Daerah daerah yang mula mula dimasuki Islam di Maluku kecuali

Jakarta -

Daerah pertama dari Kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah Aceh. Hal ini telah disetujui oleh mayoritas para ahli sejarah seperti yang dilansir dari buku Jejak Islam di Nusantara yang ditulis oleh kumpulan para ahli Dr Adi Teruna Effendi, Sutrimo Sumarlan, Bunyan Saptomo, Rahim Jabbar, Mukhtar Yusuf, Lalu Pharmanegara, dan Prof Mohammad Sadikin.

"Hampir semua asli sejarah berpendapat bahwa daerah Indonesia yang pertama kali dimasuki Islam ialah Aceh," tulis buku tersebut dan dikutip Jumat (18/2/2022).

Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU) Suprayitno mengungkapkan hal serupa. Ia mengatakan dalam laman resmi Pemerintah Provinsi Aceh, Aceh merupakan daerah pertama yang menerima kedatangan Islam di Indonesia, tepatnya di Pasai, Aceh Utara, dan Peurelak, Aceh Timur.

Fakta ini dilandasi dari hasil seminar tentang sejarah dan berkembangnya Islam ke Indonesia yang berlangsung selama tiga kali di sejumlah daerah seperti, di Medan pada 17-20 Maret 1963 silam, di Banda Aceh pada 1978, dan Kuala Simpang pada 1980. Berdasarkan hasil seminar tersebut, Islam datang langsung dari Arab pada abad ke-7 Masehi.

Bukti kedatangan para musafir Arab ke Indonesia ini merujuk pada petunjuk dan sumber-sumber lama yang ditemukan di Aceh. Sumber yang dimaksud berupa dua buah naskah lokal yang berjudul Idhahul Hak Fi Mamlakatil Peureula karya Abu Ishaq Al Makarany dan Tawarich raja-raja kerajaan dari Aceh.

Selain itu, bukti Aceh sebagai daerah dari Kepulauan Indonesia yang pertama kali dimasuki oleh Islam dapat terlihat dari sumber prasasti Islam dan makam. Menurut catatan sejarah, setidaknya ada 300 prasasti Islam yang mengungkap secara singkat tokoh yang pernah menjadi pelaku ataupun saksi dalam peristiwa tersebut.

"Peta sebaran prasasti Islam itu, menunjukkan kepada tiga kawasan utama, yakni bagian Utara Sumatera (Aceh dan Aru), Semenanjung Tanah Melayu (dua pusatnya di Johor dan Patani), Brunei dan Kepulauan Sulu," tulis Suprayitno.

Setelah abad-7 Aceh mulai dijamahi para musafir Arab, baru kemudian satu abad setelah para saudagar dari Gujarat, Malabar, dan Parsi (Ishafan) berdatangan ke Perlak. Kedatangan mereka kemudian membangkitkan dinamika Islamisasi di sana.

Pada tahun 840 M, para raja-raja di Perlak kemudian seluruh keluarga istana memeluk agama Islam. Hingga kemudian, Kerajaan Hindu Perlak berganti nama menjadi Kesultanan Perlak dengan Maulana Syaid Abdul Aziz sebagai sultan pertama mereka.

Secara umum, perkembangan Islam, baik dalam agama maupun tradisi, terjadi setelah bangsa Indonesia bergaul dengan berbagai bangsa. Hal ini ditandai dengan terjalinnya hubungan dagang antara kawasan Nusantara dan tetangganya, seperti Asia Tenggara, Asia Selatan, maupun negeri Arab.

Dalam sejarah Indonesia sendiri tidak pernah ada kekuatan asing dari negeri Arab maupun India yang memaksa bangsa Indonesia untuk memeluk Islam. Melainkan, perkembangan Islam di Nusantara sendiri berlangsung selama berabad-abad.

