Dalam kisah para rasul 2 41 47 menekankan sifat gereja yang

Suasana Gereja Katedral (Dok. Humas Gereja Katedral via Kompas.com)

Kita tahu bahwa dalam kitab Kisah Para Rasul menjelaskan akan pertumbuhan gereja. Pertumbuhan gereja adalah kehendak Allah dan mereka menyadari bahwa Allah menghendaki gereja-Nya bertumbuh baik secara kuantitas dan kualitas.

Roh Kudus berkarya dalam pertumbuhan gereja mula-mula dengan kuasa dan urapan Nya yang memenuhi para rasul dalam pemberitaan Injil dan penanaman gereja-Nya. Rasul Paulus tidak saja melaksanakan tujuan-tujuan ini dalam pelayanannya, tetapi ia juga menjelaskan di Efesus 4:1-16.

Contoh yang paling jelas terdapat dalam jemaat mula-mula di Yerusalem yang diuraikan dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Di dalam ayat itu dikatakan bahwa mereka saling mengajar, bersekutu, beribadah, melayani serta mereka juga menginjil. Gereja ada untuk mendidik, mendorong, memuliakan, memperlengkapi juga menginjil.

Kisah Para Rasul merupakan kitab yang mewahyukan tentang kuasa gereja. Ketika suatu gereja di abad kita mulai kehilangan kuasanya, menjadi tumpul dan tidak menonjol di dalam kesaksiannya, gereja itu perlu mempelajari kembali kitab Kisah Para Rasul.

Kitab ini menceritakan tentang urapan Roh Kudus yang diterima sekelompok kecil orang percaya, mereka dipenuhi dengan kuasa serta sikap antusias mereka yang datang dari surga dan hal itulah yang membuat mereka semakin semangat.

Baca juga : Ketika Pendeta dan Jemaat Bertetangga di Surga

Mereka juga saling mengutus satu sama lain bagaikan pijar-pijar api yang menyala ke seluruh dunia yang menyalakan api baru serta menumbuhkan gereja-gereja baru. Begitulah cara Injil tersebar dengan sangat cepat seperti kobaran api di abad pertama masehi.

Lalu, apakah yang menjadi prinsip hidup jemaat mula-mula yang terdapat di dalam Kisah Para Rasul 2:41-47? Adapun prinsip hidup jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul adalah jemaat yang terbuka untuk segala bangsa, bertumbuh dalam pengajaran, sikap antusias dalam beribadah, saling mengasihi satu dengan yang lain, serta sehati sepikir untuk berdoa.

Prinsip-prinsip inilah yang harus dijadikan satu fondasi yang kokoh bagi para jemaat mula-mula sehingga terbentuklah gereja yang bertumbuh. Sebagai contoh, jika kita ingin membangun satu bangunan, pastinya hal pertama yang kita lakukan adalah meletakkan batu pertama dan batu yang kita akan pilih pastinya batu yang tidak mudah rapuh melainkan batu yang kokoh sehingga tidak akan mudah roboh/goyah.

Begitu juga halnya dengan pertumbuhan satu gereja, jika gereja ingin bertumbuh, maka setiap jemaat dan para pelayan-pelayannya harus melakukan setiap prinsip-prinsip hidup seperti yang di tuliskan di dalam Kisah Para Rasul 2 ini.

Hal terpenting dari kitab Kisah Para Rasul 2 di sini adalah mengenai terbentuknya sebuah komunitas baru dan berbeda, yaitu gereja. Ada 120 individu berkumpul di pelataran Bait Allah. Mereka tidak mempunyai relasi apapun yang saling terkait, mungkin seperti halnya orang-orang yang dilahirkan di berbagai bagian dunia yang tersebar luas pada masa kini.


Page 2

Kita tahu bahwa dalam kitab Kisah Para Rasul menjelaskan akan pertumbuhan gereja. Pertumbuhan gereja adalah kehendak Allah dan mereka menyadari bahwa Allah menghendaki gereja-Nya bertumbuh baik secara kuantitas dan kualitas.

Roh Kudus berkarya dalam pertumbuhan gereja mula-mula dengan kuasa dan urapan Nya yang memenuhi para rasul dalam pemberitaan Injil dan penanaman gereja-Nya. Rasul Paulus tidak saja melaksanakan tujuan-tujuan ini dalam pelayanannya, tetapi ia juga menjelaskan di Efesus 4:1-16.

Contoh yang paling jelas terdapat dalam jemaat mula-mula di Yerusalem yang diuraikan dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Di dalam ayat itu dikatakan bahwa mereka saling mengajar, bersekutu, beribadah, melayani serta mereka juga menginjil. Gereja ada untuk mendidik, mendorong, memuliakan, memperlengkapi juga menginjil.

