You're Reading a Free Preview Loading Preview Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Gambar yang tampak di atas menunjukkan daerah pegunungan relatif lebih sulit dikelola sebagai lahan pertanian. Untuk menyiasati kondisi lahan yang miring di daerah pegunungan, para petani menerapkan sistem sengkedan. Melalui sistem ini, para petani menerapkan sistem sengkedan. Melalui sistem ini, para petani dapat mengoptimalkan daerah pegunungan sebagai lahan pertanian sekaligus mengoptimalkan kekayaan alam Indonesia. Setiap komunitas dalam masyarakat memiliki kearifan lokal berbeda. Kekayaan budaya dalam bentuk kearifan lokal mampu bertahan di tengah pengaruh globalisasi. Tujuan PembelajaranSeetelah mempelajari bab ini, Anda akan mampu: 1. menjelaskan upaya pemberdayaan komunitas lokal; 2. mengkaji perkembangan kearifan lokal di tengah pengaruh globalisasi; 3. menjelaskan strategi pemberdayaan komunitas berdasarkan kearifan lokal dalam mengingkatkan kesejahteraan masyarakat; 4. melaksanakan proyek pemberdayaan sosial berbasis kearifan lokal; dan 5. mensyukuri keragaman kearifan lokal sebagai anugerah Tuahn Yang Maha Esa. A. Komunitas dan Kearifan Lokal 1. Komunitas a. Pengertian Komunitas
Komunitas merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu community artinya sebagai masyarakat setempat yang memiliki cakupan wilayah sama. Menurut Soerjono Soekanto (2012: 133), komunitas merupakan sekelompok manusia yang menunjuk pada warga suatu daerah seperti desa, kota, suku, atau bangsa. Komunitas berdasarkan empat kriteria berikut. 1. Jumlah penduduk.2. Luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk. 3. Fungsi khusus komunitas terhadap masyarakat. 4. Organisasi masyarakat yang bersangkutan. Keempat kriteria di atas dapat digunakan untuk membedakan komunitas masyarakat baik di kota maupun desa. Komunitas masyarakat kota memiliki struktur organisasi lebih kompleks dibandingkan masyarakat desa. Oleh karena itu, komunitas masyarakat kota pada umumnya memiliki jangkauan lebih luas dibandingkan masyarakat desa. b. Kekuatan Pengikat Komunitas Kekuatan pengikat suatu komunitas adalah kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sosial yang biasanya didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya, ideologi, dan sosial-ekonomi. c. Jenis-Jenis Komunitas Komunitas dalam masyarakat beraneka ragam, misalnya komunitas adat,komunitas lokal,dan komunitas berdasarkan kesaman minat. Komunitas adat pada umumnya terbentuk dalam masyarakat yang memegang teguh nilai-nilai adat tertentu. Contoh: Komunitas suku Badui, suku Sasak, dan suku Dayak. Komunitas lokal mencakup masyarkat yang bermukiman atau mencari nafkah di wilayah tertentu, Misalnya komunitas lokal di sekitar pabrik, kantor, desa, atau kota tertentu. Komunitas berdasarkan kesamaan minat misalnya komunitas pencita sepeda, dan komunitas pencita hewan. d. Unsur-unsur Komunitas Tempat tinggal anggota komunitas relatif berdekatan. Keadaan ini mendorong setiap anggota dapat menjalin hubungan erat sehingga membentuk solidaritas kuat. Contohnya : seperti semakin sering anda menggunakan telepon seluler, semakin besar ketergantungan anda terhadap fungsi telepon seluler tersebut. Menurut Soerjono Soekanto (2012:134), unsur-unsur perasaan komunitas sebagi berikut. 1) Seperasaan Unsur seperasaan timbul akibat seseorang berusaha mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang dalam kumunitas. Faktor kedekatan menyebabkan setiap anggota memiliki keinginan mewujudkan tujuan bersama dalam komunitas tersebut. Contoh: komunitas pencita sepak bola. 2) Sepenanggungan Sikap sepenganggungan dalam komunitas menunjukkan bahwa setiap anggota kelompok menyadari peran masing-masing. Tujuan komunitas menjadi tanggung jawab semua anggota komunitas. Contoh: Komunitas pelajar Indonesia yang sedang belajar di luar negeri. 3) Saling memerlukan Kedekatan wilayah menimbulkan rasa ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan baik fisik maupun nonfisik. Contoh: kegiatan membangun rumah dengan cara gotong royong. 2. Kearifan Lokal Kearifan lokal merupakam gagasan-gagasan lokal yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai yang tertanam dan diikuti oleh warga masyarakatnya.
a. Kearifan Lokal Cerminan Budaya Bangsa
Nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal diajarkan secara turun-temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi, oleh karena itu, nilai-nilai kearifan lokal bangsa Indonesia dapat mencerminkan budaya bamgsa indonesia. Kearifan lokal pada dasarnya memuat tata kelakuan/etika dalam menjalani kehidupan yang selaras dengan alam. Kearifan lokal tidak hanya berhenti pada etika, tetapi sampai pada norma, tindakan, dan tingkah laku masyarakat. Oleh karena itu, kearifan lokal dapat menjadi pedoman masyarakat dalam bersikap dan bertindak. b. Ruang lingkup kearifan lokal Kearifan lokal bisa merupakan kearifan yang belum lama muncul dalam suatu komunitas sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan alam dan interaksinya dengan masyarakat serta budaya lain. 1) Pengetahuan Lokal setiap masyrakat memiliki pengetahuan lokal terkait lingkungan hidupnya. pengetahuan terkait dengan perubahan dan siklus iklim, jenis flora dan fauna, kondisi geogrfis, demografis, serta sosiografis. keadaan ini terjadi karena masyarakat mendiami suatu daerah cukup lama sehingga mereka dapat beradaptasi dengan lingkungannya. 2) Nilai Lokal Menurut Sugih Biantoro (dalam puslitbangbud; 2011:218), kearifan lokal merupakan suatu upaya menemukan nilai-nilai bersama sebagai akibat hubungan dengan ligkungannya. Artinya, nilai lokal yang mereka sepakati dan dijalani masyarakat dalam menjalankan aktivitas. kearifan lokal dilandasi oleh nilai-nilai dan di sesuaikan dengan lingkungan demi kepentingan bersama. 3) Keterampilan lokal Kearifan lokal juga mengandung kemampuan suatu masyarakat dalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya. Artinya, masyarakat memiliki aktivitas-aktivitas yang dilakukan demi menunjang kehidupannya. Akitivitas tersebut diselaraskan dengan keadaan dan kondisi lingkungan maupun sosial. Dalam aktivitas ini terkandung keterampilan lokal. Keterampilan lokal paling sederhana antara lain berburu, meramu, bercocok tanam, sampai membuat industri rumah tangga. 4) Sumber daya alam lokal Sumber daya alam dalam masyarakat di bagi menjadi 2 yaitu, sumberdaya alam terbarukan dan sumber daya alam tidak terbarukan. sumber daya alam terbarukan meliputi hutan, kebun, perairan, dan lahan pertanian. Sumber daya alam yang tidak terbarukan antara lain gas alam, batubara, dan minyak bumi. Melalui kearifan lokal, masyarakat mengelola sumber daya alam lokal sesuai kebutuhan dan tidak mengeksploitasi secara berlebihan. 5) Mekanisme pengambilan keputusan Setiap masyarakat mempunyai mekanisme pengambilan keputusan berbeda. Ada masyarakat yang melakukan pengambilan keputusan secara demokratis, ada juga masyarakat yang mengambil keputusan berdasarkan suara terbanyak, atau bahkan otoriter. 6) Solidaritas kelompok Ikatan komunal yang mempersatukan masyarakat terletak pada solidarits lokal. setiap anggota masyarakat saling memberi dan menerima sesuai bidang dan fungsinya. Contoh, dalam solidaritas mengelolah tanaman padi dan kegiatan pembersihan lingkungan secara gotong royong.
Menurut Rebertson, globalisasi merupakan proses yang menghasilkan dunia tunggal. Ketimpangan pembangunan desa ke kota akan berakibat buruk secara sosial dan ekonomi. Kota akan mengalami kepadatan penduduk karena karena terbukanya kesempatan kerja di berbagai bidang. Akibat kepadatan penduduk meningkat, muncul kawasan perkampungan kumuh di kota yang disebut slump area. Sebaliknya, desa kekurangan tenaga kerja karena banyak penduduk desa ke kota kearifan lokal dapat digunakan sebagai solusi dalam menghadapi berbagai permasalahan karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Ciri-ciri kearifan lokal sebagai solusi dalam menghadapi globalisasi sebagai berikut : 1) Mampu bertahan terhadap budaya luar 2) Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar 3) Mempunyai kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar dalam budaya asli. 4) Mempunyai kemampuan mengendalikan 5) Mampu memberi arah pada perkembangan budaya Menurut Anthony Giddens dalam bukunya The Runaway World(2002), kehidupan modern ibarat sebuah kendaraan yang berjalan cepat, suatu saat dapat dikendalikan namun juga terancam lepas kendali. gay hidup modern yang berpijak pada hedonisme dan materialisme berpotensi menggeser budaya bangsa. Contoh, berkembang budaya korupsi yang berakar dari rasa tamak atau keuntungan duniawi. B. Strategi Pemberdayaan Komunitas di Tengah Pengaruh Globalisasi Globalisasi menimbulkan berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat. Salah satu dampak globalisasi berupa ketimpangan sosial. Ketimpangan sosial terutama tamak dalam hubungan negara-negara dengan ekonomi kuat dan negara-negara dengan ekonomi lemah. Pada era globalisasi, banyak negara maju mendominasi kehidupan ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 1. Inisiator Pemberdayaan Komunitas Perdagangan bebas dapat dimaknai sebagai proses kegiatan perdagangan antarbangsa atau antarnegara yang ditandai tidak adanya hambatan dari pemerintah. Akibatnya, muncul persaingan secara ketat baik antarindividu maupun perusahaan di negara berbeda. Di sisi lain, konsumen dapat memperoleh barang-barang berkualitas internasional secara mudah. pelaku usaha di Indonesia harus mengalami persaingan ketat. a. Pemerintah
Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) juga berperan besar sebagai inisiator pelaksanaan pemberdayaan komunitas. Artinya, lembaga ini tidak berasal dari bagian lembaga pemerintahan, tetapi bersifat independen. LSM sangan dibutuhkan untuk membantu mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
c. Masyarakat
2. Prinsip Pemberdayaan Komunitas Pemberdayaan komunitas tidak semata-mata bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi tujuannya dapat berkembang sesuai bidang kegiatannya. Terdapat 4 prinsip pemberdayaan komunitas. Pemberdayaan komunitas hendaknya memperhatikan prinsip kesetaraan. Artinya, pihak pemberdaya dan komunitas yang akan diberdayakan memiliki kedudukan setara. Dalam hal ini pihak pemberdaya/pendamping diposisikan secara fleksibel. Selain memiliki tugas berbagi ilmu pengetahuan, mereka mendengarkan dan mengakomodasi pendapat masyarakat. b. Partisipatif Dalam kegiatan pemberdayaan, masyarakat diberi kebebasan memiliki dan merumuskan kebutuhan dalam proses pemberdayaan. Mayarakat diajak melihat kemampuannya dalam mencapai tujuan yang diinginkan. c. Keswadayaan Pemberdayaan komunitas hendaknya memperhatikan aspek ke swadayaan. Artinya, ada proses menghargai kemampuan masyarakat dalam upaya pemberdayaan dengan mengedepankan kemampuan masyarakat.
d. Berkelanjutan Program yang dilaksanakan dalam komunitas ada baiknya dirancang secara berkelanjutan. Artinya, meskipun proses pemberdayaan selesai, program pemberdayaan dapat dilanjutkan dan dikelola masyarakat secara mandiri. Peran dari berbagai pihak seperti peran generasi muda diperlukan untuk menyukseskan upaya pemberdayaan.
a. Mempertimbangkan Potensi Masyarakat Pemberdayaan komunitas hendaknya dimulai dengan mempertimbangkan potensi masyarakat. Artinya, fasilitator atau pihak pemberdaya komunitas hendaknya menghargai segala potensi yang dimiliki komunitas. Sebagai contoh, pihak pemberdaya menerima pandangan, pendapat, pengalaman, dan pengetahuan yang dapar dimanfaatkan untuk mendukung upaya pemberdayaan. Dalam mempertimbangkan potensi masyarakat. Kearifan lokal dapat digunakan sebagai batu loncatan upaya pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat akan lebih mudah menerima berbagai perubahan dalam proses pemberdayaan. b. Memberikan Pendampingan secara Berkelompok Pelaksanaan pemberdayaan akan lebih efektif jika dilakukan dalam sebuah kelompok. Pemberdayaan dalam sebuah kelompok dinilai lebih efektif. Sebagai contoh, untuk melakukan pemberdayaan pemuda dalam suatu dusun perlu mendatangi pemuda satu per satu.
