Senin, 1 Maret 2021 | 11:00 WIB
Bobo.id - Apakah teman-teman suka membaca buku atau membaca cerita? Cerita terbagi menjadi dua jenis, yaitu cerita nyata dan cerita fiksi. Perbedaan dari keduanya adalah pada cerita nyata, cerita berdasarkan kisah nyata yang diceritakan oleh penulis. Sedangkan cerita fiksi berupa khayalan yang dibuat oleh pengarang, yang bisa didapatkan dari kisah nyata yang dialami, maupun dari imajinasi. Cerita fiksi dibagi lagi menjadi menjadi beberapa jenis, nih, teman-teman. Kali ini, Bobo akan akan menuliskan empat jenis cerita fiksi dan contohnya, yaitu legenda, fabel, mite, dan saga. Simak penjelasannya berikut ini, yuk! Baca Juga: Pengertian Cerita Fabel, Ciri-Ciri, Unsur-Unsur, dan Strukturnya Page 2
Page 3
Bobo.id - Apakah teman-teman suka membaca buku atau membaca cerita? Cerita terbagi menjadi dua jenis, yaitu cerita nyata dan cerita fiksi. Perbedaan dari keduanya adalah pada cerita nyata, cerita berdasarkan kisah nyata yang diceritakan oleh penulis. Sedangkan cerita fiksi berupa khayalan yang dibuat oleh pengarang, yang bisa didapatkan dari kisah nyata yang dialami, maupun dari imajinasi. Cerita fiksi dibagi lagi menjadi menjadi beberapa jenis, nih, teman-teman. Kali ini, Bobo akan akan menuliskan empat jenis cerita fiksi dan contohnya, yaitu legenda, fabel, mite, dan saga. Simak penjelasannya berikut ini, yuk! Baca Juga: Pengertian Cerita Fabel, Ciri-Ciri, Unsur-Unsur, dan Strukturnya ilustrasi membaca. readingrecovery.org
JABAR | 27 Januari 2021 17:00 Reporter : Andre Kurniawan Merdeka.com - Bagi sebagian orang, membaca sebuah cerita menjadi sebuah kegiatan pengisi waktu luang yang tidak akan pernah membosankan. Bagaimana tidak, ada banyak sekali cerita yang bisa kita baca dengan berbagai jenis genre. Membaca sebuah cerita terkadang membuat kita seakan-akan masuk ke dalam dunia yang ada di dalam cerita tersebut. Itulah kenapa, membaca sebuah cerita bisa ikut mempengaruhi emosi dari pembacanya. Maka dari itu, ketika Anda sedang banyak pikiran atau memiliki suasana hati yang tidak baik, cobalah membaca cerita jenaka. Cerita jenaka adalah bagian dari cerita rakyat yang memiliki unsur jenaka atau lucu yang dapat membangkitkan tawa pembacanya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cerita jenaka adalah cerita penghibur yang membangkitkan tawa, jenaka, keriangan atau sindiran. Cerita jenaka ini biasanya didasarkan pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Alur cerita pada cerita jenaka adalah berpusat pada kelakuan dari si pelaku. Dalam artikel ini akan merdeka.com tunjukkan beberapa contoh cerita jenaka yang bisa Anda baca sekaligus sebagai penghibur hari Anda. 2 dari 4 halaman
Cerita jenaka adalah cerita rakyat yang lucu dan menghibur. Sebelum membaca contoh dari cerita jenaka, ada baiknya kita mengenal apa saja ciri-ciri dari sebuah cerita jenaka. Dari laman rumus.co.id, ciri-ciri cerita jenaka adalah sebagai berikut: Ciri dengan membentuk pola.
Ciri yang paling umum
Fungsi Cerita JenakaDalam definisi yang telah dijelaskan sebelumnya, kita tahu fungsi dari cerita jenaka adalah untuk menghibur. Namun selain itu, masih ada beberapa fungsi lain dari cerita jenaka. Fungsi cerita jenaka adalah sebagai berikut:
3 dari 4 halaman
Pada suatu hari, si Kabayan sedang istirahat dan melamun di depan rumah, sekilas dia memikirkan kacak krotak, tutut, dan ikan yang sudah dia panen kemarin. "Kabayan, tolong petik nangka, pilih yang sudah tau buahnya," perintah mertua ke si Kabayan. Sesampainya di kebun, si Kabayan segera mencari pohon nangka yang berbuah, dia mencari nangka yang sudah tua. Tidak lama dari itu, akhirnya Kabayan menemukan apa yang dia cari, nangka yang sudah tua dan besar, kemudian dia petik. Sebab nangka yang dia temukan itu besar, Kabayan tidak kuat membawanya. "Ini mah susah membawanya, gak akan kuat saya," gumamnya dalam hati. "Bagaimana cara membawanya ya?" ucapnya lagi. Kebetulan kebun milik Kabayan tidak jauh dari sungai, maka nangka itu dihanyutkan, "Udah kamu pulang duluan, kan sudah besar," perintah si Kabayan ke nangka. Setibanya di rumah, si Kabayan di tanya oleh mertuanya, "Dapat gak nangkanya?" "Ya dapat lah, mana besar dan tua lagi," jawabnya. "Mana nangkanya, kamu datang tidak membawa apa-apa." "Hah, memang belum sampai gitu? Padahal tadi sudah pulang duluan," jawabnya. "Kamu jangan bercanda, tidak ada ceritanya nangka bisa pulang sendiri," mertuanya kesal. "Yee, yang bodo itu nangka, sudah tua tidak tahu jalan pulang," jawab si Kabayan langsung pergi entah ke mana. 4 dari 4 halaman
Pada suatu hari, ada seorang laki-laki datang ke rumah Abu Nawas. Lelaki itu hendak mengeluh kepadanya mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Dia sedih karena rumahnya terasa sempit ditinggali banyak orang. "Abu Nawas, aku memiliki seorang istri dan delapan anak, tapi rumahku begitu sempit. Setiap hari, mereka mengeluh dan merasa tak nyaman tinggal di rumah. Kami ingin pindah dari rumah tersebut, tapi tidak mempunyai uang. Tolonglah katakan padaku apa yang harus kulakukan," kata lelaki itu. Mendengar hal itu, Abu Nawas kemudian berpikir sejak. Tak berapa lama, sebuah ide terlintas di kepalanya. "Kamu mempunyai domba di rumah?" tanya Abu Nawas padanya. "Aku tak menaiki domba, jadi aku tak memilikinya," jawabnya. Setelah mendengar jawabannya, dia meminta lelaki tersebut untuk membeli sebuah domba dan menyuruhnya untuk menaruh di rumah. Pria itu kemudian menuruti usul Abu Nawas dan kemudian pergi membeli seekor domba. Keesokan harinya, dia datang lagi ke rumah Abu Nawas. "Bagaimana ini? Setelah aku mengikuti usulmu, nyatanya rumahku menjadi tambah sempit dan berantakan," keluhnya. "Kalau begitu, cobalah beli dua ekor domba lagi dan peliharalah di dalam rumahmu," jawab Abu Nawas. Kemudian, pria itu bergegas pergi ke pasar dan membeli dua ekor domba lagi. Namun, bukannya seperti yang diharapkan, rumahnya justru semakin terasa sempit. Dengan perasaan jengkel, dia pergi ke rumah Abu Nawas untuk mengadu yang ketiga kalinya. Dia menceritakan semua apa yang terjadi, termasuk mengenai istrinya yang menjadi sering marah-marah karena domba tersebut. Akhirnya, Abu Nawas menyarankannya untuk menjual semua domba yang dimiliki. Keesokan harinya, kedua orang tersebut bertemu kembali. Abu Nawas kemudian bertanya, "Bagaimana keadaan rumahmu sekarang, apakah sudah lebih lega?" "Setelah aku menjual domba-domba tersebut, rumahku menjadi nyaman untuk ditinggali. Istriku pun tidak lagi marah-marah," jawab pria tersebut sambil tersenyum. Akhirnya, Abu Nawas dapat menyelesaikan masalah pria dan rumah sempitnya itu. (mdk/ank)Anekdot adalah sebuah cerita singkat dan lucu atau menarik, yang mungkin menggambarkan kejadian atau orang sebenarnya.[1] Anekdot selalu dikaitkan dengan tanggapan terhadap fenomena sosial. Sebuah anekdot merupakan sarana penyampaian pesan dan kritikan terhadap fenomena sosial melalui kemasan cerita lucu namun sarat makna.[2] Anekdot selalu disajikan berdasarkan pada kejadian nyata namun, seiring berjalannya waktu modifikasi pada saat penceritaan kembali dapat mengubah sebuah anekdot tertentu menjadi sebuah fiksi, sesuatu yang diceritakan kembali tetapi "terlalu bagus untuk nyata". Terkadang menghibur, anekdot bukanlah lelucon, karena tujuan utamanya adalah tidak hanya untuk membangkitkan tawa, tetapi untuk mengungkapkan suatu kebenaran yang lebih umum daripada kisah singkat itu sendiri, atau untuk melukiskan suatu sifat karakter dengan ringan sehingga ia menghentak dalam kilasan pemahaman yang langsung pada intinya' (Anekdot bersifat alami dan sartire).
Kata anekdot dalam (Yunani: ἀνέκδοτον "tidak diterbitkan", secara harfiah "tidak dikeluarkan") berasal dari Procopius of Caesarea, penulis biografi dari Justinian I, yang membuat sebuah karya berjudul Ἀνέκδοτα (Aul nekdota, secara beragam diterjemahkan dengan Memoar yang tak diterbitkan atau Kisah Rahasia), yaitu sebuah koleksi kejadian-kejadian singkat dari kehidupan pribadi dari istana Bizantin. Secara bertahap, makna anekdot dipakai[3]
untuk setiap kisah singkat yang digunakan untuk menekankan atau mengilustrasikan apapun poin yang si penulis inginkan.[4] Struktur pada teks anekdot yaitu:
Bukti secara anekdot yaitu sebuah catatan tidak resmi dari bukti dalam bentuk sebuah anekdot. Istilah ini sering digunakan berlawanan dengan bukti ilmiah, sebagai bukti yang tidak dapat diinvestigasi menggunakan metode ilmiah. Permasalahan dalam berargumen berdasarkan bukti secara anekdot adalah bukti anekdot tidak lah harus khusus; hanya bukti secara statistik yang dapat menentukan kekhususan sesuatu. Penyalahgunaan bukti secara anekdot adalah sebuah kesalahan logika.
Bila digunakan dalam iklan atau promosi suatu produk, jasa, atau ide, bukti secara anekdot sering disebut dengan testimoni dan dilarang dalam beberapa yurisdiksi.[butuh rujukan]
Istilah ini terkadang digunakan dalam konteks legal untuk menjelaskan beberapa bentuk kesaksian. Ahli Psikologi telah menemukan bahwa orang lebih memungkinkan mengingat contoh-contoh yang penting daripada contoh yang khusus.
|