Hal hal apa saja yang harus diperhatikan dalam penyampaian informasi berita?

Hal hal apa saja yang harus diperhatikan dalam penyampaian informasi berita?

Pesan presentasi yang testruktur, slide presentasi yang menarik tidak akan berarti apa-apa jika Anda tidak mampu membawakan presentasi dengan meyakinkan. Dalam banyak presentasi, sering kita temui presenters memliki pesan presentasi yang bagus, slide yang memesona, tetapi karena penyampaiannya tidak meyakinkan yang disampaikan tetap saja membosankan.

Perlu Anda ketahui bahwa Anda adalah aktor utama presentasi. Audiens hadir untuk melihat dan mendengarkan presentasi Anda. Mereka tidak peduli seberapa lama persiapan Anda. Mereka tidak mau tahu. Mereka tidak akan menilai persiapan Anda, tetapi mereka menilai penyampaian presentasi Anda.

Oleh karena itu, penyampaian presentasi juga merupakan bagian yang sangat penting dan menentukan keberhasilan presentasi Anda, selain penyusunan pesan yang terstruktur dan pembuatan slide yang menarik.

Jika Anda tidak menguasainya, maka bisa terjadi pesan dan slide presentasi yang sudah Anda siapkan dengan serius akhirnya menjadi tidak bermanfaat, karena audiens Anda tidak benar-benar menangkap apa yang Anda sampaikan.

Akan tetapi, jika Anda dapat menyampaikan presentasi secara meyakinkan, maka audiens Anda akan mampu menyerap informasi dengan baik. Akibatnya, Anda akan mampu menarik perhatian mereka dan mereka benar-benar dapat terhubung dengan mereka.

Jika tahap penyusunan pesan presentasi merupakan bentuk komunikasi verbal, maka teknik penyampaian presentasi lebih banyak berkaitan dengan komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal terdiri dari 2 komponen, yaitu bahasa tubuh dan intonasi suara.

Yang termasuk bahasa tubuh yang perlu Anda perhatikan adalah cara berdiri, pergerakan badan, kontak mata, ekspresi wajah, dan gesture. Sementara, yang termasuk dalam intonasi suara yang perlu Anda kuasai adalah : tinggi rendah suara, cepat lambat berbicara, dan keras lemah suara.

Dalam komunikasi, kata-kata pembicara hanyalah sebagian kecil dari usahanya. Tinggi rendah suara, cepat lambat berbicara, keras lemah kata yang diucapkan, dan jeda di antara kata-kata itu dapat mengungkapkan lebih dari apa yang dikomunikasikan dengan kata-kata saja. Selanjutnya, gerak tubuh, cara berdiri, kontak mata, ekspresi wajah, dan gesture biasanya menyampaikan berbagai sinyal halus. Elemen non verbal ini dapat memberikan indikasi kepada audiens sebuah petunjuk penting tentang pikiran dan perasaan pembicara yang dapat memperkuat atau bertentangan dengan  kata-katanya.

Nagesh Belludi (2008) menyebutkan bahwa jika kita berbicara tentang komunikasi non verbal, maka banyak orang mengutip sebuah riset yang dilakukan oleh Prof. Albert Mehrabian dari University of California, Los Angeles. Riset tersebut menjelaskan bahwa dalam komunikasi besarnya pengaruh dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut :

  • Bahasa tubuh 55 %
  • Intonasi suara 38 %
  • Kata-kata 7 %

Dengan memperhatikan informasi ini mungkin Anda berkomentar, “ternyata komunikasi non verbal (bahasa tubuh dan intonasi suara) memegang peranan besar yang kalau keduanya dijumlahkan mencapai 93 %. Jika saya melakukan presentasi asalkan bahasa tubuh dan intonasi suara sudah sesuai, maka kata-kata nggak penting-penting amat karena kata-kata hanya 7 %.

Komentar tersebut menunjukkan bahwa banyak orang yang kurang tepat memaknai hasil riset tersebut. Maksud dari hasil riset tersebut adalah jika terjadi ketidaksinkronan dalam berkomunikasi, maka yang dipercaya adalah faktor yang mempunyai persentase yang lebih besar.

Sebagai contoh, jika Anda mengatakan pada audiens, “Aku tidak punya masalah denganmu!” sambil Anda menghindari kontak mata, terlihat cemas, dan mempertahankan bahasa tubuh yang tertutup, maka audiens Anda tidak akan mempercayai Anda. Mereka lebih percaya pada apa yang mereka tangkap melalui bahasa tubuh Anda.

Demikian juga halnya, ketika Anda mengatakan pada audiens “saya merasa senang berada disini”, akan tetapi dalam menyampaikannya nada suara Anda terdengar datar dan tidak bersemangat, maka audiens juga tidak akan percaya. Mereka akan lebih percaya pada interpretasi dari intonasi suara Anda yang terkesan datar dan tidak semangat.

Karena begitu pentingnya aspek non verbal dalam penyampaian presentasi, maka satu aspek terpenting yang harus Anda ketahui dalam penyampaian pesan presentasi adalah membuat sinkronisasi antara kata-kata yang Anda sampaikan dengan bahasa tubuh dan intonasi suara Anda.

Sesuaikanlah bahasa tubuh Anda dengan kata-kata yang Anda sampaikan. Misalnya, tampilkanlah antusiasme dalam ekspresi wajah Anda ketika Anda menyampaikan pesan presentasi. Antusiasme itu menular. Artinya bahwa jika Anda tampil antusias, maka audiens pun juga akan tertular antusiasme Anda.

