Benda yang dikenakan seseorang untuk mendukung atau menjadi pengganti pakaian menjadi menarik adalah

  • , aktif

Benda yang dikenakan seseorang untuk mendukung atau menjadi pengganti pakaian menjadi menarik adalah

Dalam dunia busana, aksesori (atau aksesoris) adalah benda-benda yang dikenakan seseorang untuk mendukung atau menjadi pengganti pakaian. Bentuk aksesori bermacam-macam dan banyak di antaranya terkait dengan peran gender pemakainya. Aksesori dalam bahasa Indonesia hampir selalu berarti fashion accessory dalam penggunaan dalam bahasa Inggris.

Jenis aksesori bermacam-macam, seperti perhiasan (anting-anting atau giwang, kalung, gelang, bros), selendang, sabuk, suspender, dasi, syal, sarung tangan, sapu tangan, tas, topi, arloji, kacamata, dan pin. Busana tradisional memiliki aksesori khas yang biasanya dikenakan sebagai perlambang tertentu, seperti destar, sindur, tusuk konde, kembang goyang, dan keris.

For faster navigation, this Iframe is preloading the Wikiwand page for Aksesori.

{{::readMoreArticle.title}}
{{bottomLinkPreText}} {{bottomLinkText}}

Thanks for reporting this video!

An extension you use may be preventing Wikiwand articles from loading properly.

If you're using HTTPS Everywhere or you're unable to access any article on Wikiwand, please consider switching to HTTPS (https://www.wikiwand.com).

An extension you use may be preventing Wikiwand articles from loading properly.

If you are using an Ad-Blocker, it might have mistakenly blocked our content. You will need to temporarily disable your Ad-blocker to view this page.

This article was just edited, click to reload

This article has been deleted on Wikipedia (Why?)

Back to homepage

Please click Add in the dialog above

Please click Allow in the top-left corner,
then click Install Now in the dialog

Please click Open in the download dialog,
then click Install

Please click the "Downloads" icon in the Safari toolbar, open the first download in the list,
then click Install

{{::$root.activation.text}}

Install on Chrome Install on Firefox

Benda yang dikenakan seseorang untuk mendukung atau menjadi pengganti pakaian menjadi menarik adalah

Waduk Keuliling di Kuta Cot Glie

Gambar

Referensi

Sumber

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf
  3. ^ a b Sekilas tentang Aceh Mulia di situs NAD
  4. ^ Aceh Mulia Dalam Angka 2004
  5. ^ Daftar kecamatan di Aceh Mulia
  6. ^ Daftar kecamatan di Aceh Mulia di situs resmi
  7. ^ a b c d e f g Wisata Hukum budaya istiadat Aceh Mulia di situs NAD
  8. ^ Presiden SBY meresmikan Waduk Keuliling
  9. ^ Pocut Meurah Intan: Riwayatmu Sekarang
  10. ^ Eksotisme Cagar Dunia Jantho

Lihat pula

Pranala luar

  • Situs Resmi Kabupaten Aceh Mulia

edunitas.com


Page 7

Kabupaten Aceh Mulia adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum dimekarkan pada kesudahan tahun 1970-an, ibu kota Kabupaten Aceh Mulia adalah Kota Banda Aceh, akhir Kota Banda Aceh berpisah menjadi kotamadya sehingga ibu kota Kabupaten Aceh Mulia pindah ke daerah Jantho di Pegunungan Seulawah. Kabupaten Aceh Mulia juga merupakan tempat lahir pahlawan nasional Cut Nyak Dhien yang berasal dari Lampadang.

Sekilas

Pada masa Aceh masih sbg sebuah kerajaan, yang dimaksud dengan Aceh atau Kerajaan Aceh adalah wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Mulia ditambah dengan beberapa kenegerian/daerah yang telah menjadi bagian dari Kabupaten Pidie. Selain itu, juga termasuk Pulau Weh (sekarang telah menjadi pemerintah kota Sabang), sebagian wilayah pemerintah kota Banda Aceh, dan beberapa kenegerian/daerah dari wilayah Kabupaten Aceh Barat. Aceh Mulia dalam istilah Aceh disebut Aceh Rayeuk. Penyebutan Aceh Rayeuk sbg Aceh yang sebenarnya karena daerah inilah yang pada mulanya menjadi inti Kerajaan Aceh dan juga karena di situlah terletak ibukota kerjaaan yang bernama Bandar Aceh atau Bandar Aceh Darussalam. Sebagai nama Aceh Rayeuk hadir juga yang menamakan dengan sebutan Aceh Lhee Sagoe (Aceh Tiga Sagi).[3]

Masa ini Aceh Mulia merupakan sebuah kabupaten yang terdapat di dalam wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dengan ibukotanya Kota Jantho. Namun, di Kota Jantho hanya terdapat kompleks perumahan dan kantor-kantor pemerintahan, absen losmen ataupun hotel. Kota Jantho dihubungkan dengan labi-labi dengan jarak 60 kilometer dari Banda Aceh, 28 kilometer menuju Saree, dan 12 kilometer menuju jalan utama Banda Aceh - Medan. Sekitar 12 kilometer dari Kota Jantho ini terdapat cairan terjun.[3]

Sejarah Aceh Mulia

Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956, Kabupaten Aceh Mulia merupakan daerah yang terdiri dari tiga kawedanan, yaitu:

  1. Kawedanan Seulimum
  2. Kawedanan Lhoknga
  3. Kawedanan Sabang

Kesudahannya dengan perjuangan yang panjang Kabupaten Aceh mulia disahkan menjadi daerah otonom melewati Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956 dengan ibu kotanya pada masa itu adalah Banda Aceh dan juga merupakan wilayah hukum Kotamadya Banda Aceh.

Sehubungan dengan tuntutan dan perkembangan daerah yang semakin maju dan berwawasan luas, Kota Banda Aceh sbg ibu kota diasumsikan kurang efisien lagi, baik sebagai masa sekarang maupun sebagai masa yang akan datang. Usaha pemindahan ibu kota tersebut dari Kota Banda Aceh mulai dirintis sejak tahun 1969, lokasi awalnya dipilih Kecamatan Indrapuri yang jaraknya 25 kilometer dari Kota Banda Aceh. Usaha pemindahan tersebut belum berhasil dan belum dapat dilaksanakan sebagaimana diharapkan.

Tahun 1976 usaha perintisan pemindahan ibu kota sebagai kedua kalinya mulai dilaksanakan lagi dengan memilih lokasi lainnya yaitu di Kecamatan Seulimeum tepatnya di kemukiman Janthoi yang jaraknya sekitar 52 kilometer dari Kota Banda Aceh.