Setidaknya, ada sejumlah pendapat yang menerangkan teori masuknya Islam tersebut. Tiga teori besar yang menjelaskan proses masuknya Islam ke Indonesia berikut dengan sumber pendukung masing-masing yaitu, Teori Gujarat, Teori Mekkah, dan Teori Persia.

Hingga kini, menurut buku Sejarah Indonesia: Masuknya Islam Hingga Kolonialisme oleh Ahmad Fakhri Hutauruk, sebetulnya fakta tersebut masih menjadi perdebatan. Dalam artian, kepastian seputar kapan dan dari mana Islam masuk ke Indonesia masih belum jua ditemukan titik terang.

Simak Video "Arab Saudi Akan Gila-gilaan di Sektor Hiburan "



(rah/row)

tirto.id - Tanda-tanda kemunculan Islam di daerah Maluku dapat diketahui melalui naskah kuno seperti hikayat. Hikayat tersebut antara lain Hikayat Hitu, Hikayat Bacan, dan hikayat-hikayat lainnya.

Menurut M.S. Putuhena sebagaimana dikutip dalam buku Sejarah Masuknya Islam di Maluku (2012), masuknya Islam di Maluku Utara diperantarai oleh empat syekh dari Irak (Persia) pada abad ke-8 M. Keempat syekh tersebut yaitu Syekh Mansur yang mengajarkan Islam di Ternate dan Halmahera Muka. Syekh Yakub mengajarkan islam di Tidore dan Makian.Ssyekh Amin dan Syekh Umar mengajarkan Islam di Halmahera Belakang, Maba, Patani dan sekitarnya.

Proses pengislaman dilakukan melalui jalur atas dan bawah. Jalur atas yang dimaksud adalah proses pengislaman melalui penguasa saat itu. Sedangkan jalur bawah adalah proses pengislaman melalui usaha perorangan di tengah masyarakat.

Pada abad ke-15, raja Ternate (1465-1486) Kolano Kaicil Marhum telah memeluk Islam. Agama Islam kemudian terus menyebar dan dianut oleh berbagai lapisan masyarakat hingga kelembagaan kerajaan.

Agenda islamisasi terus tumbuh dan semakin mapan dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Maluku Utara. Kerajaan bercorak Islam yang ada di Maluku Utara yakni kerajaan Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan.

Kesultanan Ternate

Kesultanan Ternate menjadi salah satu kerajaan Islam terbesar di Nusantara (1570-1610 M). Dikutip melalui jurnal berjudul Kesultanan Ternate dan Tidore (2017), Masyur Mulamo adalah raja pertama Ternate yang memerintah pada tahun 1257-1272 M.

Kolono Marhum menjadi raja Ternate pertama yang memeluk Islam setelah mendapat seruan dakwah dari murid Sunan Giri bernama Datu Maulana Husein.

Setelah Kolano Marhum wafat, ia digantikan oleh putranya, Zaenal Abidin, yang merupakan lulusan sekolah agama Islam Gresik asuhan Sunan Ampel. Pada masa inilah gelar kolano (raja) diganti menjadi Sultan.

Kesultanan Ternate mencapai masa keemasaannya pada pemerintahan Sultan Babullah. Tak hanya berhasil mengusir Portugis, Kerajaan Ternate juga berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke pulau Sulu, Filipina.

Ditandatanganinya perjanjian dengan VOC pada tahun 1683 oleh Sultan Sibori menandai tamatnya kedaulatan Kesultanan Ternate. Sejak saat itu, Kesultanan Ternate sepenuhnya dikendalikan oleh VOC.

Baca juga: Sejarah Runtuhnya Kerajaan Ternate dan Silsilah Raja atau Sultan

Kesultanan Tidore

Raja Ciriliyati menjadi raja Tidore pertama yang memeluk Islam. Setelah masuk Islam, ia bergelar Sultan Jamaludin. Proses Islamisasi di Kesultanan Tidore difokuskan pada pembangunan madrasah dan masjid sebagai sarana pendidikan dan tempat ibadah rakyat.

