Berapa lama proses kemoterapi pasca operasi?

×

JUser: :_load: Unable to load user with ID: 737

Berapa lama proses kemoterapi pasca operasi?

Kanker ovarium adalah suatu keganasan ginekologi yang sampai saat ini di Indonesia masih menempati urutan ketiga setelah kanker leher rahim dan kanker corpus uteri. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi pada kanker alat genitalia perempuan (Rahmawati, ER and Pakasi, 2016). Kanker ovarium tipe epitelial merupakan keganasan ovarium yang paling banyak ditemukan dan biasanya asimtomatis sampai terjadi metastase sehingga kebanyakan pasien yang datang sudah memasuki stadium lanjut. (Pusat Data dan Informasi Kementerian, 2015).

Bagaimana Epidemiologi Kanker Ovarium ?

Menurut data statistik American Cancer Society kejadian kanker ovarium terdapat sekitar 4% dari seluruh keganasan yang diidap perempuan dan menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker. Angka kematian yang tinggi akibat kanker ovarium disebabkan gejala pada tahapan awal tidak timbul, sehingga kejadiannya seringkali tertemukan setelah lanjut (Arania and Windarti, 2015). Pada tahun 2018 ditemukan 295.414 kasus baru dengan angka kematian 184.799 (45 %).

Insiden kanker ganas ovarium di Asia timur lebih tinggi dibandingkan dengan Eropa timur dan tengah yaitu kurang dari 12 wanita tiap 100.000 penduduk. Usia rata-rata penderita kanker ovarium adalah 63 tahun dan 70% di antaranya adalah stadium lanjut (Mussardo, 2019). Penduduk Indonesia yang menderita kanker ovarium menduduki urutan ke enam terbanyak setelah karsinoma servik, payudara, kolorektal, kulit, dan limfoma. Insidens kanker ovarium di Indonesia sebanyak 9.664 kasus atau 6,2 % dengan angka mortalitas 7.031 kasus. (Pangribowo, 2019).

Bagaimana Perawatan Post Operasi Ca Ovarium?

Setelah pembedahan, pasien mengalami kondisi lemah dan akan sulit melakukan aktivitas.Upaya perawat yang akan dilakukan untuk memulihkan pasien pasca general anestesi yaitu mengajarkan mobilisasi dini atau latihan fisik. Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, latihan nafas dalam (Majid Abdul, dkk, 2011).

Menjaga kebersihan bekas luka operasi dilakukan dengan cara menghindari bekas luka operasi dari air, mengganti balutan secara rutin 3 hari sekali, tidak menyentuh bekas luka operasi dengan tangan yang tidak bersih/steril, dapat menggunakan betadine atau cairan yang lainnya atas anjuran dokter. tanda–tanda peradangan (paling sedikit terdapat satu dari tanda-tanda infeksi berikut: nyeri, bengkak lokal, kemerahan dan hangat lokal, gangguan fungsi gerak pada daerah luka, Terdapat pus/ nanah yang keluar dari luka operasi (Kemenkes RI, 2017).

Pasien dianjurkan untuk melakukan kontrol jahitan. Pada kontrol ulang dilakukan 3 hari pertama setelah pasca operasi, biasanya dilakukan ganti balutan dan mengecek bekas luka operasi, apakah bekas luka operasi masih dalam batas normal atau tidak seperti, tidak mengeluarkan nanah dan darah, mengering, dan bersih.Setelah dilakukan kontrol ulang 3 hari pertama setelah pasca operasi dapat dilanjutkan dengan 1 minggu kemudian atau 3 hari kemudian lagi, maka apabila bekas jahitan tersebut sudah mengering dan tidak bernanah maupun berdarah, tahap selanjutnya yaitu melepas jahitan (Potter dan Perry, 2010).

