Berdasarkan hadis tersebut sebutkan empat perkara yang tidak akan Merugikan dan memberikan kebaikan

PERKARA yang tidak merugikan, setiap manusia pasti menginginkan keberuntungan dalam hidup ini, Karenanya manusia selalu berusaha untuk meraih keberuntungan. Yaitu, berupa keberuntungan materi, kepercayaan dari orang lain yang kemudian membawa keberuntungan, jabatan yang tinggi, popularitas yang tidak tertandingi, keturunan yang menyenangkan, dan sebagainya.

Namun, tidak semua keinginan duniawi manusia bisa diraihnya. Ada banyak hal orang yang berambisi untuk mendapatkan banyak hal dari kenikmatan duniawi, tetapi ia tidak memperolehnya.

BACA JUGA: 3 Perkara yang Paling Utama bagi Kaum Muslim, Apa Saja?

Bagi seorang muslim, manakala keinginan duniawinya tidak tercapai, dia tidak akan menganggap hidupnya menjadi sia-sia, apalagi sampai putus asa. Masih ada harapan yang lebih mulia untuk diraihnya, agar hidupnya tidak tertimpa perkara yang merugikan. Yakni keridhoan Allah dan surga yang penuh dengan kenikmatan.

Karena, bila kenikmatan duniawi itu tidak diraihnya, ia tidak merasa hal itu sebagai suatu kerugian besar karena yang rugi bukanlah orang yang tidak memeperoleh kenikmatan duniawi, tetapi yang tidak beriman dengan mantap, tidak beramal saleh, dan tidak saling menasihati dalam ketakwaan.

Berikut empat perkara yang tidak merugikan :

Foto: Unsplash

Hal ini karena bicara yang benar merupakan salah satu dari ciri orang yang beriman. Karena itu, bila seseorang benar dalam berbicara maka ia telah memenuhi salah satu syarat guna memperoleh jaminan surga.

Foto: Unsplash

Kehidupan didunia ini tak lepas dari Amanah. Jasmani yang sehat, harta yang banyak, ilmu yang luas, kedudukan yang tinggi merupakan Amanah yang diberikan Allah SWT kepada kita. Belum lagi kepercayaan yang diberikan oleh orang lain kepada kita dalam berbagai hal.

Semua Amanah itu harus dijaga dan digunakan dengan sebaik-baiknya. Karena itu, manakala seseorang tidak memiliki sifat Amanah, keimanan dianggap tidak ada pada dirinya dan manakala ia selalu mengkhianati Amanah yang diberikan kepadanya ia dianggap tidak memiliki agama meskipun ia menganut suatu agama. Rasulullah ﷺ bersabda :

‘’Tidak beriman orang yang tidak memegang amanat, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati.’’ (HR Ahmad).

Foto: Unsplash

Akhlak yang baik merupakan kekayaan yang paling mahal harganya bagi seorang muslim. Karena itu, Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak manusia. Itu pula sebabnya, manakala orangtua telah mendidik anaknya dengan baik, itu menjadi pemberian yang paling berharga ketimbang pemberian materi yang paling mahal sekalipun. Rasulullah ﷺ bersabda :

‘’Tidak ada pemberian yang diberikan oleh orangtua kepada anaknya yang lebih baik dari Pendidikan adab (akhlak) yang baik.’’ (HR Tirmidzi).

BACA JUGA: Hidup di Dunia tidaklah Sepi dari Ujian dan Cobaan

Meskipun seseorang, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara telah mencapai kemajuan dan kemakmuran yang besar, hal itu menjadi tidak ada artinya kalau masyarakatnya tidak memiliki akhlak mulia. Karena tanpa akhlak yang mulia lama-kelamaan semuanya itu akan mengalami kehancuran.

Oleh karena itu, seorang ulama yang bernama Syauqy bey berkata, ‘’Suatu akan tegak apabila akhlaknya, bila akhalk hancur, maka hancurlah bangsa itu.’’

Foto: Unsplash

Hal ini karena tamak atau serakah merupakan salah satu sifat tercela. Meskipun seseorang telah memperoleh materi yang banyak, jika ia tidak bersyukur dan tidak ada puasnya maka ia menjadi orang yang terasa miskin. Keserakahan ternyata bukan hanya membuat seseorang tidak pandai bersyukur.

Untuk memperoleh kenikmatan yang lebih banyak ia juga akan menjadikan seseorang berani menempuh cara-cara yang tidak halal dan merampas hak-hak orang lain meskipun mereka yang dirampas hak-haknya itu tergolong miskin atau jauh lebih miskin darinya.

