Sebutkan kerajaan-kerajaan islam di nusantara

Jakarta -

Islam telah masuk dan berkembang di Indonesia pada abad ke-7 sampai ke-15 masehi. Kedatangan para pedagang Arab, Persia, Gujarat, dan Tiongkok menandai berdirinya sejumlah kerajaan bercorak islam di nusantara.

Bukti perkembangan agama Islam dapat ditemukan dari berbagai sumber seperti berita dari Arab, berita dari Eropa, berita dari Cina, dan tulisan-tulisan di batu nisan.

Dari berbagai sumber tadi, diketahui informasi mengenai keberadaan kerajaan Islam yang sudah sejak lama di Indonesia. Kerajaan-kerajaan ini berperan penting dalam menyebarkan ajaran Islam ke seluruh penjuru daerah.

1. Kerajaan Perlak (840-1292 M)

Kerajaan Perlak atau Kesultanan Peureulak disebut sebagai kesultanan Islam pertama di Indonesia dan Asia Tenggara. Berlokasi di Peureulak, Aceh Timur, istilah kerajaan ini berasal dari nama pohon kayu yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapan.

Kesultanan Perlak sangat terkenal di kalangan pada pedagang Arab dan non-Arab, terutama Bandar Khalifah. Tempat ini menjadi pelabuhan penting dan tempat persinggahan mereka saat perjalanan ke Cina atau kembali ke Asia barat.

Raja pertama adalah Alaidin Sayyid Maulana Aziz Syah, lalu raja terakhirnya Muhammad Amir Syah mengawinkan putrinya dengan Malik Shaleh. Malik Shaleh ini yang akan menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Samudera Pasai.

Pada masa kekuasaan Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat II, Kerajaan Perlak mencapai kejayaan terutama di bidang pendidikan Islam dan dakwah.

Ada banyak peninggalan Kerajaan Perlak, diantaranya seperti mata uang, stempel, hingga makam raja.

2. Kerajaan Ternate (1257-1950 M)

Kerajaan Ternate atau nama lainnya Kerajaan Gapi, didirikan oleh Baab Mashur Malamo di Maluku Utara.

Kerajaan ini memiliki pengaruh besar di antara kerajaan Islam Maluku lainnya karena perdagangan rempah-rempah dan daya militer yang kuat.

Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah pada tahun 1570 sampai 1583, Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya.

Ia menggantikan ayahnya, Sultan Khairun, yang dibunuh Portugis. Baabullah membalas penyerangan dan membuat Portugis menyerah tanpa syarat pada 26 Desember 1575.

Sejarah peradaban Kerajaan Ternate dapat ditemukan di Masjid Sultan Ternate, Keraton Kesultanan Ternate, Benteng Tolukko, dan makam Sultan Baabullah.

3. Kerajaan Samudra Pasai (1267-1521 M)

Kerajaan Samudra Pasai adalah salah satu kerajaan atau kesultanan Islam tertua di Lhokseumawe, Aceh Utara. Sultan pertama sekaligus pendiri kerajaan ini adalah Sultan Malik al-Saleh di tahun 1267.

Kesultanan ini memiliki hegemoni atas beberapa pelabuhan penting seperti Pidie, Perlak, dan Pasai. Kuatnya hegemoni atas pelabuhan membuat Samudra Pasai memiliki pertahanan yang baik dan makmur.

Berdasarkan keterangan Marco Polo dan dan catatan perjalanan Ibnu Batutah yang singgah di Pasai pada 1326, masyarakat Pasai hampir semuanya mengikuti mazhab Syafii.

Ada beberapa bukti yang menunjukkan jejak keberadaan Kerajaan Samudra Pasai, seperti makan raja dan dirham, atau mata uang emas murni.

4. Kerajaan Gowa (1300-1945 M)

Kesultanan Gowa atau kadang disebut Goa, adalah salah satu kerajaan (https://www.detik.com/tag/kerajaan-islam) agung yang paling sukses di Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini mayoritas berasal dari suku Makassar.

Raja Gowa VI, Tonangka Lopi, awalnya membagi menjadi 2 wilayah untuk dipimpin 2 putranya. Kedua wilayah inilah yang diteruskan menjadi Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo yang baru.