Pasien pasca operasi juga dianjurkan meningkatkan asupan nutrisi. Diantara makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air yang cukup, maka yang paling penting untuk penyembuhan luka adalah protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C sangat penting peranannya dalam proses penyembuhan luka. (Potter dan Perry, 2010).

Apasaja Efek Samping Kemoterapi ?

Kemoterapi merupakan suatu bentuk pengobatan menggunakan obat-obatan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel kanker. Pasien Ca Ovarium yang menjalani kemoterapi akan muncul beberapa efek samping yang akan dirasakan yaitu mual dan muntah (Nausea dan Vomiting), rambut rontok (Alopecia), anemia, gangguan pencernaan.

Bagaimana Perawatan Pasien Ca Ovarium Post Kemoterapi ?

Efek samping yang ditimbulkan dari pengobatan kemoterapi sering sekali membuat pasien mengalami gangguan fisik, rasa nyaman, gelisah, cemas, dan menarik diri. Maka dari itu perlu sekali dilakukan perawatan dari efek samping yang ditimbulkan, antara lain : 1.Mual dan Muntah (Nausea dan Vomiting) - Makan dalam porsi kecil (namun sering) - Hindari makanan berlemak dan berbau tajam - Hindari makanan yang berbumbu tajam (asam, pedas) - Minum banyak air agar tubuh tidak kekurangan cairan - Minum teh beraroma mint atau jahe - Makan makanan dingin, kering, dan pada suhu ruangan - Jika kondisi memburuk segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan 2. Rambut Rontok (Alopecia) - Kepala jangan terlalu dipijat saat keramas dan memakai pencuci rambut 2-3 hari sekali serta menyisir rambut dengan lembut - Konsumsi vitamin E - Menggunakan bantal yang lembut - Memakai jilbab, wig, topi untuk menutupi kepala agar percaya diri meningkat - Apabila rambut panjang sebaiknya dipotong untuk meminimalisir kerontokan 3. Anemia - Minum obat suplementasi besi sesuai dengan resep dokter - Tidur dan istirahat yang cukup - Kurangi olahraga berat - Makan cukup yang mengandung zat besi misalkan, sayur hijau, bayam merah, hati, dan daging merah, jus jambu dsb - Hindari konsumsi kopi dan minuman bersoda - Makan makanan yang bergizi untuk melawan kelemahan dan keletihan - Perbanyak minum air putih 4. Gangguan Pencernaan - Apabila diare konsumsi banyak air dan makan makanan yang lunak (pisang, bubur, roti)

- Apabila sembelit konsumsi makanan tinggi serat (sayur dan buah – buahan)

Apasaja Pantangan Makanan Pasien Kemoterapi ?

Selama menjalani kemoterapi sebaiknya pasien menghindari beberapa makanan yang berbumbu tajam (pedas), santan, asam karena dapat memperberat luka pada lambung. Hindari juga makanan mentah dan setengah matang. Adapun minuman yang harus dihindari antara lain kopi dan minuman yang mengandung soda/alkohol.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengobatan kanker ovarium primer yaitu operasi pengangkatan tumor primer dan metastasisnya. Setelah pembedahan, perawatan luka perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi. Prinsip perawatan luka menggunakan teknik aseptik, mengganti balutan dan pantau tanda infeksi. Menjaga kebersihan bekas luka operasi dapat dilakukan dengan cara hindari dari air, mengganti balutan secara rutin 3 hari sekali, tidak menyentuh bekas luka operasi dengan tangan yang tidak bersih, dapat menggunakan betadine atau cairan yang lainnya atas anjuran dokter. Pasien post operasi dianjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi agar status gizi pasien segera kembali normal, mempercepat proses penyembuhan, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Protein dan vitamin C paling penting untuk penyembuhan luka. Pasien juga dianjurkan untuk melakukan kontrol jahitan, apakah bekas luka operasi masih dalam batas normal atau tidak seperti, tidak mengeluarkan nanah dan darah, mengering, dan bersih. Setelah dilakukan pembedahan dilakukan kemoterapi. Beberapa efek kemoterapi yang membuat pasien mengalami gangguan rasa nyaman, cemas, dan menarik diri perlu ditangani dengan baik. Seperti mual dan muntah, rambut rontok, anemia, gangguan pencernaan. Jika tidak dapat ditangani dengan baik maka dapat mengganggu kualitas hidup pasien.

