Hubungan Indonesia dengan India terjadi sejak abad

Masuknya unsur budaya India ke Indonesia dan teorinya.

Top 1: Hubungan India dengan Indonesia - Wikipedia

Pengarang: id.m.wikipedia.org - Peringkat 106

Ringkasan: Hubungan India-Indonesia mengacu pada hubungan bilateral antara India dan Indonesia.. India dan Indonesia adalah negara bertetangga. Kawasan Andaman dan Kepulauan Nikobar India berbatasan langsung dengan wilayah maritim Indonesia di sepanjang Laut Andaman.. Hubungan India-Indonesia India. Indonesia. Sukarno dan Jawaharlal Nehru, bersama Indira Gandhi, Megawati Sukarnoputri dan Guntur. Hubungan diplomatik antara India dan Indonesia sudah hangat sejak awal.. Borobudur, candi Buddha yang dib

Hasil pencarian yang cocok: Sukarno dan Jawaharlal Nehru, bersama Indira Gandhi, Megawati Sukarnoputri dan Guntur. Hubungan diplomatik antara India dan Indonesia sudah hangat sejak awal. ...

Top 2: Hubungan pelayaran antara India dan Indonesia pada... - Roboguru

Pengarang: roboguru.ruangguru.com - Peringkat 201

Ringkasan: Proses masuknya pengaruh agama hindu maupun agama budha ke indonesa melalui hubungan perdagangan india dengan Indonesia. Dalam hubungan dagang itu, terjadi interalso di antara para pedagang. Interaksi tersebut berlangsung cukup lama, dalam interaksi tersebut, terjadi saling tukar pikiran di antara mereka. Kepada bangsa kita, orang-orang india bercerita tentang agamanya,  yaitu agama Hindu dan Buddha sehingga agama hindu dan budda dikenal bangsa Indonesia. Sebagai ak

Hasil pencarian yang cocok: Hubungan pelayaran antara India dan Indonesia pada awal abad masehi memicu terjadinya.... ...

Top 3: bagaimana hubungan indonesia dengan india pada abad pertama di ...

Pengarang: brainly.co.id - Peringkat 101

Ringkasan: . Hubungan antara Indonesia dan India telah dimulai sejak zaman Ramayana, "Yawadvipa" (pulau Jawa) disebutkan dalam epos kuno India, Ramayana. Disebutkan Sugriwa, salah satu jenderal Rama mengirim anak buahnya ke Yawadvipa, Pulau Jawa, untuk mencari Shinta. Orang India telah mengunjungi Indonesia sejak zaman kuno, dan orang Indonesia kuno (Bangsa Austronesia) telah memulai perdagangan bahari di laut Asia Tenggara dan Samudera Hindia. Orang India purba menyebarkan ajaran Hindu dan banyak aspek la

Hasil pencarian yang cocok: India dan Indonesia secara resmi membuka hubungan diplomatik sejak 3 Maret 1951. Pada tahun 1955, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dan Presiden Indonesia ... ...

Top 4: hubungan perdagangan antara India dengan Indonesia pada awal tahun ...

Pengarang: brainly.co.id - Peringkat 106

Ringkasan: . 25. Orang yang berjasa dalam mengetik naskah proklamasi adalah… a. Mr. Ahmad Subardjo b. B.M. Diah c. Sudiro d. Sayuti Melik e. Syudanco Singgih 26.. … Makna kalimat pertama teks proklamasi kemerdekaan merupakan pernyataan bangsa Indonesia untuk… a. Mengambil alih kekuasaan dari pendudukan Jepang b. Memulai pelaksanaan pembangunan nasional c. Memasuki awal kemerdekaan d. Lepas dari kekuasaan Jepang e. Menentukan nasib sendiri 27. Kantor berita Jepang yang berperan menyebarluaskan berit

Hasil pencarian yang cocok: Pembahasan. Hubungan antara Indonesia dengan India tercatat telah terjadi pada zaman Ramayana. Hal ini dibuktikan dengan beberapa sumber sejarah ... ...

Top 5: Faktor penyebab terjadinya hubungan India dengan Indonesia sejak awal ...

Pengarang: lovelyristin.com - Peringkat 214

Hasil pencarian yang cocok: Các toplist về chủ đề Faktor penyebab terjadinya hubungan India dengan Indonesia sejak awal masehi adalah. ...

Top 6: Masuknya Unsur Budaya India ke Indonesia dan Pengaruh pada ...

