sebutkan tajwid tajwid dalam surat al mulk ayat 1-30bantu jawab yaa,masing masing contoh nya 1 aja Show
carilah masing-masing 5 hukum tajwid dibawah ini dalam surat al-maidah maidah ayat 1-5 a. izhar halqi 5 b. ikhfa hakiki 5 c. iqlab 5 d. idgom bigunnah … Mohon bantuannya kaka tuliskan 10 kata kata (kalimat)yang dibaca waqaf tolong di jawab ya kakak,yang bener kalo gk aku report tolong ya di bantu di jwab terimakasih 1. Mengapa Maslahah Mursalah dapat dijadikan sumber hukum Islam,Jelaskan! apa perbedaan jim sin dan la?materi makhraj* tolong di jawab kk makasihtapi jangan ngasal tolong di kerjain kk yg teks nya ngak usah di krjain yg di kerjain yg ada kotak kotaknya saja makasih .tolong di bantu ya .....tapi jangan ngasal .... … Surat Al Fatihah memiliki banyak nama dan kestimewaan dari surat lain dalam Alquran. (Foto: ist) Kastolani Jumat, 01 Januari 2021 - 19:35:00 WIB
JAKARTA, iNews.id - Surat Al Fatihah merupakan salah satu surat dalam Alquran. Surat ini berjumlah tujuh ayat dan termasuk surat Makkiyah. Surat Al fatihah memiliki banyak nama. Ulama hadis menyebutkan ada puluhan nama yang dimiliki Surat Al Fatihah. Para ulama mengatakan bahwa jumlah kalimat dalam surat Al-Fatihah semuanya ada 25 kalimat, sedangkan hurufnya sebanyak 113. BACA JUGA: Surat Al fatihah berisi tentang pujian kepada Allah SWT yang telah memberi kehidupan kepada manusia. Selain itu, perintah manusia untuk menyembah dan meminta pertolongan hanya kepada Allah SWT serta meminta petunjuk dan jalan lurus. Berikut sembilan nama Surat Al Fatihah yang dirangkum iNews.id dari Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Fatihah: 1. Fatihatul Kitab atau Ummul Kitab Surat Al Fatihah disebut juga Fatihatul Kitab. Dengan surat ini bacaan dalam salat dimulai. Surat ini disebut pula Ummul Kitab menurut jumhur ulama —seperti yang dituturkan oleh Anas, Al-Hasan, dan Ibnu Sirin— karena mereka tidak suka menyebutnya dengan istilah Fatihatul Kitab. Imam Bukhari dalam permulaan kitab Tafsir mengatakan bahwa surat ini dinamakan Ummul Kitab karena penulisan dalam mushaf dimulai dengannya dan permulaan bacaan dalam salat dimulai pula dengannya. Menurut pendapat lain, sesungguhnya surat ini dinamakan Ummul Kitab karena semua makna yang terkandung di dalam Al-Qur'an merujuk kepada apa yang terkandung di dalamnya. 2. Ummul Qur'an Al-Hasan dan Ibnu Sirin mengatakan.”Sesungguhnya Ummul Kitab itu adalah Lauh Mahfuz." Al-Hasan mengatakan bahwa ayat-ayat yang muhkam adalah Ummul Kitab. Karena itu, keduanya pun tidak suka menyebut surat Al-Fatihah dengan istilah Ummul Qur'an. " الْحَمْدُ لِلَّهِ أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ " Alhamdu lillahi rabbil 'alamina adalah Ummul Qur'an, Ummul Kitab. Sab'ul masani. dan Al-Qur'anul 'azim. 3. Al Hamdu Surat Al-Fatihah dinamakan pula Alhamdu (الْحَمْدُ) ,karena berdasarkan sabda Nabi Saw. dari Tuhannya yang mengatakan:" قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، قَالَ اللَّهُ: حَمِدَنِي عَبْدِي " Aku bagikan salat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua ba-gian. Apabila seorang hamba mengucapkan, "Alhamdu lilldhi rabbil 'dlamlna" (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam), maka Allah berfirman, "Hamba-Ku telah memuji-Ku." (Hadis) 4. Ash Sholat Surat Al-Fatihah disebut pula Ash Sholat, karena ia merupakan syarat di dalam salat. عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ Dari ‘Ubadah bin Shamit bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, ”Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab.” Al-Jamaah meriwayatkannya dan lafal ini milik Al-Bukhari. 5. Asy Syifa Surat Al-Fatihah dinamakan pula Syifa (الشِّفَاءُ) , seperti yang disebutkan di dalam riwayat Ad-Darimi melalui Abu Sa'id secara marfu, yaitu: " فَاتِحَةُ الْكِتَابِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ سُمٍّ" Fatihatul kitab (surat Al-Fatihah) merupakan obat penawar bagi segala jenis racun. 6. Ruqyah Surat Al-Fatihah dikenal pula dengan nama Ruqyah (الرُّقْيَةُ), seperti yang disebutkan di dalam hadis Abu Sa'id yang sahih. yaitu di saat dia membacakannya untuk mengobati seorang lelaki sehat (yang tersengat kalajengking). Sesudah itu Rasulullah Saw. bersabda kepada Abu Sa'id (Al-Khudri): " وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ؟ " Siapakah yang memberi tahu kamu bahwa surat Al-Fatihah itu adalah ruqyah? 7. Asasul Qur'an Asy-Sya-bi meriwayatkan sebuah asar melalui Ibnu Abbas, bahwa dia menamakannya (Al-Fatihah) Asasul Qur'an (fondasi Al-Qur'an). Ibnu Abbas mengatakan bahwa fondasi surat ini terletak pada bismillahir rahmanir rahim. 8. Al Waqiyah Sufyan ibnu Uyaynah menamakannya Al-Waqiyah, sedangkan Yahya ibnu Kasir menamakannya Al-Kafiyah, karena surat Al-Fatihah sudah mencukupi tanpa selainnya, tetapi surat selainnya tidak dapat mencukupi bila tanpa surat Al-Fatihah, seperti yang disebutkan di dalam salah satu hadis berpredikat mursal di bawah ini: " أُمُّ الْقُرْآنِ عِوَضٌ مِنْ غَيْرِهَا، وَلَيْسَ غَيْرُهَا عِوَضًا عَنْهَا " Ummul Qur'an merupakan pengganti dari yang lainnya, sedangkan selainnya tidak dapat dijadikan sebagai penggantinya. 9. As Sab'ul masani Penamaan surat Al-Fatihah dengan sebutan "As-Sab'ul masani" dinilai sah. Mereka mengatakan, dinamakan demikian karena surat ini dibaca berulang-ulang dalam salat, pada tiap-tiap rakaat, sekalipun masani ini mempunyai makna yang lain, seperti yang akan diterangkan nanti pada tempatnya insya Allah. قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَنْبَأَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ وَهَاشِمُ بْنُ هَاشِمٍ عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنِ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لِأُمِّ الْقُرْآنِ: " هِيَ أُمُّ الْقُرْآنِ، وَهِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي، وَهِيَ الْقُرْآنُ الْعَظِيمُ" Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada mereka Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada mereka Ibnu Abu Zi'b dan Hasyim ibnu Hasyim, dari Ibnu Abu Zi'b, dari Al-Maqbari, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda tentang Ummul Qur'an: Surat Al-Fatihah adalah Ummul Qur’an, As-Sab'ul Masani, dan Al-Qur'anul Azim. Editor : Kastolani Marzuki TAG : Surat Al Fatihah Nama-Nama Surat Al Fatiha
Mushaf Surah al-Fatihah Surah Al-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan") adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah adalah surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di antara surah-surah yang mempunyai dalam Al-Qur'an. Surah ini dinamakan Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an (induk Al-Quran/أمّ القرءان) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّ الكتاب) karena dia adalah induk dari semua pokok Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني) karena banyak ayatnya yang tujuh dan dibaca terus-menerus dalam salat. Unsur PokokKeimananBeriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Di antara nikmat itu ialah : nikmat membuat, nikmat mendidik dan menumbuhkan, karena kata Rabb (ربّ) dalam kalimat Rabbul-'aalamiin (ربّ العالمين) tidak hanya berfaedah Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung guna tarbiyah (التربية) yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diteliti dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu ilmu yang bisa menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berjasa bagi warga. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu adalah masalah yang pokok, karenanya di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين (hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Perjanjian memberi pahala terhadap perbuatan yang berpihak kepada yang benar dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung guna perjanjian sbg memberi pahala terhadap perbuatan yang berpihak kepada yang benar dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah. Hukum-hukumJalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu sbg mendapat kebahagiaan alam dan kehidupan setealh didunia. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi karena bisanya keselamatan, kebahagiaan alam dan kehidupan setealh didunia, berpihak kepada yang benar yang tentang keyakinan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. . Kisah-kisahKisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian akbar dari ayat-ayat Al -Quran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa'/شهداء (orang-orang yang mati syahid), shaalihiin/صالحين (orang-orang yang saleh). Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari segala sesuatu yang diajarkan Islam. Perincian dari yang telah dinyatakan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat yang lain. Al-FatihahAl-Fatihah adalah satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat diasumsikan tidak sah apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits dinyatakan bahwa salat yang tidak ditemani al-Fatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berlanjut bagi orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain dinyatakan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca: "Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak mempunyai tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak mempunyai kekuatan dan kekuatan kecuali karena bantuan Allah."[6]Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca sesudah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan kemudian membaca ayat atau surah al-Qur'an (pada rakaa'at tertentu). Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, mesti diiringi dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga sampai keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7] Dinyatakan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah dengan memberi henti pada setiap ayat sampai berakhir membacanya[8], misal: Bismillāhir rahmānir rahīm (jeda) Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn (jeda) Arrahmānir rahīm (jeda) Māliki yaumiddīn (jeda) dst-nya.Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9] Dalam salat, Al-Fatihah biasanya diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr biasanya didahului oleh imam dan kemudian ditemani oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits dinyatakan bahwa makmum mesti mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan pendapat lain menyebut bahwa "amin" diberitahukan apabila imam mengucapkannya.[11] Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat mempunyai yang membacanya keras dan mempunyai yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya (termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain) dari awal sampai belakang salat, dinamakan Salat Sir (membaca tanpa suara). Salat Sir misalnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr misalnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada ketika itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena bisa mengganggu bacaan Imam dan hanya sbg mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca (dengan lirih) apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits: "Rasulullah bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, diri sendiri telah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Sisa dari pembakaran Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang diri sendiri bisiki sudah mendengar." Dia bersabda kepada Umar, "Diri sendiri telah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, diri sendiri membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]PenutupSurat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, kemudian diterangkan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat berikutnya. Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah adalah titik-titik pembahasan yang hendak diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya. Dibahagian belakang surat Al Faatihah dinyatakan permohonan hamba agar diberi petuah yang didapat oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab (Al Quran) yang cukup sempurna sbg pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu. Nama LainSelain dinamai Al-Fatihah (Pembuka), surah ini sering juga dinamakan Fatihatul Kitab (Pembukaan Kitab), Ummul Kitab (Induk Kitab), Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an), As-Sabu'ul Matsani (Tujuh yang Diulang). Selain keempat sebutan tersebut, banyak ulama tafsir yang menyebutnya dengan: Ash-Shalah (Arab: الصلاة, Salat), al-Hamd (Arab: الحمد, Pujian), Al-Wafiyah (Arab: الوافية, Yang Sempurna), al-Kanz (Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal), asy-Syafiyah (Yang Menyembuhkan), Asy-Syifa (Arab: الشفاء, Obat), al-Kafiyah (Arab: الكافية, Yang Mencukupi), al-Asas (Pokok), al-Ruqyah (Mantra), asy-Syukru (Syukur), ad-Du'au (Do'a), dan al-Waqiyah (Yang Melindungi dari Kesesatan).[1] Lihat juga
Catatan kaki
Pustaka
Pranala luar
edunitas.com Page 2
Mushaf Surah al-Fatihah Surah Al-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan") adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah adalah surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di sela surah-surah yang benar dalam Al-Qur'an. Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an (induk Al-Quran/أمّ القرءان) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّ الكتاب) karena dia adalah induk dari semua pokok Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني) karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat. Unsur PokokKeimananBeriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu untuk Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam dunia ini. Di sela nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb (ربّ) dalam kalimat Rabbul-'aalamiin (ربّ العالمين) tak hanya berfaedah Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung guna tarbiyah (التربية) yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat dan diteliti oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala dunia ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di dunia ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di dunia ini haruslah diteliti dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu ilmu yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berjasa untuk warga. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu adalah masalah yang pokok, maka di dalam surat Al-Faatihah tak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين (hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Kontrak memberi pahala terhadap perbuatan yang patut dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung guna kontrak untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang patut dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah. Hukum-hukumJalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk mendapat kebahagiaan dunia dan alam baka. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi sebab dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan alam baka, patut yang mengenai keyakinan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. . Kisah-kisahKisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian akbar dari ayat-ayat Al -Quran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa'/شهداء (orang-orang yang mati syahid), shaalihiin/صالحين (orang-orang yang saleh). Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam. Perincian dari yang telah dituturkan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat yang lain. Al-FatihahAl-Fatihah adalah satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat dianggap tak aci apabila pembacanya tak membaca surah ini.[4] Dalam hadits dinyatakan bahwa salat yang tak ditemani al-Fatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tak berlanjut untuk orang yang tak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain dituturkan bahwa orang yang tak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca: "Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tak benar tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tak benar daya dan daya kecuali karena pertolongan Allah."[6]Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan kemudian membaca ayat atau surah al-Qur'an (pada rakaa'at tertentu). Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, harus disertai dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga sampai keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7] Dituturkan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah dengan memberi henti pada setiap ayat sampai berakhir membacanya[8], misal: Bismillāhir rahmānir rahīm (jeda) Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn (jeda) Arrahmānir rahīm (jeda) Māliki yaumiddīn (jeda) dst-nya.Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9] Dalam salat, Al-Fatihah kebanyakan diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr kebanyakan didahului oleh imam dan kemudian disertai oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits dituturkan bahwa makmum harus mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan argumen lain mengatakan bahwa "amin" dituturkan apabila imam mengucapkannya.