Penulis :
Syafira Dhea Fitra Ningtyas, Nia Meilansari, Adinda Nur Amalia, Nofita Dwi Rohmawati, Nurika Dian Meirani, Nur Athiyyah Amini , Sabrina Fadila TIM PKK III Minggu II Kelompok 2.1 Angkatan 2018

Referensi : Abdul Majid, dkk. (2011). Keperawatan Perioperatif. Yogyakarta: Gosyen Publishing Arania, R. and Windarti, I. (2015) ‘Karakteristik Pasien Kanker Ovarium di Rumah Sakit Dr . H . Abdul Moeloek Ovarian Cancer Characteristic in H . Abdul Moeloek Hospital Bandar Lampung 2009-2013 Period’, Jurnal Kedokteran Unila, 5, pp. 43–47. Ardhiansyah, A. 2021. Tips Mengatasi Efek Samping Kemoterapi. Surabaya: Airlangga University Press. Kementrian Kesehatan RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI Mussardo, G. (2019) ‘Kanker Ovarium’, Statistical Field Theor, 53(9), pp. 1689–1699. Available at:https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/b24adde57acc93fe1519b8db71314748.pdf. Pangribowo, S. (2019) ‘Beban Kanker di Indonesia’, Pusat Data dan Informasi Kemeterian Kesehatan RI, pp. 1–16. Potter. P.A and A.G Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi .7. Jakarta: Salemba Medika Pusat Data dan Informasi Kementerian (2015) ‘Situasi Penyakit Kanker’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699. Rahmawati, H., ER, D. and Pakasi, R. D. (2016) ‘Kanker Ovarium Disgerminoma’, Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 19(1), p. 51. doi: 10.24293/ijcpml.v19i1.390. Sujono Riyadi & Harmoko. (2012). Standart Operating Procedure dalam Klinik Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Tumina, M. S., &Yona, S. (2021). Penerapan Intervensi Berbasis Evidence Based Practice untuk Mengatasi Efek Samping pada Pasien yang Menjalani Kemoterapi. Jurnal Keperawatan, 13(1), 99–110.

Sering saya menerima pertanyaan dari beberapa pasien yang menanyakan tentang kemoterapi dengan banyak ketakutan dan kekuatiran. Baik karena membaca sendiri , melihat penderita kanker yang lain atau mendengar dari tetangga (bahkan tetangga yang juga mendengar dari orang lain lagi, lengkap dengan bumbu-bumbunya yang tambah menakutkan). Belum lagi iklan terapi alternatif terhadap kanker, yang seolah menghadapkan langsung pilihan antara terapi tradisional dan terapi modern (baca: kemoterapi). Setidaknya terapi tanpa rambut rontok, tanpa mual muntah, bahkan terkadang hanya melihat foto penderita pengobatan bisa berlangsung dengan baik, seolah menjadi jimat pamungkas yang dapat memvonis terapi tradisonal/alternatif jauh lebih baik dari terapi modern, tanpa bukti ilmiah yang bisa diajukan, baik angka kesembuhan maupun angka kematiannya. Melalui tulisan ini, semoga sedikit banyak akan mengurangi/menghilangkan kekhawatiran penderita kanker untuk menempuh terapi modern kanker, dimana kemoterapi sebagai salah satu bagian di dalamnya.

