Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

”Penerapan Sistem Manufaktur pada sistem Pendidikan Berbasis Produksi memerlukan penyesuaian berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku untuk kedua sistem tersebut. Satu sisi bertujuan untuk memperoleh profit dan benefit melalui persaingan yang sehat dan ketat, satu sisi bertujuan untuk menghasilkan lulusan mahasiswa/murid yang kompeten dan siap bersaing pada bursa tenaga kerja. Ada batasan-batasan pada ruang lingkup penerapannya, namun batasan tersebut dapat menjelma menjadi sebuah kekuatan yang menjadi ”Ciri Pendidikan Modern”. Untuk memadukannya, diperlukan beberapa langkah cermat yang berkesinambungan dan konsisten. Pemetaan awal dilakukan untuk memastikan gambaran sesungguhnya yang sedang terjadi, dan harus dideskripsikan secara mendetail untuk mengetahui letak permasalahan yang terjadi. Setelah permasalahan diketahui, maka beberapa potensi alternatif perbaikan dapat dilakukan secara berkesinambungan.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 1999 di Politeknik Manumaktur Bandung (PMS-ITB), pada saat penulis menyusun Tugas Akhir di ITB. Mengingat sistem ini merupakan suatu alternatif terhadap pendidikan di masa yang akan datang, maka penulis memaparkannya kembali dengan tujuan untuk berbagi. ”

4.1 PENGUMPULAN DATA Untuk menganalis aliran sistem manufaktur POLMAN saat ini maka penulis melakukan pengumpulan data melalui metoda: • Wawancara Wawancara dilakukan dengan berbagai fihak yang terlibat secara langsung atau tidak langsung pada aliran produksi manufaktur di POLMAN, dan dilakukan beberapa kali untuk memastikan kebenaran data yang akan diperoleh. Pada pelaksanaannya wawancara ditujukan juga bagi berbagai fihak yang tidak terlibat secara langsung pada aliran produksi manufaktur, dan hasil yang diperoleh dicatat untuk kemudian dirangkum dan disimpulkan. • Diskusi dan Tanya jawab Diskusi dan tanya jawab dilakukan terhadap suatu kelompok yang menangani suatu bagian pada aliran produksi manufaktur. Diskusi dilakukan untuk mengetahui penanganan pesanan mulai dari penawaran harga sampai pengiriman pesanan ke pemesan. Tanya jawab dilakukan untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi pada saat menangani pesanan dan cara mengatasi masalah tersebut. • Pengumpulan dokumentasi Dokumentasi mengenai informasi yang digunakan untuk menangani pesanan dikumpulkan dari setiap bagian yang terkait pada aliran produksi manufaktur. Dokumentasi tersebut merupakan dokumentasi yang kosong (belum diisi) dan dokumentasi yang telah diisi. • Daftar isian Untuk memastikan kebenaran data yang telah dikumpulkan dan disimpulkan, maka dibuat daftar isian yang dibagikan ke setiap bagian yang terkait pada aliran produksi manufaktur. Data yang dikumpulkan pada metoda sebelumnya diuji kebenarannya melalui daftar isian, dan jika terdapat penyimpangan pada data pengujian maka dilakukan pengoreksian data.


4.2 PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA

Data yang telah dikumpulkan dan diperiksa kebenarannya kemudian diolah melalui metoda: • Sampling Sampling dilakukan untuk beberapa pesanan yang sedang dikerjakan dan dianggap cukup memadai untuk menggambarkan kondisi aliran produksi manufaktur sebenarnya. Beberapa pertimbangan dilakukan berkenaan dengan keterbatasan waktu yang disediakan untuk memenuhi tugas akhir ini. • Pengelompokan data Data yang telah diperiksa kebenarannya dikelompokkan berdasarkan tujuan analisis yang akan dilakukan. Pengelompokan data bertujuan untuk memudahkan pengolahan data berdasarkan tujuan yang akan dicapai. • Perhitungan matematis

Perhitungan matematis dilakukan untuk mengolah data secara kuantitatif. Perhitungan matematis yang digunakan menggunakan metoda statistik.

Hasil pengolahan data yang dilakukan kemudian disajikan dalam bentuk: • Grafik • Bagan

• Data kunci statistik

4.3 MODEL ALIRAN PROSES PRODUKSI SECARA UMUM DI POLMAN
Aliran proses produksi manufaktur yang dibahas mengasumsikan hanya untuk penanganan pesanan yang dikerjakan dan melibatkan divisi/jurusan mekanik dan divisi/jurusan gambar & perancangan. Aliran proses produksi manufaktur yang berlaku secara umum di POLMAN dapat dilihat pada gambar 4.1. Keterangan aliran produksi manufaktur (gambar 4.1) adalah sebagai berikut:

1. PERMINTAAN PENAWARAN HARGA (REQUEST FOR QUOTATION)
Permintaan penawaran harga dari pemesan dilakukan secara tertulis ke POLMAN di bawah tanggung jawab Unit Pemasaran dan Penjualan (UP2) yang merupakan bagian dari Pusat Pelayanan Masyarakat (PPM). Permintaan penawaran harga tersebut didukung dengan spesifikasi/kriteria, dan/atau contoh produk, dan/atau gambar kerja, dan/atau data CAD (Computer Aided Design). Setiap permintaan penawaran harga yang diterima oleh UP2 diberi nomor kode unik melalui tatacara sebagai berikut:

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Gambar 4.1 Model aliran proses produksi manufaktur di POLMAN

2. ANALISIS KELAYAKAN PESANAN (FEASIBLE ANALYSIS) Analisis kelayakan dilakukan oleh Unit Pengendalian dan Perencanaan Program (UP3) yang merupakan bagian dari PPM beserta divisi pelaksana terkait. Analisis yang dilakukan meliputi analisis kelayakan terhadap teknologi, kebijakan institusi, kapasitas dan beban saat itu. Analisis kelayakan dilakukan untuk menentukan apakah pesanan tersebut layak dikerjakan atau tidak.

Analisis yang dilakukan meliputi:

Analisis Kelayakan Teknologi
Analisis ini dilakukan berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan oleh POLMAN pada saat mengerjakan pesanan yang pernah dikerjakan dan berhubungan dengan tingkat kesulitan pesanan. Pada saat melakukan analisis, PPM tidak memiliki suatu panduan tertulis yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan keputusannya. Pengambilan keputusan secara cermat tidak dapat dilakukan karena tidak adanya penilaian terhadap berbagai jenis pekerjaan yang pernah dilakukan dan tidak adanya pengklasifikasian pekerjaan beserta keterangan tertulis lainnya. PPM tidak memiliki data tertulis yang menunjukkan sejauh mana tingkat kemampuan teknologi yang dimiliki POLMAN untuk menerima pesanan berdasarkan pengalaman yang pernah dilakukan.

Analisis Kelayakan Kebijakan Institusi
Analisis ini berkaitan dengan analisis kelayakan teknologi, dan dititikberatkan pada POLMAN sebagai lembaga pendidikan yang memiliki unit Pengabdian/Pelayanan Masyarakat. PPM tidak memiliki pedoman secara tertulis yang dapat dijadikan acuan dalam mengambil keputusan. Keputusan cenderung dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa pihak terkait pada saat permintaan penawaran harga diterima.

• Analisis Kelayakan Kapasitas dan Beban
Analisis ini dilakukan oleh divisi terkait setelah analisa kelayakan teknologi dan kebijakan institusi dilakukan. Analisa ini dikaitkan terhadap kapasitas dan beban yang sedang terjadi pada divisi terkait (divisi gambar & perancangan dan divisi mekanik), serta berhubungan dengan tenaga pelaksana dan mesin yang tersedia untuk memenuhi pesanan tersebut. Gambaran yang jelas mengenai tenaga pelaksana dan mesin yang tersedia di setiap divisi tidak dapat diketahui oleh PPM secara jelas dan pasti (untuk suatu rentang waktu) sehingga pelaksanaan analisa kelayakan kapasitas dan beban dilimpahkan ke setiap divisi terkait. POLMAN belum memiliki suatu gambaran dan acuan yang jelas mengenai jumlah, jenis dan kapasitas pesanan yang dapat dilakukan dalam suatu kurun waktu tertentu.

Hasil analisis kapasitas dan beban yang dilakukan oleh divisi terkait diinformasikan ke PPM. Jika hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa pesanan tidak layak untuk dikerjakan maka UP2 akan mengirim surat penolakan pesanan ke pemesan. Pada pelaksanaannya tidak terlihat secara jelas format dan media yang digunakan pada saat terjadi interaksi untuk memutuskan hasil analisis kelayakan dari divisi terkait ke PPM.

Setelah seluruh aspek analisis tersebut dilakukan dan didapat suatu keputusan bahwa pesanan tersebut layak untuk dikerjakan, maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan estimasi harga dan waktu proses.

3. ESTIMASI HARGA DAN WAKTU PROSES (TIME AND PRICE ANALYSIS)
Kegiatan estimasi harga dan waktu proses diawali dengan pengiriman form permintaan penawaran harga oleh PPM (apendiks A1) ke setiap divisi terkait. Setelah divisi gambar & perancangan menerima form tersebut maka langkah pertama yang dilakukan adalah membuat sketch lay-out (apendiks A 2) yang berfungsi sebagai acuan untuk menetapkan harga dan waktu proses bagi divisi gambar&perancangan maupun divisi mekanik. Sketch lay-out kemudian digandakan dan satu dokumen dikirim ke divisi mekanik. Kemudian divisi gambar&perancangan akan membuat estimasi harga dan waktu proses berdasarkan acuan sketch lay-out yang telah dibuat. Dalam form estimasi harga dan waktu proses dinyatakan struktur biaya yang digunakan. Isi setiap komponen biaya diisi oleh PPC divisi yang bersangkutan menggunakan standar biaya operasi dan biaya material yang dimiliki.

