Bagaimana respon bangsa Indonesia terhadap imperialisme dan kolonialisme di bidang pendidikan?

Bagaimana respon bangsa Indonesia terhadap imperialisme dan kolonialisme di bidang pendidikan?

Seperti yang kita ketahui, Indonesia telah merdeka dari para penjajah selama 74 tahun yang lalu. Namun, budaya para penjajah masih sering bahkan masih digunakan hingga kini. Contohnya saja seperti pembagian jenjang sekolah seperti SD, SMP, dan SMA. Budaya tersebut masih kita gunakan di Indonesia hingga saat ini.

Lalu apakah dampak Imperialisme dan Kolonialisme terhadap Indonesia dalam bidang pendidikan?

Dampak Imperialisme dan Kolonialisme bagi pendidikan di Indonesia

            Indonesia dijajah selama ratusan tahun. Dan pastinya akan meninggalkan dampak negatif dan positif dalam bidang pendidikan.

Dampak Positif

-Munculnya kaum-kaum terpelajar di Indonesia.

Dahulu, ketika Indonesia dijajah oleh bangsa Belanda, tidak ada yang boleh belajar/ bersekolah kecuali keturunan bangsawan atau anak dari pejabat negara. Secara pendidikan formal, Belanda menyusun kurikulum pengajarannya sendiri sampai abad ke-19. Makanya, ada kecenderungan politik dan kebudayaan yang dimasukkan melalui pendidikan. Masalahnya, akses untuk pendidikan ini dibatasi oleh mereka. Belanda lagi-lagi membuat sekat dan kasta. Karena mereka takut kalau rakyat kita terlalu pintar, kita bisa bersatu untuk menggulingkan kekuasaan mereka.

-Bangsa Indonesia menjadi tahu perkembangan yang terjadi di dunia luar.

Sejak adanya pendidikan di Indonesia pengetahuan rakyat Indonesia lambat laun menjadi banyak dan mengetahui apa saja yang terjadi atau perkembangan di dunia luar.

 Dampak Negatif

-Orang-orang yang memliki rasa ingin sekolah tidak bisa bersekolah karena tidak mempunyai gelar/jabatan yang penting.

Dampak nya kepada kehidupan sekarang adalah masyarakat lebih mendahulukan/mengutamakan orang-orang yang mempunyai gelar/jabatan yang tinggi.

-Bangsa Indonesia bisa membaca dan menulis sehingga dapat menjadi tenaga – tenaga kerja di perusahaan Belanda.

Hal ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk memperkerjakan masyarakat pribumi, dan tidak sedikit pula tidak diupah/diberikan imbalan.

-Orang Eropa (kulit putih) memiliki hak isitimewa daripada rakyat pribumi yang dibebani oleh kewajiban dan tidak dilindungi hukum.

-Kurikulum yang berjalan disetir oleh Belanda yang condong pada kurikulum politik dan budaya.

Respon bangsa Indonesia terhadap Imperialisme dan Kolonialisme

Dampak yang terjadi diatas, pasti menimbulkan respon yang berbeda-beda dikalangan masyarakat. Ada yang memiliki respon positif dan ada juga yang memiliki respon negatif. Menurut pengamatan saya respon masyarakat terhadap Imperialisme dan Kolonialisme adalah

  • Bidang Pendidikan Keterbatasan yang dilakukan oleh pemerintahan kolonial meyebabkna munculnya pendidikan atau perguruan kebangsaan. Taman Siswa dan INS Kayutanam tampil sebagai sekolah yang mampu mengembangkan semangat kebangsaan, kompetitif sekaligus berbasisi kultur Indonesia. a. Taman Siswa Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau lebih di kenal dengan nama Ki Hajar Dewantara membuka perguruan Taman Siswa di Yogyakarta pada tahun 1922 yang awlanya bernama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa.
  • Proses penguatan jati diri bangsa.Munculnya kelompok terpelajar telah membawa pemahaman baru tentang semngat kebangsaan (Nasionalisme). 1. Kongres Pemuda setelah lahirnya Budi Utomo, para pemuda mulai bangkit dan bersemangat menguatkan jati diri sebagai satu bangsa.
  • Reaksi bangsa Indonesia terhadap kaum kolonialisme dan imperialisme dalam mempertahankan wilayah Indonesia patut diteladani. Semangat pantang menyerah dan rela berkorban demi kepentingan bangsa yang lebih besar. Mereka tidak hanya mengorbankan harta benda yang mereka miliki, tetapi juga rela mengorbankan jiwa dan raga mereka hanya untuk hidup aman dan tentram dan juga untuk berdaulat di wilayah sendiri.
  • Bangsa Indonesia memiliki kesempatan untuk menuntut pendidikan di Belanda karna adanya Politik Balas Budi. Oleh sebab itu Bangsa Indonesia memanfaatkan kesempatan tersebut dengan belajar di sekolah dan menduduki atau bekerja kepada Belanda lalu mengelabuhi Belanda.

Kesimpulan :

Dampak Imperialisme dan Kolonialisme dibidang pendidikan sangat berpengaruh besar terhadap bangsa Indonesia teruma di bidang Pendidikan. Rakyat Indonesia sudah bisa mengenal huruf dan membaca dimasa itu dan menjadi tenaga kerja Belanda

sumber : beberapa artikel, dan buku panduan Sejarah Peminatan kelas XI IPS terbitan Erlangga

Di bidang pendidikan, Pemerintah Kolonial berhasil memanfaatkan rakyat kita untuk dijadikan pegawai administrasi yang terdidik, terampil, tapi dihargai murah. Secara pendidikan formal, Belanda menyusun kurikulum pengajarannya sendiri sampai abad ke-19. Makanya, ada kecenderungan politik dan kebudayaan yang dimasukkan melalui pendidikan.

