Gempa bumi yang terjadi akibat aktivitas magma gunung berapi disebut

Jakarta -

Gempa vulkanik merupakan salah satu jenis gempa bumi yang dibedakan berdasarkan proses terjadinya. Gempa bumi merupakan getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi.

Gempa bumi bisa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi atau lempeng bumi. Selain itu, gempa bumi bisa disebabkan oleh letusan gunung api.

Untuk mengetahui informasi lebih lengkap mengenai gempa vulkanik, simak ulasannya yang sudah kami rangkum berikut ini.

Dilansir dari situs MAGMA Indonesia, gempa vulkanik merupakan getaran mikro pada kerak bumi lokal yang diakibatkan oleh kegiatan magma atau erupsi gunung api. Gempa bumi jenis ini dapat terjadi sebelum, selama, atau sesudah erupsi gunung api.

Getaran ini disebabkan oleh gesekan magma dengan dinding batuan yang diterobos pada saat magma naik ke permukaan. Gempa bumi vulkanik ini biasanya hanya dirasakan di sekitar gunung api tersebut.

Gempa Vulkanik: Ini Bedanya dengan Gempa Jenis Lain

Selain gempa vulkanik, sebenarnya ada jenis-jenis gempa bumi lainnya. Dilansir dari situs BPBD NTB, jenis-jenis gempa bumi ini dibedakan menjadi tiga, yakni berdasarkan penyebabnya, berdasarkan kedalamannya, dan berdasarkan gelombang/getaran gempa.

Berikut adalah jenis gempa berdasarkan penyebabnya:

  1. Gempa bumi tektonik
    Gempa ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan pelat tektonik.
  2. Gempa bumi tumbukan
    Gempa ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke Bumi. Jenis gempa bumi ini jarang terjadi.
  3. Gempa bumi runtuhan
    Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan. Gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
  4. Gempa bumi vulkanik
    Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum, sesaat atau sesudah gunung api meletus.

Gempa vulkanik terjadi karena apa dan perbedaannya dengan gempa jenis lain saat ini sudah diketahui. Untuk melihat informasi lain terkait gempa vulkanik, simak ulasan berikut ini.

(izt/imk)

Gempa bumi yang terjadi akibat aktivitas magma gunung berapi disebut

Gempa bumi yang terjadi akibat aktivitas magma gunung berapi disebut
Lihat Foto

pixabay

Ilustrasi erupsi gunung berapi yang menyebabkan gempa vulkanik di Indonesia

KOMPAS.com - Gempa vulkanik adalah gempa yang ditimbulkan akibat aktivitas gunung berapi. Aktivitas yang memicu getaran gempa antara lain gesekan magma dengan dinding batuan, baik sebelum, selama, dan sesudah erupsi.

Umumnya, gempa vulkanik tidak begitu besar dan hanya mempengaruhi daerah di sekitar gunung berapi saja. Dari semua gempa bumi yang pernah terjadi, hanya sekitar 7 persen yang merupakan gempa vulkanik. Tuliskan gempa vulkanik yang pernah terjadi di Indonesia!

Gunung Merapi

Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 memicu munculnya banyak gempa vulkanik. Peningkatan aktivitas gunung ini mulai terlihat pada September 2010. Kala itu, Gunung Merapi telah naik statusnya menjadi ‘Waspada’ atau Level II. Gempa vulkanik terjadi hingga 11 kali per hari.

Aktivitasnya terus meningkat hingga statusnya dinaikkan menjadi ‘Siaga’ atau Level III pada 21 Oktober 2010. Pada fase ini, gempa vulkanik bisa terjadi hingga 17 kali per hari.

Pada 25 Oktober 2010, status Gunung Merapi menjadi ‘Awas’ atau Level IV dengan kejadian gempa vulkanik mencapai 80 kejadian per hari. Hingga akhirnya Gunung Merapi erupsi pertama pada 26 Oktober 2010.

Baca juga: PVMBG: Gempa Vulkanik di Gunung Awu Masih Terekam, Statusnya Level Waspada

Gunung Kelud juga memiliki sejarah gempa vulkanik. Beberapa gempa yang tercatat oleh sejarah antara lain pada erupsi Gunung Kelud tahun 1951. Gunung Kelud tercatat mengalami gempa vulkanik sebanyak 2 kali sejak 3 minggu sebelum erupsi. Kemudian gempa lainnya terjadi ketika sedang erupsi.

Pada erupsi tahun 1966, Pos Margomulyo juga mencatat gempa vulkanik terjadi hanya 15 menit sebelum erupsi. Erupsi kali ini menelan lebih banyak korban dari erupsi sebelumnya dan menewaskan 210 orang.