Pada divisi gambar&perancangan, komponen waktu yang digunakan didapat berdasarkan data statistik untuk pesanan terdahulu yang pernah dikerjakan. Beberapa pendekatan dilakukan berdasarkan jenis produk yang sejenis atau berdasarkan faktor pemberat tingkat kesulitan pengerjaan untuk jenis produk yang satu famili. Form yang digunakan oleh divisi gambar&perancangan dapat dilihat pada apendiks A3. Setelah estimasi harga dan waktu proses selesai dilakukan, kemudian form tersebut diserahkan ke PPM.

4. SKETCH LAY-OUT (DRAFT DESIGN)
Setelah form sketch lay-out selesai dikerjakan oleh divisi gambar& perancangan, maka dokumen tersebut dikirimkan ke divisi mekanik sebagai acuan untuk melakukan estimasi harga dan waktu proses. Dalam form estimasi harga dan waktu proses dinyatakan struktur biaya yang digunakan. Setiap komponen biaya diisi oleh PPC divisi yang bersangkutan menggunakan standardisasi biaya operasi dan biaya material yang dimilikinya. Berdasarkan ukuran geometri komponen dan data teknis pendukung yang terdapat pada sketch lay-out, kemudian PPC divisi mekanik melakukan perhitungan dasar untuk menentukan waktu proses untuk mengerjakan pesanan. PPC divisi mekanik telah memiliki software untuk menentukan estimasi harga dan waktu proses. Software tersebut hanya digunakan untuk jenis pesanan moulding dan presstool. Untuk mendapatkan hasil estimasi harga dan waktu proses diperlukan beberapa parameter pesanan berupa data teknis pendukung yang terdapat pada sketch lay-out. Sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian untuk mengetahui keandalan software tersebut, yang mana keandalan tersebut dikaitkan dengan kondisi perencanaan dan kondisi aktual yang pernah dilakukan. PPC divisi mekanik tidak memiliki suatu standardisasi form untuk data (catatan kegiatan yang pernah dilakukan) yang dapat digunakan untuk menganalisa ataupun menguji keandalan software yang digunakan setelah dipakai untuk suatu kurun waktu tertentu. Form yang digunakan oleh divisi mekanik adalah form harga dasar produk (apendiks A4). Pada form tersebut tidak ditegaskan satuan parameter waktu yang digunakan untuk menyelesaikan semua proses pekerjaan sampai selesai. Setelah estimasi harga dan waktu proses selesai dilakukan kemudian form tersebut diserahkan ke PPM.

5. PENAWARAN HARGA (QUOTATION PRICE)
Form yang diterima oleh PPM dan dari divisi mekanik ataupun divisi gambar&perancangan akan diolah kembali oleh PPM. Pengolahan yang dilakukan mempertimbangkan biaya overhead POLMAN secara keseluruhan dan lamanya waktu proses dikalikan dengan faktor pengaman yang sudah distandardisasikan oleh PPM. UP2 akan mengirimkan dokumen penawaran harga ke pemesan (apendiks A5). Pada dokumen tersebut tidak dicantumkan batas akhir waktu penyelesaian pekerjaan secara tegas (tanggal, bulan dan tahun), tetapi hanya ditulis waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut (sebelumnya diberi tanda plus atau minus ). Setelah semuanya selesai ditulis kemudian dokumen penawaran harga dikirimkan ke pemesan.

Untuk melakukan pemantauan terhadap beberapa permintaan penawaran harga yang diterima oleh UP2, PPM memiliki suatu daftar register penawaran yang dikelompokkan berdasarkan bulan diterimanya dokumen permintaan penawaran harga dari pemesan. Bentuk register penawaran sebagai berikut:

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Tatacara pengisian register penawaran adalah sebagai berikut:

• No. Penawaran Diisi sesuai dengan tata cara penomoran untuk permintaan penawaran harga. Nomor urut ditentukan berdasarkan waktu penerimaan permintaan penawaran harga dan semakin lama nomor urut semakin besar.

• Nama Pemesan

Diisi berdasarkan nama perusahaan pemesan ataupun nama perorangan yang melakukan pemesanan.

• Uraian

Diisi berdasarkan nama produk pesanan yang tercantum pada surat permintaan penawaran harga atau jenis pekerjaan yang dipesan.

• Jenis

Diisi berdasarkan huruf klasifikasi divisi pelaksana yang dikelompokkan menjadi: Mekanik (M), Gambar (G), Foundry (F), Otomasi (O).

• Tanggal

Diisi berdasarkan tanggal, bulan dan tahun penerimaan permintaan penawaran harga secara tertulis yang ditujukan kepada UP2.

• Quantity

Diisi berdasarkan jumlah produk pesanan yang memiliki satuan pcs (peaces) atau set (produk pesanan berupa rakitan).

• Nilai per unit

Diisi dengan nilai per unit yang ditulis berdasarkan estimasi harga yang telah dihitung oleh setiap divisi terkait beserta UP2.

• Sub Total

Diisi berdasarkan perkalian diantara jumlah produk pesanan dengan nilai per unit.

Data pada register penawaran untuk suatu nomor permintaan penawaran harga berlaku dalam kurun 3 minggu setelah penawaran harga dikirim ke pemesan oleh UP2.

6. PURCHASE ORDER
Setelah dokumen penawaran harga diterima oleh pemesan, kemudian pemesan melakukan analisa terhadap harga dan waktu proses pesanan yang dibandingkan terhadap kebijakan perusahaan. Jika terdapat kesesuaian antara kebijakan perusahaan dengan dokumen penawaran harga maka pemesan akan menerbitkan dan mengirimkan dokumen purchase order ke PPM. Beberapa catatan penting yang dicantumkan pada PO adalah: Jenis dan nama produk pesanan, jumlah pesanan, harga per unit, harga total pesanan dan syarat pembayaran. PO yang dikirim oleh pemesan disesuaikan dengan form standar yang berlaku di perusahaan pemesan.

7. KARTU KERJA
Dokumen purchase order yang dikirim oleh pemesan akan diterima oleh UP2 (bagian dari PPM). Setelah itu, UP2 akan memberi informasi penurunan PO dan pengambilan pesanan ke UP3 (bagian dari PPM). Informasi tersebut merupakan dasar bagi pembuatan kartu kerja yang dilakukan oleh UP3. Pembuatan kartu kerja (apendiks A6) akan mempertimbangkan ketentuan-ketentuan yang tercantum pada dokumen penawaran harga dan purchase order. Kartu kerja dibuat rangkap dua, yang pertama dikirim ke divisi gambar&perancangan dan yang ke-dua dikirim ke divisi mekanik (bentuk form yang digunakan sama). Pada kenyataannya, tanggal penyerahan pesanan beserta batas waktu pengerjaan setiap divisi jarang diisi oleh PPM. Hal tersebut dapat mengakibatkan kerancuan dalam menyelesaikan pekerjaan di setiap divisi, yang mana waktu acuan untuk setiap divisi tidak ditulis sehingga dapat mengakibatkan keterlambatan yang terjadi pada setiap divisi dapat ditolelir dan akan menimbulkan kesulitan dalam pembuatan rencana penjadwan pekerjaan. Keterlambatan yang terjadi pada suatu divisi akan membawa pengaruh bagi divisi lain yang mengerjakan proses berikutnya. PPC divisi menyarankan kepada PPM agar penulisan uraian pekerjaan (yang harus dilakukan oleh divisi) ditulis dengan jelas dan detail. Hal tersebut diusulkan untuk memperjelas pekerjaan yang harus dilakukan oleh divisi yang bersangkutan dan menghindari kesalahpahaman antara divisi tersebut dan PPM. Untuk melakukan pemantauan terhadap beberapa PO yang diterima, UP2 memiliki suatu daftar Progress Ex Order yang dikelompokkan berdasarkan bulan penerimaannya. Bentuk Progress Ex Order sebagai berikut:

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Tatacara pengisian Progress Ex Order adalah sebagai berikut:
• Jenis Pekerjaan
Diisi dengan jenis pekerjaan yang diklasifikasikan berdasarkan kegiatan yang dilakukan POLMAN. Klasifikasi tersebut adalah: Production (P), Training (T), Engineering (E), Consultancy (C). Pada kolom tersebut yang dicantumkan adalah huruf kependekannya.
• Pelaksana
Diisi berdasarkan nama divisi pelaksana yang akan melakukan kegiatan tersebut. Divisi pelaksana diklasifikasikan menjadi: Gambar dan Perancangan (G), Foundry (F), Mekanik (M), Otomasi (O), Unit Kerja Lain (L).

• Nomor

Diisi serupa dengan penomoran permintaan penawaran harga. Nomor tersebut dapat sama dengan nomor permintaan penawaran harga jika untuk satu permintaan penawaran harga terdapat satu jenis produk pesanan ataupun berbeda dengan nomor permintaan penawaran harga. Perbedaan tersebut terjadi jika untuk suatu permintaan penawaran harga terdapat beberapa jenis pesanan.

• Nama pemesan

Diisi berdasarkan nama perusahaan pemesan ataupun nama perorangan yang melakukan pemesanan.

• Penawaran

Diisi sesuai dengan tata cara penomoran untuk permintaan penawaran harga. Nomor urut ditentukan berdasarkan waktu penerimaan permintaan penawaran harga dan semakin lama nomor urut semakin besar.

