Cara mengajarkan PENJUMLAHAN pecahan pada anak SD

/p>

SINOPSIS

Program ini membahas bagaimana seorang guru memberikan pembelajaran matematika dengan topik pecahan berpenyebut tidak sama dengan menggunakan media potongan-potongan karton untuk memudahkan pemahaman siswa dalam penjumlahan pecahan.

Ditulis oleh: Mery Novianti

FORUM DISKUSI

Video ini ditayangkan agar murid memahami konsep penjumlahan dua buah pecahan dengan penyebut tidak sama.

Dalam mengajar konsep pecahan ini, guru menggunakan alat peraga berupa karton yang dimodifikasi.

Sebelum memanfaatkan alat peraga, guru lebih dulu menunjukkan rumus penjumlahan dua pecahan. Akan lebih elok kalau rumus penjumlahan pecahan itu tidak langsung diberikan tetapi ditemukan sendiri oleh murid (tentu saja dipandu oleh guru).

Sebelum masuk ke operasi penjumlahan pecahan, sebaiknya guru menekakan pada konsep dua pecahan yang penyebutnya tidak sama tetapi sama nilainya.

Materi yang disajikan sudah sesuai dengan perkembangan kognitif murid; namun demikian penyajiannya sebaiknya dibalik yaitu dimulai dengan penggunaan alat peraga kemudian baru rumus penjumlahan pecahan.

Ditulis Oleh: Drs. Tarhadi, M.Si.

Jelas cara guru membuka, mengisi, menutup pelajaran.

Alat peraga kurang besar, dan sebaiknya dilakukan secara perkelompok agar semua siswa dapat memahami dengan beberapa latihan.

Materi sesuai dengan perkembangan peserta didik.

Adanya kesesuaian materi dengan kurikulum yang berlaku.

Ditulis Oleh: Sugeng Wibowo, S.Pd.Mat

Cara mengajarkan PENJUMLAHAN pecahan pada anak SD
Cara mengajarkan PENJUMLAHAN pecahan pada anak SD
Oleh: Sukesti, S.Pd.

RADARSEMARANG.ID, Pandemi Covid-19 membuat dunia pendidikan kelimpungan, baik bagi guru maupun siswa yang harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh secara online. Khusus matematika materi penjumlahan bilangan pecahan, dianggap sebagai pelajaran yang sangat sulit dan membosankan. Banyak siswa yang tidak memahami materi penjumlahan bilangan pecahan. Ini terbukti dengan hasil ulangan materi penjumlahan bilangan pecahan siswa SD Negeri Gondangwayang rendah.

Selama ini siswa hanya menghafalkan cara melakukan penjumlahan bilangan pecahan tanpa memahami konsepnya. Sehingga siswa mengalami kesulitan dan nilai ulangan menjadi rendah. Salah satu penyebabnya karena metode pembelajaran guru pada siswa monoton. Hanya berpaku pada konsep, bersifat abstrak, yang hanya memberikan pemahaman bahwa dalam melakukan penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda harus disamakan terlebih dahulu penyebutnya membuat pembelajaran membosankan. Untuk mengatasi kebosanan di masa pandemi ini, guru meningkatkan efektivitas proses pembelajaran dengan melakukan usaha penyediaan dan pengolahan media.

Baca juga:  Belajar Penjumlahan Bilangan Bulat dengan Kartu Remi Bilbul

Menurut Gagne (Rudi, 2009:6) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara Briggs (Rudi, 2009:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Sedang Bruner (Haryanto, 2010) berpendapat bahwa ada tingkatan utama belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Ketiga tingkatan pengalaman ini saling berinteraksi guna memperoleh pengalaman (pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang baru.

Dari berbagai pandangan, disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa. Sehingga memungkinkan terjadi proses belajar. Media yang digunakan oleh guru dalam hal ini adalah media yang murah dan mudah didapat di lingkungan sekitar, yaitu daun pisang dan plastik bekas.