Kisah Para Rasul merupakan kitab yang mewahyukan tentang kuasa gereja. Ketika suatu gereja di abad kita mulai kehilangan kuasanya, menjadi tumpul dan tidak menonjol di dalam kesaksiannya, gereja itu perlu mempelajari kembali kitab Kisah Para Rasul.

Kitab ini menceritakan tentang urapan Roh Kudus yang diterima sekelompok kecil orang percaya, mereka dipenuhi dengan kuasa serta sikap antusias mereka yang datang dari surga dan hal itulah yang membuat mereka semakin semangat.

Baca juga : Ketika Pendeta dan Jemaat Bertetangga di Surga

Mereka juga saling mengutus satu sama lain bagaikan pijar-pijar api yang menyala ke seluruh dunia yang menyalakan api baru serta menumbuhkan gereja-gereja baru. Begitulah cara Injil tersebar dengan sangat cepat seperti kobaran api di abad pertama masehi.

Lalu, apakah yang menjadi prinsip hidup jemaat mula-mula yang terdapat di dalam Kisah Para Rasul 2:41-47? Adapun prinsip hidup jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul adalah jemaat yang terbuka untuk segala bangsa, bertumbuh dalam pengajaran, sikap antusias dalam beribadah, saling mengasihi satu dengan yang lain, serta sehati sepikir untuk berdoa.

Prinsip-prinsip inilah yang harus dijadikan satu fondasi yang kokoh bagi para jemaat mula-mula sehingga terbentuklah gereja yang bertumbuh. Sebagai contoh, jika kita ingin membangun satu bangunan, pastinya hal pertama yang kita lakukan adalah meletakkan batu pertama dan batu yang kita akan pilih pastinya batu yang tidak mudah rapuh melainkan batu yang kokoh sehingga tidak akan mudah roboh/goyah.

Begitu juga halnya dengan pertumbuhan satu gereja, jika gereja ingin bertumbuh, maka setiap jemaat dan para pelayan-pelayannya harus melakukan setiap prinsip-prinsip hidup seperti yang di tuliskan di dalam Kisah Para Rasul 2 ini.

Hal terpenting dari kitab Kisah Para Rasul 2 di sini adalah mengenai terbentuknya sebuah komunitas baru dan berbeda, yaitu gereja. Ada 120 individu berkumpul di pelataran Bait Allah. Mereka tidak mempunyai relasi apapun yang saling terkait, mungkin seperti halnya orang-orang yang dilahirkan di berbagai bagian dunia yang tersebar luas pada masa kini.


Dalam kisah para rasul 2 41 47 menekankan sifat gereja yang

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 3

Kita tahu bahwa dalam kitab Kisah Para Rasul menjelaskan akan pertumbuhan gereja. Pertumbuhan gereja adalah kehendak Allah dan mereka menyadari bahwa Allah menghendaki gereja-Nya bertumbuh baik secara kuantitas dan kualitas.

Roh Kudus berkarya dalam pertumbuhan gereja mula-mula dengan kuasa dan urapan Nya yang memenuhi para rasul dalam pemberitaan Injil dan penanaman gereja-Nya. Rasul Paulus tidak saja melaksanakan tujuan-tujuan ini dalam pelayanannya, tetapi ia juga menjelaskan di Efesus 4:1-16.

Contoh yang paling jelas terdapat dalam jemaat mula-mula di Yerusalem yang diuraikan dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Di dalam ayat itu dikatakan bahwa mereka saling mengajar, bersekutu, beribadah, melayani serta mereka juga menginjil. Gereja ada untuk mendidik, mendorong, memuliakan, memperlengkapi juga menginjil.

Kisah Para Rasul merupakan kitab yang mewahyukan tentang kuasa gereja. Ketika suatu gereja di abad kita mulai kehilangan kuasanya, menjadi tumpul dan tidak menonjol di dalam kesaksiannya, gereja itu perlu mempelajari kembali kitab Kisah Para Rasul.

Kitab ini menceritakan tentang urapan Roh Kudus yang diterima sekelompok kecil orang percaya, mereka dipenuhi dengan kuasa serta sikap antusias mereka yang datang dari surga dan hal itulah yang membuat mereka semakin semangat.

Baca juga : Ketika Pendeta dan Jemaat Bertetangga di Surga

Mereka juga saling mengutus satu sama lain bagaikan pijar-pijar api yang menyala ke seluruh dunia yang menyalakan api baru serta menumbuhkan gereja-gereja baru. Begitulah cara Injil tersebar dengan sangat cepat seperti kobaran api di abad pertama masehi.

Lalu, apakah yang menjadi prinsip hidup jemaat mula-mula yang terdapat di dalam Kisah Para Rasul 2:41-47? Adapun prinsip hidup jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul adalah jemaat yang terbuka untuk segala bangsa, bertumbuh dalam pengajaran, sikap antusias dalam beribadah, saling mengasihi satu dengan yang lain, serta sehati sepikir untuk berdoa.