Pengarang: detik.com - Peringkat 184

Ringkasan: Jakarta - Masuknya unsur budaya India ke Indonesia menyebabkan kebudayaan Indonesia tidak kehilangan kepribadiannya. Hal ini disampaikan dalam buku Sejarah SMA Kelas 2 oleh Tugiyono KS, dkk.Dalam perkembangannya, pengaruh masuknya unsur budaya India ke Indonesia menyebabkan munculnya budaya Indonesia baru yang coraknya masih terlihat sampai sekarang.Beberapa budaya Indonesia yang memiliki unsur budaya India yaitu adanya teori Kasta. Hindu sangat kental dengan sistem kasta. Ketika agama dan kebu

Hasil pencarian yang cocok: 5 Jul 2021 — Ia berpendapat, karena hubungan ini terjadi karena perdagangan, maka orang India di Indonesia terbanyak adalah pedagang dari kasta vaisya ( ... ...

Top 7: Soal dan Jawaban Sejarah Indonesia Kelas 10 Semester 2

Pengarang: markombur.com - Peringkat 139

Ringkasan: . Berikut ini adalah contoh soal Ujian Semester Genap Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X SMA lengkap dengan kunci Jawaban.Soal Pilihan Ganda1. Teori yang menempatkan bangsa India sebagai pemegang peranan aktif dalam proses masuknya pengaruh agama Hindu-Buddha di Indonesia,yaitu teori….A. BrahmanaB. KolonisasiC. WaisyaD. Arus balikE. Ksatria2. Proses masuknya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia dibawa oleh para pedagang India yang singgah ke wilayah Indonesia. Pernyataan tersebut merupakan i

Hasil pencarian yang cocok: Sejak permulaan abad 1 M , telah terjalin hubungan antara Indonesia dengan India, hal itu disebabkan .... A. terjadinya perubahan jalur lalu lintas ... ...

Top 8: Hubungan Dagang Indonesia Dengan India, Cina dan Masuknya ...

Pengarang: makalahirfan.blogspot.com - Peringkat 149

Ringkasan: . Hubungan Dagang Indonesia Dengan India, Cina dan Masuknya Pengaruh India di Indonesia, blogspot.com. . Dengan menyebut nama. Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puji. syukur  kehadirat-Nya yang telah. melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami.  Sehingga kami dapat menyelesaikan. makalah  tentang “Hubungan Dagang Indonesia. Dengan India,Cina dan Masuknya Pengaruh India Di Indonesia” . Shalawat serta salam kita. haturkan

Hasil pencarian yang cocok: Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J.Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis waisya. 4. ...

Top 9: Explore Ilmu Pengetahuan Sosial Jilid 1 untuk SMP/MTs Kelas VII

Pengarang: books.google.com.au - Peringkat 342

Hasil pencarian yang cocok: Ada dua faktor pendorong yang mendukung penyebaran pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia, yaitu sebagai berikut. 1) Hubungan dagang Sejak awal tahun Masehi, ... ...

Top 10: Rupiah dan Rupee, 3 Bukti Kedekatan India dan Indonesia - Liputan6.com

Pengarang: m.liputan6.com - Peringkat 167

Ringkasan: Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru adalah salah satu orang yang paling berjasa di awal mula masa kemerdekaan Indonesia. Saat Belanda memblokade wilayah Indonesia dari luar, India membantu mengirimkan obat-obatan dan berbagai bantuan lain untuk perjuangan Indonesia. Pada 1950, Presiden pertama Indonesia Sukarno menyerukan kepada rakyat Indonesia dan India untuk meningkatkan hubungan yang sudah terjalin. Hubungan kedua negara terjadi selama lebih dari dua ribu tahun sebelum terputus sementara

Hasil pencarian yang cocok: 27 Mei 2017 — India dan Indonesia memiliki banyak kesamaan dalam beberapa hal. Hubungan kedua negara telah terjalin sejak ribuan tahun lalu. ...

Candi Muara Takus peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Sumatra Selatan, memikiki kesamaan arsitektur dengan Kerajaan Nalanda di India.

Hubungan India dengan Indonesia sudah ada sejak lebih dari 3.000 tahun yang lalu. Hubungan itu mengarah pada hubungan budaya yang langgeng antara kedua raksasa, sehingga membantu membina hubungan dekat antara orang ke orang. Baik itu filosofi politik, budaya, masakan, karya seni, atau bahasa, ikatan antara kedua negara saat ini terwujud dalam keragaman India dan Indonesia yang mempesona, memberikan kenyamanan dan keakraban satu sama lainnya.