• Klasifikasi

Diisi berdasarkan huruf kependekan jenis kegiatan ataupun jenis pesanan. Klasifikasi tersebut adalah: General (G), Laboratorium (L), Training (T), Benda tuangan (F), Pola (O), Jig/Fixture (J), Design (D), Konsultasi (K), Mould (M), Dies / Presstool (P), Repair (R), Standarting (S).

• Uraian

Diisi dengan nama produk pesanan yang tercantum pada surat permintaan penawaran harga atau jenis pekerjaan yang dipesan.

• Tanggal Konfirmasi

Diisi tanggal, bulan dan tahun diterimanya PO yang dikirim pemesan ke PPM.

• Harga

Diisi berdasarkan harga total pesanan untuk suatu nomor pesanan yang tercantum pada PO yang dikirim pemesan ke PPM.

Untuk memantau sejauh mana pekerjaan telah dilakukan oleh setiap divisi maka PPM membuat Jadwal Induk PPM yang berisi keterangan seluruh jenis pesanan yang telah diterima berikut batas waktu pengerjaan yang harus diselesaikan oleh setiap divisi. Batas waktu pengerjaan tersebut berasal dari informasi estimasi harga&waktu proses dan kesepakatan dengan pemesan yang tercantum pada PO.

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Tatacara pengisian Jadwal Induk PPM sebagai berikut:
• No. Order Diisi berdasarkan nomor pesanan yang tercantum pada kartu kerja.

• Bulan

Diisi berdasarkan bulan dalam satu tahun kalender kerja.

• Nomor 1 – 5
Menunjukkan jumlah minggu yang terdapat dalam satu bulan. Kolom dibawahnya akan diarsir sesuai dengan waktu yang disepakati untuk menyelesaikan suatu pesanan.

Untuk melakukan pemantauan terhadap beberapa pesanan yang sedang dikerjakan maka PPM melaksanakan Rapat Koordinasi Rendalprog. Rapat tersebut dilaksanakan oleh PPM dengan mengundang wakil atau PPC setiap divisi, dan bertujuan untuk mengetahui kendala-kendala yang sedang terjadi di setiap divisi. Informasi keterlambatan penyerahan pesanan sesuai yang telah ditetapkan dapat diketahui secara dini pada rapat tersebut sehingga pemesan dapat diberitahu sebelumnya atau dicari pemecahan masalah lainnya supaya pengiriman pesanan dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Sebelum rapat dimulai, PPM akan membagikan form rencana target mingguan yang telah ditetapkan oleh setiap divisi, kemudian akan dievaluasi sejauh mana kemajuan telah dicapai. Keterlambatan yang terjadi akan dicatat dan kemudian dibuat target yang baru (informasi keterlambatan dari target yang telah ditetapkan sebelumnya akan tetap terlihat). Form yang digunakan pada saat rapat koordinasi rendalprog adalah:

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Setelah kartu kerja selesai dibuat maka kartu kerja jenis pertama akan dikirimkan ke divisi gambar&perancangan. Kartu kerja tersebut merupakan dasar perintah kerja yang harus dilakukan oleh divisi gambar&perancangan. Jenis pekerjaan yang harus dilakukan beserta rentang waktu penyelesaian pekerjaan yang tercantum pada katu kerja harus dipatuhi oleh divisi yang menerimanya.

8. KARTU KERJA DAN GAMBAR
Setelah kartu kerja diterima oleh PPC divisi gambar&perancangan, maka PPC akan membuat rencana penjadwalan beserta perencanaan jenis pekerjaan yang harus dilakukan. PPC juga menentukan siapa yang harus melakukan pekerjaan tersebut. Tahapan yang harus dilakukan adalah: pembuatan konsep, optimasi konsep, perancangan, optimasi perancangan, penyelesaian detail dan pemeriksaan akhir. Pada tahap perancangan, divisi gambar&perancangan bekerja sama dengan divisi mekanik melalui diskusi dan pemberian gambar sketsa (usulan sketsa) ke divisi mekanik untuk meminimalkan kesalahan yang terjadi pada proses pembuatannya. Divisi mekanik akan menyarankan rancangan yang sesuai dengan tools dan mesin yang dimilikinya beserta kemudahan dalam melakukan proses tersebut. Pada tahapan ini tidak terdapat dokumen atau form standar yang menggambarkan terjadinya interaksi antara kedua divisi tersebut, dan tidak terdapat gambaran yang jelas mengenai batasan yang dilakukan oleh divisi mekanik dalam membantu hasil perancangan.

Hasil pekerjaan divisi gambar&perancangan adalah: gambar detail (apendiks A7), gambar susunan (apendiks A8), dan bila diperlukan dokumen teknik (structure list). Semua gambar memiliki nomor yang dibuat berdasarkan sistem penomoran mandiri (supaya dapat digunakan ke induk/produk lain) dan diarsipkan ke dalam bentuk file computer dan hard copy.

PPC tidak memiliki form standar untuk memeriksa bahwa gambar tersebut telah memenuhi syarat kelengkapan untuk dikirim ke PPM (syarat tersebut dapat berupa kelengkapan atau jumlah total gambar untuk satu nomor pesanan, atau data teknik lainnya) sehingga akan mengakibatkan kesulitan di divisi mekanik pada saat menerima gambar, dan harus memeriksa kelengkapan beserta mengoreksi kesalahan gambar yang terjadi.

Untuk melakukan pemantauan ataupun pengendalian terhadap kapasitas dan beban yang sedang terjadi di divisi gambar & perancangan, PPC gambar&perancangan menyediakan papan kontrol yang dapat dilihat oleh semua orang di ruang divisi. Papan kontrol tersebut sebagai berikut:

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Tatacara pengisian Progress Order adalah sebagai berikut:
• Nama Diisi dengan nama produk pesanan yang tercantum pada kartu kerja.

• Nomor Order

Diisi berdasarkan nomor pesanan yang tercantum pada kartu kerja.

• PIC (Person In Contact)
Diisi berdasarkan nama orang yang bertanggung jawab terhadap suatu jenis nomor pesanan.


• Bulan Diisi dengan bulan yang sedang berlangsung serta satu bulan ke depan.

• Kolom Minggu
Diisi dengan simbol  yang menunjukkan bahwa suatu pesanan sudah mulai dikerjakan dan sedang berlangsung sampai pesanan tersebut telah selesai dan siap untuk dikirim ke PPM.


Setelah semua pekerjaan selesai, PPC divisi akan melengkapi isian pada kartu kerja dan membuat blueprint gambar sebanyak tiga rangkap. Dua set gambar tersebut beserta kartu kerja dikirim ke PPM.

9. KARTU KERJA DAN GAMBAR Setelah PPM menerima kartu kerja dan dua set gambar dari divisi gambar& perancangan, maka UP3 (bagian PPM) akan mengirimkan kartu kerja untuk divisi mekanik beserta dua set gambar. Kartu kerja (apendiks A6) tersebut berfungsi sebagai dokumen yang memerintahkan divisi mekanik untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan perintah yang tercantum pada kartu kerja dan sesuai dengan gambar yang dikirimkan.

PPC divisi beserta kasubdiv mekanik bertanggung jawab atas kelancaran proses pembuatan pesanan tersebut sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan. Uraian aliran informasi dan aliran kerja yang terjadi pada divisi mekanik akan dijelaskan secara terpisah pada bagian berikut.

10. KOREKSI GAMBAR Satu set (dari dua set) gambar akan dikirimkan oleh PPC divisi mekanik ke kepala sektor perakitan. Kepala sektor perakitan akan melakukan koreksi terhadap gambar yang diterimanya yang meliputi gambar susunan beserta part list dan gambar detail. Selain itu gambar tersebut akan digunakan untuk membuat operation plan perakitan beserta assembling report. Koreksi dilakukan jika terjadi kesalahan berupa ukuran penggambaran ataupun kesalahan perancangan. Kepala sektor perakitan dapat memanggil penanggung jawab pesanan yang bersangkutan ke divisi gambar& perancangan, dan dipanggil turun ke bengkel divisi mekanik. Kesalahan yang terjadi kemudian didiskusikan, dan langkah berikutnya kepala sektor perakitan akan ke divisi gambar&perancangan menuju ke drafter langsung untuk memerintahkan perubahan gambar secara langsung. Perubahan atau koreksi yang dilakukan tidak pernah didokumentasikan secara tertulis dan tidak tersedia form standar yang menunjang hal tersebut. Kesalahan yang terjadi tidak pernah ditindaklanjuti dengan penganalisaan, hal tersebut akan menyebabkan timbulnya asumsi bahwa keterlambatan penyerahan produk pesanan ke pemesan tidak dipengaruhi oleh kesalahan gambar yang terjadi. Asumsi tersebut jelas keliru, bahkan akan sangat fatal sekali akibatnya jika kesalahan gambar yang terjadi baru terdeteksi pada saat proses pemesinan sedang berlangsung. Setelah koreksi gambar dilakukan maka kepala sektor perakitan akan menginformasikan hal tersebut ke PPC divisi mekanik. Selanjutnya PPC divisi mekanik akan mengesahkan gambar koreksi tersebut melalui penyetempelan dan akan menukar semua gambar salah yang telah beredar (berada di sektor selain perakitan) dengan gambar koreksi yang telah disahkan.