Riwayat gempa vulkanik terbanyak terjadi saat erupsi Gunung Kelud pada 10 Februari 1990. Aktivitas vulkanis telah terlihat sejak 9 November 1989. Gempa vulkanik yang biasanya kurang dari 1 kejadian per hari, bertambah menjadi 9 kejadian per hari. Bahkan, pada 20 November 1989, tercatat terjadi 40 kali gempa vulkanik dalam sehari.

Setelahnya, gempa sempat terus menurun kejadiannya hingga akhirnya terjadi tremor pada bulan Januari 1990 dan gempa swarm vulkanik pada tanggal 9 Februari 1990. Gempa terus meningkat intensitasnya hingga akhirnya erupsi.

Gunung Anak Krakatau

Pada Desember 2019, Gunung Anak Krakatau sempat mengalami erupsi yang diawali dengan gempa vulkanik selama kurang lebih 3 bulan, yaitu dari Oktober sampai Desember. Gempa vulkanik terjadi dengan berbagai variasi, yaitu gempa vulkanik dangkal, vulkanik dalam, dan tremor. Angka kejadian per harinya pun fluktuatif.

Hal ini juga berpengaruh pada tipe erupsi Gunung Anak Krakatau. Pada 30 dan 31 Desember 2019, gunung ini hanya mengalami erupsi eksplosif lemah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Gempa Bumi

Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi [lempeng Bumi]. Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang dialami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer.

Momen Magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia. 

Skala Rickter adalah skala yang dilaporkan oleh observatorium seismologi nasional yang diukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude. Kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid. Gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan jika besarnya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya telah lebih dari 9, meskipun tidak ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar adalah 9.0 magnitudo di Jepang pada tahun 2011 [per Maret 2011], dan itu adalah gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada modifikasi Skala Mercalli.

Jenis gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan:

Berdasarkan penyebab

Gempa Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di Bumi, getaran gempa Bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian Bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.

Gempa Bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke Bumi, jenis gempa Bumi ini jarang terjadi

Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.

Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.

  • Gempa bumi vulkanik [gunung api]

Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.

Berdasarkan kedalaman

Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi [di dalam kerak bumi]. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.

Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.

Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.

Berdasarkan gelombang/getaran gempa

Gelombang primer [gelombang lungituudinal] adalah gelombang atau getaran yang merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara 7–14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum.

Gelombang sekunder [gelombang transversal] adalah gelombang atau getaran yang merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 4–7 km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.

Penyebab terjadinya gempa bumi

Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi.

Pergeseran lempeng bumi dapat mengakibatkan gempa bumi karena dalam peristiwa tersebut disertai dengan pelepasan sejumlah energi yang besar. Selain pergeseran lempeng bumi, gerak lempeng bumi yang saling menjauhi satu sama lain juga dapat mengakibatkan gempa bumi. Hal tersebut dikarenakan saat dua lempeng bumi bergerak saling menjauh, akan terbentuk lempeng baru di antara keduanya. Lempeng baru yang terbentuk memiliki berat jenis yang jauh lebih kecil dari berat jenis lempeng yang lama. Lempeng yang baru terbentuk tersebut akan mendapatkan tekanan yang besar dari dua lempeng lama sehingga akan bergerak ke bawah dan menimbulkan pelepasan energi yang juga sangat besar. Terakhir adalah gerak lempeng yang saling mendekat juga dapat mengakibatkan gempa bumi. Pergerakan dua lempeng yang saling mendekat juga berdampak pada terbentuknya gunung. Seperti yang terjadi pada gunung Everest yang terus tumbuh tinggi akibat gerak lempeng di bawahnya yang semakin mendekat dan saling bertumpuk.

Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa Bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa Bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.

Beberapa gempa Bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa Bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa Bumi [jarang namun] juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi [jarang juga] juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam Bumi [contoh, pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas Bumi dan di Rocky Mountain Arsenal]. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa Bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.

Oleh: Maria Lubis

Saat sedang menonton acara favoritnya, sebuah berita mengejutkan Bina. Ada gempa di kota tempat Paman tinggal! Bina segera memanggil Ayah yang sedang melukis di studionya.

Ayah langsung menelepon Paman. Syukurlah, meskipun gempanya cukup besar, rumah Paman tidak roboh dan tidak ada korban jiwa. Hanya ada beberapa retak di dinding. Namun, Paman berkata mereka tetap harus waspada, siapa tahu ada gempa susulan.