Sumatra adalah tempat pertama yang menyambut orang India beberapa abad lalu. Tempat ini menyerap tiga agama utama India: Hindu di zaman kuno, Buddha pada periode abad pertengahan, dan Islam dari abad ke-12 dan seterusnya.

Hal yang luar biasa adalah beberapa gelombang masuknya pendatang India ke Sumatra pada era yang berbeda dalam sejarah, membawa serta aspek budaya dan peradaban yang berbeda, yang telah meninggalkan jejak tak terhapuskan pada kehidupan Sumatra hingga hari ini. Beberapa peristiwa, tonggak sejarah, ritual dan adat istiadat sosial Sumatra berfungsi sebagai pengingat berkelanjutan akan hubungan budaya kuno India dan pengaruhnya di bagian dunia ini.

Tulisan yang dibuat Raghu Gururaj, Konsul Jenderal India untuk Sumatra yang tinggal di Medan ini, mengulas sejarah hubungan India dan Sumatra.

Selama berabad-abad, Pulau Sumatra terus-menerus diwarnai oleh pengaruh luar, termasuk dari India. Romansa dan mistik Sumatera menarik perhatian Kerajaan India dan para imigran selanjutnya. Kita tidak bisa tidak merefleksikan fakta bahwa Sumatra pada zaman dahulu dikenal dengan nama Sanskerta Suwarnadwīpa (Pulau Emas) dan Suwarnabhūmi (Tanah Emas) yang sudah cukup membuktikan pengaruh India.

Pendatang India Awal
Pendatang India awal pertama kali datang ke Sumatra Timur dan Barat jauh sebelum para penjelajah Kristen datang untuk mencari perdagangan dan kekayaan. Pendatang India awal ini juga membawa serta agama Hindu.

Kemudian pengaruh India di Sumatra dan bagian lain Asia Tenggara bertepatan dengan munculnya kerajaan maritim yang kuat di India seperti dinasti Pandya, Pallava, dan Chola, yang pedagangnya mengunjungi Sumatra antara abad ke-2 dan ke-5. Pengaruh perdagangan mereka meluas ke Sumatera dan bagian lain dari wilayah itu, begitu pula Saivisme dan varian lain dari Hinduisme dan Buddha.

Pada saat itu, penggunaan bahasa Sanskerta dan Pali serta pengaruh tradisi dan adat istiadat Hindu telah mapan di Sumatra. Catatan sejarah menunjukkan bahwa pada tahun 717 M, seorang pendeta Tamil bernama Wajabodhi, memperkenalkan aliran Buddha Tantra Mahayana ke Kerajaan Melayu. Hal ini dibuktikan dengan candi-candi di wilayah Padang saat ini dan patung Adityawarman di Pagaruyung.

Selama periode ini, pengaruh budaya India menjadi lebih terlihat, seperti penggunaan bahasa Tamil dan Sanskerta pada prasasti. Namun, sejak abad ke-7 dan seterusnya, aksara India lebih sering digunakan untuk menuliskan bahasa asli yang saat ini sudah banyak mengandung kosakata serapan dari bahasa Sanskerta dan Tamil. Sekitar waktu inilah orang bisa merasakan bahwa penduduk asli Indonesia telah mulai memeluk agama Hindu dan Buddha.

Pengaruh Kerajaan India
Sekitar abad ke-6, Kalingga menjadi salah satu Kerajaan Hindu-Buddha paling awal di Jawa Tengah. Kekuatan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan, sebuah kerajaan maritim dan komersial utama antara abad ke-7 dan ke-13, didasarkan pada hubungan komersial yang kuat dengan kerajaan maritim India yang memiliki kekuatan serupa seperti Pallava, Pandya, dan Chola. Bahwa kata “Sriwijaya” berasal dari bahasa Sanskerta, sudah menunjukkan hubungan India yang kuat.

Beberapa prasasti di Sumatera, terutama yang ada di Lobu Tua, menunjukkan hubungan perdagangan yang erat antara Kerajaan India dan Kerajaan Sriwajaya di Sumatra. Prasasti tersebut juga menjelaskan bahwa pedagang Pallava dan Chola mengawal barang jarahan mereka dan kargo komersial yang diperoleh dari Sumatra di gudang berbenteng yang dijaga oleh tentara mereka, dan mengirimkanya kembali ke India dengan kapal mereka sendiri.