Batas waktu yang diperlukan untuk melakukan koreksi gambar tidak dinyatakan secara tegas, hal tersebut diakibatkan karena tugas utama sektor perakitan bukan untuk mengoreksi gambar tetapi untuk melakukan perakitan sebagus dan secepat mungkin yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Hal tersebut kadangkala mengakibatkan keterlambatan pengoreksian gambar yang salah, yang mana gambar salah tersebut telah beredar ke sektor lainnya bahkan beberapa proses pemesinan telah dimulai. Jika kondisi tersebut terjadi maka PPC akan memberikan informasi ke sektor terkait untuk menghentikan kegiatan yang telah dilakukan. Sejauh mana kesalahan yang telah dilakukan (diakibatkan kesalahan gambar) akan dianalisa dan dicari pemecahan masalahnya. Pemecahan masalah tersebut tidak selalu diikuti dengan mengganti material benda yang bersangkutan tetapi dengan melakukan modifikasi terhadap komponen yang berpasangan.

11. ORDER MATERIAL Sebelum aktifitas proses pemesinan dilakukan di divisi mekanik maka salah satu kegiatan yang dilakukan oleh PPC divisi mekanik adalah melakukan pengorderan material yang sesuai dengan jumlah komponen yang tercantum pada material list gambar susunan. Order material dilakukan setelah PPC divisi mekanik membuat daftar material berdasarkan data yang diperoleh dari gambar susunan beserta part list dan gambar detail. Dimensi material yang dipesan mempertimbangkan gambar detail beserta proses yang akan dilakukan. Pengorderan material dilakukan menggunakan bon pesanan (lihat apendiks A9). Daftar komponen yang dipesan ditulis oleh mahasiswa yang melakukan program PPC. Pada saat mengisi daftar material, mahasiswa tidak dibekali dengan suatu petunjuk untuk membedakan antara komponen yang akan mengalami proses pemesinan ataupun komponen yang dipesan dalam bentuk standar. Tidak ada catatan atau dokumen tertulis yang dimiliki oleh PPC divisi mekanik untuk menunjukkan bahwa suatu komponen merupakan komponen standar. Mahasiswa yang melakukan program PPC terdiri atas mahasiswa tingkat 2 dan/atau tingkat 3. Pada suatu kondisi mahasiswa akan mengorder material untuk komponen standar yang diperkirakan harus dibuat (sebenarnya tidak diperlukan), akibatnya setelah material tersebut dikirim oleh logistik maka PPC terpaksa menerimanya walaupun material tersebut tidak dapat digunakan (karena komponen standar tidak mengalami proses pemesinan). Kerugian material tersebut akan dibebankan ke divisi yang bersangkutan berdasarkan nomor pesanan. Pada saat menindaklanjuti bon pesanan yang dikirim, logistik sering mengalami kesulitan seperti penulisan spesifikasi barang yang dipesan tidak jelas (disebabkan ditulis oleh mahasiswa dan tidak diperiksa secara rinci oleh kepala PPC), sehingga pihak logistik perlu mengkonfirmasikan masalah tersebut ke PPC divisi mekanik. Seringkali juga material yang dipesan hanya berdasarkan brand minded saja, sehingga jika tidak tersedia maka logistik akan mengkonfirmasikan jenis material pengganti yang setara kepada divisi mekanik. Jika ukuran material yang dipesan tidak terdapat di logistik maka staf logistik akan mengkonfirmasikan hal tersebut ke divisi mekanik untuk menentukan apakah dimensi pengganti yang tersedia di logistik dapat digunakan atau harus dilakukan pembelian material ke luar POLMAN. Batas waktu penyerahan material yang terdapat pada bon pesanan sering tidak dicantumkan secara jelas oleh pemesan (PPC divisi mekanik), hal tersebut akan menyulitkan staf logisitik untuk menindaklanjuti pesanan tersebut karena semua permintaan yang datang ingin didahulukan. Penulisan batas waktu tersebut seringkali tidak memperhatikan kebutuhannya, dalam hal ini yang sering dilakukan adalah melakukan pengorderan material sedini mungkin walaupun proses pemesinan terhadap material tersebut akan dilakukan pada waktu yang masih lama. Untuk memecahkan masalah yang terjadi maka logistik membuat suatu daftar prioritas pemenuhan bon pesanan, yang mana urutan prioritas tersebut adalah: material untuk kebutuhan ujian mahasiswa, material untuk kebutuhan produksi, material untuk kebutuhan program latihan atau produk standar. Pemilihan jenis material yang dilakukan oleh divisi mekanik umumnya hanya berdasar pada seringnya material tersebut digunakan oleh divisi yang bersangkutan. Belum pernah dilakukan analisa yang menunjukkan keuntungan dan kerugian penggunaan suatu jenis material berdasarkan pertimbangan ongkos material dan kemudahan dalam proses pemesinan ataupun perlakuan panas. Dalam hal ini logistik telah memiliki contoh perbandingan antara ongkos material dan ongkos proses untuk dua jenis material yang akan memberikan pengaruh terhadap harga total. Setelah bon pesanan diterima oleh staf logistik maka langkah selanjutnya adalah mengevaluasi kelayakan terhadap nomor account, pengesahan divisi, spesifikasi barang dan batas penyerahan. Jika hasil evaluasi tidak layak, maka bon pesanan akan dikembalikan ke PPC divisi untuk diperbaiki, tetapi jika layak maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan persediaan/stock di logistik. Jika persediaan di logistik tidak ada maka akan dilakukan pengorderan material ke luar POLMAN berdasarkan tatacara yang dimiliki oleh POLMAN, tetapi jika persediaan di logistik ada maka akan dilakukan pemenuhan pesanan. Pesanan akan dikirimkan oleh mahasiswa program logistik atau karyawan logistik ke PPC divisi mekanik untuk meminta pengesahan terhadap barang yang telah diterima oleh divisi mekanik. Pesanan tersebut akan diletakkan langsung oleh pengirim ke rak penerimaan barang yang ada di divisi mekanik. Untuk melakukan pengendalian terhadap material yang diterima oleh divisi mekanik, maka pada rak penerimaan material produksi dilengkapi dengan papan daftar material sebagai berikut: Tatacara pengisian Daftar Penerimaan Material adalah sebagai berikut:

• Nomor

Diisi dengan nomor urut berdasarkan waktu datangnya material yang dikirim oleh mahasiswa atau karyawan logistik ke rak penerimaan material divisi mekanik.

• No. Order

Diisi berdasarkan nomor account/produksi yang tercantum pada bon pesanan.

• Tanggal Order

Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun dilakukannya pengesahan dan dikirimkannya bon pesanan ke logistik oleh mahasiswa program PPC ataupun program perakitan.

• Pos

Diisi berdasarkan nomor pos yang tercantum pada gambar susunan ataupun kartu proses.

• Nama Bagian

Diisi sesuai dengan nama komponen yang tercantum pada gambar detail ataupun kartu proses.

• Jumlah

Diisi berdasarkan jumlah material yang diterima pada saat pengiriman pesanan dilakukan.

• Ukuran

Diisi dengan dimensi material yang diterima pada saat pengiriman pesanan dilakukan. Dimensi ditulis berdasarkan kolom yang ada diatasnya yang merupakan huruf kependekan dari: P (Panjang), D (Diameter), L (Lebar), T (Tinggi).

• Tanggal Masuk

Diisi tanggal, bulan, tahun diterimanya pesanan oleh divisi mekanik melalui pengesahan pada bon pesanan.

• Keterangan


Diisi berdasarkan nama dan nomor coin penerima pesanan material (mahasiswa program PPC atau mahasiswa program perakitan).

12. PEMBELIAN MATERIAL Pembelian material ke luar POLMAN dilakukan untuk kebutuhan barang stock maupun barang nonstock yang menunjang kegiatan produksi. Pembelian material ke luar POLMAN disebut dengan pengadaan. Pengadaan yang dilakukan ke pemasok didefinisikan sebagai badan usaha yang memenuhi kebutuhan POLMAN akan produk standar badan usaha tersebut. Sebelum pesanan nonstock dipenuhi maka dilakukan analisa terhadap batas akhir penyerahan barang yang harus dilakukan oleh UPT logistik. Kemudian dilakukan pengisian terhadap form untuk pesanan barang stock atau barang nonstock. Daftar tersebut ditandatangani oleh kepala UPT Logistik kemudian diserahkan ke bagian keuangan untuk dilakukan penandatanganan oleh Pembantu Direktur Bidang Administrasi dan Kepegawaian, yang kemudian ditandatangani oleh Direktur POLMAN. Penandatanganan umumnya dilakukan pada hari Rabu, oleh karenanya daftar barang yang dipesan diusahakan sudah masuk ke logistik paling lambat pada Hari Selasa. Untuk keperluan yang sangat mendesak pembelian barang dapat dilakukan duluan dan kemudian kegiatan administrasinya menyusul.

Langkah yang dilakukan oleh UPT Logistik untuk melakukan pengadaan adalah: usulan pengadaan, persetujuan, permintaan penawaran, evaluasi penawaran, menerbitkan purchase order, penerimaan barang, pemeriksaan kualitas sesuai spesifikasi, penyimpanan.

13. JADWAL PEMELIHARAAN
UPT Perawatan memiliki jadwal rencana pemeliharaan mesin tahunan yang dibuat untuk setiap mesin dan fasilitas yang dimiliki POLMAN. Dari jadwal pemeliharaan mesin tahunan diturunkan jadwal pemeliharaan mesin bulanan. Waktu pelaksanaan yang dibutuhkan untuk kegiatan pemeliharaan dikompromikan antara UPT Perawatan dengan PPC divisi mekanik. Sehingga pada pelaksanaannya tidak terjadi bentrokan kepentingan antara program produksi dan kegiatan pemeliharaan.
Pada jadwal pemeliharaan bulanan dicantumkan tanggal dimulai dan berakhirnya kegiatan pemeliharaan. Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pemeliharaan dipengaruhi oleh nilai kerumitan perawatan mesin yang bersangkutan beserta tingkat pemeliharaan yang akan dilakukan.

