Bagaimana bentuk akulturasi antara budaya asli Indonesia Hindu-Budha dan Budaya Islam dalam bangunan masjid?

Arifin menyembelih seekor ayam dengan alat yang tajam untuk makan malam bersama keluarganya. Berikut ini, alat yang tidak boleh digunakan untuk menyem … belih adalah .... A. pedang B. pisau C. batu D. kuku ​

kitab injil diturunkan kepada nabi isa as. di A , bukit zaitun B, jabal uhud C, bukit marwah D, padang mahsyar ​

1. ilmu agama yang berkembang dan mengalami kemajuan sangat pesat pada masa dinasti Abbasiyah adalah ........a. Logika,tafsir,fiqih, tasawufb. hadist, … tafsir,fiqih, tasawufc. Falaq, tafsir, fiqih, tasawufd. hadist, tafsir,nujum, tasawuf2. salah hal yang membedakan kemajuan yang dicapai pada masa dinasti Abbasiyah dengan masa-masa lainnya adalah.......a. berkembangnya wilayah kekuasaanb. lamanya masa kekuasaan Khalifahc. model dan sistem pemerintahand. berkembangnya peradaban Islamtolong dijawab ya....​

objek Ilmu Filsafat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan manusia disebut...​

Tolonggg dikerjakan Besok dikumpulin Isinya yg bener y​g tugas kelompok

tirto.id - Akulturasi kebudayaan terjadi sebagai akibat interaksi antar perbedaan suku, agama, ras dan golongan di dalam masyarakat. Perbedaan menyebabkan adanya ketertarikan sehingga tercipta adaptasi dan menghasilkan sebuah akulturasi kebudayaan.

Sosiolog Gillin dan Raimy menyatakan, akulturasi merupakan proses modifikasi antara kebudayaan yang sudah ada di masyarakat dengan kebudayaan lain. Modifikasi kebudayaan diakibatkan adanya dua maupun lebih kebudayaan yang mengalami kontak sosial dan menghasilkan akulturasi kebudayaan.

Proses akulturasi kebudayaan terjadi secara dinamis tanpa menghilangkan kebudayaan lama yang sudah ada. Menurut Deverex dan Loeb, proses akulturasi kebudayaan bersifat menjadikan kelompok sebagai hal terpenting dalam suatu budaya.



Dohrewen dan Smith menyatakan, walaupun kelompok masyarakat berada pada posisi konstituen dalam kebudayaan, namun tetap memiliki hubungan dan pengaruh dengan akulturasi secara individu.

Dari beberapa perdebatan mengenai akulturasi kebudayaan di atas, Gillin, Raimy, dan Eaton mengungkapkan, pada akhirnya akulturasi kebudayaan terjadi pada kelompok dan individu.

Pada akulturasi kebudayaan secara kelompok, akulturasi ditunjukan dengan adanya perubahan pada orientasi nilai dan adopsi nilai-nilai dari kelompok lain. Tanpa hal tersebut, akulturasi kebudayaan tetap dapat terjadi, karena hal tersebut tercipta dari adanya nilai dan sikap secara alamiah.

Bentuk-Bentuk Akulturasi Kebudayaan Islam di Indonesia


Indonesia banyak memiliki akulturasi kebudayaan Islam yang terjadi di masyarakat. Hal tersebut terjadi karena sebelum Islam masuk sudah banyak terdapat kebudayaan suku asli, agama Hindu-Budha, dan lainnya.

Dikutip dari Jurnal Fikrah: Akulturasi Islam dan Budaya Jawa oleh Donny Khoirul Aziz (2013:266-273), Beberapa akulturasi kebudayaan Islam yang berkembang di Indonesia sebagai berikut:

1. Tradisi Bentuk Makam Pada masa Hindu, masyarakat tidak memiliki tradisi memakamkan mayat. Masyarakat melakukan tradisi Hindu membakar mayar dan melarung abunya ke laut. Abu dari orang kaya akan disimpan dalam guci dan abu raja akan disimpan dalam sebuah candi. 2. Bentuk Nisan Akulturasi budaya juga dapat dilihat dalam bentuk nisan. Bentuk nisan yang berkembang pada awalnya hanya berbentuk kapal terbalik (lurus) dari Persia. Kemudian, berkembang bentuk lain seperti teratai, keris, dan gunungan wayang yang dipengaruhi kebudayaan Jawa. 3. Arsitektur Bangunan Masjid Banyak terdapat bangunan masjid di Indonesia seperti Masjid Agung Demak, Masjid Gede Mataram, Masjid Soko Tunggal Kebumen, dan lainnya. Beberapa arsitektur masjid yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha dan Barat sebagai berikut:
  • Bentuk atap masjid berbentuk kubah Ottoman style dan India style. Tedapat atas bersusun yang bentuknya semakin kecil ke atas serta bagian atas seperti mahkota. Atapnya berjumlah ganjil bilangan tiga atau lima.
  • Terdapat bedug sebagai penanda tibanya waktu salat.
  • Beberapa masjid seperti Masjid Agung Kudus memiliki atap tumpeng. Sedangkan, Masjid Agung Banten memiliki Menara berbentuk mercusuar.
  • Letak masjid bersifat strategis, yaitu terletak berdekatan dengan kraton, pasar, dan alun-alun.
4. Kesusasteraaan Berkembang kesusastraan seperti hikayat dan syair. Di daerah Melayu karya sastra banyak ditulis menggunakan bahasa Arab. Sedangkan di Jawa menggunakan bahasa Jawa, walaupun beberapa kesusastraan menggunakan bahasa Arab terutama tentang soal keagamaan. 5. Seni WayangBerkembang seni kebudayaan berupa wayang yang digunakan untuk menyebarkan agama Islam oleh para Walisongo. Wayang merupakan bentuk samaran gambaran manusia supaya tidak melanggar aturan dalam Islam.

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia. Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, dan istana. Beberapa bentuk akulturasi tersebut adalah sebagai berikut.

  • Pada Masjid Agung Menara Kudus di Jawa Tengah, terlihat bahwa masjid yang berbentuk Islam ini memiliki kemiripan dengan bangunan candi Hindu-Buddha. Simbol candi pada menara yang menjadi bentuk dari kebudayaan Hindu-Buddha ini tidak dijadikan tempat untuk memuja dewa. Bentuk Hindu-Buddha berupa candi tersebut bercampur dengan masjid yang menjadi bangunan induknya.
  • Masjid Agung Demak yang memiliki bentuk bangunan runcing ke atas dengan tiang-tiang penopang yang besar, tinggi, bertingkat-tingkat, serta motif hias bangunannya yang berasal dari kebudayaan Majapahit. Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang berdiri di Nusantara. Kebudayaan ini bercampur dengan bentuk Islam, yaitu masjid sebagai tempat beribadah umat muslim.
  • Makam Sunan Kudus yang memiliki tembok atau gapura. Gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung dan ada pula yang berbentuk candi bentar. Gapura candi bentar ini menujukkan bentuk Hindu-Buddha, sedangkan bentuk Islamnya terlihat dari unsur sufistik yang ada pada pintu makam. Keduanya bercampur sehingga terlihat akulturasi dari dua agama tersebut.

Dengan demikian, akulturasi pada bidang seni bangunan antara kebudayaan Hindu-Budha dan Islam, yaitu:

  • masjid sebagai tempat ibadah bagi kaum muslim memiliki arsitektur yang bercampur dengan kebudayaan Hindu-Buddha seperti adanya menara yang berupa candi dan atap bertingkat-tingkat mengikuti atap pada kuil candi Hindu-Buddha, dan
  • makam yang memiliki gapura berbentuk candi bentar dan bercampur dengan unsur sufistik di pintunya sebagaimana terlihat pada makam Sunan Kudus.

KOMPAS.com - Indonesia di era kuno pernah mendapat pengaruh yang sangat kuat dari agama Hindu.

Hal itu dibuktikan dengan ada beberapa kerajaan Hindu di Indonesia, seperti Kutai dan Tarumanegara di Jawa Barat.

Setelah mendapat pengaruh Hindu selama berabad-abad, Indonesia kemudian memasuki era Islam yang ditandai dengan masuknya agama ini pada abad ke-13.

Adanya pengaruh Hindu dan Islam ini kemudian membuat adanya akulturasi budaya yang berkembang di Indonesia.

Baca juga: 6 Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit

Proses akulturasi Hindu dan Islam

Proses akulturasi Hindu dan Islam di Indonesia terjadi secara dinamis tanpa harus menghilangkan kebudayaan yang sudah ada.

Hal itu berdasarkan dari sifat dari kebudayaan yang selalu dinamis.

Baca juga: Empat Fase Perkembangan Agama Hindu di India

Pada abad ke-5, masyarakat Indonesia sudah mendapat pengaruh agama Hindu.

Ini dibuktikan dengan adanya penggunaan bahasa Sansekerta pada prasasti yang ditemukan di bekas berdirinya kerajaan Hindu.

Baca juga: Sejarah Singkat Bahasa Sanskerta

Bangunan bercorak Hindu dan Islam

Salah satu contoh bentuk akulturasi antara Hindu dan Islam adalah dalam bentuk bangunan.

Hal itu dibuktikan dengan Masjid Agung Kudus yang memiliki bentuk seperti bangunan pura atau candi pada menara masjidnya.

Bangunan Masjid Agung Kudus mencerminkan bentuk dari hasil akulturasi yang terjadi antara Hindu dan Islam di Indonesia.

Selain itu, arsitektur masjid kuno Indonesia memiliki bentuk atap bertingkat lebih dari satu.

Baca juga: Masjid Tonson, Masjid Tertua di Thailand

Ini merupakan bentuk arsitektur yang masih terpengaruh oleh budaya Hindu. Contohnya gaya arsitektur pada beberapa masjid berikut ini::

  • Masjid Agung Cirebon
  • Masjid Angke
  • Masjid Agung Demak
  • Masjid Katangka
  • Masjid Tambora

Selain itu, makam yang ada di Jawa, seperti makam raja di Imogiri, juga masih terpengaruh oleh kebudayaan Hindu.

Hal itu didasarkan pada letak makam yang berada di atas sebuah bukit atau tempat tinggi.

Bangunan makam di Jawa memiliki filosofi yang terpengaruh oleh kebudayaan Hindu, yakni semakin tinggi suatu tempat maka akan semakin dekat dengan Tuhan.

Baca juga: Kertajaya, Raja Terakhir Kediri yang Mengaku Dewa

Tradisi Hindu dan Islam

Ada beberapa bentuk akulturasi yang terjadi di bidang budaya antara Hindu dan Islam.

Salah satunya adalah tahlilan atau yasinan pada agama Islam. Tradisi ini adalah acara doa bersama untuk leluhur atau keluarga yang sudah meninggal.

Pengaruh Islam juga terjadi dalam agama Hindu yang melakukan upacara atau ritual untuk mendoakan leluhur yang sudah meninggal.

Ada juga ziarah makam yang biasa dilakukan oleh sebagian umat Islam menjelang bulan Ramadhan.

Ziarah makam ini juga dilakukan oleh umat Hindu, seperti Raja Hayam Wuruk yang gemar mendatangi beberapa candi pendharmaan leluhurnya.

Akulturasi budaya Islam dan Hindu juga terjadi dalam bidang penanggalan di era Sultan Agung.

Sultan Agung menginginkan adanya penanggalan baru, sehingga kemudian diciptakan sebuah kalender perpaduan Kalender Saka dan Hijriah.

Makam Hindu dan Islam

Permakaman di Indonesia juga mengalamai pengaruh atau akulturasi dengan kebudayaan Hindu dan Islam.

Permakaman Islam di Nusantara biasanya akan dibuatkan jirat atau kijing. Namun, khusus bagi orang penting atau berpengaruh, biasanya akan didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup pada makam.

Adapun makam para raja akan dibuat megah dan lengkap dengan makam keluarga serta pengiringnya.

Biasanya permakaman raja-raja Islam akan ditempatkan di atas bukit yang dibuat dengan berundak-undak.

Hal itu hampir sama dengan konsep bangunan punden berundak era Hindu.

Baca juga: Mengapa Thailand Jadi Negara ASEAN yang Tidak Pernah Dijajah?

Referensi:

  • Na'am Muh Fakhrihun. (2019). Pertemuan Antara Hindu, China, dan Islam pada Ornamen Masjid dan Makam Mantingan, Jepara. Yogyakarta: Samudra Biru.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.