Kemoterapi adalah pengobatan atau obat-obatan yang digunakan untuk mengobati penyakit kanker. Pada waktu yang lalu, pengobatan ini disebut dengan chemo. Pembedahan dan radiasi dapat membuang, membunuh dan merusakkan sel kanker di daerah tertentu, tetapi kemoterapi akan bekerja di seluruh sel tubuh, tanpa kecuali. Pengobatan kemoterapi dapat membunuh sel kanker yang telah menyebar , bahkan jauh dari tumor asalnya.

Sebelum dipakai sebagai pilihan terapi yang diakui dalam pedoman terapi dunia , obat kanker yang akan digunakan sudah melalui pengujian ribuan bahkan mungkin jutaan penderita dengan berbagai pengujian tingkat keamanan. Uji binatang dan uji pada manusia mengenai manfaat dan kerugian/efek samping. Saat ini lebih dari 100 jenis obat kemoterapi digunakan, baik secara tunggal, ataupun dengan berbagai kombinasi. Walaupun dapat digunakan secara sendirian, secara umum obat-obat kemoterapi bekerja lebih baik bila digunakan bersama-sama, atau lebih dikenal dengan istilah kemoterapi kombinasi. Kombinasi dari beberapa kombinasi obat dapat bekerja bersama-sama untuk membunuh sel-sel kanker lebih baik dan mencegah resistensi sel kanker terhadap pengobatan yang kita berikan.

Seorang dokter yang berkecimpung di bidang onkologi (kanker) akan memilihkan jenis obat, dosis, bagaimana obat diberikan, berapa sering dan berapa lama seorang penderita menjalani kemoterapi, sesuai dengan jenis kanker dan keadaan kesehatan (status performance dan komorbiditas) seorang penderita.

Tujuan dari kemoterapi yang diberikan disesuaikan dengan tahapan/stadium kanker yang diderita, apakah bertujuan menyembuhkan, memperlambat pertumbuhan sel kanker atau mengurangi gejala yang timbul akibat pertumbuhan kanker. Kemoterapi dapat diberikan secara sendirian, tanpa terapi lain, atau bisa juga diberikan bersama dengan terapi radiasi atau pembedahan. Seorang dokter ahli bidang kemoterapi dapat melakukan kemoterapi untuk memperkecil ukuran tumor, sehingga memudahkan tindakan yang seorang ahli bedah tumor atau tindakan radiasi berikutnya. Kemoterapi juga bisa diberikan setelah pembedahan atau radiasi, untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa. Juga bisa digunakan pada kanker yang timbul kembali, setelah dinyatakan sembuh selama beberapa waktu. Saat kemoterapi diberikan setelah terapi pembedahan, dinamakan terapi adjuvant. Saat kemoterapi diberikan sebelum tindakan pembedahan atau radiasi dinamakan terapi neoadjuvant.

Seringkali seorang penderita datang kepada dokter karena mendengar bahwa kemoterapi yang diberikan memberikan rasa sakit. Kemoterapi tidak memberikan rasa sakit bila diberikan secara hati-hati , dengan cara yang benar. Apabila seorang penderita merasakan nyeri, terbakar , demam menggigil atau kedinginan, segera laporkan kepada dokter atau perawat di ruangan kemoterapi. Pengobatan sebagian besar dilewatkan pembuluh darah layaknya infuse biasa, sehingga pasien biasa melewatkan waktu kemoterapi sambil tidur, membaca ataupun mendengarkan musik/televisi.

Beberapa obat lain memberikan efek yang memperkuat atau menghilangkan efek terapi dari kemoterapi, sehingga sampaikan kepada dokter semua obat yang sedang dikonsumsi saat ini. Sampaikan juga secara jujur dan tepat , penyakit-penyakit lain yang diderita , karena hal ini sangat mempengaruhi pertimbangan dokter untuk memberikan jenis obat yang diberikan.