Kesudahannya usaha yang terakhir ini berhasil dengan ditandai dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1976 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Mulia dari wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh ke kemukiman Janthoi di Kecamatan Seulimeum, Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar. Berlandaskan hasil penelitian yang diterapkan oleh tim Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah yang ditinjau dari segala aspek dapat disimpulkan bahwa yang diasumsikan memenuhi syarat sbg ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Mulia adalah Kemukiman Janthoi dengan nama Kota Jantho.

Setelah ditetapkan Kota Jantho sbg ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Mulia yang baru, maka secara bertahap pemindahan ibukota dimulai, dan kesudahannya secara serentak seluruh aktivitas perkantoran resmi dipindahkan dari Banda Aceh ke Kota Jantho pada tanggal 29 Agustus 1983, dan peresmiannya diterapkan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Bapak Soepardjo Rustam pada tanggal 3 Mei 1984.[4]

Wilayah

Wilayah darat Aceh Mulia bersamaan batasnya dengan Kota Banda Aceh di sisi utara, Kabupaten Aceh Jaya di sebelah barat kekuatan, serta Kabupaten Pidie di sisi selatan dan tenggara.

Aceh Mulia juga hadir wilayah kepulauan yang termasuk Kecamatan Pulo Aceh. Kabupaten Aceh Mulia bagian kepulauan di sisi barat, timur dan utaranya dibatasi dengan Samudera Indonesia, Selat Malaka, dan Teluk Benggala, yang memisahkannya dengan Pulau Weh, tempat di mana Kota Sabang berada. Pulau-pulau utamanya adalah:

  • Pulau Breueh
  • Pulau Peunasoe (atau Pulau Nasi)

Secara geografis sebagian mulia wilayah Kabupaten Aceh Mulia berada pada hulu arus Sungai Krueng Aceh. Masa ini kondisi tutupan area (land cover) adalah 62,5% (menurut data citra landsat tahun 2007).

Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda yang merupakan bandara internasional dan menjadi salah satu pintu gerbang sebagai masuk ke Provinsi Aceh berada di wilayah kabupaten ini.

Pulau Benggala yang merupakan pulau paling barat dalam wilayah Republik Indonesia merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Besar.

Kecamatan

Kabupaten Aceh Mulia hadir 23 kecamatan yang salah satunya berupa kepulauan yaitu kecamatan Pulo Aceh. Banyak desa keseluruhannya mencapai 609 desa/kelurahan[5][6].

Pariwisata

Makanan khas

Kabupaten Aceh Mulia terkenal dengan salah satu makanan khasnya, yakni Bolu manis ala Aceh yang terkonsentrasi di kecamatan Peukan Bada. Bolu ini terkenal dengan citarasanya yang khas, namun kesulitan pengembangan karena kendala dana selain kondisi yang belum sepenuhnya stabil. Selain itu hadir pula gulai kambing (kari) dan ayam tangkap yang terkenal kelezatannya serta Sie rebuh (daging Rebus) dan asam keu eung (asam pedas).

Wisata hukum budaya istiadat

  • Museum Cut Nyak Dhien pada mulanya merupakan tempat tinggal pahlawan wanita yang bernama Cut Nyak Dhien. Di dalamnya hadir intinya koleksi sejarah Aceh yang dikelola dan dirawat oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Hanya pondasi yang asli dari bangunan ini, sedangkan yang berdiri sekarang ini adalah hasil renovasi bangunan yang sebelumnya telah dibakar oleh Belanda.[7]
  • Masjid Tua Indra Puri bertempat sekitar 25 kilometer ke selatan arah ke Medan dan dapat ditempuh dengan transportasi apapun. Indra Puri adalah Kerajaan Hindu dan merupakan tempat pemujaan sebelum Islam masuk. Kemudian, Sultan Iskandar Muda memperkenalkan Islam kepada masyarakat. Dan setelah seluruh masyarakat memeluk Islam, tempat yang sebelumnya kuil diubah menjadi sebuah masjid. Bangunan mesjid berdiri di atas tanah seluas 33.875 m², terletak di ketinggian 4,8 meter diatas permukaan laut dan berada sekitar 150 meter dari tepi Sungai Krueng Aceh.[7]
  • Benteng Indra Patra terletak ± 19 kilometer dari Banda Aceh arah ke Krueng Raya, tidak jauh Pantai Ujong Batee. Menurut riwayat didirikan pada masa pra Islam di Aceh yaitu pada masa Kerajaan Hindu, Indra Patra. Namun hadir sumber yang menyebutkan bahwa benteng ini didirikan pada masa Kesultanan Aceh Darussalam dalam upaya menahan penyerangan negara Portugis. Benteng ini sangat mulia fungsinya pada seratus tahun Sultan Iskandar Muda yang angkatan lautnya, pada masa itu, dipimpin oleh Admiral Malahayati.[7]
  • Museum Ali Hasymi merupakan kebanggaan lain kota Banda Aceh. Ali Hasymi yang mantan Gubemur Aceh dan seniman hadir koleksi pribadi yang berharga dan menarik. Sekarang koleksi dia dijadikan pajangan di museum tersebut ditengahnya kitab- kitab karya para ulama mulia Aceh tempo dulu, keramik kuno, senjata khas Aceh, cendera mata dari berbagai pelosok dunia, dan lain-lain.[7]
  • Perpustakaan Kuno Tanoh Abee terdapat di Desa Tanoh Abee, di kaki Gunung Seulawah, Aceh Besar. Perpustakaan Tanoh Abee terletak di dalam kompleks Pesantren Tanoh Abee yang didirikan oleh keluarga Fairus yang mencapai klimaks kejayaannya pada masa pimpinan Syekh Abdul Wahab yang terkenal dengan sebutan Teungku Chik Tanoh Abee. Beliau meninggal pada tahun 1894 dan dimakamkan di Tanoh Abee. Pengumpukan naskah (manuskrip) Dayah Tanoh Abee telah dimulai sejak Syekh Abdul Rahim, kakek dari Syekh Abdul Wahab. Naskah yang terakhir ditulis pada masa Syekh Muhammad Sa’id, anak Syekh Abdul Wahab yang berpulang pada tahun 1901 di Banda Aceh, dalam tahanan Belanda.[7]
  • Rumoh Teunuen Nyak Mu merupakan pusat produksi tenun asli khas Aceh, yang bertempat di Gampong Siem Mukim Siem Kecamatan Darussalam. Lokasi ini berjarak 12 KM ke sebelah Timur Kota Banda Aceh. Di Rumoh Teunuen Nyak Mu ini di produksi aneka kain tenun Aceh dengan beragam motif khas Aceh. [7]