Kedua kerajaan ini sebelumnya tak akur, mereka terus berperang karena persaingan.

Saat Kerajaan Tallo mengalami kekalahan, barulah Raja Gowa X menyatukan keduanya menjadi Kerajaan Gowa-Tallo. Gabungan kerajaan ini kerap disebut juga sebagai Kerajaan Makassar.

Raja Gowa XIV yang memeluk Islam, mengganti nama menjadi Sultan alauddin dan menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan pada 1607.

Lalu, cucu Sultan Alauddin yang bernama Sultan Hasanuddin naik takhta dan membawa Kerajaan Gowa-Tallo di puncak kejayaan. Sultan Hasanuddin juga dikenal karena berhadapan dengan VOC yang memonopoli perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Maluku.

Sebagian besar masyarakat Gowa bekerja sebagai nelayan dan pedagang. Mereka juga dikenal sebagai pembuat kapal Pinisi dan Lombo, yang dikenal hingga seluruh dunia.

Ada beberapa peninggalan Kerajaan Gowa yang hingga saat ini dijadikan tempat wisata, seperti Benteng Fort Rotterdam, Masjid Tua Katangka, Benteng Somba Opu, dan lain-lain.

5. Kerajaan Pagaruyung (1347-1825 M)

Tidak banyak yang tahu, bahwa Kerajaan Pagaruyung di Sumatera Barat merupakan salah satu kerajaan Islam tertua.

Sebelumnya, kerajaan ini tergabung dalam Kerajaan Malayapura yang dipimpin oleh Adityawarman. Kerajaan beragama Buddha ini termasuk juga Kerajaan Dharmasraya dan beberapa kerajaan atau daerah taklukan Adityawarman lainnya.

Lalu, Islam masuk pada akhir abad ke-14 melalui para musafir dan guru agama yang singgah atau datang dari Aceh dan Malaka. Pada abad ke-17, Kerajaan Pagaruyung berubah menjadi kesultanan Islam, dengan raja pertamanya yaitu Sultan Alif.

Kedatangan Islam memberikan banyak pengaruh pada kehidupan Kerajaan Pagaruyung dan masyarakat Minangkabau.

Seperti pepatah Minangkabau yaitu adat bersendikan pada agama Islam dan Al-qur'an, sistem dan istilah Islam, hingga perangkat adat yang menggantikan istilah Hindu dan Buddha sebelumnya.

Kerajaan ini runtuh pada masa perang Padri, setelah penandatanganan perjanjian antara kaum Adat dengan pihak Belanda. Akibatnya, kawasan Kerajaan Pagaruyung berada di dalam pengawasan Belanda.

6. Kesultanan Malaka (1405-1511 M)

Kesultanan Malaka adalah kerajaan Islam Melayu di tanah Malaka. Menurut versi sejarah Melayu dan Majapahit, kesultanan ini didirikan oleh pangeran bernama Paramisora.

Bersamaan dengan tumbuhnya Malaka sebagai pelabuhan yang ramai, Paramisora mendirikan kesultanan pertama. Setelah memeluk Islam, ia berganti nama menjadi Iskandar Syah.

Urutan sultan berturut-turut setelah Iskandar Syah adalah Muhammad Iskandar Syah, Sultan Mansur Syah, Sultan Alaudin Syah, dan Sultan Mahmud Syah.

Setelah kurang lebih satu abad, Kesultanan Malaka mengalami keruntuhan setelah diserang Portugal pada 1511.

7. Kerajaan Cirebon (1430-1677 M)

Kesultanan Cirebon didirikan oleh Nurullah atau Sunan Gunung Jati, seorang Wali Songo yang berperan penting dalam menyebarkan Islam di Jawa Barat.

Lokasinya di pantai utara Pulau Jawa, membuat kerajaan ini menjadi jalur perdagangan dan pelayaran yang penting. Hal ini menjadikan Cirebon sebagai pusat penyebaran agama Islam di Jawa Barat.

Selain menjadi sumber utama bagi kegiatan ekonomi, perdagangan di kerajaan ini juga berfungsi sebagai penyebaran agama Islam.