Masalahnya, akses untuk pendidikan ini dibatasi oleh mereka. Belanda lagi-lagi membuat sekat dan kasta. Karena mereka takut kalau rakyat kita terlalu pintar, kita bisa bersatu untuk menggulingkan kekuasaan mereka. Makanya, hanya orang-orang “berada” yang bisa masuk. Seperti keturunan raja, bangsawan, dan pengusaha kaya.

Bagaimana respon bangsa Indonesia terhadap imperialisme dan kolonialisme di bidang pendidikan?

Lama-kelamaan, hal ini membuat sebagian kalangan menjadi geram. Alhasil, mulai bermunculan akademisi yang mementingkan pendidikan di Indonesia. Mulai dari bedirinya Budi Utomo. Masuknya pendiidikan berbasis agama seperti Muhammadiyah. Dan, tentu saja, lewat bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara.

Gimana, Squad, ternyata cukup banyak ya dampak imperialisme dan kolonialisme terhadap bangsa indonesia. Baik di bidang politik, sosial budaya, ekonomi, dan pendidikan. Meskipun terkesan banyak yang negatif, tetapi keberadaan mereka memicu semangat kita untuk tetap maju di bidang-bidang tadi

a) Indonesische Nederlandse School Kayu Tanam

Indonesische Nederlandse School adalah suatu lembaga pendidikan menengah swasta yang didirikan pada tanggal 31 Oktober 1926, di Kayu Tanam. Sekolah ini didirikan di atas lahan seluas 18 hektare. Pendirinya adalah Mohammad Syafei, seorang pendidik Nasional yang di percaya menjadi Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yang ketiga setelah Ki Hajar Dewantara dan Todung Sultan Gunung Mulia.

Setelah lulus sekolah raja ( sekolah guru ) di Bukittinggi, Sumatra Barat, Syfei merantau ke Batavia dan mengajar di sekolah Kartini selama enam tahun. Pada tanggal 3 Mei 1922, Syafei berangkat ke Belanda untuk memperdalam ilmu musik, menggambar, sandiwara, serta pendidikan dan keguruan. Dan pada tahun 1925, ia kembali ke Sumatra Barat dan pada tanggal 31 Oktober 1926 ia merintis sebuah sekolah yang diberi nama Indonesische Nederlandse School Kayu Tanam.

Visi pendidikanMoh. Syafei dapat diringkas dalam tiga kata atau 3H, yaitu head, heart, dan hand.

  1. Head artinya sekolah memfasilitas peserta didik agar mampu berpikir secara rasional
  2. Heart artinya sekolah memfasilitas peserta didik menjadi pribadi – pribadi yang berkarakter mulia. Karakter mulia tersebut terwujud dalam sikap cinta tanah air, dan bertanggung jawab atas kondisi bangsa yang terpuruk akibat penjajahan
  3. Hand artinya sekolah memfasilitas peserta didik agar pada akhirnya mereka memiliki keterampilan yang nyata sesuai dengan bakat yang dikaruniakan Tuhan pada tiap – tiap orang. Tujuannya agar tiap – tiap insan indonesia tidak bergantung pada orang lain, seperti penjajahan, tetapi hidup mandiri di atas kakinya sendiri.

b) Taman Siswa

Taman siswa merupakan salah satu organisasi pergerakan dengan fokus kegiatan dalam bidang pendidikan. Taman siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Organisasi ini meyakini pendidikan sebagai sarana yang efektif untuk mewujudkan perubahan sosial dan dapat menjadi resep unggulan untuk memajukan bangsa. Ki Hajar Dewantara menerapkan tiga konsep pengajaran dalam kegiatan pendidikan di Taman Siswa, yaitu :

  1. Ing ngarso sung tulodo, artinya para guru yang memiliki tanggung jawab memberikan pendidikan, harus dapat memberi contoh dengan sikap dan perilaku yang baik, sehingga dapat menjadi teladan bagi siswanya.
  2. Ing madyo mangun karsa, artinya guru harus dapat memberi motivasi yang baik bagi siswanya, memberikan bimbingan yang terus menerus agar siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya
  3. Tut wuri handayani, artinya guru wajib membimbing siswa untuk dapat menggali sendiri pengetahuannya, menemukan makna dari pengetahuan yang diperolehnya sehingga pengetahuan itu dapat berguna bagi kehidupannya.

Perjuangan Taman Siswa bukan tidak mengalami hambatan karena Belanda mengeluarkan aturan, yaitu akan menutup semua sekolah – sekolah liar. Namun Ki Hajar Dewantara berjuang agar sekolah Taman Siswa tidak dibubarkan. Perjuangan yang panjang itu akhirnya menghasikan buah yang manis. Pada tahun 1935 Belanda mencabut undang – undang ( ordonasi ) tentang sekolah liar. Atas jasa dan perjuangannya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan, hari kelahiran Ki Hajar Dewantara diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional ( tanggal 2 Mei )

– https://blog.ruangguru.com/imperialisme-dan-kolonialisme