Bagaimana jika tubuh kekurangan atau kelebihan protein Dapatkah protein disimpan dalam tubuh?

Prinsipnya, keracunan protein terjadi karena tubuh kelebihan protein tapi kekurangan lemak dan karbohidrat. Oleh karena itu, keracunan protein dapat diatasi dengan memenuhi asupan lemak dan karbohidrat yang hilang tersebut.

Kurangi asupan protein tidak lebih dari 2 gram per kilogram berat badan dan tambahkan asupan lemak serta karbohidrat dari menu makanan. Anda bisa mengobati keracunan protein dalam tubuh sekaligus meningkatkan kebutuhan serat.

Bagi Anda yang sedang menjalankan diet tinggi protein, tidak perlu cemas. Sebagian besar diet tinggi protein seperti diet Atkins, diet ketogenik (keto), dan diet paleo sama-sama mendorong asupan lemak tinggi beserta beberapa asupan karbohidrat.

Hal ini tidak memungkinkan terjadinya kelebihan protein karena sudah ada asupan lemak dan karbohidrat. Namun, karena banyaknya diet yang menawarkan tinggi protein, ini tetap menjadi hal yang harus diperhatikan.

Anda tidak disarankan menghilangkan lemak dan karbohidrat dalam pola makan Anda dan mementingkan protein. Karena itulah, temukan program diet sehat yang sesuai dengan kondisi tubuh dan konsultasikan pada dokter atau ahli gizi terlebih dahulu.

Selain itu, rambut menjadi lebih kering, mengalami perubahan warna, dan menjadi tampak tipis.

Walaupun demikian, para ahli masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Hal ini bertujuan mengetahui apa penyebab pasti defisiensi protein memengaruhi kesehatan rambut.

7. Masalah pada kulit dan kuku

Bagi orang yang kekurangan protein sering kali mengalami perubahan pada kulit dan kuku. Bagaimana tidak, kedua hal tersebut sebagian besar terbuat dari protein.

Sebagai contoh, kwashiorkor pada anak-anak bisa dibedakan dengan ciri-ciri kulit yang bermasalah, seperti:

  • terkelupas atau pecah,
  • tampak memerah, serta
  • ruam kulit.

Di lain sisi, defisiensi protein dapat membuat kuku Anda mudah rapuh mengingat bagian ini mengandung keratin yang cukup banyak. Namun, masalah pada kulit dan kuku umumnya dijumpai pada kasus defisiensi protein yang sangat parah.

8. Mudah sakit

Protein berfungsi dalam membangu senyawa pada sistem kekebalan tubuh. Jika jumlah protein dalam tubuh tidak tercukupi, tubuh mungkin menjadi lemah untuk melawan virus atau bakteri. Tidak heran bila tubuh mudah terserang penyakit.

Sementara itu, kurangnya protein juga menurunkan produksi sel darah putih.

Jika Anda terluka, tubuh membutuhkan protein baru untuk menyembuhkan dan membangun kembali sel, jaringan, dan kulit. Kekurangan protein tentu dapat membuat luka lebih lama untuk sembuh.

9. Pertumbuhan anak terhambat (stunting)

Protein tidak hanya membantu menjaga massa otot dan tulang, melainkan juga penting untuk pertumbuhan anak. Kekurangan protein tentu akan sangat berbahaya bagi anak karena tubuhnya membutuhkan asupan protein yang seimbang.

Faktanya, stunting merupakan tanda malnutrisi pada masa kanak-kanak yang sering terlihat, dilansir dari jurnal Maternal & child nutrition.

Oleh sebab itu, para orangtua perlu memerhatikan asupan gizi, terutama protein, pada anak mereka guna mencegah terjadinya stunting.

Perlu diingat bahwa tanda-tanda kekurangan gizi di atas mirip dengan penyakit lainnya. Bila Anda merasakan perubahan secara fisik yang mengganggu, terutama ketika menjalani diet, konsultasikan dengan dokter dan ahli gizi.

Bagaimana jika tubuh kekurangan atau kelebihan protein Dapatkah protein disimpan dalam tubuh?

Protein adalah salah satu nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi cadangan, membentuk antibodi, dan lainnya. Ada banyak sumber makanan berprotein tinggi yang berasal dari protein hewani dan nabati. Akan tetapi, Anda harus memastikan jika jumlah protein yang diterima tubuh Anda sudah cukup. Tidak berlebih atau kurang.

Asupan protein harian yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI)  tahun 2019, sebagai berikut:

  • 20 hingga 25 gram untuk anak usia 1 - 6 tahun.
  • 35 hingga 40 gram untuk anak usia 7 - 9 tahun.
  • 60 sampai 75 gram untuk remaja.
  • 50 sampai 70 gram bagi orang dewasa.
  • 70 hingga 85 gram bagi ibu hamil dan menyusui.