14. PEMERIKSAAN PRODUK Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh produk yang dinyatakan selesai dan siap kirim memenuhi spesifikasi yang diminta pemesan ataupun standar tertulis yang berlaku. Jenis produk yang dihasilkan POLMAN meliputi mould, dies, jig and fixture, mesin, suku cadang. Pemeriksaan akhir dilakukan jika kepala QC menerima kartu kerja dari kepala PPC divisi mekanik. Pemeriksaan komponen dilakukan oleh QC jika pemeriksaan yang dilakukan memerlukan suatu peralatan khusus (tidak tersedia di toolcrib atau di sektor yang bersangkutan) atau sulit dilakukan di sektor yang bersangkutan, atau pemeriksaan dilakukan juga terhadap spesifikasi geometri hasil pengujian suatu produk (contoh: hasil produk cetakan plastik) . Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kualitas yang tidak sesuai maka staf QC akan menginformasikan hal tersebut ke PPC divisi mekanik. Selanjutnya PPC divisi mekanik akan memerintahkan sektor perakitan untuk menganalisa dan memperbaikinya.

Prosedur yang dilakukan untuk melakukan pemeriksaan ditulis pada suatu form manual uji coba (apendiks A10) dan pelaksanaannya dibawah tanggung jawab dan wewenang Sub–Divisi Jaminan Mutu. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kualitas sesuai dengan spesifikasi yang diminta maka Kepala Sub-Divisi Jaminan Mutu akan mengesahkannya melalui penandatanganan kartu kerja. Selanjutnya kartu kerja tersebut diserahkan ke divisi mekanik.

15. PENYERAHAN KARTU KERJA DAN PRODUK
Setelah divisi mekanik menerima kartu kerja dari QC, maka kartu kerja tersebut akan disahkan oleh kepala PPC divisi mekanik dan kepala divisi mekanik. Setelah pengesahan dilakukan maka PPC divisi mekanik akan mengirimkan kartu kerja berikut produk pesanan kepada logistik.

16. INFORMASI PENURUNAN DO (DELIVERY ORDER)
Setelah kartu kerja diterima oleh UPT logistik maka kartu kerja tersebut akan disahkan melalui tandatangan kepala UPT logistik. Setelah itu, kartu kerja dikirim ke PPM sebagai informasi bahwa produk pesanan telah selesai dan siap dikirim ke pemesan. Berdasarkan kartu kerja yang diterima maka PPM akan memerintahkan bagian keuangan untuk membuat dokumen Delivery Order (apendiks A11). Dokumen tersebut diserahkan oleh PPM ke logistik.

17. PENYERAHAN PESANAN
Setelah menerima dokumen Delivery Order dari PPM maka UPT Logistik akan melakukan pengepakan terhadap produk pesanan. Kemudian produk pesanan tersebut dikirim ke perusahaan pemesan. Jika pembayaran terhadap produk pesanan telah lunas maka setiap dokumen Delivery Order (rangkap tiga) diserahkan ke pemesan, ke satpam dan diteruskan ke logistik, ke PPM dan diteruskan ke bagian keuangan.

4.3.1 MODEL LAY-OUT DIVISI MEKANIK

Divisi/jurusan mekanik dimodelkan pada gambar 4.2. Divisi mekanik terdiri atas 9 sektor yang dipimpin oleh kepala sektor. Setiap kepala sektor membawahi beberapa instruktur. Setiap instruktur bertanggungjawab terhadap sejumlah mesin dan mahasiswa yang mendapat program pada sektor tersebut.

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Gambar 4.2 Model lay-out umum divisi mekanik

4.3.2 MODEL ALIRAN MATERIAL DIVISI MEKANIK

Model aliran material divisi mekanik mengasumsikan bahwa material mengalir setelah diterbitkannya kartu kerja dan gambar oleh PPM, dan telah dilakukan pengorderan material oleh staff PPC (gambar 4.3).

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Gambar 4.3 Model umum aliran material divisi mekanik

Keterangan:
1a. Penerimaan komponen standar ke rak komponen PPC Order material dilakukan setelah kartu proses (apendiks B1), kartu kontrol (apendiks B2), daftar material (apendiks B3) dan assembling report (apendiks B4) dibuat. Setelah semua persyaratan dipenuhi maka logistik akan mengirim komponen standar yang tidak mengalami proses pemesinan. Penerimaan komponen standar dilakukan oleh staff PPC dan disimpan di rak komponen sektor PPC. Komponen standar yang diterima ditulis pada daftar material.

1b. Penerimaan material ke rak material divisi mekanik

Prosedur sebelumnya sama dengan 1.a. Logistik akan mengirim material baku yang akan mengalami proses pemesinan ke rak divisi mekanik. Penerimaan dilakukan oleh staff PPC dan disimpan di rak material divisi mekanik. Bukti penerimaan material dilakukan oleh staff PPC. Material yang diterima ditulis pada daftar material.

2. Distribusi material ke rak sektor

Distribusi material dari rak divisi mekanik ke rak sektor dilakukan berdasarkan urutan pertama operasi pemesinan. Pengiriman material bersamaan dengan kartu proses, gambar detail (apendiks B5) dan operation plan benda kerja kritis (belum tersedia form yang standar). Distribusi dilakukan oleh kasubdiv dan akan diterima oleh setiap kepala sektor.

3. Distribusi material ke instruktur

Kepala sektor akan mendistribusikan material dari rak sektor ke instruktur bersamaan dengan kartu proses, gambar detail dan operation plan benda kritis. Distribusi material tersebut disesuaikan dengan jenis operasi pemesinan yang berada di bawah tanggung-jawab instruktur yang bersangkutan.

4. Distribusi material ke mahasiswa

Setelah material diterima oleh instruktur maka instruktur yang bersangkutan akan membuat jadwal pembebanan mesin. Distribusi material ke mahasiswa dilakukan oleh instruktur sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa dan tingkat kesulitan benda kerja yang akan dibuat. Langkah berikutnya mahasiswa akan membuat operation plan (apendiks B6) dan diserahkan ke instruktur untuk diperiksa. Jika operation plan dinyatakan baik maka mahasiswa akan mulai memroses benda kerja sesuai dengan gambar teknik dan operation plan yang telah dibuat.

5. Penyerahan benda kerja ke instruktur

Setelah mahasiswa menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan gambar kerja kemudian benda kerja tersebut diserahkan ke instruktur untuk diperiksa kualitas geometrinya. Pemeriksaan tersebut berfungsi juga sebagai media penilaian bagi mahasiswa yang bersangkutan. Jika pemeriksaan sulit dilakukan oleh instruktur maka pemeriksaan kualitas geometri dapat diserahkan ke QC (apendiks B7).

6. Penyerahan benda kerja ke kepala sektor

Jika pemeriksaan kualitas geometri dan penilaian kerja mahasiswa telah dilakukan oleh instruktur, dan benda kerja tersebut layak untuk diproses berikutnya maka benda kerja tersebut akan diserahkan ke kepala sektor untuk disahkan melalui penandatanganan kartu proses.

7. Pengiriman benda kerja ke rak sektor proses berikutnya

Benda kerja yang telah disahkan tersebut kemudian dikirim ke rak material sektor berikutnya bersamaan dengan gambar teknik dan kartu proses. Benda kerja tersebut dapat saja dikirim pada rak material sektor yang sama untuk proses pemesinan lainnya yang masih berada pada sektor yang sama.

8. Distribusi benda kerja ke instruktur

Benda kerja didistribusikan dari rak sektor proses pemesinan urutan berikutnya (ke-dua) ke instruktur dan disesuaikan dengan jenis operasi pemesinan yang berada di bawah tanggungjawab instruktur yang bersangkutan. Distribusi tersebut diikuti dengan kartu proses, gambar teknik dan operation plan benda kritis.

9. Distribusi benda kerja ke mahasiswa

Langkah sebelumnya yang dilakukan instruktur adalah membuat jadwal pembebanan mesin. Distribusi benda kerja ke mahasiswa dilakukan oleh instruktur sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa dan tingkat kesulitan benda kerja yang akan dibuat. Setelah benda kerja dan gambar teknik diterima oleh mahasiswa maka mahasiswa akan membuat operation plan sesuai dengan gambar detail dan akan diserahkan ke instruktur yang bersangkutan untuk diperiksa. Jika operation plan dinyatakan baik maka mahasiswa diperkenankan untuk melakukan proses pemesinan.

10. Penyerahan benda kerja ke instruktur

Setelah mahasiswa menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan gambar kerja kemudian benda kerja tersebut diserahkan ke instruktur untuk diperiksa kualitas geometrinya dan merupakan media penilaian bagi mahasiswa yang bersangkutan. Jika instruktur mengalami kesulitan pada saat memeriksa kualitas geometri benda tersebut maka instruktur dapat mengirimkan benda kerja tersebut ke QC.

11. Penyerahan benda kerja ke kepala sektor

Setelah pemeriksaan kualitsaas geometri dan penilaian dilakukan oleh instruktur, dan dinyatakan bahwa benda kerja tersebut telah layak untuk mengalami proses berikutnya maka benda kerja diserahkan ke kepala sektor untuk disahkan melalui penandatanganan kartu proses.

12. Pengiriman benda kerja ke sektor spesialis PPP (perakitan)

Benda kerja yang sesuai dengan gambar kerja dan telah melewati pengujian kualitas geometri akan dirimkan ke rak sektor perakitan berikut gambar detail. Benda kerja tersebut siap untuk dirakit bersamaan dengan komponen standar ataupun dengan benda kerja lainnya. Benda kerja yang dikirim ke sektor perakitan dapat juga belum merupakan ukuran jadi karena adanya beberapa proses pemesinan yang harus dilakukan secara bersamaan.