[11] Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat benar yang membacanya keras dan benar yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya (termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain) dari awal sampai pengahabisan salat, disebut Salat Sir (membaca tanpa suara). Salat Sir contohnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr contohnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada saat itu, makmum tak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena dapat mengganggu bacaan Imam dan hanya untuk mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca (dengan lirih) apabila imam tak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits: "Rasulullah bersabda, "Wahai Debu Bakar, aku telah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Debu Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang aku bisiki sudah mendengar." Dia bersabda kepada Umar, "Aku telah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, aku membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Debu Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]PenutupSurat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, kemudian diterangkan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat berikutnya. Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah adalah titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya. Dibahagian pengahabisan surat Al Faatihah dituturkan permohonan hamba supaya diberi ajar oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab (Al Quran) yang cukup sempurna sbg pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu. Nama LainSelain dinamai Al-Fatihah (Pembuka), surah ini sering juga disebut Fatihatul Kitab (Pembukaan Kitab), Ummul Kitab (Induk Kitab), Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an), As-Sabu'ul Matsani (Tujuh yang Diulang). Selain keempat sebutan tersebut, banyak ulama tafsir yang menyebutnya dengan: Ash-Shalah (Arab: الصلاة, Salat), al-Hamd (Arab: الحمد, Pujian), Al-Wafiyah (Arab: الوافية, Yang Sempurna), al-Kanz (Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal), asy-Syafiyah (Yang Menyembuhkan), Asy-Syifa (Arab: الشفاء, Obat), al-Kafiyah (Arab: الكافية, Yang Mencukupi), al-Asas (Pokok), al-Ruqyah (Mantra), asy-Syukru (Syukur), ad-Du'au (Do'a), dan al-Waqiyah (Yang Melindungi dari Kesesatan).[1] Lihat juga
Catatan kaki
Referensi
Pranala luar
edunitas.com Page 3
Mushaf Surah al-Fatihah Surah Al-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan") adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di sela surah-surah yang benar dalam Al-Qur'an. Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an (induk Al-Quran/أمّ القرءان) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّ الكتاب) karena dia merupakan induk dari semua pokok Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني) karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat. Unsur PokokKeimananBeriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu untuk Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam dunia ini. Di sela nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb (ربّ) dalam kalimat Rabbul-'aalamiin (ربّ العالمين) tak hanya berfaedah Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung guna tarbiyah (التربية) yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat dan diteliti oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala dunia ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di dunia ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di dunia ini haruslah diteliti dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu ilmu yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berjasa untuk warga. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka di dalam surat Al-Faatihah tak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين (hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Kontrak memberi pahala terhadap perbuatan yang patut dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung guna kontrak untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang patut dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah. Hukum-hukumJalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk mendapat kebahagiaan dunia dan alam baka. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi sebab dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan alam baka, patut yang mengenai keyakinan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. . Kisah-kisahKisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian akbar dari ayat-ayat Al -Quran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين (orang-orang yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa'/شهداء (orang-orang yang mati syahid), shaalihiin/صالحين (orang-orang yang saleh). Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam. Perincian dari yang telah dituturkan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat yang lain. Al-FatihahAl-Fatihah merupakan satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat dianggap tak aci apabila pembacanya tak membaca surah ini.[4] Dalam hadits dinyatakan bahwa salat yang tak ditemani al-Fatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tak berlanjut untuk orang yang tak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain dituturkan bahwa orang yang tak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca: "Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tak benar tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tak benar daya dan daya kecuali karena pertolongan Allah."[6]Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan kemudian membaca ayat atau surah al-Qur'an (pada rakaa'at tertentu). Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, harus disertai dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga sampai keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7] Dituturkan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah dengan memberi jeda pada setiap ayat sampai berakhir membacanya[8], misal: Bismillāhir rahmānir rahīm (jeda) Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn (jeda) Arrahmānir rahīm (jeda) Māliki yaumiddīn (jeda) dst-nya.Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9] Dalam salat, Al-Fatihah kebanyakan diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr kebanyakan didahului oleh imam dan kemudian disertai oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits dituturkan bahwa makmum harus mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan argumen lain mengatakan bahwa "amin" dituturkan apabila imam mengucapkannya.[11] Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat benar yang membacanya keras dan benar yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya (termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain) dari awal sampai pengahabisan salat, disebut Salat Sir (membaca tanpa suara). Salat Sir contohnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr contohnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada saat itu, makmum tak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena dapat mengganggu bacaan Imam dan hanya untuk mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca (dengan lirih) apabila imam tak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits: "Rasulullah bersabda, "Wahai Debu Bakar, aku telah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Debu Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang aku bisiki sudah mendengar." Dia bersabda kepada Umar, "Aku telah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, aku membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Debu Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]PenutupSurat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, kemudian diterangkan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat berikutnya. Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah merupakan titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya. Dibahagian pengahabisan surat Al Faatihah dituturkan permohonan hamba supaya diberi ajar oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab (Al Quran) yang cukup sempurna sbg pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu. Nama LainSelain dinamai Al-Fatihah (Pembuka), surah ini sering juga disebut Fatihatul Kitab (Pembukaan Kitab), Ummul Kitab (Induk Kitab), Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an), As-Sabu'ul Matsani (Tujuh yang Diulang). Selain keempat sebutan tersebut, banyak ulama tafsir yang menyebutnya dengan: Ash-Shalah (Arab: الصلاة, Salat), al-Hamd (Arab: الحمد, Pujian), Al-Wafiyah (Arab: الوافية, Yang Sempurna), al-Kanz (Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal), asy-Syafiyah (Yang Menyembuhkan), Asy-Syifa (Arab: الشفاء, Obat), al-Kafiyah (Arab: الكافية, Yang Mencukupi), al-Asas (Pokok), al-Ruqyah (Mantra), asy-Syukru (Syukur), ad-Du'au (Do'a), dan al-Waqiyah (Yang Melindungi dari Kesesatan).[1] Lihat pula