Prinsip-prinsip inilah yang harus dijadikan satu fondasi yang kokoh bagi para jemaat mula-mula sehingga terbentuklah gereja yang bertumbuh. Sebagai contoh, jika kita ingin membangun satu bangunan, pastinya hal pertama yang kita lakukan adalah meletakkan batu pertama dan batu yang kita akan pilih pastinya batu yang tidak mudah rapuh melainkan batu yang kokoh sehingga tidak akan mudah roboh/goyah.

Begitu juga halnya dengan pertumbuhan satu gereja, jika gereja ingin bertumbuh, maka setiap jemaat dan para pelayan-pelayannya harus melakukan setiap prinsip-prinsip hidup seperti yang di tuliskan di dalam Kisah Para Rasul 2 ini.

Hal terpenting dari kitab Kisah Para Rasul 2 di sini adalah mengenai terbentuknya sebuah komunitas baru dan berbeda, yaitu gereja. Ada 120 individu berkumpul di pelataran Bait Allah. Mereka tidak mempunyai relasi apapun yang saling terkait, mungkin seperti halnya orang-orang yang dilahirkan di berbagai bagian dunia yang tersebar luas pada masa kini.


Dalam kisah para rasul 2 41 47 menekankan sifat gereja yang

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 4

Kita tahu bahwa dalam kitab Kisah Para Rasul menjelaskan akan pertumbuhan gereja. Pertumbuhan gereja adalah kehendak Allah dan mereka menyadari bahwa Allah menghendaki gereja-Nya bertumbuh baik secara kuantitas dan kualitas.

Roh Kudus berkarya dalam pertumbuhan gereja mula-mula dengan kuasa dan urapan Nya yang memenuhi para rasul dalam pemberitaan Injil dan penanaman gereja-Nya. Rasul Paulus tidak saja melaksanakan tujuan-tujuan ini dalam pelayanannya, tetapi ia juga menjelaskan di Efesus 4:1-16.

Contoh yang paling jelas terdapat dalam jemaat mula-mula di Yerusalem yang diuraikan dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Di dalam ayat itu dikatakan bahwa mereka saling mengajar, bersekutu, beribadah, melayani serta mereka juga menginjil. Gereja ada untuk mendidik, mendorong, memuliakan, memperlengkapi juga menginjil.

Kisah Para Rasul merupakan kitab yang mewahyukan tentang kuasa gereja. Ketika suatu gereja di abad kita mulai kehilangan kuasanya, menjadi tumpul dan tidak menonjol di dalam kesaksiannya, gereja itu perlu mempelajari kembali kitab Kisah Para Rasul.

Kitab ini menceritakan tentang urapan Roh Kudus yang diterima sekelompok kecil orang percaya, mereka dipenuhi dengan kuasa serta sikap antusias mereka yang datang dari surga dan hal itulah yang membuat mereka semakin semangat.

Baca juga : Ketika Pendeta dan Jemaat Bertetangga di Surga

Mereka juga saling mengutus satu sama lain bagaikan pijar-pijar api yang menyala ke seluruh dunia yang menyalakan api baru serta menumbuhkan gereja-gereja baru. Begitulah cara Injil tersebar dengan sangat cepat seperti kobaran api di abad pertama masehi.

Lalu, apakah yang menjadi prinsip hidup jemaat mula-mula yang terdapat di dalam Kisah Para Rasul 2:41-47? Adapun prinsip hidup jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul adalah jemaat yang terbuka untuk segala bangsa, bertumbuh dalam pengajaran, sikap antusias dalam beribadah, saling mengasihi satu dengan yang lain, serta sehati sepikir untuk berdoa.

Prinsip-prinsip inilah yang harus dijadikan satu fondasi yang kokoh bagi para jemaat mula-mula sehingga terbentuklah gereja yang bertumbuh. Sebagai contoh, jika kita ingin membangun satu bangunan, pastinya hal pertama yang kita lakukan adalah meletakkan batu pertama dan batu yang kita akan pilih pastinya batu yang tidak mudah rapuh melainkan batu yang kokoh sehingga tidak akan mudah roboh/goyah.

Begitu juga halnya dengan pertumbuhan satu gereja, jika gereja ingin bertumbuh, maka setiap jemaat dan para pelayan-pelayannya harus melakukan setiap prinsip-prinsip hidup seperti yang di tuliskan di dalam Kisah Para Rasul 2 ini.

Hal terpenting dari kitab Kisah Para Rasul 2 di sini adalah mengenai terbentuknya sebuah komunitas baru dan berbeda, yaitu gereja. Ada 120 individu berkumpul di pelataran Bait Allah. Mereka tidak mempunyai relasi apapun yang saling terkait, mungkin seperti halnya orang-orang yang dilahirkan di berbagai bagian dunia yang tersebar luas pada masa kini.


Dalam kisah para rasul 2 41 47 menekankan sifat gereja yang

Lihat Humaniora Selengkapnya