Contoh lainnya, jika Anda memperhatikan para presenter hebat, mereka memanfaatkan anggota tubuhnya untuk ikut berbicara. Steve Jobs dalam peluncuran produk iphone pada bulan Januari 2007 ketika menjelaskan bahwa iphod mempengaruhi seluruh industri musik, dia menggerakan tangannya dari kiri ke kanan untuk menekankan bahwa iphod mempengaruhi seluruh industri musik.

Begitu pula, hindarilah penyampaian pesan presentasi dengan nada yang monoton yang dapat membuat audiens mengantuk. Untuk itu, berikanlah variasi pada intonasi suara Anda. Ada saatnya Anda berbicara lebih lambat untuk memberikan penekanan pada pesan presentasi yang penting. Di sisi lain, adakalanya Anda perlu berbicara lebih cepat untuk menunjukkan semangat.

Selain itu, Anda perlu berbicara dengan volume suara yang lebih keras untuk menunjukkan pesan yang penting atau ketika suasana lebih tenang dibutuhkan, Anda dapat berbicara dengan volume sedikit lebih kecil.

Bahkan, Anda tidak harus berbicara setiap saat. Berikan jeda sesekali. Sedikit diam akan mengajak audiens Anda berpikir dan merenung. Dengan cara ini, maka Anda dapat menciptakan efek dramatik, namun sekaligus membuat pesan yang Anda sampaikan menjadi pesan yang kuat dan mudah diingat.

Demikianlah, hal terpenting yang perlu Anda kuasai untuk penyampaian pesan presentasi  yang dapat meyakinkan audiens Anda, yaitu mensinkronkan antara kata-kata yang Anda sampaikan dengan bahasa tubuh dan intonasi suara Anda.

Sharing knowledge for a better presentation/communication.
Erry Ricardo Nurzal

Kemampuan komunikasi yang baik sudah menjadi atribut wajib bagi seorang akademisi, terutama peneliti yang erat kaitannya dengan publikasi ilmiah. Tanpa adanya komunikasi, suatu gagasan atau riset yang tengah dilakukan dapat menimbulkan kebingungan informasi atas riset tersebut. Komunikasi terutama berbicara di depan audiensi penting bagi seorang peneliti dalam keberlangsungan risetnya.

Guna meningkatkan kemampuan komunikasi tersebut Universitas Islam Indonesia (UII) bersama Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Trainings in Transferable Skills: Presentation and Communication Skills pada 1-5 April 2019 di kampus UII. Kegiatan yang diselenggarakan kali ini, merupakan bagian dari kegiatan Repesea Erasmus+ dalam upaya peningkatan kapasitas perguruan tinggi di kawasan Asia Tenggara.

Disampaikan Sid Suntrayuth Ph.D., dari International College of NIDA, Bangkok Thailand seorang peneliti memiliki penguasaan komunikasi yang baik. Komunikasi akan menunjang transfer informasi dari peneliti mengenai riset yang tengah dikerjakannya. Pasalnya, penyampaian hasil riset yang efektif dapat meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam riset.

“Dengan informasi yang benar, disajikan dengan cara yang dapat dimengerti, bukan tidak mungkin kita bisa mendapatkan sebuah keputusan penting dalam suatu permasalahan yang diangkat dari topik penelitian tersebut,” ujarnya.

Lanjut Sid Suntrayuth, banyak sekali peneliti yang memiliki riset yang baik dan bagus namun kesulitan ketika harus menyampaikan riset yang dikerjakan, khususnya menggunakan Bahasa Inggris. Ia mengatakan terdapat tiga poin penting yang perlu diingat agar dalam berkomunikasi lawan bicara atau audiensi paham, yakni berbicara dengan jelas pada poin yang akan disampaikan, ajukan pertanyaan, dan mendengarkan lawan bicara dengan seksama.

Ketiga poin ini perlu dilakukan agar informasi yang diterima tidak salah. “Berbicaralah dengan tenang jangan berputar-putar dan langsung pada inti pembicaraan. Jika diperlukan gunakanlah bahasa tubuh agar lawan bicara atau audiensi bisa lebih memahami maksut yang kita sampaikan,” ujar Sid Suntrayuth.

Selain itu dalam berkomunikasi, perlu diperhatikan pula kecepatan dalam berbicara. Ini akan sangat berpengaruh terhadap sejauh mana informasi yang disampaikan dapat dipahami audiensi. Dengan terlalu cepat akan menyebabkan salah persepsi pada audiensi, namun dengan berbicara terlalu lambat dapat membuyarkan konsentrasi peneliti.

“Berbicara dengan normal tidak terlalu cepat dan lambat. Inilah salah satu perlunya bagi peneliti agar memahami riset yang tengah dikerjakan agar mampu menyampaikan informasi dengan baik,” ujar Sid Suntrayuth.

Sid Suntrayuth menambahkan dalam menyampaikan riset di depan audiensi diperlukanya kemampuan untuk membangun sebuah cerita. Ini akan menyebabkan ketertarikan audiensi terhadap topik yang sedang dibicarakan. Namun sekali lagi perlu diperhatikan agar cerita yang dibuat tidak bertele-tele guna menghindari salah paham.

“Buatlah kerangka cerita yang menarik agar audiensi nyaman mendengarkan apa yang disampaikan. Juga dapat dipadukan dengan tampilan presentasi yang menarik tentunya,” tandasnya. (ENI/RS)