Baca juga:  Cara Mudah Menghitung Luas Persegi dengan Papan Berpetak

Langkah pertama siswa menyiapkan daun pisang, plastic putih bekas, spidol warna dan penggaris. Lalu potong daun pisang dan plastik putih bekas bentuk persegi dengan ukuran yang sama. Daun pisang dibagi menjadi tiga bagian yang sama besar, dua bagian diarsir, tulislah 2/3. Plastik bekas bagi menjadi empat bagian sama besar, digaris dan spidol satu bagian lalu ditulisi ¼. Tumpuk plastik bekas di atas daun pisang, maka akan tampak yang digaris di daun berjumlah 8 kotak arsiran (pembilang) dari 12 bagian kotak seluruhnya (penyebut ) menjadi 8/12. Untuk pecahan ¼ (plastik) akan tampak 3 kotak arsiran (pembilang ) dari 12 bagian kotak seluruhnya (pembilang ) menjadi 3/12 jadi dari pengamatan dari daun pisang bisa ditulis 2/3 (daun) + ¼ ( plastik) = 8/12 + 3/12 = 13/12 . Secara kelompok siswa menyimpulkan hasil kerjanya bahwa dalam melakukan penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda harus disamakan terlebih dahulu.

Baca juga:  Belajar Matematika Mudah dan Asyik dengan PBL

Penggunaan media ini menarik dan menyenangkan, mampu membangun pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman belajar, memperoleh pengetahuan konsep, menggambarkan penjumlahan bilangan pecahan dengan benar dan dapat mengerjakan soal serta permasalahan penjumlahan bilangan pecahan dengan baik dan benar.

Kesimpulannya, media daun pisang sangat cocok digunakan dalam era pandemi karena menyenangkan, mudah, dan murah. Juga meningkatkan pemahaman konsep penjumlahan bilangan pecahan. Sehingga hasil belajar materi penjumlahan bilangan pecahan siswa SD Negeri 1 Gondangwayang meningkat. (ips2.2/aro)

Guru SD Negeri 1 Gondangwayang
(Email: )

Berhitung pecahan dapat saja menjadi masalah berat bagi para siswa. Tetapi bila kita mengetahui cara yang tepat untuk mengajarkan pecahan maka pecahan akan menjadi materi pelajaran yang mengagumkan. Berikut ini adalah beberapa pengalaman kami di APIQ yang semoga dapat berguna bagi kita bersama.

1. Kenalkan konsep pecahan dengan bantuan visualisasi. Kami di APIQ mengenalkan pecahan dengan bantuan mainan lingkaran milenium. Mainan ini berupa lingkaran yang dipotong-potong menjadi pecahan 1/2, 1/3, 1/4 dan seterusnya. Kami juga memanfaatkan dadu milenium untuk mengenalkan pecahan. Lebih tepatnya, dadu milenium memperluas makna pecahan kepada perbandingan.

2. Jangan buru-buru mengenalkan konsep abstrak pecahan. Tetaplah santai dengan permainan pecahan dulu. Setelah kita yakin anak kita menguasai konsep pecahan melalui permainan secara alamiah mereka akan tertantang untuk belajar konsep abstrak tentang pecahan. Inilah waktu yang tepat mulai masuk ke notasi matematika pecahan.

3. Gunakan istilah pecahan yang memudahkan. Terima istilah apa saja yang memudahkan siswa. Misal 1/2 akan lebih bagus kita baca satu per dua bukan seperdua. Beberapa anak mungkin sudah akrab dengan menyebutnya setengah – tidak masalah. Sedangkan 1/3 sebaiknya kita baca satu per tiga bukan sepertiga. Kedua cara baca di atas sama benar. Tetapi membaca dengan sebutan “satu” lebih konsisten dari sebutan “se”. 1/4 adalah satu per empat, 1/5 adalah satu per lima, dan seterusnya.

Suasana belajar pecahan sambil bermain sudah pernah saya tuliskan beberapa waktu lalu. Silakan untuk membacanya lagi. Semoga memberi manfaat yang besar. Amin.

Salam hangat…

(angger; agus Nggermanto: Pendiri APIQ)