Catatan kaki
Referensi
Pranala luar
edunitas.com Page 4Tags (tagged): surat al hijr, unkris, surat, al, hijr, al hijr, kaum tsamud diceritakan, pada ayat, 80, sampai, setan allah, samping bersifat, pengampun, penyayang, departemen agama, republik indonesia, pranala, luar surah, 49, al hujurat, 50, qaf 51 az, zariyat 52, at, tur 53 an, najm 54, center of studies, fil 106, quraisy, 107 al ma, un 108, kausar 1 al, kafirun surat, surat al, program, kuliah, pegawai, kelas weekend, center of, studies, kelas, eksekutif, indonesian encyclopedia, encyclopedia Page 5
Kalligrafi Surah al-Ikhlas naskah Maghribi tulisan zaman ke-18 Surah Al-Ikhlas (Arab:الإخلاص, "Memurnikan Keesaan Allah") yaitu surah ke-112 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 4 ayat dan konten kontennya yaitu menegaskan keesaan Allah sembari menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat isi dari surah ini, "Allahu hari pertama, Allahus shamad" (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang kala kalimat ini dianggap bagi slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat Syahadat. Asbabun NuzulMempunyai beberapa hadits yang menjelaskan Asbabun Nuzul surah ini yang mana seluruhnya mengacu pada isi yang sama yaitu jawaban atas permintaan penggambaran sifat-sifat Allah dimana Allah itu Esa (Al-Ikhlas [112]:1), segala sesuatu tergantung pada-Nya (Al-Ikhlas [112]:2), tidak beranak dan diperanakkan (Al-Ikhlas [112]:3), dan tidak mempunyai yang setara dengan Beliau (Al-Ikhlas [112]:4). Dilihat dari peristiwa paling pertama, Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa sekelompok Bani Quraisy pernah berkeinginan Nabi Muhammad bagi menjelaskan leluhur Allah dan yang belakang sekali turun surah ini. Riwayat lain bersumber dari Ubay bin Ka'ab dan Jarir bin Abdillah yang menyebutkan bahwa kaum Musyrikin bercakap bagi Nabi Muhammad, "Jelaskan bagi kami sifat-sifat Tuhanmu." Yang belakang sekali turun surah ini bagi menjelaskan permintaan itu.[3] Dalam hadits ini, hadits yang bersumber dari Jarir bin Abdullah menjadi dalil bahwa surah ini Makkiyah. Selain itu dari Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair menyebutkan bahwa kaum Yahudi yang selang lain Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab datang menemui Nabi dan meminta keterangan hal yang sama dengan hadits pertama, yang belakang sekali turun surah ini.[4] Dalam hadits ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa surah ini termasuk Madaniyah. Dan juga riwayat Qatadah menyebutkan Nabi Muhammad didatangi kaum Ahzab (Persekutuan selang kaum Bani Quraisy, Yahudi Madinah, Bani Ghatafan dari Thaif dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar Makkah) yang juga menyanyakan bayangan Allah dan didampingi dengan turunnya surah ini. Karena mempunyainya bermacam sumber yang berbeda, status surah ini Makkiyah atau Madaniyah masih dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya terlihat kotradiksi satu-sama lain. Menurut Abul A'la Maududi, dari hadits-hadits yang meriwayatkannya, dilihat dari peristiwa yang paling permulaan terjadi, surah ini termasuk Makkiyah. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada periode permulaan Islam di Mekkah yaitu ketika Bani Quraisy menanyakan leluhur Allah. Yang belakang sekali peristiwa berikutnya terjadi di Madinah dimana orang Nasrani atau orang Arab lain menanyakan bayangan Allah dan yang belakang sekali turun surah ini. Menurut Madudi, sumber-sumber yang berlainan tersebut menujukkan bahwa surah itu dikurangi berulang-ulang. Jika di suatu tempat mempunyai Nabi Muhammad dan mempunyai yang mengajukan pertanyaan yang sama dengan peristiwa sebelumnya, maka ayat atau surah yang sama akan diwahyukan kembali bagi menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah yaitu ketika Bilal bin Rabah disiksa majikannya Umayyah bin Khalaf setelah memeluk Islam. Ketika disiksa ia menyeru, "Allahu Ahad, Allahu Ahad!!" (Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa!!). Peristiwa ini terjadi di Mekkah dalam periode permulaan Islam sehingga menunjukkan bahwa surah ini pernah dikurangi sebelumnya dan Bilal terinspirasi ayat surah ini.[5] Gagasan lain yaitu menurut as-Suyuthi. Menurutnya kata "al-Musyrikin" dalam hadits yang bersumber dari Ubay bin Ka'ab tertuju pada Musyrikin dari kaum Ahzab, sehingga mengindikasikan bahwa surah ini Madaniyyah sesuai dengan hadits Ibnu Abbas. Dan dengan begitu menurutnya tidak mempunyai pertentangan selang dua hadits tersebut jika surah ini Madaniyah. Keterangan ini diperkuat juga oleh riwayat Abus Syaikh di dalam Kitab al-Adhamah dari Aban yang bersumber dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar datang menemui Nabi dan bercakap, "Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih cairan. Cobalah terangkan bagi kami mengenai Tuhanmu." Nabi tidak menjawab dan yang belakang sekali Jibril membawa wahyu surah ini bagi menjawab permintaan Yahudi Khaibar.[6] KeutamaanDalam kisah-kisah IslamDalam beberapa hadits diberitahukan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa pahala membaca sekali surah Al-Ikhlas sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an sehingga membaca 3 kali surah ini sama dengan mengkhatam Al-Qur'an. Kisah terkait hadits itu terekam dalam beberapa kisah. Seperti kisah ketika Nabi meminta keterangan bagi sahabatnya bagi mengkhatam Al-Qur'an dalam semalam. Umar mengasumsikan absurd hal itu, namun begitu Ali menyanggupinya. Umar yang belakang sekali mengasumsikan Ali belum mengerti maksud Nabi karena masih muda. Ali yang belakang sekali membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memerankan dalam Al-Qur'an sehingga sekali membacanya sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an. Riwayat Anas bin Malik juga merekam kisah berkaitan surah Al-Ikhlas yaitu dimana 70.000 malaikat diutus bagi seorang sahabat di Madinah yang meninggal hingga meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya karena ia sering membaca surah ini. Dan karena jumlahnya malaikat yang diutus, Anas bin Malik yang ketika itu bersama Nabi Muhammad di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasannya dimana yang belakang sekali malaikat Jibril datang memberitakan kejadian yang sedang terjadi di Madinah. Keutamaan lainDalam riwayat Ibnu Abbas dikatakan Nabi Muhammad ketika memainkan Isra' ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi dimana jarak antar sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi terdapat padang Sahara sebanyak 12.000 dan lebar tiap satu padang sahara itu yaitu dari timur ke barat. Pada setiap padang Sahara itu juga terdapat 80.000 malaikat dimana setiap malaikat membaca surah Al-Ikhlas dan setelah membaca itu mereka berdoa supaya pahala mereka diberikan bagi orang yang membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan. Selain itu Nabi Muhammad juga pernah bercakap bahwa Qul Huwallahu Hari pertama (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad (ayat 2) pada sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Hari pertama (ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur'an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi pernah bercakap bahwa Qul Huwallahu Hari pertama (ayat 1) tertulis pada dahi Sisa dari pembakaran Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Hari pertama (ayat 4) pada dahi Ali.[7] Sedangkan hadits lain menyebutkan bahwa ketika orang membaca al-Ikhlas ketika sakit hingga ia meninggal, ia tidak membusuk dalam kubur dan akan dibawa malaikat dengan sayapnya melintasi Siratul Mustaqim menuju surga.[8] Referensi
Tautan luaredunitas.com Page 6