Wisata dunia

Benda yang dikenakan seseorang untuk mendukung atau menjadi pengganti pakaian menjadi menarik adalah

Waduk Keuliling di Kuta Cot Glie

Gambar

Referensi

Sumber

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf
  3. ^ a b Sekilas tentang Aceh Mulia di situs NAD
  4. ^ Aceh Mulia Dalam Angka 2004
  5. ^ Daftar kecamatan di Aceh Mulia
  6. ^ Daftar kecamatan di Aceh Mulia di situs resmi
  7. ^ a b c d e f g Wisata Hukum budaya istiadat Aceh Mulia di situs NAD
  8. ^ Presiden SBY meresmikan Waduk Keuliling
  9. ^ Pocut Meurah Intan: Riwayatmu Sekarang
  10. ^ Eksotisme Cagar Dunia Jantho

Lihat pula

Tautan luar

  • Situs Resmi Kabupaten Aceh Mulia

edunitas.com


Page 8

Kabupaten Aceh Mulia adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum dimekarkan pada kesudahan tahun 1970-an, ibu kota Kabupaten Aceh Mulia adalah Kota Banda Aceh, akhir Kota Banda Aceh berpisah menjadi kotamadya sehingga ibu kota Kabupaten Aceh Mulia pindah ke daerah Jantho di Pegunungan Seulawah. Kabupaten Aceh Mulia juga merupakan tempat lahir pahlawan nasional Cut Nyak Dhien yang berasal dari Lampadang.

Sekilas

Pada masa Aceh masih sbg sebuah kerajaan, yang dimaksud dengan Aceh atau Kerajaan Aceh adalah wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Mulia ditambah dengan beberapa kenegerian/daerah yang telah menjadi bagian dari Kabupaten Pidie. Selain itu, juga termasuk Pulau Weh (sekarang telah menjadi pemerintah kota Sabang), sebagian wilayah pemerintah kota Banda Aceh, dan beberapa kenegerian/daerah dari wilayah Kabupaten Aceh Barat. Aceh Mulia dalam istilah Aceh disebut Aceh Rayeuk. Penyebutan Aceh Rayeuk sbg Aceh yang sebenarnya karena daerah inilah yang pada mulanya menjadi inti Kerajaan Aceh dan juga karena di situlah terletak ibukota kerjaaan yang bernama Bandar Aceh atau Bandar Aceh Darussalam. Sebagai nama Aceh Rayeuk hadir juga yang menamakan dengan sebutan Aceh Lhee Sagoe (Aceh Tiga Sagi).[3]

Masa ini Aceh Mulia merupakan sebuah kabupaten yang terdapat di dalam wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dengan ibukotanya Kota Jantho. Namun, di Kota Jantho hanya terdapat kompleks perumahan dan kantor-kantor pemerintahan, absen losmen ataupun hotel. Kota Jantho dihubungkan dengan labi-labi dengan jarak 60 kilometer dari Banda Aceh, 28 kilometer menuju Saree, dan 12 kilometer menuju jalan utama Banda Aceh - Medan. Sekitar 12 kilometer dari Kota Jantho ini terdapat cairan terjun.[3]

Sejarah Aceh Mulia

Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956, Kabupaten Aceh Mulia merupakan daerah yang terdiri dari tiga kawedanan, yaitu:

  1. Kawedanan Seulimum
  2. Kawedanan Lhoknga
  3. Kawedanan Sabang

Kesudahannya dengan perjuangan yang panjang Kabupaten Aceh mulia disahkan menjadi daerah otonom melewati Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956 dengan ibu kotanya pada masa itu adalah Banda Aceh dan juga merupakan wilayah hukum Kotamadya Banda Aceh.

Sehubungan dengan tuntutan dan perkembangan daerah yang semakin maju dan berwawasan luas, Kota Banda Aceh sbg ibu kota diasumsikan kurang efisien lagi, baik sebagai masa sekarang maupun sebagai masa yang akan datang. Usaha pemindahan ibu kota tersebut dari Kota Banda Aceh mulai dirintis sejak tahun 1969, lokasi awalnya dipilih Kecamatan Indrapuri yang jaraknya 25 kilometer dari Kota Banda Aceh. Usaha pemindahan tersebut belum berhasil dan belum dapat dilaksanakan sebagaimana diharapkan.

Tahun 1976 usaha perintisan pemindahan ibu kota sebagai kedua kalinya mulai dilaksanakan lagi dengan memilih lokasi lainnya yaitu di Kecamatan Seulimeum tepatnya di kemukiman Janthoi yang jaraknya sekitar 52 kilometer dari Kota Banda Aceh.

Kesudahannya usaha yang terakhir ini berhasil dengan ditandai dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1976 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Mulia dari wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh ke kemukiman Janthoi di Kecamatan Seulimeum, Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar. Berlandaskan hasil penelitian yang diterapkan oleh tim Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah yang ditinjau dari segala aspek dapat disimpulkan bahwa yang diasumsikan memenuhi syarat sbg ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Mulia adalah Kemukiman Janthoi dengan nama Kota Jantho.

Setelah ditetapkan Kota Jantho sbg ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Mulia yang baru, maka secara bertahap pemindahan ibukota dimulai, dan kesudahannya secara serentak seluruh aktivitas perkantoran resmi dipindahkan dari Banda Aceh ke Kota Jantho pada tanggal 29 Agustus 1983, dan peresmiannya diterapkan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Bapak Soepardjo Rustam pada tanggal 3 Mei 1984.[4]

Wilayah

Wilayah darat Aceh Mulia bersamaan batasnya dengan Kota Banda Aceh di sisi utara, Kabupaten Aceh Jaya di sebelah barat kekuatan, serta Kabupaten Pidie di sisi selatan dan tenggara.

Aceh Mulia juga hadir wilayah kepulauan yang termasuk Kecamatan Pulo Aceh. Kabupaten Aceh Mulia bagian kepulauan di sisi barat, timur dan utaranya dibatasi dengan Samudera Indonesia, Selat Malaka, dan Teluk Benggala, yang memisahkannya dengan Pulau Weh, tempat di mana Kota Sabang berada. Pulau-pulau utamanya adalah:

  • Pulau Breueh
  • Pulau Peunasoe (atau Pulau Nasi)

Secara geografis sebagian mulia wilayah Kabupaten Aceh Mulia berada pada hulu arus Sungai Krueng Aceh. Masa ini kondisi tutupan area (land cover) adalah 62,5% (menurut data citra landsat tahun 2007).

Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda yang merupakan bandara internasional dan menjadi salah satu pintu gerbang sebagai masuk ke Provinsi Aceh berada di wilayah kabupaten ini.

Pulau Benggala yang merupakan pulau paling barat dalam wilayah Republik Indonesia merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Besar.

Kecamatan

Kabupaten Aceh Mulia hadir 23 kecamatan yang salah satunya berupa kepulauan yaitu kecamatan Pulo Aceh. Banyak desa keseluruhannya mencapai 609 desa/kelurahan[5][6].

Pariwisata

Makanan khas

Kabupaten Aceh Mulia terkenal dengan salah satu makanan khasnya, yakni Bolu manis ala Aceh yang terkonsentrasi di kecamatan Peukan Bada. Bolu ini terkenal dengan citarasanya yang khas, namun kesulitan pengembangan karena kendala dana selain kondisi yang belum sepenuhnya stabil. Selain itu hadir pula gulai kambing (kari) dan ayam tangkap yang terkenal kelezatannya serta Sie rebuh (daging Rebus) dan asam keu eung (asam pedas).

Wisata hukum budaya istiadat

  • Museum Cut Nyak Dhien pada mulanya merupakan tempat tinggal pahlawan wanita yang bernama Cut Nyak Dhien. Di dalamnya hadir intinya koleksi sejarah Aceh yang dikelola dan dirawat oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. Hanya pondasi yang asli dari bangunan ini, sedangkan yang berdiri sekarang ini adalah hasil renovasi bangunan yang sebelumnya telah dibakar oleh Belanda.[7]
  • Masjid Tua Indra Puri bertempat sekitar 25 kilometer ke selatan arah ke Medan dan dapat ditempuh dengan transportasi apapun. Indra Puri adalah Kerajaan Hindu dan merupakan tempat pemujaan sebelum Islam masuk. Kemudian, Sultan Iskandar Muda memperkenalkan Islam kepada masyarakat. Dan setelah seluruh masyarakat memeluk Islam, tempat yang sebelumnya kuil diubah menjadi sebuah masjid. Bangunan mesjid berdiri di atas tanah seluas 33.875 m², terletak di ketinggian 4,8 meter diatas permukaan laut dan berada sekitar 150 meter dari tepi Sungai Krueng Aceh.[7]
  • Benteng Indra Patra terletak ± 19 kilometer dari Banda Aceh arah ke Krueng Raya, tidak jauh Pantai Ujong Batee. Menurut riwayat didirikan pada masa pra Islam di Aceh yaitu pada masa Kerajaan Hindu, Indra Patra. Namun hadir sumber yang menyebutkan bahwa benteng ini didirikan pada masa Kesultanan Aceh Darussalam dalam upaya menahan penyerangan negara Portugis. Benteng ini sangat mulia fungsinya pada seratus tahun Sultan Iskandar Muda yang angkatan lautnya, pada masa itu, dipimpin oleh Admiral Malahayati.[7]
  • Museum Ali Hasymi merupakan kebanggaan lain kota Banda Aceh. Ali Hasymi yang mantan Gubemur Aceh dan seniman hadir koleksi pribadi yang berharga dan menarik. Sekarang koleksi dia dijadikan pajangan di museum tersebut ditengahnya kitab- kitab karya para ulama mulia Aceh tempo dulu, keramik kuno, senjata khas Aceh, cendera mata dari berbagai pelosok dunia, dan lain-lain.[7]
  • Perpustakaan Kuno Tanoh Abee terdapat di Desa Tanoh Abee, di kaki Gunung Seulawah, Aceh Besar. Perpustakaan Tanoh Abee terletak di dalam kompleks Pesantren Tanoh Abee yang didirikan oleh keluarga Fairus yang mencapai klimaks kejayaannya pada masa pimpinan Syekh Abdul Wahab yang terkenal dengan sebutan Teungku Chik Tanoh Abee. Beliau meninggal pada tahun 1894 dan dimakamkan di Tanoh Abee. Pengumpukan naskah (manuskrip) Dayah Tanoh Abee telah dimulai sejak Syekh Abdul Rahim, kakek dari Syekh Abdul Wahab. Naskah yang terakhir ditulis pada masa Syekh Muhammad Sa’id, anak Syekh Abdul Wahab yang berpulang pada tahun 1901 di Banda Aceh, dalam tahanan Belanda.[7]
  • Rumoh Teunuen Nyak Mu merupakan pusat produksi tenun asli khas Aceh, yang bertempat di Gampong Siem Mukim Siem Kecamatan Darussalam. Lokasi ini berjarak 12 KM ke sebelah Timur Kota Banda Aceh. Di Rumoh Teunuen Nyak Mu ini di produksi aneka kain tenun Aceh dengan beragam motif khas Aceh. [7]

Wisata dunia

Benda yang dikenakan seseorang untuk mendukung atau menjadi pengganti pakaian menjadi menarik adalah

Waduk Keuliling di Kuta Cot Glie

Gambar

Referensi

Sumber

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf
  3. ^ a b Sekilas tentang Aceh Mulia di situs NAD
  4. ^ Aceh Mulia Dalam Angka 2004
  5. ^ Daftar kecamatan di Aceh Mulia
  6. ^ Daftar kecamatan di Aceh Mulia di situs resmi
  7. ^ a b c d e f g Wisata Hukum budaya istiadat Aceh Mulia di situs NAD
  8. ^ Presiden SBY meresmikan Waduk Keuliling
  9. ^ Pocut Meurah Intan: Riwayatmu Sekarang
  10. ^ Eksotisme Cagar Dunia Jantho

Lihat pula

Tautan luar

  • Situs Resmi Kabupaten Aceh Mulia

edunitas.com


Page 9

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diproduksi sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil warganya yang khas. Beberapa warga Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana telah tersedia yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada seratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan warga setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka ketika inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat kekuatan Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara bangunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Banyak semuanya Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bertugas di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Kaki tangan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat merasakan pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada ketika terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar sela 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar sela 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Warga

Banyak warga Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Warga Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus warga sesudah bencana lingkungan kehidupan gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilakukan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak warga Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kawasan yang sangat sesuai sebagai budidaya berjenis-jenis komoditi pertanian, berpegang pada kebenaran jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di sela beberapa kabupaten yang telah tersedia di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia sebagai budidaya pertanian sedang cukup lapang. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan sebagai semakin ditingkatkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang lapang tersedia.