Rekomendasi protein harian ini tetap bisa berbeda-beda pada setiap orang, tergantung seberapa banyak aktivitas fisik yang dilakukan dan kondisi kesehatan.

Efek Negatif Kelebihan Protein

Walaupun protein memiliki banyak manfaat bagi tubuh, Anda tetap tidak boleh berlebihan dalam mengonsumsi makanan berprotein tinggi. Sebab, kelebihan protein bisa menimbulkan efek, seperti:

Kenaikan Berat Badan

Ketika Anda mengonsumsi protein berlebih, maka sisanya akan disimpan sebagai lemak dalam tubuh. Dalam jangka panjang, hal ini akan menyebabkan penambahan atau kenaikan berat badan. Berdasarkan hasil penelitian di tahun 2016 yang dipublikasikan Clinical Nutrition, menemukan fakta jika Anda mengganti karbohidrat dengan protein, maka bisa menyebabkan kenaikan berat badan yang signifikan.

Bagaimana jika tubuh kekurangan atau kelebihan protein Dapatkah protein disimpan dalam tubuh?

Bau Mulut

Ketika berusaha menurunkan berat badan atau diet, sebagian orang mungkin berpikir untuk mengganti karbohidrat, seperti nasi, dengan mengonsumsi makanan berprotein tinggi dalam jumlah banyak. Tanpa disadari, diet tinggi protein seperti ini justru dapat menyebabkan tubuh mengalami ketosis. Kondisi ini bisa membuat zat kimia keton menumpuk dalam tubuh dan menyebabkan bau mulut. Tak hanya itu, penumpukan keton juga bisa membahayakan ginjal.

Kerusakan Ginjal

Seperti yang Anda tahu, protein akan diolah menjadi asam amino di dalam tubuh. Nah, sisa metabolisme protein dari asam amino ini akan jadi urea yang perlu disaring, kemudian dibuang oleh ginjal melalui urine. Jadi, ketika asupan protein yang tinggi terlalu banyak, maka akan membuat ginjal bekerja ekstra dan memicu kerusakan ginjal.

Dampak Negatif Kekurangan Protein

Salam halnya seperti kelebihan konsumsi protein, kekurangan protein dalam tubuh juga bisa menyebabkan efek negatif sebagai berikut:

Rambut Rontok dan Imun Tubuh Menurun

Apakah belakangan ini rambut Anda berubah menjadi lebih rapuh, mudah rontok, dan menipis? Jangan berprasangka buruk atau langsung memvonis diri Anda terkena penyakit mematikan seperti kanker. Coba ingat-ingat lagi, apakah asupan protein harian Anda sudah cukup atau belum.

Kurangnya asupan protein bisa memicu kerontokan rambut karena pertumbuhan rambut menjadi lebih lambat disertai banyaknya folikel rambut yang memasuki fase istirahat. Di sisi lain, kekurangan protein juga dapat menurunkan kekebalan atau imunitas tubuh, sehingga rentan terkena penyakit seperti infeksi atau virus berbahaya.

Bagaimana jika tubuh kekurangan atau kelebihan protein Dapatkah protein disimpan dalam tubuh?

Gangguan Kognitif

Kekurangan protein tak hanya membuat Anda mudah lapar, namun juga bisa memicu naik turunnya kadar gula darah. Tentunya hal ini bisa mempengaruhi kesehatan otak jika dibiarkan terus-menerus. Akhirnya Anda mengalami gangguan kognitif, di mana otak menjadi kesulitan fokus, berpikir, dan sering merasa linglung atau kebingungan.

Stunting Atau Pertumbuhan Anak Terhambat

Sebagai orang tua, Anda tentu menginginkan tumbuh kembang anak Anda baik-baik saja, bukan? Jika begitu, Anda perlu memperhatikan asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh anak, tak terkecuali protein. Tidak hanya membantu menjaga massa otot dan tulang, asupan protein yang seimbang sangat penting untuk pertumbuhan anak.

Kekurangan protein bisa menyebabkan anak terkena stunting. Merujuk pada jurnal Maternal & Child Nutrition, stunting adalah tanda malnutrisi pada anak, seperti pertumbuhan tinggi badan yang tidak sempurna atau lebih pendek dibandingkan anak seusianya.

Demikian dampak kelebihan dan kekurangan protein dalam tubuh manusia. Semoga setelah membaca artikel ini bisa membuat Anda lebih memperhatikan setiap asupan makanan yang dikonsumsi. Jadi, Anda bisa meminimalisir risiko terkena penyakit.