13. Pengiriman komponen standar ke sektor spesialis PPP (perakitan)

Komponen standar akan dikirimkan dari rak komponen PPC ke rak material sektor perakitan. Komponen standar tersebut siap untuk dirakit bersamaan dengan benda kerja ataupun dengan komponen standar lainnya.

14. Pengiriman benda kerja dan komponen standar ke instruktur

Pengiriman dilakukan jika beberapa gabungan benda kerja dan komponen standar telah siap untuk dirakit menjadi unit ataupun sub-unit rakitan. Pengiriman dilakukan ke instruktur sesuai dengan bidang keahliannya seperti moulding atau press tools. Pengiriman tersebut diikuti dengan gambar susunan dan operation plan perakitan (belum tersedia form yang standar).

15. Pengiriman benda kerja dan komponen standar ke mahasiswa

Setelah instruktur mempelajari gambar susunan dan operation plan perakitan maka instruktur akan mendistribusikan pekerjaan ke mahasiswa sesuai dengan kompetensi dan tingkat kesulitan pekerjaan. Kemudian mahasiswa akan dibantu instruktur untuk memulai proses perakitan.

16. Penyerahan hasil rakitan ke instruktur

Hasil rakitan yang dikerjakan oleh mahasiswa diserahkan ke instruktur untuk kemudian diperiksa kualitasnya dan diuji fungsinya. Pengujian dilakukan untuk mengetahui sample produk yang didapat melalui hasil rakitan, dan setelah diperiksa bentuknya kemudian diserahkan ke instruktur yang bersangkutan.

17. Penyerahan produk hasil rakitan ke kepala sektor perakitan
Produk hasil rakitan kemudian diserahkan ke kepala sektor perakitan untuk diperiksa kualitasnya seperti tampilan produk.


18. Pengiriman produk hasil rakitan ke QC Jika tampilan produk dinyatakan bagus maka kepala sektor perakitan akan menyerahkan contoh produk tersebut ke sektor QC. Produk hasil rakitan dikirim ke QC untuk diperiksa kualitas geometrinya apakah sesuai atau tidak dengan pesanan yang diminta oleh pemesan.

19. Penyerahan produk hasil rakitan ke mahasiswa program QC

Kepala sektor perakitan akan menyerahkan produk hasil rakitan ke mahasiswa untuk diperiksa kualitas geometrinya. Penyerahan tugas tersebut disesuaikan dengan kompetensi dan tingkat kesulitan pekerjaan yang akan diberikan ke mahasiswa.

20. Penyerahan produk hasil rakitan ke kepala sektor QC

Produk hasil rakitan yang telah diperiksa oleh mahasiswa akan diserahkan kembali ke kepala sektor QC berikut hasil pemeriksaan kualitas geometri yang dilakukan (apendiks B7).

21. Pengiriman hasil rakitan ke kepala PPC

Setelah produk hasil rakitan dinyatakan memenuhi syarat sesuai spesifikasinya maka hasil rakitan dikirimkan ke kepala PPC.

22. Pengiriman hasil rakitan ke logistik

Kepala PPC akan mengesahkan hasil rakitan (penandatanganan kartu kerja) dan kemudian akan menyerahkan hasil rakitan tersebut ke logistik. Dengan dikirimnya hasil rakitan maka dapat dinyatakan bahwa pesanan yang bersangkutan telah diselesaikan oleh divisi mekanik dan siap untuk dikirim ke pemesan melalui logistik.

a.b Peminjaman peralatan ke toolcrib


Peminjaman alat potong, alat bantu cekam, alat ukur dan lain-lain oleh mahasiswa ke toolcrib dilakukan untuk memudahkan pelaksanaan proses pemesinan benda kerja pada suatu mesin. Peminjaman alat tersebut dilakukan menggunakan koin. Setiap mahasiswa memiliki 10 buah koin. Satu koin hanya berlaku untuk peminjaman satu alat.

4.3.3 MODEL ALIRAN INFORMASI DIVISI MEKANIK

Model aliran informasi divisi mekanik mengasumsikan bahwa informasi mengalir setelah diterbitkannya kartu kerja dan gambar teknik oleh PPM (gambar 4.4).
Keterangan:

1. Penerimaan kartu kerja dan gambar teknik dari PPM Kartu kerja dan gambar teknik yang terdiri atas gambar detail, gambar susunan dan part list diterima oleh kepala sektor PPC. Dokumen tersebut merupakan perintah kerja untuk menyelesaikan pesanan.

2. Pembuatan jadwal induk

Pembuatan jadwal induk PPC (apendiks B8) dilakukan oleh kasubdiv mekanik. Jadwal induk terdiri atas beberapa pesanan berikut tanggal awal dan akhir pemrosesan pesanan secara keseluruhan.

3. Pengiriman gambar teknik ke sektor perakitan
Gambar teknik yang terdiri atas gambar detail, gambar susunan dan part list dikirim oleh kasubdiv PPC ke kepala sektor perakitan untuk dikoreksi. Semua gambar diperiksa untuk meminimalkan kesalahan pemrosesan benda kerja sesuai dengan gambar teknik yang tersedia. Melalui gambar teknik yang diberikan, kepala sektor perakitan akan membuat jadwal penyerahan setiap benda kerja ke sektor perakitan (apendiks B4). Selain itu kepala sektor perakitan dibantu oleh instruktur perakitan akan membuat operation plan perakitan (belum tersedia form yang standar). Gambar detail yang diterima akan diberi tanda penunjuk kelebihan material apabila diperlukan. Pemberian tanda tersebut untuk mengantisipasi beberapa benda kerja yang harus diproses secara bersamaan di sektor perakitan. Jika gambar teknik tersebut ada yang dikoreksi maka gambar teknik tersebut akan diserahkan ke divisi gambar&perancangan untuk dikoreksi dan kemudian akan diterbitkan gambar teknik yang baru (hasil koreksi).

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Gambar 4.4 Model umum aliran informasi di divisi mekanik

4. Penyerahan gambar teknik dan jadwal penyerahan benda kerja ke kasubdiv PPC Gambar teknik yang telah diperiksa dan jadwal penyerahan benda kerja ke sektor perakitan akan diserahkan oleh kepala sektor perakitan ke kasubdiv PPC.

5. Pembuatan dokumen kerja

Melalui gambar teknik dan jadwal penyerahan benda kerja yang diterima, maka kepala PPC akan memerintahkan instruktur yang dibantu oleh mahasiswa untuk membuat kartu proses (apendiks B1), kartu kontrol (apendiks B2), daftar material (apendiks B3), catatan produksi (belum tersedia form yang standar) dan assembling report (apendiks B4).

6. Penyerahan dokumen kerja ke kepala PPC

Kartu proses, kartu kontrol, daftar material, catatan produksi dan assembling report yang selesai dibuat oleh mahasiswa diserahkan ke kepala PPC untuk diperiksa kebenarannya. Jika terjadi kesalahan maka akan dikoreksi oleh kepala PPC dan diterbitkan dokumen kerja yang baru.

7. Pengiriman bon pesanan

Berdasarkan daftar material yang dibuat maka kepala PPC akan memerintahkan mahasiswa program PPC untuk mengisi bon pesanan sesuai dengan material yang dibutuhkan berdasarkan nomor order tertentu.

8. Penerimaan material berdasarkan bon pesanan

Pesanan berupa komponen standar akan dikirim ke rak komponen standar sektor PPC sedangkan material akan dikirim ke rak divisi mekanik. Penerimaan dinyatakan sah jika bon pesanan ditandatangani oleh kepala PPC dan sesuai dengan spesifikasi yang diminta.

9. Pembuatan operation plan dan jadwal detail untuk benda kerja kritis

Kepala sektor PPC akan memerintahkan kasubdiv untuk membuat operation plan komponen kritis yang bertujuan meminimalkan kesalahan proses pemesinan (belum tersedia form standar) dan jadwal detail (apendiks B10). Seminggu sebelumnya kepala subdivisi mekanik akan mengirimkan form distribusi program praktik mekanik (apendiks B9) ke setiap sektor. Form tersebut bertujuan untuk mengatur beban pekerjaan pada setiap sektor berkenaan dengan mesin dan mahasiswa yang tersedia.

10. Pengiriman dokumen ke setiap sektor

Setelah operation plan benda kritis selesai dibuat maka kasubdiv PPC akan mengirim dokumen berupa kartu proses, gambar detail dan operation plan komponen kritis dan jadwal detail ke setiap kepala sektor. Umumnya dokumen tersebut dibagikan hanya ke sektor yang merupakan proses pemesinan benda kerja untuk operasi pertama, selain jadwal detail yang dibagikan ke setiap sektor.

11.Pembagian pekerjaan ke instruktur

Melalui dokumen yang diterima oleh setiap kepala sektor, kemudian kepala sektor akan membagikan kartu proses, benda kerja, gambar detail dan operation plan benda kritis ke setiap instruktur. Setelah itu instruktur akan membuat jadwal pembebanan mesin dan mahasiswa sesuai dengan form distribusi praktik mekanik.

12. Perintah pembuatan operation plan ke mahasiswa

Setelah jadwal pembebanan selesai dibuat maka instruktur akan mendistribusikan pekerjaan ke mahasiswa sesuai dengan kompetensi dan tingkat kesulitan pekerjaan. Mahasiswa yang bersangkutan akan diberi gambar detail. Melalui gambar detail yang diterimanya maka mahasiswa akan membuat operation plan (apendiks B6). Operation plan yang telah dibuat kemudian diserahkan ke instruktur yang bersangkutan untuk diperiksa.