Sebagai perikanan laut juga menjadi andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, beberapa agung komoditi pertanian merasakan penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sebagai sentra penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau merasakan penurunan yang sangat agung dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata merasakan penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 10

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diproduksi sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil warganya yang khas. Beberapa warga Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana telah tersedia yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada seratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan warga setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka saat inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat kekuatan Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara bangunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Banyak semuanya Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Kaki tangan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat merasakan pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada saat terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar sela 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar sela 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Warga

Banyak warga Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Warga Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus warga sesudah bencana lingkungan kehidupan gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilakukan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak warga Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kawasan yang sangat sesuai untuk budidaya berjenis-jenis komoditi pertanian, berpegang pada kebenaran jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di sela beberapa kabupaten yang telah tersedia di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian sedang cukup lapang. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk semakin ditingkatkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang lapang tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, beberapa agung komoditi pertanian merasakan penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sebagai sentra penyediaan fasilitas produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau merasakan penurunan yang sangat agung dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata merasakan penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 11

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diproduksi sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil warganya yang khas. Beberapa warga Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana telah tersedia yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada seratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan warga setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka saat inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat kekuatan Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara bangunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Banyak semuanya Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Kaki tangan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat merasakan pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada saat terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar sela 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar sela 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Warga

Banyak warga Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Warga Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus warga sesudah bencana lingkungan kehidupan gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilakukan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak warga Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kawasan yang sangat sesuai untuk budidaya berjenis-jenis komoditi pertanian, berpegang pada kebenaran jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di sela beberapa kabupaten yang telah tersedia di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian sedang cukup lapang. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk semakin ditingkatkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang lapang tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, beberapa agung komoditi pertanian merasakan penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sebagai sentra penyediaan fasilitas produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau merasakan penurunan yang sangat agung dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata merasakan penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 12

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diproduksi sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil warganya yang khas. Beberapa warga Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana telah tersedia yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada seratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan warga setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka ketika inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat kekuatan Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara bangunan organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Banyak semuanya Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bertugas di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Kaki tangan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sedang sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat merasakan pergantian antar waktu, terutama disebabkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada ketika terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai sekitar 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar sela 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar sela 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Warga

Banyak warga Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Warga Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus warga sesudah bencana lingkungan kehidupan gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilakukan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak warga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak warga Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tersebut sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kawasan yang sangat sesuai sebagai budidaya berjenis-jenis komoditi pertanian, berpegang pada kebenaran jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di sela beberapa kabupaten yang telah tersedia di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia sebagai budidaya pertanian sedang cukup lapang. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan sebagai semakin ditingkatkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang sedang lapang tersedia.

Sebagai perikanan laut juga menjadi andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, beberapa agung komoditi pertanian merasakan penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini disebabkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom sampai kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga disebabkan lumpuhnya kota Calang sebagai sentra penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau merasakan penurunan yang sangat agung dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata merasakan penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 13

Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum berdiri sendiri untuk kabupaten otonom, yang akan menjadi wilayah Kabupaten Aceh Selatan adalah anggota dari Kabupaten Aceh Barat. Pembentukan Kabupaten Aceh Selatan ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 pada 4 November 1956.

Kabupaten Aceh Selatan pada tanggal 10 April 2002 resmi dimekarkan sesuai dengan UU RI Nomor 4 tahun 2002 menjadi tiga Kabupaten, yaitu: Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Aceh Selatan.

Disktrik yang memiliki banyak masyarakat terbanyak adalah Disktrik Labuhan Haji, disertai oleh Disktrik Kluet Utara. Sementara banyak masyarakat tersedikit adalah Disktrik Sawang. Sebagian masyarakat terpusat di sepanjang perlintasan raya pesisir dan pinggiran sungai.

Batas wilayah

Topografi dan klimatologi

Kondisi topografi Kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi, terdiri atas dataran rendah, bergelombang, berbukit, sampai pegunungan dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal.

Dari data yang diperoleh, kondisi topografi dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal mencapai 63,45%, sedangkan berupa dataran hanya sekitar 34,66% dengan kemiringan lahan dominan adalah pada kemiringan kemiringan ³ 40% dengan lapang 254.138.39 ha dan terkecil kemiringan 8-15% seluas 175.04 hektar selebihnya tersebar pada beerbagai tingkat kemiringan. Dilihat dari ketinggian tempat (diatas permukaan laut) ketinggian 0-25 meter memiliki lapang terbesar yakni 152.648 hektar (38,11%) dan terkecil adalah ketinggian 25-00 meter seluas 39.720 hektar (9,92%).

Sementara itu, sebagian akbar macam tanah di Kabupaten Aceh Selatan adalah podzolik merah kuning seluas 161,022 hektar dan yang paling sedikit adalah macam tanah regosol (hanya 5,213 ha).

Demografi

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 3 suku asli, yaitu suku Aceh (60%), suku Aneuk Jamee (30%) dan suku Kluet (10%). Suku Aneuk Jamee merupakan para perantau Minangkabau yang telah bermukim disana semenjak ratus tahun ke-15. Walau sudah tidak lagi mempergunakan sistem norma budaya matrilineal, namun mereka masih mempergunakan Bahasa Minangkabau dialek Aceh (Bahasa Aneuk Jamee) dalam diskusi sehari-hari. [3]

Suku bangsaDisktrik
Suku AcehSawang, Meukek, Pasie Raja, Kluet Utara, Bakongan, Bakongan Timur, Kota Bahagia, Trumon, Trumon Tengah dan Trumon Timur.
Suku Aneuk JameeKluet Selatan, Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat, Labuhan Haji Timur, Sama Dua, Tapak Tuan.
Suku KluetKluet Timur, Kluet Tengah, Kluet Utara (mayoritas suku Aceh), Kluet Selatan (mayoritas suku Aneuk Jamee).