“Kenapa terjadi gempa, Yah?” tanya Bina.

Ayah menggaruk kepalanya. “Duh, Ayah tahu, tapi sulit menjelaskannya. Tunggu Ibu pulang ya, pasti Ibu lebih jelas menjawabnya!”

Bina tidak sabar menunggu Ibu pulang. Ibu adalah guru fisika SMA, pasti bisa menerangkan lebih jelas daripada Ayah. Setelah Ibu pulang, lalu mandi dan beristirahat, dia baru bertanya.

“Bu, rumah Paman kena gempa,” dia memulai.

“Iya, tadi Ibu ditelepon Ayah,” Ibu menjawab.

“Kenapa terjadi gempa, Bu?” tanya Bina.

“Gempa itu ada beberapa jenis: gempa tektonik, vulkanik, dan runtuhan. Gempa tektonik disebabkan oleh lempeng tektonik bumi yang terus bergerak. Jika lempeng-lempeng bertabrakan, gempa akan terjadi. Gempa vulkanik itu akibat letusan gunung berapi. Nah, gempa runtuhan biasanya paling kecil, disebabkan longsor atau runtuhan lereng gunung,” Ibu menjelaskan.

“Berarti, gempa di kota Paman itu gempa tektonik, ya Bu?” tanya Bina.

“Betul,” jawab Ibu, “Karena tidak ada gunung berapi di sana.”

Dua minggu kemudian, Bina ikut karyawisata sekolah ke Bandung. Mereka akan ke Museum Geologi dan beberapa museum lain. Bina tidak antusias meskipun setelahnya mereka akan pergi ke tempat wisata. Museum kan membosankan!

Bus berhenti di depan sebuah gedung megah berwarna putih. Teman-teman Bina berlarian, sementara Bina menyeret langkahnya. Namun, ketika sudah berada di dalam, Bina takjub. Ternyata banyak hal menarik! Di satu bagian, ada replika tulang dinosaurus. Keterangan di situ menyebutkan bahwa ini bukan tulang-tulang asli. Ada juga fosil hewan-hewan purba lain, bahkan tengkorak beberapa manusia purba.

Di bagian lain, dia melihat sebuah bola dunia raksasa. Dia jadi tahu proses terbentuknya bumi dan lapisan-lapisannya.

Ada sebuah alat peraga yang menunjukkan lempeng-lempeng bumi. Ini adalah bagian kerak bumi yang selalu bergerak perlahan. Bina jadi bisa membayangkan penjelasan Ibu tentang gempa tektonik waktu itu.

Bina takjub saat mengetahui ada 127 gunung berapi aktif di Indonesia, dan 19 di antaranya ada di Pulau Jawa. Pantas saja Indonesia dijuluki Negeri Cincin Api.

Bina juga melihat beragam jenis batuan di bumi. Ada yang terlihat biasa saja hingga berbagai batuan berharga. Selain itu, ada meteorit, batu yang jatuh dari luar angkasa. Berat meteorit yang dipamerkan di museum ini mencapai 156 kilogram.

Di bagian lain, ada penampang gunung berapi. Bina jadi tahu proses magma keluar dari perut gunung, melewati saluran, dan muncul di kawah. Magma yang panas keluar karena terdorong oleh gas bertekanan tinggi di perut bumi. Inilah yang dinamakan dengan letusan gunung berapi. Letusan ini bisa menyebabkan gempa vulkanik, seperti yang Ibu jelaskan waktu itu.

Di lantai atas, Bina melihat sebuah diorama yang menggambarkan kondisi setelah gunung berapi meletus. Di sana juga dipamerkan benda-benda asli yang terkena dampak letusan. Banyak yang hangus, tetapi ada segelintir yang masih utuh.

Di sebuah sudut ada kotak yang mirip ring tinju berukuran kecil. Ternyata, itu adalah alat simulasi gempa. Bina menekan sebuah tuas, dan kotak itu bergoyang. Semakin lama, guncangan yang Bina rasakan semakin kuat, sampai Bina pusing.

Setelah turun, Bina beristirahat dulu. Guru Bina menjelaskan bahwa gempa memiliki skala, dengan satuan Richter. Semakin tinggi skalanya, gempa akan semakin kuat. Gempa yang menyebabkan tsunami di Aceh adalah salah satu gempa terhebat di Indonesia, mencapai 9,3 Skala Richter.

“Ngeri ya, Bu!” Bina berkomentar.

“Ya. Gempa memang tidak dapat dihindari, bahkan diperkirakan. Yang paling penting, kita harus waspada setiap saat.”