Kalligrafi Surah al-Ikhlas naskah Maghribi tulisan zaman ke-18 Surah Al-Ikhlas (Arab:الإخلاص, "Memurnikan Keesaan Allah") yaitu surah ke-112 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 4 ayat dan konten kontennya yaitu menegaskan keesaan Allah sembari menolak segala bangun penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat isi dari surah ini, "Allahu hari pertama, Allahus shamad" (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang saat kalimat ini dianggap bagi slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat Syahadat. Asbabun NuzulMempunyai beberapa hadits yang menjelaskan Asbabun Nuzul surah ini yang mana seluruhnya mengacu pada isi yang sama yaitu jawaban atas permintaan penggambaran sifat-sifat Allah dimana Allah itu Esa (Al-Ikhlas [112]:1), segala sesuatu tergantung pada-Nya (Al-Ikhlas [112]:2), tidak beranak dan diperanakkan (Al-Ikhlas [112]:3), dan tidak mempunyai yang setara dengan Ia (Al-Ikhlas [112]:4). Dilihat dari peristiwa paling pertama, Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa sekelompok Bani Quraisy pernah berkeinginan Nabi Muhammad bagi menjelaskan leluhur Allah dan yang belakang sekali turun surah ini. Riwayat lain berasal dari Ubay bin Ka'ab dan Jarir bin Abdillah yang menyebutkan bahwa kaum Musyrikin bercakap bagi Nabi Muhammad, "Jelaskan bagi kami sifat-sifat Tuhanmu." Yang belakang sekali turun surah ini bagi menjelaskan permintaan itu.[3] Dalam hadits ini, hadits yang berasal dari Jarir bin Abdullah menjadi dalil bahwa surah ini Makkiyah. Selain itu dari Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair menyebutkan bahwa kaum Yahudi yang selang lain Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab datang menemui Nabi dan meminta keterangan hal yang sama dengan hadits pertama, yang belakang sekali turun surah ini.[4] Dalam hadits ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa surah ini termasuk Madaniyah. Dan juga riwayat Qatadah menyebutkan Nabi Muhammad didatangi kaum Ahzab (Persekutuan selang kaum Bani Quraisy, Yahudi Madinah, Bani Ghatafan dari Thaif dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar Makkah) yang juga menyanyakan bayangan Allah dan didampingi dengan turunnya surah ini. Karena mempunyainya bermacam sumber yang berbeda, status surah ini Makkiyah atau Madaniyah masih dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya terlihat kotradiksi satu-sama lain. Menurut Abul A'la Maududi, dari hadits-hadits yang meriwayatkannya, dilihat dari peristiwa yang paling permulaan terjadi, surah ini termasuk Makkiyah. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada periode permulaan Islam di Mekkah yaitu ketika Bani Quraisy menanyakan leluhur Allah. Yang belakang sekali peristiwa berikutnya terjadi di Madinah dimana orang Nasrani atau orang Arab lain menanyakan bayangan Allah dan yang belakang sekali turun surah ini. Menurut Madudi, sumber-sumber yang berbeda tersebut menujukkan bahwa surah itu dikurangi berulang-ulang. Jika di suatu tempat mempunyai Nabi Muhammad dan mempunyai yang mengajukan pertanyaan yang sama dengan peristiwa sebelumnya, maka ayat atau surah yang sama akan diwahyukan kembali bagi menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah yaitu ketika Bilal bin Rabah disiksa majikannya Umayyah bin Khalaf setelah memeluk Islam. Ketika disiksa ia menyeru, "Allahu Ahad, Allahu Ahad!!" (Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa!!). Peristiwa ini terjadi di Mekkah dalam periode permulaan Islam sehingga menunjukkan bahwa surah ini pernah dikurangi sebelumnya dan Bilal terinspirasi ayat surah ini.[5] Gagasan lain yaitu menurut as-Suyuthi. Menurutnya kata "al-Musyrikin" dalam hadits yang berasal dari Ubay bin Ka'ab tertuju pada Musyrikin dari kaum Ahzab, sehingga mengindikasikan bahwa surah ini Madaniyyah sesuai dengan hadits Ibnu Abbas. Dan dengan begitu menurutnya tidak mempunyai pertentangan selang dua hadits tersebut jika surah ini Madaniyah. Keterangan ini diperkuat juga oleh riwayat Abus Syaikh di dalam Kitab al-Adhamah dari Aban yang berasal dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar datang menemui Nabi dan bercakap, "Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih cairan. Cobalah terangkan bagi kami mengenai Tuhanmu." Nabi tidak menjawab dan yang belakang sekali Jibril membawa wahyu surah ini bagi menjawab permintaan Yahudi Khaibar.[6] KeutamaanDalam kisah-kisah IslamDalam beberapa hadits dikatakan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa pahala membaca sekali surah Al-Ikhlas sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an sehingga membaca 3 kali surah ini sama dengan mengkhatam Al-Qur'an. Cerita terkait hadits itu terekam dalam beberapa cerita. Seperti cerita ketika Nabi meminta keterangan bagi sahabatnya bagi mengkhatam Al-Qur'an dalam semalam. Umar mengasumsikan absurd hal itu, namun begitu Ali menyanggupinya. Umar yang belakang sekali mengasumsikan Ali belum mengerti maksud Nabi karena masih muda. Ali yang belakang sekali membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memerankan dalam Al-Qur'an sehingga sekali membacanya sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an. Riwayat Anas bin Malik juga merekam cerita berkaitan surah Al-Ikhlas yaitu dimana 70.000 malaikat diutus bagi seorang sahabat di Madinah yang meninggal hingga meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya karena ia sering membaca surah ini. Dan karena jumlahnya malaikat yang diutus, Anas bin Malik yang ketika itu bersama Nabi Muhammad di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasannya dimana yang belakang sekali malaikat Jibril datang memberitakan kejadian yang sedang terjadi di Madinah. Keutamaan lainDalam riwayat Ibnu Abbas dikatakan Nabi Muhammad ketika memainkan Isra' ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi dimana jarak antar sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi terdapat padang Sahara sebanyak 12.000 dan lebar tiap satu padang sahara itu yaitu dari timur ke barat. Pada setiap padang Sahara itu juga terdapat 80.000 malaikat dimana setiap malaikat membaca surah Al-Ikhlas dan setelah membaca itu mereka berdoa supaya pahala mereka diberikan bagi orang yang membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan. Selain itu Nabi Muhammad juga pernah bercakap bahwa Qul Huwallahu Hari pertama (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad (ayat 2) pada sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Hari pertama (ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur'an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi pernah bercakap bahwa Qul Huwallahu Hari pertama (ayat 1) tertulis pada dahi Sisa dari pembakaran Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Hari pertama (ayat 4) pada dahi Ali.[7] Sedangkan hadits lain menyebutkan bahwa ketika orang membaca al-Ikhlas ketika sakit hingga ia meninggal, ia tidak membusuk dalam kubur dan akan dibawa malaikat dengan sayapnya melintasi Siratul Mustaqim menuju surga.[8] Referensi
Tautan luaredunitas.com Page 7
Kalligrafi Surah al-Ikhlas naskah Maghribi tulisan zaman ke-18 Surah Al-Ikhlas (Arab:الإخلاص, "Memurnikan Keesaan Allah") yaitu surah ke-112 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 4 ayat dan konten kontennya yaitu menegaskan keesaan Allah sembari menolak segala bangun penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat isi dari surah ini, "Allahu hari pertama, Allahus shamad" (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang saat kalimat ini dianggap bagi slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat Syahadat. Asbabun NuzulMempunyai beberapa hadits yang menjelaskan Asbabun Nuzul surah ini yang mana seluruhnya mengacu pada isi yang sama yaitu jawaban atas permintaan penggambaran sifat-sifat Allah dimana Allah itu Esa (Al-Ikhlas [112]:1), segala sesuatu tergantung pada-Nya (Al-Ikhlas [112]:2), tidak beranak dan diperanakkan (Al-Ikhlas [112]:3), dan tidak mempunyai yang setara dengan Ia (Al-Ikhlas [112]:4). Dilihat dari peristiwa paling pertama, Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa sekelompok Bani Quraisy pernah berkeinginan Nabi Muhammad bagi menjelaskan leluhur Allah dan yang belakang sekali turun surah ini. Riwayat lain berasal dari Ubay bin Ka'ab dan Jarir bin Abdillah yang menyebutkan bahwa kaum Musyrikin bercakap bagi Nabi Muhammad, "Jelaskan bagi kami sifat-sifat Tuhanmu." Yang belakang sekali turun surah ini bagi menjelaskan permintaan itu.[3] Dalam hadits ini, hadits yang berasal dari Jarir bin Abdullah menjadi dalil bahwa surah ini Makkiyah. Selain itu dari Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair menyebutkan bahwa kaum Yahudi yang selang lain Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab datang menemui Nabi dan meminta keterangan hal yang sama dengan hadits pertama, yang belakang sekali turun surah ini.