Disktrik

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 18 buah disktrik yang terbentang mulai dari Disktrik Labuhan Haji yang berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya sampai Disktrik Trumon Timur yang berbatasan dengan Kota Subulussalam. Pada tahun 2010 banyak disktrik dalam Kabupaten Aceh Selatan adalah 14 Kecamatan. Pada tahun 2011, 2 disktrik di anggota timur yakni Trumon dimekarkan lagi menjadi 2 disktrik lagi sehingga keseluruhan disktrik dalam kabupaten sekarang ini berjumlah 16 disktrik. Keenam belas disktrik tersebut adalah:

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ Banyak masyarakat Aceh
  3. ^ http://www.ihssrc.com/index.php?option=com_content&task=view&id=118&Itemid=1


edunitas.com


Page 14

Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum berdiri sendiri untuk kabupaten otonom, yang akan menjadi wilayah Kabupaten Aceh Selatan adalah anggota dari Kabupaten Aceh Barat. Pembentukan Kabupaten Aceh Selatan ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 pada 4 November 1956.

Kabupaten Aceh Selatan pada tanggal 10 April 2002 resmi dimekarkan sesuai dengan UU RI Nomor 4 tahun 2002 menjadi tiga Kabupaten, yaitu: Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Aceh Selatan.

Disktrik yang memiliki banyak masyarakat terbanyak adalah Disktrik Labuhan Haji, disertai oleh Disktrik Kluet Utara. Sementara banyak masyarakat tersedikit adalah Disktrik Sawang. Sebagian masyarakat terpusat di sepanjang perlintasan raya pesisir dan pinggiran sungai.

Batas wilayah

Topografi dan klimatologi

Kondisi topografi Kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi, terdiri atas dataran rendah, bergelombang, berbukit, sampai pegunungan dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal.

Dari data yang diperoleh, kondisi topografi dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal mencapai 63,45%, sedangkan berupa dataran hanya sekitar 34,66% dengan kemiringan lahan dominan adalah pada kemiringan kemiringan ³ 40% dengan lapang 254.138.39 ha dan terkecil kemiringan 8-15% seluas 175.04 hektar selebihnya tersebar pada beerbagai tingkat kemiringan. Dilihat dari ketinggian tempat (diatas permukaan laut) ketinggian 0-25 meter memiliki lapang terbesar yakni 152.648 hektar (38,11%) dan terkecil adalah ketinggian 25-00 meter seluas 39.720 hektar (9,92%).

Sementara itu, sebagian akbar macam tanah di Kabupaten Aceh Selatan adalah podzolik merah kuning seluas 161,022 hektar dan yang paling sedikit adalah macam tanah regosol (hanya 5,213 ha).

Demografi

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 3 suku asli, yaitu suku Aceh (60%), suku Aneuk Jamee (30%) dan suku Kluet (10%). Suku Aneuk Jamee merupakan para perantau Minangkabau yang telah bermukim disana sejak ratus tahun ke-15. Walau sudah tidak lagi memanfaatkan sistem norma budaya matrilineal, namun mereka sedang memanfaatkan Bahasa Minangkabau dialek Aceh (Bahasa Aneuk Jamee) dalam diskusi sehari-hari. [3]

Suku bangsaDisktrik
Suku AcehSawang, Meukek, Pasie Raja, Kluet Utara, Bakongan, Bakongan Timur, Kota Bahagia, Trumon, Trumon Tengah dan Trumon Timur.
Suku Aneuk JameeKluet Selatan, Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat, Labuhan Haji Timur, Sama Dua, Tapak Tuan.
Suku KluetKluet Timur, Kluet Tengah, Kluet Utara (mayoritas suku Aceh), Kluet Selatan (mayoritas suku Aneuk Jamee).

Disktrik

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 18 buah disktrik yang terbentang mulai dari Disktrik Labuhan Haji yang berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya sampai Disktrik Trumon Timur yang berbatasan dengan Kota Subulussalam. Pada tahun 2010 banyak disktrik dalam Kabupaten Aceh Selatan adalah 14 Kecamatan. Pada tahun 2011, 2 disktrik di anggota timur yakni Trumon dimekarkan lagi menjadi 2 disktrik lagi sehingga keseluruhan disktrik dalam kabupaten sekarang ini berjumlah 16 disktrik. Keenam belas disktrik tersebut adalah:

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ Banyak masyarakat Aceh
  3. ^ http://www.ihssrc.com/index.php?option=com_content&task=view&id=118&Itemid=1


edunitas.com


Page 15

Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum berdiri sendiri untuk kabupaten otonom, yang akan menjadi wilayah Kabupaten Aceh Selatan adalah anggota dari Kabupaten Aceh Barat. Pembentukan Kabupaten Aceh Selatan ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 pada 4 November 1956.

Kabupaten Aceh Selatan pada tanggal 10 April 2002 resmi dimekarkan sesuai dengan UU RI Nomor 4 tahun 2002 menjadi tiga Kabupaten, yaitu: Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Aceh Selatan.

Disktrik yang memiliki banyak masyarakat terbanyak adalah Disktrik Labuhan Haji, disertai oleh Disktrik Kluet Utara. Sementara banyak masyarakat tersedikit adalah Disktrik Sawang. Sebagian masyarakat terpusat di sepanjang perlintasan raya pesisir dan pinggiran sungai.

Batas wilayah

Topografi dan klimatologi

Kondisi topografi Kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi, terdiri atas dataran rendah, bergelombang, berbukit, sampai pegunungan dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal.

Dari data yang diperoleh, kondisi topografi dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal mencapai 63,45%, sedangkan berupa dataran hanya sekitar 34,66% dengan kemiringan lahan dominan adalah pada kemiringan kemiringan ³ 40% dengan lapang 254.138.39 ha dan terkecil kemiringan 8-15% seluas 175.04 hektar selebihnya tersebar pada beerbagai tingkat kemiringan. Dilihat dari ketinggian tempat (diatas permukaan laut) ketinggian 0-25 meter memiliki lapang terbesar yakni 152.648 hektar (38,11%) dan terkecil adalah ketinggian 25-00 meter seluas 39.720 hektar (9,92%).

Sementara itu, sebagian akbar macam tanah di Kabupaten Aceh Selatan adalah podzolik merah kuning seluas 161,022 hektar dan yang paling sedikit adalah macam tanah regosol (hanya 5,213 ha).

Demografi

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 3 suku asli, yaitu suku Aceh (60%), suku Aneuk Jamee (30%) dan suku Kluet (10%). Suku Aneuk Jamee merupakan para perantau Minangkabau yang telah bermukim disana sejak ratus tahun ke-15. Walau sudah tidak lagi memanfaatkan sistem norma budaya matrilineal, namun mereka sedang memanfaatkan Bahasa Minangkabau dialek Aceh (Bahasa Aneuk Jamee) dalam diskusi sehari-hari. [3]

Suku bangsaDisktrik
Suku AcehSawang, Meukek, Pasie Raja, Kluet Utara, Bakongan, Bakongan Timur, Kota Bahagia, Trumon, Trumon Tengah dan Trumon Timur.
Suku Aneuk JameeKluet Selatan, Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat, Labuhan Haji Timur, Sama Dua, Tapak Tuan.
Suku KluetKluet Timur, Kluet Tengah, Kluet Utara (mayoritas suku Aceh), Kluet Selatan (mayoritas suku Aneuk Jamee).