13. Penyerahan pekerjaan ke mahasiswa

Operation plan yang diterima instruktur akan dikoreksi terhadap kebenaran dan keamanan prosedur pembuatan benda kerja tersebut. Jika operation plan dinilai baik maka instruktur akan mendistribusikan pekerjaan ke mahasiswa yang ditandai dengan penyerahan gambar detail, benda kerja dan operation plan. Setelah menerima semuanya kemudian mahasiswa akan mulai mengerjakan benda kerja sesuai dengan gambar detail. Sebelum melakukan proses pemesinan mahasiswa akan meminjam mesin (penukaran koin ke lemari kunci mesin) dan memeriksa kelengkapan inventarisasinya. Beberapa alat potong dan peralatan lainnya yang dibutuhkan akan dipinjam oleh mahasiswa ke tool crib. Jika benda kerja telah selesai dibuat kemudian mahasiswa akan menyerahkan benda kerja, gambar detail dan operation plan ke instruktur.

14. Penyerahan kartu proses ke kepala sektor

Setelah benda kerja diterima oleh instruktur maka instruktur akan memeriksa kualitas geometri benda kerja tersebut. Hasil pengukuran benda kerja yang sesuai dengan spesifikasi geometrinya akan dicantumkan pada bagian belakang kartu proses yang diisi oleh instruktur. Pengujian geometri tersebut merupakan media penilaian insruktur terhadap mahasiswa. Jika pengujian geometri tidak mungkin dilaksanakan oleh instruktur maka benda kerja tersebut akan dikirim ke QC. Kepala sektor akan mengesahkan pekerjaan yang dilakukan layak untuk mengalami proses berikutnya melalui penandatanganan kartu proses oleh kepala sektor.

15. Penyerahan pemrosesan lanjut ke sektor berikutnya

Kartu proses yang telah ditandatangani oleh kepala sektor berikut benda kerja dan gambar detail akan diserahkan ke kepala sektor berikutnya yang sesuai dengan urutan pemrosesan pada kartu proses 16, 17, 18 dan 19 sama dengan prosedur yang dilakukan sektor sebelumnya.

20. Pengiriman pekerjaan ke sektor perakitan

Kepala sektor akan mengirim kartu proses, benda kerja dan gambar detail ke sektor perakitan. Pengiriman benda kerja ke sektor perakitan hanya untuk benda kerja yang telah selesai diproses pemesinan atau benda kerja yang akan mengalami proses pemesinan di sektor perakitan.

21. Distribusi pekerjaan di sektor perakitan

Dokumen dari sektor sebelumnya akan diperiksa kelengkapannya oleh kepala sektor perakitan. Hasil pengujian geometrik yang terdapat pada halaman belakang kartu proses diperiksa. Jika hasil pengujian geometri tidak dicantumkan maka kepala sektor perakitan akan memerintahkan mahasiswa untuk menguji geometri kembali untuk menghindari terjadinya kesalahan pemrosesan lanjut atau mengetahui kualitas geometrik komponen tersebut (untuk memastikan dapat dirakit). Kepala sektor akan mendistribusikan pekerjaan ke instruktur perakitan sesuai dengan spesialisasi yang dimiliki oleh instruktur perakitan. Operation plan perakitan (belum ada form yang standar) diberikan oleh kepala sektor perakitan ke instruktur yang terkait

22. Distribusi pekerjaan ke mahasiswa

Mahasiswa yang berada di bawah tanggung jawab instruktur akan menerima benda kerja hasil proses pemesinan, komponen standar dan operation plan perakitan. Mahasiswa dibantu instruktur akan melakukan awal proses perakitan. Hasil rakitan tersebut kemudian dicoba untuk menghasilkan produk pesanan (moulding akan diuji untuk menghasilkan suatu produk).

23. Penyerahan produk hasil pengujian ke kepala sektor

Produk hasil pengujian akan diperiksa kualitas permukaan dan bentuknya oleh instruktur. Jika hasilnya kurang memuaskan maka hasil rakitan akan diperbaiki, sebaliknya jika produk hasil pengujian kualitasnya baik maka akan diserahkan oleh instruktur ke kepala sektor yang bersangkutan.

24. Pengiriman produk hasil rakitan ke QC

Jika tampilan produk dinyatakan bagus maka kepala sektor perakitan akan menyerahkan contoh produk tersebut ke sektor QC berikut kartu kerja. Produk hasil rakitan dikirim ke QC untuk diperiksa kualitas geometrinya apakah sesuai atau tidak dengan pesanan yang diminta oleh pemesan.

25. Penyerahan produk hasil rakitan ke mahasiswa program QC

Kepala sektor perakitan akan menyerahkan produk hasil rakitan ke mahasiswa untuk diperiksa kualitas geometrinya. Penyerahan tugas tersebut disesuaikan dengan kompetensi dan tingkat kesulitan pekerjaan yang akan diberikan ke mahasiswa.

26. Penyerahan produk hasil rakitan ke kepala sektor QC

Produk hasil rakitan yang telah diperiksa oleh mahasiswa akan diserahkan kembali ke kepala sektor QC berikut hasil pemeriksaan kualitas geometri yang dilakukan (apendiks B7). Untuk menyatakan bahwa produk sesuai dengan spesifikasinya maka kepala sektor QC akan menandatangani kartu proses dan kartu kerja.

27. Pengiriman hasil rakitan dan kartu kerja ke kepala PPC

Setelah produk hasil rakitan dinyatakan memenuhi syarat sesuai spesifikasinya maka hasil rakitan dikirim ke kepala PPC. Kepala PPC akan mengesahkan hasil rakitan melalui penandatanganan kartu kerja.

28. Pengiriman hasil rakitan ke logistik


Kepala PPC akan mengesahkan hasil rakitan (penandatanganan kartu kerja) dan kemudian akan menyerahkan hasil rakitan tersebut ke logistik. Dengan dikirimnya hasil rakitan ke logistik maka dapat dinyatakan bahwa pesanan yang bersangkutan telah diselesaikan oleh divisi mekanik dan siap untuk dikirim ke pemesan melalui logistik.

Model aliran material dan informasi diperoleh melalui hasil wawancara, diskusi dan tanya jawab (apendiks C) dilakukan terhadap: • Divisi Mekanik • Divisi Gambar dan Perancangan • UPT Logistik

• Pusat Pelayanan Masyarakat

Model aliran material dan informasi ditunjukkan pula melalui bagan alir (apendiks D).

4.4 ANALISIS PELAKSANAAN SISTEM PRODUKSI POLMAN

4.4.1 DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Analisis pelaksanaan sistem produksi POLMAN dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaannya untuk memenuhi pesanan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat maka dilakukan analisis terhadap lima sampel order yang memiliki nomor order PM 80241 (Super fit end cup), PM 80243 (Extendable inner & outer end cup), PM 80244 (Extendable glides), PM 80245 (Trimline glide E) dan PM 80246 (Trimline end stop F). Melalui data pada sejumlah kartu proses (untuk setiap nomor order), data dikelompokkan menggunakan form yang ditunjukkan pada apendiks E1.

Pencatatan dan pengolahan data dilakukan terhadap (untuk setiap nomor order): • Jumlah benda kerja • Jumlah kartu proses • Jenis dan jumlah proses produksi • Jumlah tanggal pelaksanaan yang tidak ditulis • Selisih waktu perkiraan (WP) dan waktu proses sebenarnya (WS), yang mana diberi toleransi waktu plus minus 0,5 jam • Prosentase tanggal yang tidak dicantumkan pada kartu proses • Prosentase waktu sebenarnya (WS) yang tidak ditulis (data kosong) • Prosentase kekurangan waktu pelaksanaan • Prosentase kelebihan waktu pelaksanaan • Prosentase ketelitian waktu pelaksanaan

• Prosentase pemeriksaan kualitas geometri terhadap jumlah kartu proses

Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada gambar 4.5:

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Gambar 4.5 Hasil pengolahan data melalui lima sampel order

Jadwal aktual pelaksanaan kelima order tersebut dapat dilihat pada apendiks E2.

4.4.2 IDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB KETERLAMBATAN PENYERAHAN PESANAN (DELIVERY ORDER)

Secara garis besar kegiatan yang dapat menyebabkan keterlambatan penyerahan pesanan (delivery order) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: • Analisis kelayakan dan estimasi waktu proses • Perencanaan, pemantauan dan pengendalian kegiatan produksi

• Pelaksanaan proses manufaktur

4.4.2.1 MASALAH PADA PERENCANAAN TAHAP AWAL (PADA SAAT ANALISIS KELAYAKAN DAN ESTIMASI WAKTU PROSES)

Kesalahan tersebut diakibatkan oleh beberapa penyebab, yaitu: • Tidak ada data tertulis yang menunjukkan kapasitas kemampuan POLMAN untuk dapat menyelesaikan jumlah dan jenis produk pesanan dalam suatu rentang waktu (kasus 1). • Tidak ada prosedur standar secara tertulis yang menjadi acuan pada saat melakukan estimasi waktu proses (di divisi mekanik) berdasarkan sketch layout yang dibuat oleh divisi gambar dan perancangan (kasus 2). • Tidak diketahuinya secara detail mengenai kapasitas dan beban yang sedang terjadi di setiap divisi pada saat diterimanya permintaan penawaran harga (kasus 3).

• Tidak ada klasifikasi secara detail terhadap produk pesanan yang pernah dikerjakan POLMAN (kasus 4).

Bagan detail untuk setiap kasus dapat dilihat pada gambar 4.6:

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Gambar 4.6 Bagan uraian masalah pada perencanaan tahap awal

4.4.2.2 MASALAH PADA SAAT PERENCANAAN, PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN KEGIATAN PRODUKSI

Masalah yang dihadapi pada saat perencanaan kegiatan produksi adalah: • Tidak ada kepastian dalam menentukan batas awal dan akhir pemrosesan pekerjaan pada kartu kerja (untuk setiap divisi terkait) pada saat menindaklanjuti diterbitkannya purchase order. • Data dan waktu yang diperlukan untuk pembuatan jadwal detail tidak lengkap, bahkan jadwal detail masih merupakan pilot project. • Data dan informasi yang dibutuhkan untuk membuat jadwal pembebanan mesin tidak memadai. • Tidak ada parameter standar yang menunjukkan cara merencanakan kegiatan produksi.

• PPC divisi tidak memiliki perencanaan waktu kapankah suatu kartu proses diserahkan ke sektor. Akibatnya akan terjadi suatu penumpukan pekerjaan yang akhirnya akan menaikkan tingkat prioritas order yang bersangkutan. Metoda penyerahan pekerjaan ke sektor dilakukan secara acak dan tidak mengikuti suatu metoda tertentu.

Masalah yang dihadapi pada saat pemantauan kegiatan produksi adalah: • Sistem informasi yang tersedia tidak dapat menjelaskan dengan cepat dan tepat mengenai: lokasi benda kerja yang sedang diproses, kemajuan proses yang sedang berlangsung dan masalah yang terjadi pada saat memroses produk pesanan. • Tidak ada acuan jelas yang menyatakan sejauhmana kemajuan proses telah dicapai pada suatu waktu.

• Tidak ada parameter jelas yang menunjukkan bentuk dan sasaran pemantauan yang dilakukan.

Masalah yang timbul pada saat pengendalian kegiatan produksi adalah: • Penyimpangan antara kegiatan tahap perencanaan dan kegiatan aktual yang terjadi tidak dapat diketahui sedini mungkin. • Tidak ada parameter yang menunjukkan apakah suatu kegiatan telah menyimpang dari yang telah dijadwalkan.

• Sistem informasi yang tidak memadai dan tidak memungkinkan dilakukannya kegiatan pengendalian produksi manufaktur.

4.4.2.3 MASALAH PADA PELAKSANAAN PROSES PRODUKSI MANUFAKTUR

Masalah pada pelaksanaan proses produksi manufaktur yang dijumpai adalah: • Jenis pekerjaan yang diterima oleh mahasiswa tidak sesuai dengan tingkat kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa. Catatan kemampuan seorang mahasiswa belum didokumentasikan dengan jelas, yang mana data tingkat kesulitan produk pesanan yang pernah dikerjakan oleh mahasiswa tidak tersedia. Parameter tingkat kesulitan pekerjaan berikut parameter kompetensi belum tersedia. • Aktifitas kegiatan produksi yang padat akan mendominasi aktifitas kegiatan pendidikan yang ada. Seringkali materi praktik pendidikan yang harus diterima oleh mahasiswa akan terabaikan karena tuntutan pemenuhan pesanan dari luar. Selain itu instruktur yang ada memiliki tugas pekerjaan yang sangat padat seperti penilaian ujian teori, penilaian benda kerja latihan, pemeriksaan benda kerja produksi dan aktifitas lainnya yang berkenaan dengan produksi. • Ketidaksiapan mahasiswa dalam menerima pekerjaan akibat teknologi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang telah diberikan berdasarkan kurikulum dan silabus yang ada, atau kesalahan instruktur pada saat mendistribusikan pekerjaan. • Umumnya pemrosesan produk pesanan mulai dilakukan mendekati waktu batas akhir peyerahan produk ke pemesan (delivery time). Sehingga akan terjadi tenggang waktu antara pemrosesan yang lebih sempit di akhir batas waktu penyerahan pesanan. Konsekuensinya adalah waktu penyelesaian pesanan menjadi lebih panjang jika terjadi gangguan pada proses produksi (apendiks E2).

• Tidak adanya format standar untuk operation plan benda kerja kritis akan mengakibatkan terjadinya kesalahan fatal pada saat memroses benda kerja tersebut. Kesalahan yang terjadi akan mengakibatkan waktu pemrosesan yang lebih panjang dibandingkan dengan waktu pemrosesan yang direncanakan.

4.4.3 SOLUSI UMUM UNTUK MENANGGULANGI KETERLAMBATAN PENYERAHAN PESANAN (DELIVERY ORDER)

4.4.3.1 SOLUSI UMUM PADA PERENCANAAN TAHAP AWAL (PADA SAAT ANALISIS KELAYAKAN DAN ESTIMASI WAKTU PROSES)

• Kasus 1:
Pemecahan masalah dilaksanakan dengan membuat data tertulis yang menunjukkan kapasitas kemampuan POLMAN untuk dapat menyelesaikan jumlah dan jenis produk pesanan dalam suatu rentang waktu tertentu. Proses dan data yang diperlukan dapat dilihat pada gambar 4.7 dan 4.8.

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Gambar 4.7 Langkah pembuatan kapasitas produksi POLMAN selama satu tahun

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Gambar 4.8 Data yang diperlukan untuk membuat kapasitas produksi POLMAN selama satu tahun

• Kasus 2:
Pemecahan masalah dilakukan melalui pembuatan prosedur standar dan alat bantu yang berfungsi sebagai acuan pada saat melakukan estimasi waktu proses berdasarkan sketch lay-out (gambar 4.9):

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Gambar 4.9 Prosedur standar dan alat bantu untuk melakukan estimasi waktu proses berdasarkan sketch lay-out

• Kasus 3:
Pemecahan masalah dilakukan menggunakan alat bantu dan mekanisme yang dapat menggambarkan kondisi aktual yang sedang terjadi (gambar 4.10)

• Kasus 4:
Pemecahan masalah dilakukan dengan mengklasifikasikan produk pesanan yang pernah dibuat secara detail. Pengklasifikasian tersebut dapat dilihat pada gambar 4.11.

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Gambar 4.10 Kebutuhan alat bantu dan mekanisme untuk menggambarkan kondisi aktual yang terjadi

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Gambar 4.11 Klasifikasi produk secara detail yang pernah dibuat POLMAN

4.4.3.2 SOLUSI UMUM PADA PERENCANAAN, PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN KEGIATAN PRODUKSI

• Perencanaan:
Pemecahan masalah pada perencanaan kegiatan produksi dilakukan dengan jalan menyediakan data dan informasi untuk pembuatan jadwal pembebanan mesin (gambar 4.12) dan menyediakan data dan informasi untuk pembuatan jadwal detail (gambar 4.13).

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Gambar 4.12 Data dan informasi yang diperlukan untuk membuat jadwal pembebanan mesin

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Gambar 4.13 Data dan informasi yang diperlukan untuk membuat jadwal detail

Selain itu perlu juga untuk menetapkan batas waktu pengerjaan awal dan akhir yang akan menjadi acuan bagi setiap divisi terkait dalam memroses produk pesanan (gambar 4.14).

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Gambar 4.14 Batas waktu pengerjaan awal dan akhir

• Pemantauan dan pengendalian kegiatan produksi:
Pemecahan masalah dilakukan melalui suatu pelaksanaan sistem yang memudahkan dilakukannya pemantauan dan pengendalian (gambar 4.15).

Hal hal apa sajakah yang meliputi proses analisis manufacturing terhadap gmbar kerja

Gambar 4.15 Cara untuk mempermudah pelaksanaan pemantauan dan pengendalian kegiatan produksi

4.4.3.3 SOLUSI UMUM PADA PELAKSANAAN KEGIATAN PRODUKSI

Pemecahan masalah pada pelaksanaan kegiatan manufaktur dapat dilakukan dengan jalan berikut:

• Instruktur harus memiliki data dan informasi mengenai program praktik yang pernah dilakukan oleh mahasiswa yang bersangkutan berikut tingkat kompetensinya. Pendefinisian tingkat kesulitan suatu pekerjaan harus didefinisikan dan diklasifikasikan dengan jelas. Data dan informasi tersebut harus dapat diperoleh dengan cepat dan mudah.

• Penerimaan jumlah dan jenis produk pesanan harus memperhatikan situasi bengkel yang ada pada saat itu.

• Pelaksanaan sistem pendidikan harus dilakukan dengan baik dan benar yang akan digunakan untuk menunjang kegiatan produksi, dan tidak dilakukan sebaliknya.

• Evaluasi terhadap silabus dan kurikulum harus dilakukan secara berkesinambungan yang disesuaikan dengan kecenderungan teknologi produk pesanan.

• Pembagian pekerjaan untuk seorang instruktur harus didefinisikan dengan jelas. Batasan yang harus diberikan berkenaan dengan tugas pendidikan dan tugas produksi.

• Pemrosesan produk pesanan harus dilakukan sesuai jadwal yang telah direncanakan. Oleh karenanya jadwal detail untuk setiap order harus dibuat oleh kasubdiv.

• Format standar untuk operation plan benda kerja kritis harus dibuat untuk meminimalkan kesalahan fatal pada saat memroses benda kerja tersebut.

“Tiada tujuan apapun dalam penulisan ini selain untuk berbagi, semoga metode ini dapat penulis perbaiki dan kembangkan di kemudian hari sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada.
Tulisan lengkap dapat di lihat pada menu “Karya Tulisku-Pengantar PPC D4”

Semoga sumbangan ini dapat dikatagorikan sebagai ‘Ilmu yang bermanfaat’, sehingga pada saat jiwa meninggalkan raga, amal jariyah akan terus mengalir. Amin

Disalin ulang, 02 Oktober 2012

Duddy Arisandi