timur ke Indonesia Barat. Strategi geopolitik inilah yang menentukan keberhasilan penyebaran Islam selanjutnya.

Nah, berikut penjelasan peran Wali Songo dalam penyebaran Islam di Nusantara:

Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik menyebarkan Islam di wilayah Gresik, Jawa Timur. Maulana Malik Ibrahim bekerja sebagai pedagang dan tabib yang membantu mengobati masyarakat secara gratis.

Beliau juga mengajarkan cara bercocok tanam kepada masyarakat kelas bawah yang selama ini disisihkan oleh ajaran Hindu. Beliau berdawkah lewat pergaulan yang baik dengan masyarakat sekitar.

Beliau meninggal pada tahun 1419 M setelah selesai membangun dan menata pondok pesantren yang akan digunakan sebagai tempat belajar agama di Leran.

Sunan Ampel merupakan putra pertama Sunan Gresik. Beliau membangun pondok pesantren di Ampel Denta di Surabaya untuk menyebarkan ajaran Islam.

Ketika Kesultanan Demak hendak dibangun, Sunan Ampel turut memprakarsai lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa tersebut. Beliau pula yang menunjuk muridnya, Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V yang merupakan Raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak.

Sunan Giri menyebarkan Islam melalui seni. Karya seni yang sering dianggap berhubungan dengan Sunan Giri adalah permainan anak seperti Jelungan, Lir-ilir dan Cublak Suweng, serta beberapa gending seperti Asmaradana dan Pucung. Tembang Lir-ilir mengandung pesan keimanan dan ajakan berubah ke arah yang lebih baik.

Sunan Bonang menyebarkan Islam mulai dari Kediri, Jawa Tengah, hingga ke berbagai pelosok Pulau Jawa. Beliau memiliki kebiasaan berkelana ke daerah terpencil seperti Tuban, Pati, Madura dan Pulau Bawean.

Ajaran Sunan Bonang berfokus pada filsafat cinta ('isyq), yang terlihat mirip dengan gaya Jalalludin Rumi. Kesenian menjadi media dakwahnya. Sunan Bonang menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu menjadi gamelan khas Jawa yang menggunakan instrumen bonang.

Beliau merupakan sosok di balik tembang "Tombo Ati”. Selain itu, Sunan Bonang juga seorang dalang yang menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam.

Sunan Drajat menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat sebagai pengamalan dari agama Islam. Oleh sebab itu, beliau terlebih dahulu mengupayakan kesejahteraan sosial sebelum memberikan pemahaman tentang ajaran Islam.

Beliau mendapat gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah yang merupakan Sultan Demak kala itu. Penghargaan ini diberikan berkat keberhasilan Sunan Drajat menyebarkan agama Islam dan mengurangi kemiskinan warganya.

Paham keagamaan Sunan Kalijaga cenderung sufistik berbasis salaf, serupa dengan mentor beliau, yakni Sunan Bonang. Pemikiran kesufian yang ditampilkan Sunan Kalijaga adalah tentang konsep zuhud.

Pemikiran zuhud adalah upaya membangun kesadaran masyarakat pada arti bekerja dan beramal. Orang boleh bekerja apa saja asalkan layak bagi martabat manusia. Orang bekerja untuk memperoleh makanan yang halal dan pantas untuk diri dan keluarganya.

Sunan Kalijaga juga memilih seni sebagai media dakwahnya. Beliau menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk. Beliau juga merupakan tokoh pencipta baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, layang kalimasada, dan lakon wayang Petruk Jadi Raja. Seni tersebut membuat banyak orang tertarik, bahkan berhasil membuat sebagian besar adipati di Jawa untuk memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga.

Cara berdakwah Sunan Kudus meniru pendekatan Sunan Kalijaga yang sangat toleran pada budaya setempat. Dakwah beliau juga disampaikan secara halus.

Beliau juga mendekati masyarakat dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Ini bisa terlihat pada arsitektur Masjid Kudus. Beliau juga pernah menjadi Senapati atau panglima perang Kerajaan Islam Demak.

Sunan Muria banyak menyebarkan Islam di sekitar Jawa Tengah. Sarana yang dipakai untuk berdakwah serupa dengan Sunan Kalijaga, yakni lewat kesenian dan kebudayaan. Beliau juga bergaul dengan rakyat jelata sambil mengajarkan keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut.

Sunan Gunung Jati merupakan satu-satunya wali yang menjadi kepala pemerintahan. Beliau mendirikan Kasultanan Cirebon dan Banten. Posisinya tersebut dimanfaatkan untuk mengembangkan Islam. Beliau juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan penghubung antar wilayah.