[4] Dalam hadits ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa surah ini termasuk Madaniyah. Dan juga riwayat Qatadah menyebutkan Nabi Muhammad didatangi kaum Ahzab (Persekutuan selang kaum Bani Quraisy, Yahudi Madinah, Bani Ghatafan dari Thaif dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar Makkah) yang juga menyanyakan bayangan Allah dan didampingi dengan turunnya surah ini. Karena mempunyainya bermacam sumber yang berbeda, status surah ini Makkiyah atau Madaniyah masih dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya terlihat kotradiksi satu-sama lain. Menurut Abul A'la Maududi, dari hadits-hadits yang meriwayatkannya, dilihat dari peristiwa yang paling permulaan terjadi, surah ini termasuk Makkiyah. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada periode permulaan Islam di Mekkah yaitu ketika Bani Quraisy menanyakan leluhur Allah. Yang belakang sekali peristiwa berikutnya terjadi di Madinah dimana orang Nasrani atau orang Arab lain menanyakan bayangan Allah dan yang belakang sekali turun surah ini. Menurut Madudi, sumber-sumber yang berbeda tersebut menujukkan bahwa surah itu dikurangi berulang-ulang. Jika di suatu tempat mempunyai Nabi Muhammad dan mempunyai yang mengajukan pertanyaan yang sama dengan peristiwa sebelumnya, maka ayat atau surah yang sama akan diwahyukan kembali bagi menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah yaitu ketika Bilal bin Rabah disiksa majikannya Umayyah bin Khalaf setelah memeluk Islam. Ketika disiksa ia menyeru, "Allahu Ahad, Allahu Ahad!!" (Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa!!). Peristiwa ini terjadi di Mekkah dalam periode permulaan Islam sehingga menunjukkan bahwa surah ini pernah dikurangi sebelumnya dan Bilal terinspirasi ayat surah ini.[5] Gagasan lain yaitu menurut as-Suyuthi. Menurutnya kata "al-Musyrikin" dalam hadits yang berasal dari Ubay bin Ka'ab tertuju pada Musyrikin dari kaum Ahzab, sehingga mengindikasikan bahwa surah ini Madaniyyah sesuai dengan hadits Ibnu Abbas. Dan dengan begitu menurutnya tidak mempunyai pertentangan selang dua hadits tersebut jika surah ini Madaniyah. Keterangan ini diperkuat juga oleh riwayat Abus Syaikh di dalam Kitab al-Adhamah dari Aban yang berasal dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar datang menemui Nabi dan bercakap, "Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih cairan. Cobalah terangkan bagi kami mengenai Tuhanmu." Nabi tidak menjawab dan yang belakang sekali Jibril membawa wahyu surah ini bagi menjawab permintaan Yahudi Khaibar.[6] KeutamaanDalam kisah-kisah IslamDalam beberapa hadits dikatakan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa pahala membaca sekali surah Al-Ikhlas sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an sehingga membaca 3 kali surah ini sama dengan mengkhatam Al-Qur'an. Cerita terkait hadits itu terekam dalam beberapa cerita. Seperti cerita ketika Nabi meminta keterangan bagi sahabatnya bagi mengkhatam Al-Qur'an dalam semalam. Umar mengasumsikan absurd hal itu, namun begitu Ali menyanggupinya. Umar yang belakang sekali mengasumsikan Ali belum mengerti maksud Nabi karena masih muda. Ali yang belakang sekali membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memerankan dalam Al-Qur'an sehingga sekali membacanya sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an. Riwayat Anas bin Malik juga merekam cerita berkaitan surah Al-Ikhlas yaitu dimana 70.000 malaikat diutus bagi seorang sahabat di Madinah yang meninggal hingga meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya karena ia sering membaca surah ini. Dan karena jumlahnya malaikat yang diutus, Anas bin Malik yang ketika itu bersama Nabi Muhammad di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasannya dimana yang belakang sekali malaikat Jibril datang memberitakan kejadian yang sedang terjadi di Madinah. Keutamaan lainDalam riwayat Ibnu Abbas dikatakan Nabi Muhammad ketika memainkan Isra' ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi dimana jarak antar sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi terdapat padang Sahara sebanyak 12.000 dan lebar tiap satu padang sahara itu yaitu dari timur ke barat. Pada setiap padang Sahara itu juga terdapat 80.000 malaikat dimana setiap malaikat membaca surah Al-Ikhlas dan setelah membaca itu mereka berdoa supaya pahala mereka diberikan bagi orang yang membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan. Selain itu Nabi Muhammad juga pernah bercakap bahwa Qul Huwallahu Hari pertama (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad (ayat 2) pada sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Hari pertama (ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur'an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi pernah bercakap bahwa Qul Huwallahu Hari pertama (ayat 1) tertulis pada dahi Sisa dari pembakaran Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Hari pertama (ayat 4) pada dahi Ali.[7] Sedangkan hadits lain menyebutkan bahwa ketika orang membaca al-Ikhlas ketika sakit hingga ia meninggal, ia tidak membusuk dalam kubur dan akan dibawa malaikat dengan sayapnya melintasi Siratul Mustaqim menuju surga.[8] Referensi
Tautan luaredunitas.com Page 8
Kalligrafi Surah al-Ikhlas naskah Maghribi tulisan zaman ke-18 Surah Al-Ikhlas (Arab:الإخلاص, "Memurnikan Keesaan Allah") yaitu surah ke-112 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 4 ayat dan konten kontennya yaitu menegaskan keesaan Allah sembari menolak segala bentuk penyekutuan terhadap-Nya. Kalimat isi dari surah ini, "Allahu hari pertama, Allahus shamad" (Allah Maha Esa, Allah tempat bergantung), sering muncul dalam uang dinar emas pada zaman Kekhalifahan dahulu. Sehingga, kadang kala kalimat ini dianggap bagi slogan negara Khilafah Islamiyah, bersama dengan dua kalimat Syahadat. Asbabun NuzulMempunyai beberapa hadits yang menjelaskan Asbabun Nuzul surah ini yang mana seluruhnya mengacu pada isi yang sama yaitu jawaban atas permintaan penggambaran sifat-sifat Allah dimana Allah itu Esa (Al-Ikhlas [112]:1), segala sesuatu tergantung pada-Nya (Al-Ikhlas [112]:2), tidak beranak dan diperanakkan (Al-Ikhlas [112]:3), dan tidak mempunyai yang setara dengan Beliau (Al-Ikhlas [112]:4). Dilihat dari peristiwa paling pertama, Abdullah bin Mas'ud meriwayatkan bahwa sekelompok Bani Quraisy pernah berkeinginan Nabi Muhammad bagi menjelaskan leluhur Allah dan yang belakang sekali turun surah ini. Riwayat lain bersumber dari Ubay bin Ka'ab dan Jarir bin Abdillah yang menyebutkan bahwa kaum Musyrikin bercakap bagi Nabi Muhammad, "Jelaskan bagi kami sifat-sifat Tuhanmu." Yang belakang sekali turun surah ini bagi menjelaskan permintaan itu.[3] Dalam hadits ini, hadits yang bersumber dari Jarir bin Abdullah menjadi dalil bahwa surah ini Makkiyah. Selain itu dari Ibnu Abbas dan Sa'id bin Jubair menyebutkan bahwa kaum Yahudi yang selang lain Kab bin Ashraf dan Huyayy bin Akhtab datang menemui Nabi dan meminta keterangan hal yang sama dengan hadits pertama, yang belakang sekali turun surah ini.[4] Dalam hadits ini Sa'id bin Jubair menegaskan bahwa surah ini termasuk Madaniyah. Dan juga riwayat Qatadah menyebutkan Nabi Muhammad didatangi kaum Ahzab (Persekutuan selang kaum Bani Quraisy, Yahudi Madinah, Bani Ghatafan dari Thaif dan Munafiqin Madinah dan beberapa suku sekitar Makkah) yang juga menyanyakan bayangan Allah dan didampingi dengan turunnya surah ini. Karena mempunyainya bermacam sumber yang berbeda, status surah ini Makkiyah atau Madaniyah masih dipertanyakan dan seolah-olah sumber-sumbernya terlihat kotradiksi satu-sama lain. Menurut Abul A'la Maududi, dari hadits-hadits yang meriwayatkannya, dilihat dari peristiwa yang paling permulaan terjadi, surah ini termasuk Makkiyah. Peristiwa yang pertama terjadi yaitu pada periode permulaan Islam di Mekkah yaitu ketika Bani Quraisy menanyakan leluhur Allah. Yang belakang sekali peristiwa berikutnya terjadi di Madinah dimana orang Nasrani atau orang Arab lain menanyakan bayangan Allah dan yang belakang sekali turun surah ini. Menurut Madudi, sumber-sumber yang berlainan tersebut menujukkan bahwa surah itu dikurangi berulang-ulang. Jika di suatu tempat mempunyai Nabi Muhammad dan mempunyai yang mengajukan pertanyaan yang sama dengan peristiwa sebelumnya, maka ayat atau surah yang sama akan diwahyukan kembali bagi menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, bukti bahwa surah ini Makkiyah yaitu ketika Bilal bin Rabah disiksa majikannya Umayyah bin Khalaf setelah memeluk Islam. Ketika disiksa ia menyeru, "Allahu Ahad, Allahu Ahad!!" (Allah Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Esa!!). Peristiwa ini terjadi di Mekkah dalam periode permulaan Islam sehingga menunjukkan bahwa surah ini pernah dikurangi sebelumnya dan Bilal terinspirasi ayat surah ini.