Namun setelah sempat berjaya, konflik kekuasaan internal menjadi salah satu penyebab Kerajaan Cirebon runtuh. Ini terjadi setelah sebelumnya terpecah menjadi beberapa kesultanan seperti Kesultanan Kanoman dan Kacirebonan.

Peninggalan Kerajaan Cirebon yang paling terkenal yaitu Keraton Kasepuhan Cirebon, Keraton Kanoman, Keraton Kacirebon, Patung Harimau Putih, Makan Sunan Gunung Jati, Bangunan Mande, dan Kereta Kasepuhan Singa Barong.

Itulah beberapa profil dari kerajaan bercorak Islam tertua di Nusantara. Kerajaan mana yang sudah pernah kamu dengar ceritanya?

Simak Video "Saat Jokowi Ajak-ajak Investor dalam Pembangunan IKN Nusantara"


[Gambas:Video 20detik]
(lus/lus)

Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-12 sampai dengan abad ke-13.[1] Berkembangnya kerajaan-kerajaan tersebut salah satunya di karenakan maraknya lalu lintas perdagangan laut yang terjadi. Pedagang-pedagang Islam dari Arab, India, Persia, Tiongkok, berbaur dengan masyarakat Indonesia yang menyebabkan menyebarnya agama Islam di Indonesia. Kerajaan tersebut tersebar pesat dibeberapa daerah di Indonesia yaitu di Sumatra, Jawa, Maluku, dan Sulawesi.[2] Masuknya Islam di Indonesia menandai munculnya era baru dalam berbagai aspek kehidupan yang berkembang di masyarakat. Aturan-aturan hidup yang mulai menjadi bagian yang tidak terpisahkan mulai dipraktekkan atau diimplemantasikan dalam setiap aspek kehidupan. Aturan-aturan hidup tersebut tidak hanya berkaitan dengan aspek legalitas formal yang bernuansa hukum, melainkan pula nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam yang berkaitan dengan aspek kehidupan ekonomi, budaya, sosial kemasyarakatan bahkan politik yang menjadi bagian dari bagaimana Islam mendekatkan diri pada masyarakat Nusantara.[3]

Awal masuknya Islam ke Indonesia tidak bersamaan, karena ada beberapa daerah yang sejak dini telah dimasuki oleh Islam dan ada belum pernah dimasuki Islam. Sejarawan Islam berpendapat bahwa Islam pertama kali masuk ke Indonesia adalah di daerah pulau Sumatera (sekitar abad ke-7 dan 8 M). Sedangkan, Islam masuk ke Jawa pada waktu dikuburkan Fatimah binti Maimun di Laren (Gresik) sekitar tahun 475 H (1082 M). Kedatangan Islam ke belahan Indonesia bagian Timur ke Maluku juga tidak dapat dipisahkan dari kegiatan perdagangan, yang diperkirakan masuk pada abad ke 14 Masehi. Di Kalimantan khususnya di daerah Banjarmasin proses Islamisasi di daerah ini terjadi kira-kira tahun 1550 M. Adapun di pulau Sulawesi terutama di bagian selatan telah di datangi pedagang muslim pada abad ke-15 M. Sedangkan sekitar pada abad ke-12 masyarakat muslim tersebut selanjutnya menumbuhkan kerajaan Islam dan tercatatlah sejumlah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara seperti Perlak, Pasai, Aceh Darussalam, Pagaruyung, Kepaksian Sekala Brak, Banten, Demak, Mataram, dan lain sebagainya. Tercatat pula kerajaan Gowa, Tallo, Bone di Sulawesi, Ternate, dan Tidore di Maluku.[4]