Rasa syukur kepada Allah SWT membuat seseorang memperoleh keberuntungan yang besar sebagaimana janji Allah untuk menambah nikmat-Nya kepada siapa saja yang bersyukur. Allah SWT berfirman :

وَاِ ذْ تَاَ ذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَ زِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَا بِيْ لَشَدِيْدٌ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim 14: Ayat 7).

Akhirnya, semakin kita sadari bahwa keberuntungan dalam hidup didunia tidak bisa semata-mata kita ukur dengan tinjauan materi. Karena itu, seandainya seseorang tidak memperoleh kenikmatan materi, ia masih tergolong orang yang sesuai dengan nilai-nilai islam.[]

Referensi: Kumpulan khutbah/Drs. H. Ahmad Yani/Al-Qalam 2013

Rasulullah sudah mengingatkan umat manusia sejak zaman dahulu mengenai empat perkara yang harus dipertanggungjawabkan pada hari kiamat. Hal ini sesuai dengan sebuah hadist Nabi berikut.

Rasulullah SAW bersabda,

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالتِّرْمِذِيُّ)

“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai empat hal: (1) umurnya, untuk apakah ia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah ia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah ia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan” (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi).

Berdasarkan hadis tersebut sebutkan empat perkara yang tidak akan Merugikan dan memberikan kebaikan
 

Pemateri Bidang Aqidah, Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Ustadz Nur Rohmad mengatakan, empat perkara yang harus dipertanggungjawabkan tersebut, perkara pertama adalah umur kita.

"Sejak kita menginjak usia baligh, seluruh apa yang kita yakini, kita ucapkan dan kita perbuat, akan kita pertanggungjawabkan kelak di akhirat," ujar Ustadz Nur Rohmad.

Jika kita telah melakukan seluruh kewajiban dan menjauhkan diri kita dari semua yang diharamkan, maka kita akan selamat dan bahagia. Sebaliknya, jika tidak, maka kita akan binasa dan merana.

Perkara kedua yang akan ditanya pada hari kiamat, terang Ustadz Nur Rohmad, adalah soal jasad kita. Jika seluruh anggota badan kita gunakan untuk berbuat taat kepada Allah, maka kita akan senang dan beruntung.

Sebaliknya, jika kita menggunakannya untuk bermaksiat kepada Allah, maka kita akan merugi dan buntung.

Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran

Perkara ketiga yang akan ditanya kepada kita adalah soal ilmu kita. Kita akan ditanya, apakah kita telah mempelajari bagian ilmu agama yang fardlu ain untuk kita pelajari atau tidak.

Seperti dilansir NU Online, jika kita telah mempelajari ilmu agama, apakah sudah kita amalkan atau tidak. Ilmu agama yang hukum mempelajarinya fardlu ain adalah seperti dasar-dasar ilmu akidah, hukum-hukum dasar terkait bersuci, shalat, zakat bagi yang mampu, puasa, kewajiban hati, maksiat-maksiat anggota badan dan lain sebagainya.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan: وَيْلٌ لِمَنْ لَا يَعْلَمُ، وَوَيْلٌ لِمَنْ عَلِمَ ثُمَّ لَا يَعْمَلُ “Sungguh sangat celaka orang yang tidak belajar (ilmu agama yang fardlu ain), dan sungguh sangat celaka orang yang mempelajarinya tapi tidak mengamalkannya.”

Perkara keempat yang akan ditanyakan kepada kita adalah soal harta. Dari mana kita memperoleh harta dan untuk apa kita belanjakan.

Dalam masalah harta, ujar Ustadz Nur Rohmad, manusia terbagi menjadi tiga golongan, dua celaka dan satu yang selamat. Dua golongan yang celaka pada hari kiamat adalah mereka yang mengumpulkan harta dengan cara yang haram atau dari sumber yang haram, dan mereka yang mengumpulkan harta dengan cara yang halal tapi membelanjakannya untuk hal-hal yang diharamkan.

Sedangkan golongan yang selamat adalah mereka yang mengumpulkan harta dengan jalan yang halal dan membelanjakannya untuk perkara-perkara yang halal.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلرَّجُلِ الصَّالِحِ (رَوَاهُ أَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ) “Sebaik-baik harta adalah harta milik orang yang saleh.” (HR Ahmad dalam al-Musnad).

Sebab orang yang saleh akan mencari harta dengan cara yang halal dan membelanjakannya untuk hal-hal yang dihalalkan oleh Allah ta’ala.

  • #kiamat
  • #Rasulullah
  • #peringatan rasulullah
  • #hari kiamat
  • #empat perkara