Seorang penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi sebagian besar dapat menyebabkan penurunan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dalam periode waktu tertentu. Cara terbaik untuk menghindari infeksi adalah dengan cuci tangan baik untuk penderita atau orang yang kontak dengan penderita. Obat-obat kemoterapi memerlukan waktu kurang lebih 48 jam untuk membuang/mengurangi kekuatan obat yang beredar dalam tubuh, lewat air kencing, berak dan lain-lain cairan tubuh, sehingga hati-hati menggunakan toilet bersama (siram dengan baik), cuci tangan dengan baik setelah digunakan di toilet. Hati-hati dengan semua perlengkapan/pakaian yang sekiranya terkena cairan tubuh penderita dalam kurun waktu tersebut.

Hal yang paling ditakuti penderita dalam menjalani kemoterapi adalah efek samping yang mungkin timbul. Tidak hanya obat modern/kemoterapi, setiap obat /bahan yang kita masukkan ke dalam tubuh, pasti mempunyai efek terapi dan efek samping. Obat-obat kemoterapi meskipun bertujuan membunuh sel kanker yang tumbuh dengan cepat, mereka dapat berefek pada sel normal. Walaupun efek samping ini tidak seburuk yang dibayangkan, sering hal ini menakutkan penderita. Sel yang sering mengalami efek samping dari kemoterapi adalah sel-sel darah, sel saluran pencernaan , sel reproduksi dan sel folikel rambut. Beberapa obat kemoterapi dapat mengganggu juga organ ginjal, jantung, liver , paru dan susunan saraf. Mengingat semua efek yang bisa timbul, kemoterapi harus diberikan dengan hati-hati. Efek samping makin lama akan makin berkurang dengan berjalannya waktu, walaupun ragam waktunya tergantung obat yang diberikan. Sehingga sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan informasi, penanganan, dan terapi yang jelas dan tepat.

Salah satu hal yang perlu dijaga oleh pasien yang menjalani kemoterapi adalah makanan. Sering pasien mengeluh kehilangan selera makan. Bisa disebabkan mual muntah atau perubahan indera pengecap. Hal ini harus diatasi, karena keadaan tubuh yang tidak segera membaik, berarti memperlambat kemungkinan untuk sembuh dan atau kesiapan menjalani kemoterapi berikutnya. Makanlah sesering mungkin, walaupun jumlah yang dimakan setiap kali makan tidak banyak. Variasi jenis makanan yang dimakan dan makan dengan suasana yang menyenangkan. Makan makanan yang segar (baru dimasak) untuk menghindari kemungkinan infeksi. Bila diare, hIndari makanan yang berserat tinggi , banyak berminyak dan pedas. Hindari juga jenis susu dan produk susu lainnya kalau hal itu bisa menambah diare menjadi lebih buruk.

Perkembangan luar biasa telah banyak terjadi di bidang onkologi, khususnya obat kemoterapi. Macam obat menjadi semakin bervariasi, sehingga seorang dokter maupun penderita bisa memilih obat yang lebih tepat bagi dirinya. Seorang dokter dan seorang pasien sebaiknya menjalin komunikasi yang intens untuk memberikan dan mendapatkan segala hal tentang rencana terapi yang diberikan. Apakah tujuan terapi yang diberikan, akibat atau efek samping yang timbul, berapa lama , bagaimana diberikan dan lain sebagainya. Seorang penderita kanker sebaiknya datang kepada dokter beserta dengan keluarga dan tidak dianjurkan datang sendirian. Salah satu yang menjadi haknya adalah mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan kalau perlu mencatat semua keterangan yang diberikan dokter. Bilamana dirasa perlu seorang pasien berhak untuk mendapatkan informasi pendapat dari dokter yang lain (second opinion).

Semoga tulisan singkat ini dapat memberikan sedikit wawasan dan dapat merubah pandangan menakutkan para pembaca tentang apa itu kemoterapi. Sehingga seorang penderita kanker tidak lagi menghindari kemoterapi yang sudah terbukti secara ilmiah, dan melewati hari-hari pengobatan terhadap sakitnya dengan lebih baik dan pelayanan yang lebih nyaman dan aman.