Dari berbagai kerajaan Islam yang ada di Indonesia, kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama yang muncul pada abad pertengahan yaitu pada tahun 1267 M, bukti bahwa kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam dapat dilihat dari salah satu pendapat petualang muslim asal Maroko yang bernama Abu Abdullah Ibnu Batuthah pada tahun 1304 M – 1368 M yang melakukan perjalanan ke Samudera Pasai.[5] Kerajaan Samudera Pasai menjadi salah satu penyebar agama Islam pada abad ke 11-12 yang dapat membuat jumlah penganut agama Islam melampaui jumlah penganut agama Corak Hindu dan Buddha yang sebelumnya merupakan agama yang paling dominan di Jawa dan sebagian di Sumatera termasuk Bali dan pulau-pulau Timur Indonesia.[6] Kerajaan Samudera Pasai juga menjadi salah satu pusat studi Islam di Indonesia karena adanya campur tangan atau kerja keras dari tokoh atau pemimpin yang ada di kerajaan Samudera Pasai itu sendiri. Tokoh atau pemimpin kerajaan Samudera Pasai yang terkenal dalam penyebaran agama Islam adalah Sultan Malik Al – Shaleh. Sultan Malik Al- Shaleh merupakan putra Batak Gayo, bekas prajurit kesultanan Daya Pasai, pada mulanya beliau bernama Meurah Silu dan belum menganut agama Islam. Tetapi, tidak lama setelah Raja Merah Silu bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, beliau kemudian masuk agama Islam dan mengganti namanya.[7]

Sejak akhir abad ke-15 M dan permulaan abad ke-16 M, pusat-pusat perdagangan di pesisir utara, seperti Gresik, Demak, Dermayu, Cirebon, dan Banten telah menunjukkan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh para wali di Jawa. Kemudian kegiatan itu muncul sebagai kekuatan politik dengan adanya kerajaan Demak sebagai penguasa Islam pertama di Jawa yang berhasil menyerang ibukota Majapahit. Para wali dengan bantuan kerajaan Demak, Pajang dan Mataram dapat mengembangkan Islam ke seluruh daerah-daerah penting di Jawa, bahkan di luar Jawa, seperti ke Banjarmasin, Hitu, Ternate, Tidore, dan Lombok.[8] Perkembangan Islam secara struktural atau pada level birokrasi diawali dengan masuk Islamnya para raja-raja yang kemudian diikuti oleh rakyatnya. Perpindahan agama para penguasa ini memfasilitasi percepatan perkembangan Islam secara kuantitatif. Bahkan, dengan masuknya Islam dalam kelompok bangsawan dan raja, pada akhirnya mereka akan mendalami dan memahami Islam dalam komunitasnya dan ini awal munculnya sosok sultan yang menjadi ulama.[9]

Pada akhir abad 16 M, tidak terjadi kemunduran dalam hal penyebaran Islam melalui kerajaan-kerajaan. Hal ini tidak membawa pengaruh yang cukup luas pada perubahan Hukum Islam, walaupun tetap menjadi bagian yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Pengaruh tidak ada kemunduran kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia berbanding lurus dengan munculnya V.O.C (Vereenigde Oostindische Compagnie) sebagai perwakilan kolonialisme dengan motif perniagaan (perdagangan). Masa peralihan penguasaan wilayah Indonesia dari kerajaan-kerajaan Islam ke V.O.C dan Kerajaan Belanda, tidak secara langsung mengubah keadaan masyarakat Indonesia dalam mengamalkan aturan-aturan Islam yang telah menyatu dalam ritualitas kehidupan beragama muslim Indonesia. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan sikap penguasa Kolonial tetap mempertahankan lembaga peradilan agama di wilayah Aceh, Jambi, Kalimantan Selatan dan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gajo, Alas, Tapanuli dan Sumatera Selatan, dan Jawa, walaupun tetap berada di bawah pengadilan negeri.[10]

Masuknya agama islam ke Nusantara (indonesia) pada abad 7 akhir dibawa oleh Para Al - Mujahid periode I atau Fase Pertama, telah membawa banyak perubahan dan perkembangan pada masyarakat, adat dan budaya dan pemerintahan. Perubahan dan Perkembangan tersebut terlihat jelas dengan berdirinya kerajaan-kerajaan yang bermula bercorak hindu dan menganut animisme mengadopsi agama Islam, antara lain sebagai berikut:

  • Kerajaan Jeumpa(777M)
  • Kesultanan Peureulak(840-1292)
  • Kesultanan Samudera Pasai(1267-1521)
  • Kesultanan Lamuri(800-1503)
  • Kerajaan Linge(1025-Kini)
  • Kerajaan Siguntur(1250-Kini)
  • Kesultanan Indrapura(1347-1792)
  • Kerajaan Pagaruyung(1347-1825)
  • Kerajaan Pedir(1400-1524)
  • Kerajaan Daya(1480-Kini)
  • Kesultanan Aceh(1496-1903)
  • Kerajaan Sungai Pagu(1500-Kini)
  • Kerajaan Bungo Setangkai
  • Kesultanan Jambi(1615-Kini)
  • Kesultanan Asahan(1630-Kini)
  • Kesultanan Serdang(1723-Kini)
  • Kesultanan Deli(1632-Kini)
  • Kesultanan Langkat(1568-Kini)
  • Kesultanan Siak
  • Kesultanan Palembang(1455-Kini)
  • Kesultanan Riau Lingga(1824-1911)
  • Kesultanan Kota Pinang(1630-1946)
  • Kesultanan Pelalawan(1725-1946)
  • Kerajaan Indragiri(1347-1945)
  • Kerajaan Aru(1200-1613)
  • Kesultanan Barus(1300-1858)
  • Kerajaan Padang(1630-1946)
  • Kerajaan Tamiang(1330-1558)
  • Kerajaan Tulang Bawang
  • Kerajaan Dharmasraya
  • Kerajaan Sekala Brak(1289-1909)
  • Kesultanan Cirebon (1430[11][12][13][14] - 1666)
  • Kesultanan Demak (1475 - 1554)
  • Kesultanan Banten (1524 - 1813 )
  • Kerajaan Kalinyamat (1527 - 1599)
  • Kesultanan Pajang (1554 - 1568)
  • Kesultanan Sumedang Larang (1585 - 1620)
  • Kesultanan Mataram (1586 - 1755)
  • Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (1755-sekarang)
  • Kasunanan Surakarta Hadiningrat (1755-sekarang)
  • Kesultanan Ternate (1257-Kini)
  • Kesultanan Tidore (1081-Kini)
  • Kesultanan Jailolo
  • Kesultanan Bacan
  • Kerajaan Tanah Hitu (1470-1682)
  • Kerajaan Iha
  • Kerajaan Huamual
  • Kerajaan Banggai (abad 16)
  • Kesultanan Buton (1332 - 1911)
  • Kesultanan Bone (abad 17)
  • Kesultanan Gowa (1300-Kini)
  • Kesultanan Gorontalo (1300 - 1878)
  • Kesultanan Makassar
  • Kerajaan toli-toli
  • Kerajaan Muna
  • Kerajaan Buol
  • Kerajaan Wajo
  • Kedatuan Luwu
  • Kerajaan Tallo
  • Kerajaan Palu
  • Kerajaan Parigi
  • Kerajaan Soppeng
  • Kerajaan Bungku
  • Kerajaan Siang
  • Kerajaan Mongondow
  • Kerajaan Tawaeli
  • Kerajaan Balanipa
  • Kerajaan Banggae
  • Kerajaan Binuang
  • Kesultanan Bima
  • Kesultanan Sumbawa
  • Kerajaan Adonara
  • Kerajaan Taliwang
  • Kerajaan Dompu
  • Kerajaan Selaparang
  • Kerajaan Lamakera
  • Kerajaan Selimbau(600-Kini)
  • Kerajaan Sintang(1500-Kini)
  • Kerajaan Mempawah(1740-Kini)
  • Kerajaan Tanjungpura(800-1590)
  • Kerajaan Landak(1292-Kini)
  • Kerajaan Kubu(1772-Kini)
  • Kerajaan Bangkalaan(1780-1905)
  • Kerajaan Sanggau(1310-Kini]
  • Kerajaan Tayan(1780-Kini)
  • Kerajaan Kusan(1785-1912)
  • Kesultanan Pasir (1516-1905)
  • Kesultanan Banjar (1526-1905)
  • Kesultanan Kotawaringin(1615-Kini)
  • Kerajaan Pagatan (1750)
  • Kesultanan Sambas (1671-Kini)
  • Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura(1300-Kini)
  • Kesultanan Berau (1377-1830)
  • Kesultanan Sambaliung (1810-1960)
  • Kesultanan Gunung Tabur (1800-1953)
  • Kesultanan Pontianak (1771-Kini)
  • Kerajaan Tidung(1515-1916)
  • Kerajaan Tidung Kuno (1076-1551)
  • Dinasti Tengara (1551-1916)
  • Kesultanan Bulungan (1731-1964)