Disktrik

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 18 buah disktrik yang terbentang mulai dari Disktrik Labuhan Haji yang berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya sampai Disktrik Trumon Timur yang berbatasan dengan Kota Subulussalam. Pada tahun 2010 banyak disktrik dalam Kabupaten Aceh Selatan adalah 14 Kecamatan. Pada tahun 2011, 2 disktrik di anggota timur yakni Trumon dimekarkan lagi menjadi 2 disktrik lagi sehingga keseluruhan disktrik dalam kabupaten sekarang ini berjumlah 16 disktrik. Keenam belas disktrik tersebut adalah:

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ Banyak masyarakat Aceh
  3. ^ http://www.ihssrc.com/index.php?option=com_content&task=view&id=118&Itemid=1


edunitas.com


Page 16

Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum berdiri sendiri untuk kabupaten otonom, yang akan menjadi wilayah Kabupaten Aceh Selatan adalah anggota dari Kabupaten Aceh Barat. Pembentukan Kabupaten Aceh Selatan ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 pada 4 November 1956.

Kabupaten Aceh Selatan pada tanggal 10 April 2002 resmi dimekarkan sesuai dengan UU RI Nomor 4 tahun 2002 menjadi tiga Kabupaten, yaitu: Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Aceh Selatan.

Disktrik yang memiliki banyak masyarakat terbanyak adalah Disktrik Labuhan Haji, disertai oleh Disktrik Kluet Utara. Sementara banyak masyarakat tersedikit adalah Disktrik Sawang. Sebagian masyarakat terpusat di sepanjang perlintasan raya pesisir dan pinggiran sungai.

Batas wilayah

Topografi dan klimatologi

Kondisi topografi Kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi, terdiri atas dataran rendah, bergelombang, berbukit, sampai pegunungan dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal.

Dari data yang diperoleh, kondisi topografi dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal mencapai 63,45%, sedangkan berupa dataran hanya sekitar 34,66% dengan kemiringan lahan dominan adalah pada kemiringan kemiringan ³ 40% dengan lapang 254.138.39 ha dan terkecil kemiringan 8-15% seluas 175.04 hektar selebihnya tersebar pada beerbagai tingkat kemiringan. Dilihat dari ketinggian tempat (diatas permukaan laut) ketinggian 0-25 meter memiliki lapang terbesar yakni 152.648 hektar (38,11%) dan terkecil adalah ketinggian 25-00 meter seluas 39.720 hektar (9,92%).

Sementara itu, sebagian akbar macam tanah di Kabupaten Aceh Selatan adalah podzolik merah kuning seluas 161,022 hektar dan yang paling sedikit adalah macam tanah regosol (hanya 5,213 ha).

Demografi

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 3 suku asli, yaitu suku Aceh (60%), suku Aneuk Jamee (30%) dan suku Kluet (10%). Suku Aneuk Jamee merupakan para perantau Minangkabau yang telah bermukim disana semenjak ratus tahun ke-15. Walau sudah tidak lagi mempergunakan sistem norma budaya matrilineal, namun mereka masih mempergunakan Bahasa Minangkabau dialek Aceh (Bahasa Aneuk Jamee) dalam diskusi sehari-hari. [3]

Suku bangsaDisktrik
Suku AcehSawang, Meukek, Pasie Raja, Kluet Utara, Bakongan, Bakongan Timur, Kota Bahagia, Trumon, Trumon Tengah dan Trumon Timur.
Suku Aneuk JameeKluet Selatan, Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat, Labuhan Haji Timur, Sama Dua, Tapak Tuan.
Suku KluetKluet Timur, Kluet Tengah, Kluet Utara (mayoritas suku Aceh), Kluet Selatan (mayoritas suku Aneuk Jamee).

Disktrik

Kabupaten Aceh Selatan memiliki 18 buah disktrik yang terbentang mulai dari Disktrik Labuhan Haji yang berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya sampai Disktrik Trumon Timur yang berbatasan dengan Kota Subulussalam. Pada tahun 2010 banyak disktrik dalam Kabupaten Aceh Selatan adalah 14 Kecamatan. Pada tahun 2011, 2 disktrik di anggota timur yakni Trumon dimekarkan lagi menjadi 2 disktrik lagi sehingga keseluruhan disktrik dalam kabupaten sekarang ini berjumlah 16 disktrik. Keenam belas disktrik tersebut adalah:

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ Banyak masyarakat Aceh
  3. ^ http://www.ihssrc.com/index.php?option=com_content&task=view&id=118&Itemid=1


edunitas.com


Page 17

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diproduksi susunan untuk hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil penduduknya yang khas. Sebagian penduduk Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana berada yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada ratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan penduduk setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka ketika inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara propertti organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Banyak keseluruhan Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 masih sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat mengalami pergantian antar waktu, terutama diakibatkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada ketika terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai lebih kurang 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar selang 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar selang 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Penduduk

Banyak penduduk Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Penduduk Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus penduduk sesudah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak penduduk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak penduduk Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tsb sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kawasan yang sangat sesuai untuk budidaya berbagai jenis komoditi pertanian, berpihak kepada yang benar jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di selang beberapa kabupaten yang berada di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian masih cukup luas. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk lebih dinaikkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang masih luas tersedia.