[5] Gagasan lain yaitu menurut as-Suyuthi. Menurutnya kata "al-Musyrikin" dalam hadits yang bersumber dari Ubay bin Ka'ab tertuju pada Musyrikin dari kaum Ahzab, sehingga mengindikasikan bahwa surah ini Madaniyyah sesuai dengan hadits Ibnu Abbas. Dan dengan begitu menurutnya tidak mempunyai pertentangan selang dua hadits tersebut jika surah ini Madaniyah. Keterangan ini diperkuat juga oleh riwayat Abus Syaikh di dalam Kitab al-Adhamah dari Aban yang bersumber dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar datang menemui Nabi dan bercakap, "Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih cairan. Cobalah terangkan bagi kami mengenai Tuhanmu." Nabi tidak menjawab dan yang belakang sekali Jibril membawa wahyu surah ini bagi menjawab permintaan Yahudi Khaibar.[6] KeutamaanDalam kisah-kisah IslamDalam beberapa hadits diberitahukan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa pahala membaca sekali surah Al-Ikhlas sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an sehingga membaca 3 kali surah ini sama dengan mengkhatam Al-Qur'an. Kisah terkait hadits itu terekam dalam beberapa kisah. Seperti kisah ketika Nabi meminta keterangan bagi sahabatnya bagi mengkhatam Al-Qur'an dalam semalam. Umar mengasumsikan absurd hal itu, namun begitu Ali menyanggupinya. Umar yang belakang sekali mengasumsikan Ali belum mengerti maksud Nabi karena masih muda. Ali yang belakang sekali membaca surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali dan Nabi Muhammad membetulkan itu. Dalam hadits-hadits terkait hal ini, keutamaan surah Al-Ikhlas sangat memerankan dalam Al-Qur'an sehingga sekali membacanya sama dengan membaca sepertiga Al-Qur'an. Riwayat Anas bin Malik juga merekam kisah berkaitan surah Al-Ikhlas yaitu dimana 70.000 malaikat diutus bagi seorang sahabat di Madinah yang meninggal hingga meredupkan cahaya matahari. 70.000 malaikat itu diutus hanya karena ia sering membaca surah ini. Dan karena jumlahnya malaikat yang diutus, Anas bin Malik yang ketika itu bersama Nabi Muhammad di Tabuk merasakan cahaya matahari redup tidak seperti biasannya dimana yang belakang sekali malaikat Jibril datang memberitakan kejadian yang sedang terjadi di Madinah. Keutamaan lainDalam riwayat Ibnu Abbas dikatakan Nabi Muhammad ketika memainkan Isra' ke langit, melihat Arsy di atas 360.000 sendi dimana jarak antar sendi 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap sendi terdapat padang Sahara sebanyak 12.000 dan lebar tiap satu padang sahara itu yaitu dari timur ke barat. Pada setiap padang Sahara itu juga terdapat 80.000 malaikat dimana setiap malaikat membaca surah Al-Ikhlas dan setelah membaca itu mereka berdoa supaya pahala mereka diberikan bagi orang yang membaca al-Ikhlas, laki-laki maupun perempuan. Selain itu Nabi Muhammad juga pernah bercakap bahwa Qul Huwallahu Hari pertama (ayat 1) tertulis pada sayap Jibril, Allahus Shamad (ayat 2) pada sayap Mikail, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada sayap Izrail, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Hari pertama (ayat 4) pada sayap Israfil. Dan yang membaca al-Ikhlas memperoleh pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur'an. Lalu berkaitan sahabat, Nabi pernah bercakap bahwa Qul Huwallahu Hari pertama (ayat 1) tertulis pada dahi Sisa dari pembakaran Bakar, Allahus Shamad (ayat 2) pada dahi Umar, Lam Yalid Walam Yuulad (ayat 3) pada dahi Utsman, dan Walam Yaqullahu Khufuwan Hari pertama (ayat 4) pada dahi Ali.[7] Sedangkan hadits lain menyebutkan bahwa ketika orang membaca al-Ikhlas ketika sakit hingga ia meninggal, ia tidak membusuk dalam kubur dan akan dibawa malaikat dengan sayapnya melintasi Siratul Mustaqim menuju surga.[8] Referensi
Tautan luaredunitas.com Page 9Tags (tagged): surah al hijr, unkris, surah, al, hijr, al hijr, kaum tsamud diceritakan, pada ayat, 80, sampai, setan allah, samping bersifat, pengampun, penyayang, departemen agama, republik indonesia, pranala, luar surah, 49, al hujurat, 50, qaf 51 az, zariyat 52, at, tur 53 an, najm 54, pusat ilmu pengetahuan, fil 106, quraisy, 107 al ma, un 108, kausar 1 al, kafirun surah, surah al, program, kuliah, pegawai, kelas weekend, pusat ilmu, pengetahuan, kelas, eksekutif, ensiklopedi bahasa indonesia, ensiklopedia Page 10Tags (tagged): surah al hijr, unkris, surah, al, hijr, al hijr, kaum tsamud diceritakan, pada ayat, 80, sampai, setan allah, samping bersifat, pengampun, penyayang, departemen agama, republik indonesia, pranala, luar surah, 49, al hujurat, 50, qaf 51 az, zariyat 52, at, tur 53 an, najm 54, pusat ilmu pengetahuan, fil 106, quraisy, 107 al ma, un 108, kausar 1 al, kafirun surah, surah al, program, kuliah, pegawai, kelas weekend, pusat ilmu, pengetahuan, kelas, eksekutif, ensiklopedi bahasa indonesia, ensiklopedia Page 11Tags (tagged): surat al hijr, unkris, surat, al, hijr, al hijr, kaum tsamud diceritakan, pada ayat, 80, sampai, setan allah, samping bersifat, pengampun, penyayang, departemen agama, republik indonesia, pranala, luar surah, 49, al hujurat, 50, qaf 51 az, zariyat 52, at, tur 53 an, najm 54, center of studies, fil 106, quraisy, 107 al ma, un 108, kausar 1 al, kafirun surat, surat al, program, kuliah, pegawai, kelas weekend, center of, studies, kelas, eksekutif, indonesian encyclopedia, encyclopedia Page 12Tags (tagged): surat al hijr, unkris, surat, al, hijr, al hijr, kaum tsamud diceritakan, pada ayat, 80, sampai, setan allah, samping bersifat, pengampun, penyayang, departemen agama, republik indonesia, pranala, luar surah, 49, al hujurat, 50, qaf 51 az, zariyat 52, at, tur 53 an, najm 54, center of studies, fil 106, quraisy, 107 al ma, un 108, kausar 1 al, kafirun surat, surat al, program, kuliah, pegawai, kelas weekend, center of, studies, kelas, eksekutif, indonesian encyclopedia, encyclopedia Page 13Surah (Arab:سورة) yaitu pembagian yang terdapat di dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an dibagi dijadikan 114 bab yang disebut "surah". "Surah" itu diatur berdasar panjangnya, dari yang terpanjang sampai yang terpendek, kecuali yang pertama (Surah Al-Fatihah), yang disebut "Pembukaan". Al-Qur'an terdiri atas 114 surah, 30 juz dan 6236 ayat menurut riwayat Hafsh,[1] 6262 ayat menurut riwayat ad-Dur, atau 6214 ayat menurut riwayat Warsy.[2] Surah-surah dalam Al-Qur'an terbagi atas surah-surah makkiyah dan madaniyah tergantung pada tempat dan waktu penurunan surah tersebut (Mekkah atau Madinah, sebelum atau sesudah hijrah).
PenamaanPembagian Al-Qur'an dijadikan surah-surah adalah pembagian yang dituliskan oleh al-Quran sendiri. Ayat-ayat yang berisi kata "Surah" selang lain Surah An-Nur ayat 1, at-Taubah ayat 86, dan al-Baqoroh ayat 23. Umumnya, pemberian nama surah disesuaikan dengan tema yang diberitahukan surah tersebut atau dengan nama yang telah mempunyai dalam surah, seperti "al-Baqoroh", "Al 'Imran", dan "al-Isro'". Dalam naskah-naskah kuno aI-Quran, nama-nama surah sering dituliskan dengan nama semisal "Surah yang membicarakan sapi betina [al-Baqoroh]" atau "Surah yang membicarakan keluarga Imron [Al Imron]". Kadang juga beberapa kata atau bahkan kalimat dari suatu surah dipakai sebagai menamakan surah, seperti surah "Iqro' Bismi Robbika", "Innaa Anzalnaahu", dan "Lam Yakun". Sifat suatu surah juga mampu dipakai sebagai menamakan surah itu, seperti surah "Faatihatul Kitaab", "Ummul Kitaab", "as-Sab'ul Matsani", "al-Ikhlas", dan "Nisabatur Robbi". Nama-nama dan sifat-sifat ini telah mempunyai pada masa awal Islam berlandaskan kesaksian asar dan sejarah. Bahkan, nama beberapa surah telah diceritakan dalam beberapa hadits Nabi, seperti surah al-Baqoroh, Ali 'Imron, Hud, dan al-Waqi'ah yang mengindikasikan bahwa nama surah-surah tersebut telah ditentukan di masa waktu seratus tahun Muhammad dan bukan sesuatu yang ditentukan oleh Muhammad secara syar'i. Daftar surahBerikut ini adalah daftar surah dalam Al-Qur'an berlandaskan Mushaf Al-Qur'an Utsmani. Jumlah surah mempunyai 114 surah terbagi dijadikan 2 tempat pewahyuan: Makkah dan Madinah dan ayat berjumlah 6236 ayat menurut riwayat Hafsh.[1] Referensi