Pihak pemberdaya perlu mengakomodasi usulan anggota masyarakat yang meminta dilakukan pelatihan tertentu di luar program pemberdayaan. Sebagai contoh, dalam pelatihan kekriyaan pemuda karang taruna, terdapat beberapa pemuda yang menginginkan diberi pelatihan pembuatan kerajinan tangan.
d. Mengangkat Kearifan Lokal Tidak semua norma dan kebiasaan yang menjadi kearifan lokal menghambat perubahan. Pihak pemberdaya perlu mengangkat kearifan-kearifan lokal dalam upaya pemberdayaan komunitas. Sebagai contoh, mengajarkan masyarakat membuat dan mengelola tambak ikan.
e. Memberikan Bantuan Sarana
f. Melaksanakan Pemberdayaan secara Bertahap Adapun tahapan dalam pelaksanaan pemberdayaan sebagai berikut.
Tahap pelaksanaan atau disebut tahap kapasitasi biasanya dilakukan dengan metode pendampingan serta diadakan kegiatan memfasilitasi program pemberdayaan. 3) Evaluasi Bentuk peran komunitas dalam evaluasi program pembangunan antara lain memberikan masukan, saran, dan kritik bagi program pembangunan yang telah berlangsung. Proses evaluasi dapat dilakukan bersama masyarakat. Jika program pemberdayaan dirasa berhasil, tahap berikutnya adalah terminasi, yaitu pengakhiran seluruh kegiatan termasuk pendampingan, serta penyerahan tugas pendampingan kepada komunitas tersebut.
Ada lima aspek yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan kearifan lokal sebagai upaya pemberdayaan komunitas. Kelima aspek tersebut adalah menghargai pengetahuan lokal; menghargai sumber daya lokal; menghargai sumber daya lokal; menghargai keteramplan lokal; dan menghargai proses. 1. Pemberdayaan Kampung Batik Taman Sari di Yogyakarta Salah satu daerah yang masih mengembangkan tradisi membatik berada di Yogyakarta, tepatnya di kampung Taman Sari.
Tradisi membatik di Taman Sari telah berusia tiga abad. Seiring perkembangan zaman dan masuknya arus globalisasi terjadi pergeseran proses pembuatan batik di kampung batik ini. Proses pembuatan batik yang dulu dilakukan manual mulai bergeser menggunakan alat dan media-media baru. Saat ini kampung Taman Sari semakin dikenal wisatawan dalam dan luar negeri sebagai salah satu sentra baik di Yogyakarta. Selain itu, kondisi ini membuka peluang usaha bagi masyarakat setempat, misalnya menyelenggarakan pelatihan singkat (workshop) bagi wisatawan yang ingin belajarmembatik. Inilah wujud pemberdayaan komunitas di tengah pengaruh globalisasi. 2. Pemberdayaan Petani Bakumpai di Kabupaten Barito Kuala Salah satu hal menarik dalam tradisi bertani petani Bakumpai adalah pemilihan lokasi pertanian dan sistem penanaman pada lahan pasang surut yang disebut tana. Dilihat darisegi geografis, lahan pertanian petani Bakumpai termasuk kategori rawa pasang surut tipe A, yakni lahan yang selalu direndam air baik pada saat pasang besar maupun kecil. Oleh karena itu, pemerintah memberikan berbagaialat pertanian untuk memaksimalkan hasil pertanian petani Bakumpai. Selain itu, pemerintah setempat melalui Dinas Pertanian sering melakukan pelatihan bagi petani Bakumpai mengenai tata cara bertani di lahan pasang surut. 3. Pemberdayaan Suku Bajo Salah satu lokasi tempat tinggal Suku Bajo adalah di pesisir pantai Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.
4. Pemberdayaan Masyarakat Kampung Naga Kampung Naga merupakan sebuah kampung adat di Jawa Barat yang masih alami.
6. Pemberdayaan Masyarakat Badui Suku Badui merupakan salah satu suku yang tinggal di Provinsi Banten.
d) Save Street Child Komunitas Save Street Child merupakan komunitas yang berupaya menjadi wadah penggerak peduli terhadap permasalahan anak jalanan. Komunitas ini berusaha memanusiakan anak jalanan, melalui penyelenggaraan even-even dan program pemberdayaan melalui pendidikan. |