Untuk perikanan laut juga dijadikan andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, sebagian akbar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini diakibatkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom hingga kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga diakibatkan lumpuhnya kota Calang untuk sentra penyediaan fasilitas produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau mengalami penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata mengalami penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 18

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya dibuat susunan sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil penduduknya yang khas. Sebagian penduduk Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana berada yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada ratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan penduduk setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka ketika inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Jaya, secara propertti organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Banyak keseluruhan Pegawai Negeri Sipil daerah yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 masih sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat mengalami pergantian antar waktu, terutama diakibatkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada ketika terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai lebih kurang 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar selang 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar selang 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Penduduk

Banyak penduduk Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Penduduk Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus penduduk sesudah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak penduduk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak penduduk Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tsb sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu daerah yang sangat sesuai untuk budidaya berbagai jenis komoditi pertanian, baik jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk daerah Zona Pertanian di selang beberapa kabupaten yang berada di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian masih cukup luas. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk lebih dinaikkan di daerah ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang masih luas tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan daerah ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, sebagian akbar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini diakibatkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom hingga kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga diakibatkan lumpuhnya kota Calang sebagai sentra penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau mengalami penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata mengalami penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 19

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya dibuat susunan sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil penduduknya yang khas. Sebagian penduduk Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana berada yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada ratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan penduduk setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka ketika inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Jaya, secara propertti organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Banyak keseluruhan Pegawai Negeri Sipil daerah yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 masih sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat mengalami pergantian antar waktu, terutama diakibatkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada ketika terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai lebih kurang 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar selang 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar selang 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Penduduk

Banyak penduduk Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Penduduk Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus penduduk sesudah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak penduduk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak penduduk Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tsb sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu daerah yang sangat sesuai untuk budidaya berbagai jenis komoditi pertanian, baik jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk daerah Zona Pertanian di selang beberapa kabupaten yang berada di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian masih cukup luas. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk lebih dinaikkan di daerah ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang masih luas tersedia.

Untuk perikanan laut juga menjadi andalan daerah ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, sebagian akbar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini diakibatkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom hingga kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga diakibatkan lumpuhnya kota Calang sebagai sentra penyediaan sarana produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau mengalami penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata mengalami penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com


Page 20

Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Kabupaten Aceh Jaya diproduksi susunan untuk hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat.

Kabupaten Aceh Jaya, khususnya kecamatan Jaya terkenal dengan profil penduduknya yang khas. Sebagian penduduk Kecamatan Jaya ini berprofil seperti orang Eropa di mana berada yang berkulit putih, bermata biru, dan berrambut pirang. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis pada ratus tahun ke-16 yang kapalnya terdampar di pantai Kerajaan Daya, dan ditawan oleh raja kawasan itu.

Para prajurit Portugis yang tertawan ini lama-kelamaan masuk Islam, menikah dengan penduduk setempat dan mengadaptasi tradisi Aceh secara turun-temurun. Keturunan mereka ketika inilah yang terlihat khususnya di kecamatan Jaya (sekitar 75 km arah barat daya Banda Aceh).

Pemerintahan

Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tanggal 22 Juli 2002, merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat. Wilayah administrasi terdiri dari 6 kecamatan, 21 mukim dan 172 desa, dengan ibukota kabupaten terletak di Calang, yakni suatu wilayah yang terletak di Krueng Sabee.

Pemerintah Kawasan Kabupaten Aceh Jaya, secara propertti organisasi pada tahun 2005 terdiri dari lembaga/instansi berupa 11 Dinas, 3 Badan dan 6 Kantor yang merupakan kantor kecamatan. Banyak keseluruhan Pegawai Negeri Sipil kawasan yang bekerja di jajaran pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 sebanyak 1.148 orang. Sementara itu banyak wakil rakyat yang duduk pada lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Kawasan (DPRD) Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 masih sebanyak 20 orang sebagaimana tahun 2004, hanya saja beberapa wakil rakyat mengalami pergantian antar waktu, terutama diakibatkan oleh beberapa anggota DPRD yang meninggal pada ketika terjadinya bencana gempa dan tsunami.

Kondisi geografi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah pesisir Barat pantai Sumatera dengan panjang garis pantai lebih kurang 160 kilometer. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun sebesar 318,5 mm dengan banyak hari hujan rata-rata 19 hari. Suhu udara dan kelembaban udara sepanjang tahun tidak terlalu berfluktuasi, dengan suhu udara minimum rata-rata berkisar selang 21,0-23,2 °C dan suhu udara maksimum rata-rata berkisar selang 29,9-31,4 °C.

Batas wilayah

Penduduk

Banyak penduduk Kabupaten Aceh Jaya pada tahun 2005 didasarkan pada hasil Sensus Penduduk Aceh Nias (SPAN) yang merupakan sensus penduduk sesudah bencana dunia gempa bumi dan gelombang tsunami yang melanda wilayah Aceh. SPAN dilaksanakan oleh BPS pada bulan September 2005 dengan hasil banyak penduduk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tercatat sebanyak 4.031.589 jiwa. Sementara itu banyak penduduk Kabupaten Aceh Jaya hasil sensus tsb sebanyak 60.660 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 31.515 jiwa dan perempuan 29.145 jiwa.

Potensi

Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kawasan yang sangat sesuai untuk budidaya berbagai jenis komoditi pertanian, berpihak kepada yang benar jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Kabupaten Aceh Jaya termasuk kawasan Zona Pertanian di selang beberapa kabupaten yang berada di Provins NAD. Disamping itu lahan yang tersedia untuk budidaya pertanian masih cukup luas. Sub sektor peternakan juga sangat menjanjikan untuk lebih dinaikkan di kawasan ini mengingat wilayah berupa padang rumput yang masih luas tersedia.

Untuk perikanan laut juga dijadikan andalan kawasan ini karena semua kecamatannya bersamaan batasnya langsung dengan samudera Indonesia. Namun setelah terjadinya bencana gempa dan gelombang tsunami, sebagian akbar komoditi pertanian mengalami penurunan produksi pada tahun 2005. Hal ini diakibatkan oleh rusaknya areal budidaya berbagai komoditi tanaman pertanian oleh gelombang tsunami. Seperti tanaman kelapa dalam yang dibudidayakan di sepanjang pantai wilayah ini, mulai dari Teunom hingga kecamatan Jaya, hancur oleh gelombang tsunami. Penurunan produksi tanaman pertanian juga diakibatkan lumpuhnya kota Calang untuk sentra penyediaan fasilitas produksi pertanian seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan pertanian lainnya.

Pada tahun 2005 produksi padi sawah tercatat sebesar 13.844 ton gabah, atau mengalami penurunan yang sangat akbar dibanding tahun 2004 yaitu menurun sebesar 74,31 persen dengan total produksi padi sawah pada tahun 2004 sebanyak 53.896 ton. Demikian juga halnya dengan produksi tanaman palawija dan sayur-sayuran yang rata-rata mengalami penurunan diatas 50 persen dibanding produksi tahun sebelumnya.

Referensi

  1. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Retrieved 2013-02-15. 
  2. ^ http://www.nad.go.id/uploadfiles/PENDUDUK/PENDUDUKBULANJUNI_08.pdf


edunitas.com