Contoh produk perikanan yang diekspor dan Kendala yang dihadapi

Contoh produk perikanan yang diekspor dan Kendala yang dihadapi
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto.

SURABAYA.NIAGA.ASIA-Tantangan yang dihadapi produk perikanan Indonesia di dunia baik segar beku maupun olahan termasuk perikanan kaleng cukup banyak, baik terkait tarif maupun food safety termasuk isu illegal fishing. Sebagai contoh, terdapat ikan asal Indonesia ditolak AS dan Rusia karena ada indikasi terkontaminasi bakteri.

Hal itu dikatakan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto  saat melepas ekspor produk perikanan dan olahan perikanan PTSekar Bumi Tbk di Sidoarjo, Jawa Timur, berupa  udang beku ke Amerika Serikat (AS), ebi furai dan ebi katsu ke Jepang, serta produk lokal tanah air seperti tempe, pete, dan bumbu pecelke Korea Selatan,  hari Jumat (31/1/2020).

“Hal ini menunjukkan produk ikan Indonesia dianggap belum memenuhi standar keamanan pangan di pasar tujuan ekspor walaupun standar food safety produk perikanan Indonesia sudah diatur Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) selaku Competent Authority (CA) dan dilengkapi dengan sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), ataupun Heatlh Certificate serta Approval Number (untuk pasar Uni Eropa),” kata Mendag.

Pelepasan ekspor produk perikanan olahan dari PT Sekar Bumi Tbk merupakan langkah positif dalam mempertahankan dan meningkatkan ekspor ke pasar global.Selain ekspor, potensi produk perikanan olahan di pasar domestik juga masih sangat besar. Produk siap masak (ready to cook) dan siap saji (ready to eat) kini makin diminati pasar domestik dan global.

“Kemendag senantiasa berupaya mendorong ekspor produk perikanan Indonesia mampu berdaya saing untuk melindungi pasar domestik dari terbukanya pasar akan produk perikanan asal impor,”pungkas Mendag Agus.

Sedangkan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Dody Edward menambahkan, untuk itu, pemerintah terus mendorong dan memfasilitasi pelaku usaha meningkatkan mutu, kualitas, dan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan pasar yang membutuhkan produk berkualitas tinggi.

Sekilas Mengenai PT Sekar Bumi Tbk

Sekar Group bermula dari industri rumah tangga sederhana pada 1960-an. Pada 1973, Sekar Bumi didirikan sebagai pabrik pengolahan dan eksportir udang skala industri pertama di tanah air. Dari awalnya hanya fokus memproduksi dan mengekspor produk udang beku, Sekar Bumi saat ini telah berkembang dan menghasilkan variasi produk makanan perikanan olahan beku seperti bakso ikan, udang tempura, siomay, dan lain-lain.

Anak perusahaan Sekar Bumi juga menghasilkan makanan olahan non-frozen seperti kacang mete, bumbu masak, dan pakan udang/ikan. Sejak setengah abad setelah didirikan, Sekar Bumi telah memberikan sumbangan devisa negara leboh dari USD 2 miliar, memberikan lapangan kerja ke lebih dari 10.000 orang, dan membuka peluang bagi mitra-mitra usahanya.

Keberhasilan Sekar Bumi juga diakui pasar dunia. Hal ini dibuktikan dengan masuknya produk-produk Sekar Bumi ke berbagai ritel internasional seperti Walmart, Costco, dan Aldi di benua Amerika; Woolworths di Australia dan Selandia Baru;serta ke negara-negara lain di Benua Asia dan Eropa.

Sekar Bumi juga meraih Primaniyarta Award dari Kementerian Perdagangan sebanyak enak kali untuk kategori eksportir berkinerja (extraordinary performance) dan juga berbagai penghargaan bergengsi dalam negeri lainnya. (*/001)

Tag: Ekspor Non Migas

Oleh:

Bisnis.com, JAKARTA - Kendati kaya bahan baku, industri perikanan nasional menghadapi lima hambatan, yakni bahan baku, infrastruktur, teknologi, permodalan, dan budaya.Direktur Pemasaran Dalam Negeri Kementerian Kelautan dan Perikanan Sadullah Muhdi menuturkan pasar produk perikanan di level domestik dan global menuntut standar kualitas, keseragaman ukuran, dan inovasi produk. "Sekarang banyak produsen yang kecil-kecil dan produknya beragam. Padahal industrialisasi menuntut keteraturan," ujarnya dalam Simposium Pangan Nasional, Senin (2/12). Hingga 2010, jumlah unit pengolahan ikan (UPI) di Indonesia mencapai 60.117 unit. UPI tersebut tersebar di Jawa Timur sebanyak 10.640 unit, Jawa Tengah 8.350 unit, Jawa Barat 5.966 unit, Kalimantan Selatan 3.660 unit, dan Nusa Tenggara Barat 3.550 unit. Menurut Sadullah, masalah terbesar dalam industri pengolahan ikan adalah pasokan bahan baku dan infrastruktur. Untuk mengatasi hal tersebut, KKP tengah membangun Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) untuk menampung dan mendistribusikan bahan baku dari lokasi penangkapan dan sentra budidaya ke UPI secara efisien. "Kita akan uji coba SLIN koridor Sulawesi Tenggara ke Jawa Timur. Ini juga perlu kerjasama antara nelayan di hulu, nelayan pengumpul, perusahaan cold storage, dan perusahaan pengolahan," tuturnya. Pada kesempatan yang sama, CEO PT Kelola Group M. Nadjikh mengatakan pemerintah belum banyak melibatkan sektor swasta untuk pemenuhan infrastruktur penunjang industri pengolahan ikan. Akibatnya, infrastruktur penunjang sistem rantai dingin seperti kalan ikan berpendingin, cool box untuk nelayan tradisional, pabrik es dan cold storage masih sangat minim. "Kalau kontiuitas bahan baku berkualitas dan efisien sulit tercapai, industri susah berkembang. Di Jawa saja infrastrukturnya tidak lengkap, apalagi di luar Jawa. Padahal lokasi penangkapan mayoritas di Indonesia Timur," tuturnya.Selain bahan baku dan infrastruktur, Nadjikh juga menyoroti faktor teknologi sebagai penghambat berkembangnya industri."Industri kita kalah dalam mengadopsi teknologi produksi dan pengemasan. Padahal bisa impor dari Teknologi Jepang, Taiwan, China, atau Thailand. Akibatnya variasi produk juga minim," kata Nadjikh. Rendahnya adopsi teknologi, imbuhnya, a.l. disebabkan oleh keengganan bank menyalurkan kredit investasi ke industri di sektor perikanan lantaran tingginya tingkat kredit macet (non performing loan/NPL) yang mencapai 11,76%. Alokasi kredit perikanan hanya mencapai 0,22% dari total penyaluran kredit bank."Budaya masyarakat lebih menyukai ikan segar dan kering. Variasi olahan produk ikan, seperti baso ikan, nugget ikan, sosis ikan kurang laku di pasar domestik," kata Nadjikh.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Editor: Bambang Supriyanto

Contoh produk perikanan yang diekspor dan Kendala yang dihadapi

Jakarta - Salah satu produk andalan ekspor Indonesia, ikan tuna terkena hambatan ekspor di Spanyol. Pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) turun tangan soal masalah tersebut. Pada 5 Mei 2014 kemarin, KKP melakukan pertemuan bilateral dengan Otoritas Kompeten (OK) Spanyol yaitu Kementerian Pangan, Pertanian dan Lingkungan Spanyol. KKP meminta ekspor ikan tuna Indonesia tak mengalami hambatan soal Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI).Selama ini, ekspor tuna Indonesia ke Spanyol mencapai US$ 30 juta/tahun. Spanyol adalah pembeli tuna terbesar di Uni Eropa karena Spanyol punya industri pengalengan ikan. "Kita minta konfirmasi agar tidak ada keraguan Spanyol menerima produk tuna kita," kata Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP Saut P Hutagalung saat berdiskusi dengan media di Kantor Pusat KKP, Gedung Mina Bahari III, Gambir, Jakarta, Senin (12/5/2014).Saut menyatakan, KKP telah menindaklanjuti dengan melakukan perbaikan kebijakan dalam penerapan SHTI di Indonesia. Beberapa tindak lanjut yang dilakukan KKP antara lain :Kebijakan/Peraturan terkait SHTI, Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas, dam Sistem Pemantauan Kapal Perikanan.Pengembangan Basis Data Terintegrasi (Data Sharing System/DSS) (Kerjasama dengan TSP II Uni Eropa). Kegiatan ini dilakukan melalui pengembangan aplikasi SHTI yang akan melayani penerbitan SHTI secara online dan terintegrasi dengan beberapa basis data pendukung yang berasal dari: Basis data perijinan, pendaftaran kapal perikanan, pendaftaran kapal perikanan di RFMO, VMS Tracking, aplikasi Surat Persetujuan Berlayar (SPB), dan aplikasi SLO.Penyelesaian penyusunan SOP-SHTISaut menyebut, adanya peningkatan permintaan verifikasi sertifikat penangkapan di Spanyol. Pihak OK Spanyol menyampaikan sedang melakukan analisa risiko terhadap negara-negara yang impornya mengalami kenaikan yang signifikan ke Spanyol termasuk Indonesia. Untuk Indonesia, unsur-unsur SHTI yang dimintakan verifikasi antara lain: konfirmasi atas keaslian dan keabsahan SHTI, wilayah penangkapan, data VMS, Logbook, transshipment, dan perizinan.Notifikasi permintaan verifikasi SHTI tersebut tidak hanya kepada Indonesia, tetapi kepada negara-negara eksportir lainnya, sebagai contoh notifikasi permintaan verifikasi ke AS sebanyak 124 kasus, Peru (143 kasus), Tiongkok (43 kasus) dan Indonesia (11 kasus).Salah satu ekspor produk ikan tuna terbesar Indonesia ke Spanyol adalah jenis ikan todak. Berdasarkan catatan Ditjen P2HP ekspor ikan Todak (Swordfish) ke Spanyol tahun 2012 US$ 2,8 juta, pada tahun 2013 lalu meningkat menjadi US$ 4 juta atau meningkat 55%."Selain menyikapi itu, dari pertemuan kita dapatkan gambaran permintaan ikan tuna yang lebih besar lagi ke depan. Per hari mereka (Spanyol) memerlukan 400 ton ikan tuna. Kita segera akan follow up," jelasnya. (wij/hen)