  1. ^ Yasmin, Puti. "3 Teori Masuknya Islam ke Indonesia Lengkap". detiknews. Diakses tanggal 2020-08-26. 
  2. ^ "7 Kerajaan Islam Tertua di Indonesia | Indonesia Baik". indonesiabaik.id. Diakses tanggal 2020-08-26. 
  3. ^ Alma’arif 2015, hlm. 284.
  4. ^ Susmihara 2018, hlm. 14-15.
  5. ^ Poncowati et al 2017, hlm. 2.
  6. ^ Gunawan 2018, hlm. 15.
  7. ^ Yakin 2015, hlm. 274.
  8. ^ Jannah dan Hadi 2018, hlm. 32.
  9. ^ Nasution 2020, hlm. 42.
  10. ^ Fadhly 2017, hlm. 387-388.
  11. ^ Rosmalia. Dini. 2013. Identifikasi Pengaruh Kosmologi pada Lanskap Kraton Kasepuhan di Kota Cirebon. Bandung: Institut Teknologi Bandung
  12. ^ Susilaningrat. R. Chaidir. 2013. Dalem Agung Pakungwati Kraton Kasepuhan Cirebon
  13. ^ Hardhi. TR. 2014. Dakwah Sunan Gunung Jati dalam Proses Islamisasi Kesultanan Cirebon Tahun 1479-1568. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
  14. ^ Fajar, Rizky Nur. 2013. Perancangan Komunikasi Visual Publikasi Buku Seri Keraton Cirebon. Jakarta: Universitas Bina Nusantara

  • Alma’arif, A. (2015). "Islam Nusantara: Studi Epistemologis Dan Kritis" (PDF). Jurnal Studi Keislaman. 15 (2): 265–291. doi:10.24042/ajsk.v15i2.724. 
  • Fadhly, F (2017). "Islam Dan Indonesia Abad XIII-XX M Dalam Perspektif Sejarah Hukum". Veritas et Justitia. 3 (2): 384–413. doi:10.25123/vej.2683. 
  • Gunawan, S. (2018). "PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA (Suatu Diskursus Tentang Awal Mula Islam Ke Nusantara)". Jurnal Hukum Ekonomi. 4 (1): 13–29. ISSN 2580-5134. 
  • Jannah M., &, Hadi M. N. (2018). "ISLAMISASI NUSANTARA DAN PROSES PEMBENTUKAN MASYARAKAT MUSLIM". Journal MULTICULTURAL of Islamic Edication. 2 (1): 27–38. ISSN 2548-1371. 
  • Nasution, F. (2020). "Kedatangan dan Perkembangan Islam di Indonesia" (PDF). Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan. 11 (1): 26–46. doi:10.32923/maw.v11i1.995. 
  • Poncowati, Y., Salihah, D., Wahyuni, S., Nisak, J., &, Budiman, M. (2017). "SEJARAH PERADABAN ISLAM ABAD PERTENGAHAN DI INDONESIA" (PDF). Jurnal Agama Islam: 1–8. ISSN 2549-8401. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  • Susmihara (2018). "Pendidikan Islam Masa Kerajaan Islam di Nusantara". Jurnal Sejarah dan Kebudayaan. 6 (1): 13–32. ISSN 2580-5762. 
  • Yakin, A. U. (2015). "Islamisasi dan Syariatisasi Samudera-Pasai Abad ke-14 Masehi". Jurnal Studi Keislaman. 9 (2): 269–294. doi:10.15642/islamica.2015.9.2.269-294. 
  • Yusuf, Mundzirin; Sejarah Peradaban Islam di Indonesia; Yogyakarta: Penerbit PUSTAKA, 2006.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Islam&oldid=20876189"