Prasasti Kutai pada tujuh tiang batu yang ditemukan di Kalimantan Timur pada tahun 5 M ditulis dalam bahasa Sanskerta. Prasasti lempengan tembaga tahun 860 M yang ditemukan di Nalanda mencatat pemberian lima desa oleh Palaking di Rajgirand Gaya untuk biara di Nalandathat, yang dibangun oleh Sri Balaputradewa dari dinasti Syailendra.

Kerajaan Sriwijaya dan Nalanda memiliki kesamaan bentuk arsitektur. Batu bulan dan semen yang ditemukan di tembok yang telah rusak di Nalanda mirip dengan yang ditemukan di Candi Sari dan Kalasan di Jawa, serta dan Candi Muara Takus di Sumatera Selatan. Kunjungan ke Kompleks Candi Muara Takus akan memperkuat rasa keterkaitan sejarah budaya ini.

Kerajaan Sriwijaya juga telah berkembang menjadi pusat keagamaan dan akademik di wilayah tersebut. Sriwijaya menganut aliran Buddha Mahayana.

Pada saat itu, Nalanda telah menangkap imajinasi siswa Buddha dari Tiongkok, Burma, Kamboja, dan tempat lain. Para sarjana tersebut berbondong-bondong ke Nalanda untuk belajar teologi, seni, humaniora, sains, dan lain-lain. Mahasiswa Buddha dari Tiongkok mempelajari sejarah Sanskerta dan budaya Nalanda di Universitas Sriwijaya di Sumatera Selatan sebelum berangkat ke Nalanda. Migrasi akademis antara Sriwijaya dan Nalanda seperti itu menjadi terkenal sebagai jalur pengetahuan antara dua kerajaan dan menjadikan Universitas Sriwajaya terkenal sebagai titik perhentian bagi peziarah Buddha Tionghoa dalam perjalanan mereka ke India, terutama ke Nalanda.

Raja-raja Sriwijaya bahkan mendirikan biara-biara di Negapattam (sekarang Nagappattinam) di India Tenggara. Vihara Chudmani di Nagapattinam yang dibangun pada 1006 M oleh raja Sriwijaya Wijaya Mara Wijayatungga Warman, mungkin merupakan benteng terakhir agama Buddha di India Selatan saat ini. Dibangun di bawah perlindungan Raja Chola, sekitar 350 patung perunggu Buddha ditemukan di sana dari masa abad 11-16.

Prasasti perunggu di Nalanda, Bihar, mengungkapkan bahwa Raja Balaputradewa dari Kerajaan Sriwijaya, Sumatra Selatan, membangun biara untuk siswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda. Sejarawan Indonesia Aris Munandar menyebutkan bahwa vihara memiliki ruangan yang dibangun untuk biksu Sriwijaya.

Kerajaan Sriwijaya terus berkembang hingga dikuasai oleh Chola dari India Selatan, sekitar tahun 1025, ketika kota Palembang di Sumatera Selatan saat ini direbut oleh Raja Chola.

Pedagang India Membawa Islam
Bertepatan dengan jatuhnya Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-11, Islam masuk ke Sumatra dibawa oleh para pedagang India dari Gujarat, terutama ke Aceh dan Sumatra Utara. Konon varian Islam yang masuk ke Indonesia dari India adalah aliran mistik heterodoks tasawuf, sesuatu yang tidak sepenuhnya asing bagi para pertapa Jawa. Orang bisa melihat kemiripan antara tradisi Jawa dalam inisiasi siswa oleh guru dengan metode pengajaran Sufi India.

Pada akhir abad ke-13, raja Kerajaan Samudera di Sumatra telah masuk Islam. Fakta ini dicatat oleh Marco Polo yang mengunjungi pulau itu pada tahun 1292 dan Odoric of Pordenone dari Italia pada tahun 1321.

Buruh India di Perkebunan Sumatra
Pada tahun 1863, pedagang tembakau Belanda telah berhasil memperoleh konsesi lahan di Sumatra Utara untuk menanam tembakau berkualitas tinggi, yang cocok untuk dijadikan pembungkus cerutu bagi konsumen Eropa. Mereka awalnya mempekerjakan buruh atau kuli dari Tiongkok dan membangun bisnis yang sukses. Menariknya, para kuli asal Tiongkok menolak untuk memperpanjang kontrak mereka dengan para pengusaha Belanda. Mereka memilih untuk mendapatkan sebidang tanah dalam konsesi Belanda untuk menanam sayuran dan memelihara babi.