Setelah Sultan Jamaludin wafat, kepemimpinan digantikan oleh putranya yaitu Sultan Mansyur. Pada masa ini, Tidore kedatangan bangsa Spanyol. Kehadiran Spanyol membuat Portugis tidak senang, dan berujung pada pergolakan.

Pergolakan tersebut terus dihadapi hingga beberapa pergantian masa jabatan Sultan. Tidak hanya pergolakan dengan Portugis, tetapi juga dengan Belanda.

Tidore kembali bangkit pada masa Sultan Kaicil Nuku yang memiliki gelar kehormatan “Sri Maha Tuan Sultan Syaidul Jihad Amiruddin Syaifuddin Syah Muhammad El Mabus Kaicil Paparangan Jou Barakati. Dalam masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Tidore mencakup hingga di Papuan bagian Barat, kepulauan Kei, kepulauan Aru, bahkan sampai di kepulauan Pasifik.

Pada tahun 1805 Sultan Kaicil Nuku wafat. Sultan-sultan penerusnya sering terlibat konflik dalam perebutan kekuasaan. Selain itu intervensi Belanda dakan setiap proses peralihan kepemimpinan di Kesultanan Tidore juga membuatnya semakin mengalami kemunduran.

Baca juga: Sejarah Hidup Sultan Nuku dan Kekalahan VOC di Perang Tidore

Kerajaan Jailolo

Berdasarkan Nagarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca, kemungkinan Kolano (raja) pertama Jailolo adalah seorang perempuan yang menikah dengan Raja Loloda, sebuah kerajaan di bagian utara pulau Halmahera.

Diperkirakan pada pertengahan abad ke-13, Kerajaan Jailolo pernah berada di bawah kekuasaan Syarif, orang dari Mekkah yang juga merupakan adik dari Sultan Mendanao dan Sultan Borneo.

Setelah berdirinya kerajaan Ternate, eksistensi kerajaan Jailolo mulai terancam. Antara 1521-1550, Jailolo bersekutu dengan Tidore dan Spanyol melawan Ternate dan Bacan yang bersekutu dengan Portugis.

Pada tahun 1534, Katarabumi diangkat menjadi Kolano. Katarabumi memiliki kekuatan perang yang ditakuti bagi kerajaan Maluku lain. Sejak wafatnya Katarabumi, Kerajaan Jailolo tidak memiliki pemimpin yang cakap. Raja terakhirnya adalah Kaicil Alam yang wafat pada tahun 1684.

Kerajaan Bacan

Sebagaimana dikutip dalam Konflik dan Perubahan Sosial: Studi Sosiologi Politik di Maluku Utara (2006), menurut Kronik Bacan, Kerajaan Bacan diperkirakan berdiri pada tahun 1322 dengan Sultan Alauddin I sebagai sultan pertamanya.

Berdirinya Kerajaan Bacan dimulai sejak perpindahan Kerajaan Kasiruta ke Pulau Sekki (Bacan), karena terjadi perkawinan antara Boki Hongi (putri Sultan Alauddin I) dengan Patra Alam (putera Sangaji Samargalila).

Pada masa kepemimpinan sultan ke-13 yaitu Sultan Iskandar Alam, kerajaan Bacan mengalami masa-masa sulit salah satunya yaitu menghadapi penjajahan Hindia Belanda.

Belanda melakukan siasat tipu daya agar Sultan Iskandar Alam pergi meninggalkan Bacan dan kemudian mengangkat Marwan sebagai sultan ke-14. Sultan Marwan diangkat oleh Belanda sebagai boneka dalam upaya memperluas wilayah kekuasaan Kompeni Belanda.

Baca juga artikel terkait KERAJAAN ISLAM atau tulisan menarik lainnya Shulfi Ana Helmi
(tirto.id - shu/agu)


Penulis: Shulfi Ana Helmi
Editor: Agung DH
Kontributor: Shulfi Ana Helmi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates