Bagaimanakah pelaksanaan perkawinan sesuai tradisi umat hindu di bali?

Bukan hanya keindahan alam yang dimiliki Bali, namun budaya yang mereka miliki juga mengandung keistimewaan dan keindahan budaya yang sangat kental. Bali adalah daerah yang sangat erat mempertahankan kebudayaannya.

Begitu pun dalam pernikahan, mereka masih sangat memegang erat ritual-ritual kebudayaan mereka dalam prosesi pernikahan adat Bali yang mereka lakukan secara turun-temurun. Yuk simak rangkaian acara prosesi pernikahan adat Bali.

1. Menentukan hari baik

Warga yang akan melakukan upacara pernikahan ini memilih hari baik sesuai dengan kalender Hindu, hari baik dipilih mulai dari calon mempelai laki-laki datang untuk nyedek (memberitahukan) hari melangsungkan pernikahan sesuai hari yang disepakati oleh kedua belah pihak keluarga. Pemilihan hari baik diyakini akan memengaruhi kelancaran melakukan upacara tersebut dan juga kehidupan mereka sebagai suami istri saat berumah tangga nantinya.

2. Upacara Ngekeb

Prosesi pernikahan adat Bali selanjutnya adalah upacara yang melambangkan transformasi mempelai perempuan dari remaja menjadi seorang istri yang setia terhadap suaminya. Upacara ini juga ditujukan untuk memohon restu kepada Tuhan agar merestui kedua belah mempelai dalam ikatan suami istri dan di masa depan nanti dan diberikan keturunan yang baik.

3. Penjemputan calon mempelai perempuan

Seperti tradisi upacara pernikahan adat yang biasa dan lazim dilakukan di kediaman keluarga laki-laki, sehingga pihak keluarga mempelai laki-laki menjemput calon dari mempelai calon perempuan. Saat penjemputan, calon mempelai perempuan sudah siap dengan menggunakan pakaian adat Bali diselimuti kain kuning tipis dari ujung rambut sampai ujung kaki, kain tersebut dikenakan mengandung filosofi kalau calon mempelai ini sudah siap untuk meninggalkan masa lajangnya, mengubur masa lalunya untuk proses menyongsong kehidupan baru, yaitu kehidupan berumah tangga.

4. Upacara Mungkah Lawang

Tahapan upacara pernikahan adat Bali selanjutnya adalah mungkah lawang atau yang berarti membuka pintu. Upacara ini bertujuan untuk menjemput mempelai perempuan yang berada di kamarnya. Dalam upacara ini, utusan laki-laki akan mengetuk pintu kamar mempelai perempuan sebanyak tiga kali dengan diiringi musik khas Bali yang bermakna bahwa mempelai laki-laki telah datang dan siap menjemput mempelai perempuannya.

5. Upacara Mesegehagung

Tahapan selanjutnya adalah melakukan upacara mesegehagung. Upacara ini bertujuan untuk menyambut kedatangan kedua belah mempelai terutama mempelai perempuan. Setelah itu pengantin perempuan dapat masuk ke dalam kamar yang telah disediakan dan akan disusul oleh ibu dari mempelai laki-laki.

Di dalam kamar mempelai perempuan, ibu dari mempelai laki-laki akan meminta mempelai perempuan untuk melepas kain kuning yang dia kenakan dan akan ditukar dengan kepingan uang.

6. Upacara Madengen-dengen

Tahapan berikutnya adalah madengen-dengen. Upacara ini bertujuan untuk menyucikan kedua belah pihak dari hal-hal negatif yang ada pada diri mereka. Dalam upacara adat pernikahan di Bali, prosesi ini akan dipimpin oleh seorang pemimpin agama seperti pendeta ataupun pemangku adat sesuai dengan adat dan budaya masing-masing daerah, upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri kedua mempelai disertai dengan sejumlah prosesi.

 Contohnya seperti menyentuhkan kaki pada kala sepetan, jual beli antara mempelai perempuan dan laki-laki, menusuk tikeh dadakan yang dilakukan oleh mempelai laki-laki sebagai simbol kekuatan Lingga dan Yoni dan terakhir memutuskan benang yang terentang pada batang pohon dadap yang menganalogikan kedua mempelai siap memasuki dunia baru dengan kehidupan berkeluarga.

7. Upacara Mewidhi Widana

Tahapan yang paling penting dalam pernikahan adat Bali adalah mewidhi widana. Upacara ini adalah upacara penyempurnaan proses pembersihan diri dari kedua belah pihak. Dalam upacara ini mempelai laki-laki dan perempuan mengenakan pakaian kebesaran. Upacara ini juga bertujuan untuk meminta restu dari Tuhan Yang Maha Esa agar acara pernikahan diberkahi dan juga kehidupan bersuami istri juga akan direstui.

8. Upacara Mejauman Ngabe/Tipat Bantal

Setelah beberapa hari mengikuti sang suami, kemudian seluruh keluarga suami mengantar istri untuk kembali ke rumah mereka dan memohon restu kepada keluarga mempelai perempuan karena anak mereka telah menjadi bagian dari keluarga besar sang laki-laki. Upacara ini dinamakan upacara mejauman ngabet tipat bantal.

Begitulah rangkaian acara prosesi pernikahan adat Bali yang bisa kamu ketahui. Dengan kebudayaan Indonesia yang beragam, banyak hal-hal istimewa yang memiliki makna mendalam dalam tiap prosesi pernikahannya. Penting mengetahui keberagaman budaya yang kita miliki akan memperkaya wawasan kita tentang warisan budaya yang kekayaan budaya negara kita sendiri. 

Baca Juga: Biasa Jadi Model Seksi, Istri John Legend Kini Coba Pakaian Adat Bali

Setiap proses pernikahan adat Bali sarat akan makna

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau sehingga setiap daerah memiliki tradisi atau kebudayaan menurut adatnya sendiri, termasuk pernikahan adat Bali. Pernikahan adat Bali memiliki serangkaian yang sarat akan makna, lho, Moms.

Secara umum, pernikahan adat Bali disebut sebagai dengan “pawiwahan”. Proses pernikahan adat Bali berpedoman pada aturan Kitab Weda dan hukum Hindu yang berlaku dalam masyarakat.

Dengan mengikuti kedua aturan tersebut, pasangan pengantin pun diyakini akan mendapatkan kebahagiaan di dunia (Jagaditha) serta kebahagiaan yang abadi (Moksa).

Baca Juga: Persiapan Keuangan Sebelum Menikah

Rangkaian Pernikahan Adat Bali

Bagaimanakah pelaksanaan perkawinan sesuai tradisi umat hindu di bali?

Foto: pernikahan adat bali.jpg (thebridedept.com)

Foto: thebridedept.com

Setiap tahun pernikahan adat Bali yang dilakukan membutuhkan banyak persiapan, tetapi seluruh prosesi tersebut sarat akan makna dan memiliki tujuan baik bagi kedua calon pengantin. Lalu, seperti apakah pernikahan adat Bali dalam agama Hindu? Simak selengkapnya.

1. Menentukan Hari Baik

Tahap pernikahan adat Bali yang pertama ialah menentukan hari baik. Pemilihan hari baik tersebut disesuaikan dengan kalender agama Hindu.

Hari baik tersebut dipilih mulai dari calon mempelai pria datang untuk nyedek (memberitahukan) dan hari melangsungkan pernikahan sesuai hari yang disepakati oleh kedua belah pihak keluarga calon pengantin.

Pemilihan hari baik ini bertujuan untuk mendapatkan kelancaran dan keberkahan sehingga pelaksanaan pernikahan dapat menjadikan kedua calon pengantin menjadi pasangan suami istri yang bahagia.

Baca Juga: Inilah 9 Ujian Pernikahan di 5 Tahun Pertama Pernikahan, Hadapi Bukan Hindari!

2. Ngekeb

Ngekeb adalah upacara dalam pernikahan adat Bali yang bertujuan untuk mempersiapkan calon pengantin wanita.

Upacara ngekeb dilakukan dengan memandikan dan mencuci rambut mempelai wanita dengan luluran khusus. Luluran khusus ini terbuat dari campuran daun merak, bunga kenanga, kunyit, dan beras yang telah dihaluskan. Luluran ini kemudian akan dibalurkan ke sekujur tubuh mempelai wanita pada sore hari.

Setelah itu, mempelai wanita masuk ke dalam kamar pengantin yang sudah disediakan sesajen dan tidak diperbolehkan keluar sampai mempelai pria menjemputnya.

Ketika mempelai pria sudah tiba di kamar pengantin, sang wanita wajib ditutupi dengan selembar kain tipis berwarna kuning dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Kain yang dikenakan mengandung filosofi bahwa calon mempelai wanita telah siap untuk meninggalkan masa lajangnya, mengubur masa lalunya untuk proses menyongsong kehidupan baru, yaitu kehidupan rumah tangga.

Sebagai informasi, ngekeb dilakukan untuk mempersiapkan mental calon pengantin dan sebagai kesempatan berdoa kepada kepada Ida Sang Hyang Widi agar dianugrahkan kebahagiaan lahir batin.

3. Ngungkab lawang

Bagaimanakah pelaksanaan perkawinan sesuai tradisi umat hindu di bali?

Foto: ngungkab lawang.jpg (radarbali.jawapos.com)

Foto: radarbali.jawapos.com

Ngungkab lawang dalam proses pernikahan adat Bali berarti membuka pintu. Hal ini dilakukan dengan cara menjemput calon pengantin wanita oleh pria dan mereka dipertemukan untuk menjalani sembilan rangkaian acara meliputi Pejati dan Suci Alit, Peras pengambean, Caru ayam brumbun asoroh, Bayekawonan, Prayascita, Pangulapan, Segehan Panca Warna, Segehan seliwang Atanding, dan Segehan Agung.

Namun, sebelum melakoni kesembilan rangkaian itu, pengantin pria harus mengucapkan syair weda dan dibalas dengan syair weda dari pengantin wanita lalu melemparkan daun betel atau daun sirih. Pelemparan ini bertujuan untuk menolak kekuatan jahat yang mungkin akan datang selama prosesi pernikahan berlangsung.

Selanjutnya, calon mempelai wanita dibawa ke rumah mempelai pria tanpa dikuti oleh keluarga perempuan, dengan cara digendong dan dibawa menggunakan tandu.

Baca Juga: 5 Cara Meningkatkan Gairah dalam Pernikahan, Yuk Coba!

4. Mesegeh Agung

Sebelum memasuki pekarangan rumah mempelai pria, kedua calon pengantin harus menghadapi prosesi mesegeh Agung.

Kain kuning yang menutupi tubuh mempelai wanita pun akan dibuka oleh calon ibu mertuanya. Kemudian, ditukar dengan uang kepeng satakan, pertanda menyambut dunia baru dan mengubur segala masa lalu, dan sebagai ungkapan selamat datang pada mempelai wanita.

5. Medengen-dengenan (Mekala-kalaan)

Bagaimanakah pelaksanaan perkawinan sesuai tradisi umat hindu di bali?

Foto: bali-seserahan.jpg (plaminan.com)

Foto: plaminan.com

Dalam tahap ini, prosesi medengen-dengenan (mekala-kalaan) akan dipimpin oleh seorang pemimpin agama, seperti pendeta ataupun pemangku adat sesuai dengan adat dan budaya masing-masing daerah.

Upacara dalam pernikahan adat Bali ini bertujuan untuk membersihkan diri kedua mempelai.

Sejumlah prosesi yang terdapat dalam upacara ini, meliputi Menyentuhkan Kaki pada Kala Sepetan, Jual Beli antara mempelai wanita dan pria, Menusuk Tikeh Dadakan yang dilakukan oleh mempelai pria sebagai simbol kekuatan Lingga dan Yoni. dan terakhir Memutuskan Benang yang terentang pada batang pohon dadap yang menganalogikan kedua mempelai siap memasuki dunia baru dengan kehidupan berkeluarga.

Baca Juga: 4 Tips Membesarkan Anak Menjadi Seorang Hindu yang Baik

6. Upacara Mewidhi Widana

Proses pernikahan adat Bali berikutnya, yaitu upacara mewidhi widana. Umumnya, prosesi mewidhi widana dipimpin oleh seorang pendeta atapun sulinggih, bunyi genta akan mengiringi prosesi ini dilakukan untuk menyempurnakan upacara pernikahan dan membersihkan diri kedua mempelai setelah upacara-upacara sebelumnya.

Kedua calon pengantin akan menuju sanggah atau pura merajan di pekarangan rumah, memberitahukan akan hadirnya keluarga baru kepada para leluhur, serta memohon ijin dan restu agar kehidupan berkeluarga keduanya dilanggengkan dan memiliki keturunan yang baik.

Pada upacara ini, kedua mempelai akan memakai pakaian kebesaran pengantin atau bisa juga dengan pakaian adat biasa sesuai kemampuan.

7. Upacara Mejauman (Ma Pejati)

Bagaimanakah pelaksanaan perkawinan sesuai tradisi umat hindu di bali?

Foto: tipat bantal.jpeg (polhukam.ic)

Foto: polhukam.id

Upacara Mejauman juga disebut dengan “ngabe tipat bantal” atau membawa tipat bantal. Di beberapa daerah, masyarakat banyak menyebutnya sebagai upacara “meserah”.

Dalam prosesi pernikahan adat Bali ini, wanita yang mengikuti sang suami datang kembali ke keluarga wanita didampingi oleh keluarga besar, kerabat dan tetangga dari keluarga pria.

Dengan melakukan upacara mepamit di sanggah pekarangan atau pun merajan, dan mepamit (mohon ijin meninggalkan) secara niskala kepada leluhur keluarga wanita.

8. Natab Pawetonan

Ritual natab pawetonan dilakukan di atas tempat tidur dengan cara menyerahkan seserahan berupa barang bernilai, seperti perhiasan dan pakaian oleh mempelai pria kepada ibu dari mempelai wanita.

Barang bernilai yang diserahkan tersebut merupakan simbol “pengganti air susu ibu”. Hal ini melambangkan harapan tugas sang ibu dalam mendidik, membesarkan, dan melindungi anaknya telah selesai dan berpindah kepada calon suami.

Baca Juga: 5 Tips Penting untuk Tahun Pertama Pernikahan yang Menggairahkan

9. Bekal (Tadtadan)

Bagaimanakah pelaksanaan perkawinan sesuai tradisi umat hindu di bali?

Foto: pernikahan adat bali - bekal seserahan.jpg (siapnikah.org)

Foto: siapnikah.org

Dalam prosesi pernikahan adat Bali, bekal (tadtadan) dilakukan dengan cara memberikan seperangkat perhiasan atau pakaian ibadah dari ibu kepada anak wanitanya.

Upacara ini melambangkan sebuah harapan sang anak akan selalu mengingat jasa-jasa ibunya yang telah berjuang susah payah dalam melahirkannya. Sementara itu, pakaian ibadah yang diberikan merupakan simbol bahwa anak tersebut diharapkan akan terus beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa.

10. Mejaya-jaya

Mejaya-jaya merupakan acara dalam pernikahan adat Bali yang terakhir. Upacara ini dilaksanakan setelah pasangan pengantin telah sah menjadi suami istri dan melambangkan harapan agar selalu diberi kemudahan serta bimbingan dari para Sanghyang Pramesti Guru.

Setelah upacara mejaya-jaya, kedua pengantin baru tidak diperbolehkan untuk keluar atau bepergian selama tiga hari berturut-turut.

Mereka wajib tinggal di rumah untuk melakukan kewajibannya sebagai suami istri. Aturan ini diyakini dapat meningkatkan keintiman hubungan kedua mempelai dan agar sang pria bisa banyak memberikan nasihat kepada istrinya.

Selain itu, aturan tersebut juga sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga dari pihak wanita dengan harapan tali kekeluargaan akan terus terjalin erat.

Baca Juga: 5 Arti Mimpi Digigit Ular Bagi Orang yang Sudah Menikah, Bisa Jadi Peringatan!

Itu dia rangkaian dalam pernikahan adat Bali. Moms yang menikah dengan tradisi ini pasti sudah tidak asing lagi karena telah menjalani seluruh prosesinya, bukan?

  • https://www.balitoursclub.net/pernikahan-adat-di-bali/
  • https://siapnikah.org/11-langkah-dan-makna-prosesi-pernikahan-adat-bali-yang-indah/
  • https://www.weddingku.com/blog/prosesi-pernikahan-adat-bali