Di mana janji pemuda tersebut memprok lamasikan nya

Jakarta - Sumpah Pemuda yang diikrarkan tepat 90 tahun lalu jadi tonggak sejarah persatuan bangsa. Barulah 17 tahun kemudian, pada tahun 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.

Sumpah Pemuda merupakan rumusan Kongres Pemuda II yang digelar pada 27-28 Oktober 2018. Para pesertanya sudah tentu para pemuda. Mereka tergabung dalam berbagai elemen organisasi pemuda yang masih menonjolkan primordialisme kedaerahan.

Salah satu organisasi itu yakni Jong Java. Kebetulan organisasi ini juga merupakan panitia dari Kongres Pemuda yang pertama tahun 1926. "Kalau Kongres Pemuda II kan ketuanya Sugondo Djojopuspito, waktu itu atas nama Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia, PPPI," kata sejarawan UI Rushdy Hoesein dalam perbincangan dengan detikcom, Minggu (28/10/2018).Terpilihnya Sugondo sebagai ketua juga didasari atas semangat persatuan. Keanggotaannya di PPPI dianggap mewakili seluruh elemen dibandingkan dengan organisasi kepemudaan lainnya.

Di mana janji pemuda tersebut memprok lamasikan nya
Museum Sumpah Pemuda / Foto: Ari Saputra

Dia dibantu oleh RM Djoko Massaid dari Jong Java sebagai wakil ketua. Adapun Mohammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond menjabat sebagai sekretaris dan Amir Sjarifuddin dari Jong Bataks Bond menjadi bendahara."Ini sebenarnya kebesaran hati dari Jong Java, organisasi yang sangat besar waktu itu, anggotanya sudah ada di seluruh pulau. Tapi karena semangatnya untuk persatuan, pada akhirnya mereka memilih untuk fusi dengan organisasi lainnya," kata Rushdy.Jong Java adalah perubahan nama dari organisasi Tri Koro Dharmo yang didirikan pada 1915. Perubahan nama tersebut dilakukan pada 1918.

Adapun Tri Koro Dharmo terbentuk setelah pelopor organisasi kepemudaan, Boedi Oetomo (Budi Utomo). Ada anggapan Budi Utomo terlalu eksklusif sehingga dibentuklah Tri Koro Dharmo.

Setelah namanya berubah menjadi Jong Java, kaum muda lainnya pun membentuk organisasi serupa. Di antaranya adalah Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes, Jong Bataks Bond, dan lainnya. Selain itu juga ada Jong Islamieten Bond yang sebetulnya didirikan oleh mantan anggota Jong Java.

Seluruh elemen pemuda inilah yang akhirnya mendapat kesadaran untuk bersatu. Mereka merumuskannya dalam Kongres Pemuda II.

Bukan cuma pribumi, pemuda peranakan Tionghoa hingga Arab juga turut berkontribusi. Bahkan lokasi rapat terakhir kongres itu bertempat di indekos milik keturunan China, Sie Kok Liong. Indekos itu kini kita kenal sebagai Museum Sumpah Pemuda."Ini makna Sumpah Pemuda bahwa anak muda belasan tahun waktu itu sudah berkontribusi. Yang paling penting adalah semangat untuk bersatu. Kan dilakukan oleh PPPI, dari ini kemudian ada yang lain kan Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatranen Bond," ujar sejarawan yang juga Ketua Komunitas Historia Asep Kambali dalam perbincangan dengan detikcom, Jumat malam (26/10).

Di mana janji pemuda tersebut memprok lamasikan nya
Museum Sumpah Pemuda / Foto: Melissa Bonauli

Mereka lalu merumuskan Ikrar Pemuda yang di kemudian hari dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Tapi peran pemuda tak hanya sebatas kongres itu saja. Setelahnya pun mereka masih terus melakukan pergerakan.

Pada 31 Desember 1930, didirikan Indonesia Moeda yang merupakan fusi dari organisasi-organisasi kepemudaan itu. Ide persatuan ini diinisiasi oleh Jong Java pada 1929 yang kemudian menggelar lagi Kongres Pemuda di Solo pada Desember 1930 hingga 2 Januari 1931. (bpn/imk)

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.Pengibaran bendera pada 17 Agustus 1945.Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, berdasarkan tim PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).Dikibarkannya bendera Indonesia pada 17 Agustus 1945.Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di kapal USS Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta BPUPKI Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah satu-satunya orang yang terlibat secara akif dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab Belanda dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo.Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?” Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila. Jawaban dan uraian Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan baru dalam sejarah Indonesia yang memaparkan kembali fakta bahwa Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila.Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara Jepang untuk Asia Timur Raya terkait dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang berencana menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang akan menciptakan kekosongan kekuasaan di Indonesia. tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.