Catatan
Pranala luar
edunitas.com Page 14Tags (tagged): amarna letters, unkris, ea 13, babilon, ea 14 amenhotep, 4 kepada, raja, babilon burna, kepala, suku ea, 6, kepala suku kepada, rib addi, ea, 7 iapah, ea 181, kepada, raja ea 182, raja mittani, shuttarna, 2 ea, 279 raja, qiltu, suwardata kepada firaun, 3 ea, 280, center of studies, 15 kurang, 2, dari bukti internal, tanggal paling, tua, amarna, letters Page 15Tags (tagged): amarna letters, unkris, ea 13, babilon, ea 14 amenhotep, 4 kepada, raja, babilon burna, kepala, suku ea, 6, kepala suku kepada, rib addi, ea, 7 iapah, ea 181, kepada, raja ea 182, raja mittani, shuttarna, 2 ea, 279 raja, qiltu, suwardata kepada firaun, 3 ea, 280, center of studies, 15 kurang, 2, dari bukti internal, tanggal paling, tua, amarna, letters Page 16Tags (tagged): surat amarna, unkris, ea 13, babilon, ea 14 amenhotep, 4 kepada, raja, babilon burna, kepala, suku ea, 6, kepala suku kepada, rib addi, ea, 7 iapah, ea 181, kepada, raja ea 182, raja mittani, shuttarna, 2 ea, 279 raja, qiltu, suwardata kepada firaun, 3 ea, 280, pusat ilmu pengetahuan, 15 kurang, 2, dari bukti internal, tanggal paling, tua, surat, amarna Page 17Tags (tagged): surat amarna, unkris, ea 13, babilon, ea 14 amenhotep, 4 kepada, raja, babilon burna, kepala, suku ea, 6, kepala suku kepada, rib addi, ea, 7 iapah, ea 181, kepada, raja ea 182, raja mittani, shuttarna, 2 ea, 279 raja, qiltu, suwardata kepada firaun, 3 ea, 280, pusat ilmu pengetahuan, 15 kurang, 2, dari bukti internal, tanggal paling, tua, surat, amarna Page 18Tags (tagged): amarna, unkris, governorat, minya, zona, waktu, est, utc, 2, musim, panas, , situs, arkeologi, berupa, bekas, ibukota, dalam, penggalian, sebelah, selatan, kota, referensi, project, art, gallery, shows, just, a, few, but, stunning, pusat, ilmu, pengetahuan, mesir, kategori, tersembunyi, pages, using, duplicate, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, indonesia, ensiklopedi Page 19Tags (tagged): amarna, unkris, nama, el, bahasa, arab, al, am, rnah, terletak, firaun, akhenaten, dari, dinasti, ke, 18, mesir, kuno, c, 1353, sm, 1, kota, 2, referensi, the, official, website, of, art, gallery, shows, just, a, few, but, stunning, examples, pusat, ilmu, pengetahuan, situs, arkeologi, kategori, tersembunyi, pages, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, indonesia, ensiklopedia Page 20Tags (tagged): amarna, unkris, nama, el, bahasa, arab, al, am, rnah, terletak, firaun, akhenaten, dari, dinasti, ke, 18, mesir, kuno, c, 1353, sm, 1, kota, 2, referensi, the, official, website, of, art, gallery, shows, just, a, few, but, stunning, examples, center, studies, situs, arkeologi, kategori, tersembunyi, pages, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian, encyclopedia Page 21Tags (tagged): amarna, unkris, governorat, minya, zona, waktu, est, utc, 2, musim, panas, , situs, arkeologi, berupa, bekas, ibukota, dalam, penggalian, sebelah, selatan, kota, referensi, project, art, gallery, shows, just, a, few, but, stunning, center, of, studies, mesir, kategori, tersembunyi, pages, using, duplicate, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian, encyclopedi Page 22
Amenhotep II (atau kadang dibaca Amenophis II dan bermakna Amun dipuaskan) yaitu Firaun ketujuh dari Dinasti ke-18 Mesir lawas. Amenhotep mewarisi kerajaan yang luas dari ayahnya, Thutmose III, dan mempertahankannya dengan sejumlah serangan militer ke Siria; tetapi, beliau bertempur lebih sedikit daripada ayahnya, dan dalam pemerintahannya berakhirlah permusuhan selang Mesir dan Mitanni, dua kerajaan akbar yang berebut kekuasaan di Siria. Pemerintahannya diperkirakan selang tahun 1427 sampai 1401 SM. Keluarga dan Saat KecilAmenhotep II yaitu putra Thutmose III dan istri tingkat rendah: Merytre-Hatshepsut. Beliau bukanlah anak sulung dari Thutmose III. Abangnya, Amenemhat, putra dari permaisuri utama, Satiah, asalnya dipilih sbg penerus tahta, sebab Amenemhat diberi catatan sbg "putra sulung raja" dan "pengawas ternak milik dewa Amun" pada Tahun ke-24 pemerintahan Thutmose III.[2] Namun, di selang Tahun ke-24 dan ke-35 Thutmose III, ratu Satiah dan pangeran Amenemhat mati, sehingga Firaun terdorong bagi menikahi Merytre-Hatshepsut, yang bukan berdarah bangsawan.[3] Perempuan ini melahirkan bagi Thutmose III jumlah anak termasuk Amenhotep II. Amenhotep II dilahirkan dan dibesarkan di Memphis di utara, bukan di Thebes, ibukota tradisional.[4] Ketika sedang sbg pangeran, beliau mengawasi pengiriman kayu yang dikirim ke dermaga Peru-nūfe di Memphis, dan diangkatkan menjadi Setem, imam luhur bagi Mesir Hilir ("Lower Egypt").[4] Amenhotep meninggalkan beberapa inskripsi yang menonjolkan kemampuan atletiknya ketika beliau menjabat pemimpin tentara sebelum naik tahta. Amenhotep tidak kalah atletis dibandingkan ayahnya yang perkasa. Beliau mengaku dapat menembakkan anak panah menempuh tujuan tembaga setebal setelapak tangan, dan dapat mendayung perahu lebih cepat dan jauh daripada yang mampu dilakukan dua ratus anggota tingkatan laut.[4] Sebabnya muncul perasaan skeptik akan kebenaran pernyataannya di selang pandai pengetahuan Mesir (Egyptologi).[4] Amenhotep II's cartouche showing later damage and a variation of his nomen (from Karnak) Amenhotep naik tahta pada hari pertama bulan ke-4 Akhet, tetapi ayahnya mati pada tanggal 30 bulan ke-3 Peret.[5] Jika seorang putra mahkota Mesir dibuat menjadi raja tetapi tidak naik tahta di hari kematian ayahnya, itu berfaedah beliau telah menjabat sbg raja muda pada ayahnya sedang memerintah. Pemerintahan bersama Thutmose III dan Amenhotep II diyakini berjalan 2 tahun dan 4 bulan.[6] Ketika naik tahta, Amenhotep II berusia 18 tahun menurut inskripsi dari stela yang dibuatnya di Sphinx raksasa: "Kini Yang Luhur muncul sbg raja sbg orang muda setelah beliau telah menjadi 'matang', dan telah melengkapi delapa belas tahun dalam daya dan keberanian."[7]Patung Amenhotep II di Egyptian Museum (Turin) Kepribadian dan Penghabisan HidupSebuah stela dari tahun-tahun terakhir pemerintahannya menunjukkan perasaan benci yang akbar terhadap orang asing. Dokumen yang bertanggal "Tahun 23 IV Akhet [tanggal] 1, hari perayaan" kenaikan tahta Amenhotep II, merupakan salinan surat pribadi yang ditulis oleh raja sendiri kepada Usersatet, raja muda (viceroy) wilayah Kush (Nubia).[8] Di dalamnya, Amenhotep II mengingatkan Usersatet akan petualangan militer mereka bersama di Siria dan dilanjutkan dengan kritikan atas metode kerjanya sbg Viceroy.[9] Amenhotep menulis:
Usersatet paling terkesan (atau ketakutan) terhadap pesan Amenhotep sehingga beliau memerintahkan salinannya diukir pada sebuah stela (semacam menhir) "yang pernah ditaruh di Cataract Kedua [di Nubia] dan sekarang di Boston."[11] Amenhotep II tidak menulis jelas nama ratunya; beberapa pandai tentang Mesir berteori bahwa beliau menganggap perempuan telah menjadi terlalu berkuasa dengan gelar seperti "Istri Dewa Amun". Ini menunjuk kepada fakta bahwa beliau berpartisipasi menghapus nama Hatshepsut dari monumen yang dibangunnya serta menghancurkan patung-patungnya. Penghancuran patung-patung Hatshepsut dimulai pada waktu beliau menjadi raja muda pada saat ayahnya berusia tua, tetapi berhenti setelah beliau naik tahta. Namun, raja mungkin meneruskan kecemasan ayahnya bahwa wanita lain akan duduk di tahta. Meskipun sudah berupaya, kemungkinan mempunyai satu perempuan, Neferneferuaten, yang menjadi raja bersama Akhenaten memerintah sbg Firaun sebelum habisnya dinasti ke-18. MakamMumi Amenhotep ditemukan pada bulan Maret 1898 oleh Victor Loret dalam makam KV35 di Lembah para Raja ("Valley of the Kings") di dalam peti mati (sarcophagus) aslinya. Beliau telah membangun "Mortuary Temple of Amenhotep II" di ujung ladang di Theban Necropolis, dekat dengan lokasi pendirian Ramesseum di yang belakang sekali hari, tetapi dihancurkan pada zaman lawas. Makam Amenhotep II di KV35 juga terbukti berisi kotak mumi dari beberapa Firaun Kerajaan Baru seperti Thutmose IV, Seti II, Ramesses III, Ramesses IV, dan Ramesses VI. Mereka sudah dimakamkan ulang dalam makam Amenhotep II oleh Imam Luhur dewa Amun dari Dinasti ke-21, Pinedjem II, dalam zaman pemerintahan Siamun, bagi melindunginya dari para penjarah kuburan. Peter Der Manuelian pada tahun 1987 menerbitkan buku mengenai Amenhotep II yang merinci kronologi, kejadian dan pengaruh pemerintahan raja ini. Lihat pula
Referebsu
Pustaka lain
Pranala luar
edunitas.com Page 23Page 24Page 25Page 26 |