Para pedagang Belanda beralih ke India untuk membawa kuli dari Tamilnadu, Kerala, dan sebagian India Utara ke Sumatra. Meskipun Inggris telah memberlakukan peraturan imigrasi yang ketat, Belanda berhasil menemukan cara untuk membawa sejumlah besar pekerja India dari tempat-tempat seperti Tanjore, Madurai, Salem, dan Nagapatinam dengan perjalanan laut.

Ketika Belanda memperluas operasional perkebunan mereka dan merambah ke perkebunan kelapa sawit, kelapa, kopi dan pinang, banyak buruh Tamil yang bekerja di berbagai bagian Sumatra. Mereka dipekerjakan tidak hanya untuk pekerjaan perkebunan, tetapi juga untuk keperluan tambahan yang berbeda, seperti mengemudi gerobak dan ternak, membuat jalan dan parit, pengolahan kopi dan penanaman percobaan lainnya. Gaji bulanan mereka umumnya berkisar antara enam sampai tujuh dolar.

Mereka sering disebut sebagai Keling, istilah yang merendahkan untuk orang berkulit hitam, tetapi sangat dihargai di Sumatra karena kerja keras, etika kerja yang baik, dan kejujuran. Diperkirakan 28.000 orang India dipekerjakan di seluruh bagian Sumatra dalam berbagai kapasitas tingkat rendah.

Sekitar awal tahun 1900-an, beberapa orang India datang ke Sumatra Timur. Kebanyakan dari mereka pedagang dan pemberi pinjaman uang (komunitas Chettiar dari Selatan), Punjabi Sikh, dan Muslim India dari India Utara dan Barat.

Pendatang Awal India di Medan
Sekitar tahun 1930-an, diperkirakan ada 5.000 warga Punjabi Sikh di Sumatra yang bergerak di bidang peternakan sapi perah dan perdagangan barang olahraga. Ada juga pedagang kecil India yang disebut “Bombay” dari bagian tengah India, yang mendirikan toko dan outlet tekstil di Sumatra.

Pada waktu yang hampir bersamaan, komunitas Tionghoa berhasil mendapatkan bidang tanah untuk pertanian dan menerima kredit melalui asosiasi marga mereka (kongsi) di Singapura, Malaysia, dan di tempat lain yang memungkinkan mereka untuk mendirikan usaha kecil di perkebunan.

Namun, orang India tidak dapat menemukan dukungan kelembagaan seperti itu dari asosiasi diaspora India di Singapura dan Malaysia. Oleh karena itu menjadi kurang berani, lebih memilih untuk tetap berpegang pada kemampuan dan pekerjaan tradisional mereka di Sumatra.

Pendudukan Jepang di Sumatra
Saat Perang Dunia I meletus, orang India di Sumatra mendapati diri mereka terbagi di dua sisi perang. Di satu sisi, beberapa anggota Tentara Nasional India datang dari Burma untuk berpihak pada Jepang. Orang Tamil India yang tinggal di Sumatra bergabung dengan Indonesia pada saat itu di Sumatra.

Namun, di tengah perjuangan kemerdekaan Indonesia, beberapa unit batalion British Indian tiba di Pelabuhan Belawan di Medan, untuk bergabung dengan milisi dan pemuda Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan negara mereka. Sebagian besar orang India di Sumatra akhirnya dapat dipengaruhi oleh para milisi Indonesia, yang mengingatkan orang India tentang kedekatan mereka dengan orang Indonesia, hubungan budaya dengan Sumatra, dan iming-iming tanah milik untuk desersi dan berpihak ke Indonesia dengan membawa senjata mereka.

Sementara para mantan kuli asal Tiongkok mampu mengubah diri mereka menjadi pengusaha sukses dengan dukungan dari asosiasi diaspora di wilayah tersebut, para migran India menjalani kehidupan yang lebih statis. Namun, dengan dibukanya layanan feri dari Sumatra ke Penang pada tahun 1976, orang Tamil India di Sumatra dapat menjalin hubungan yang lebih dekat dan lebih kuat dengan diaspora India di Malaysia dan mulai membentuk bisnis mereka sendiri dan memperdalam hubungan budaya dengan Sumatera.

Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini

Sumber: Artikel Opini