Apakah return bank syariah lebih tinggi dibandingkan bank konvensional

Bank Syariah Indonesia didirikan agar pricing perbankan syariah lebih kompetitif

BSI

Bank Syariah Indonesia. Bank Syariah Indonesia didirikan agar pricing perbankan syariah lebih kompetitif

Rep: Lida Puspaningtyas Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank syariah disebut memiliki pricing yang lebih mahal dari bank konvensional. Pemerhati Bisnis dan Keuangan Syariah, Ronald Rulindo menyampaikan setidaknya ada tiga hal yang menyebabkan pricing bank syariah bisa lebih mahal.

Baca Juga

"Yang pertama, ini sudah banyak disampaikan yaitu skala ekonominya," katanya pada Republika, Sabtu (24/7).

Ia mengajak membandingkan bank syariah dengan bank lain yang kurang lebih total asetnya sama, maka pricing kurang lebih tidak akan jauh berbeda. Beda halnya saat membandingkan aset bank syariah yang asetnya Rp 20 sampai Rp 30 trilliun dengan induknya yang Rp 200 trilliun bahkan Rp 1.000 trilliun.

"Kalau harus sama ya tidak masuk akal," katanya.

Maka dari itu, Bank Syariah Indonesia didirikan supaya bisa mencapai skala ekonomi yang dibutuhkan, agar pricing lebih kompetitif. Tapi itu baru BSI, sementara masih banyak bank syariah lain yang skalanya lebih kecil.

"Logika sederhana aja, mahal mana beli di warung depan rumah, sama di hypermarket? Umumnya pasti di warung yang lebih kecil," katanya.

Alasan kedua, bisa jadi pengaruh akad, terutama akad murabahah atau jual beli yang memiliki harga tetap. Mau terjadi inflasi seberapa pun harga tidak akan berubah. Beda dengan bank konvensional atau produk syariah yang bisa menawarkan flat rate nilainya lebih fleksibel.

Hal ini karena dalam keuangan, semakin panjang durasi investasi semakin tinggi risiko. Maka ekspektasi return pembiayaan jangka panjang juga akan tinggi. Karena itu, akad murabahah menjadi relatif lebih mahal.

"Yang ketiga, karena struktur produk dan ketentuan syariah sendiri, nah, yang ini orang banyak tidak tahu," katanya.

Ia menjelaskan bagaimana laba bisa halal dan riba menjadi haram. Ini karena, untuk dapat laba, harus ada iwadhnya, alias countervalue, atau justifikasi kenapa kita berhak dapat laba tersebut.

Beda dengan riba yang duduk ongkang-ongkang kaki tapi dapat uang dengan cara meminjamkan uang tersebut ke orang lain. Tanpa peduli dari penggunaan dana tersebut.

"Iya kalau mereka berusaha dan untung, Kalau rugi? Apalagi misalnya minjamnya untuk bayar rumah sakit malah menambah kesusahan kan? Makanya riba itu haram," katanya.

Iwadh sebagai syarat dari laba itu sendiri ada beberapa macam. Bisa jadi ada usaha yang dilakukan, kewajiban tambahan yang harus dijalankan, atau ada risiko yang harus diterima. Dari tiga ini, jelas ada biaya tambahan untuk mendapatkan laba tersebut.

"Berbeda dengan riba, kalau dari sudut pandang efisien ya pasti lebih efisien, tidak melakukan apa-apa tapi juga bisa untung," katanya.

Maka dari itu, sebenarnya wajar saja jika bank syariah mahal karena ada hal-hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan keuntungan tersebut. Ini juga dapat menjadi bahan introspeksi bagi bank syariah apakah sudah melakukan iwadh tadi.

Apakah return bank syariah lebih tinggi dibandingkan bank konvensional

Oleh:

Arief Hermawan P Karyawati Bank Syariah Indonesia melayani nasabah di KC Jakarta Hasanudin, Jakarta, Selasa (2/2/2021). Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Center of Reform on Economics atau Core Indonesia menilai bahwa terdapat kecenderungan orang-orang berpenghasilan tinggi lebih memilih menyimpan dananya di bank konvensional daripada syariah. Masyarakat cenderung rasional dalam menentukan strategi finansialnya.

Ekonom Core Indonesia Ebi Junaedi menjelaskan berdasarkan riset Bank Indonesia, jumlah penabung rasional sangat besar. Mereka akan membandingkan berapa potensi pendapatan melalui bunga atau bagi hasil antara bank konvensional dan syariah, kemudian memilih yang tertinggi.

Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab adanya jarak antara jumlah rekening dan dana pihak ketiga di perbankan syariah terhadap total industri perbankan secara nasional. Ebi menilai masyarakat berpenghasilan tinggi cenderung lebih memilih bank konvensional.

"Total jumlah rekening bank syariah itu 40,5 juta, konvensional 310 juta. Rekening bank syariah itu 12 persen dari total rekening perbankan tetap share-nya hanya 6,4 persen, berarti orang rata-rata jumlah tabungan di bank syariah lebih kecil daripada di bank konvensional," ujar Ebi pada Rabu (30/12/2021).

Menurutnya, orang-orang kaya akan menentukan strategi pengelolaan keuangan yang ketat agar asetnya dapat terus berkembang. Oleh karena itu, tawaran bunga bank konvensional yang cukup tinggi membuatnya lebih menarik daripada bank syariah.

Ebi menyatakan penilaian itu terlepas dari latar belakang atau preferensi kepercayaan seseorang terhadap bank syariah. Tetapi, dari kacamata pelaksanaan bisnis, bank syariah memang memiliki sejumlah tantangan sehingga penawaran imbal hasilnya relatif lebih rendah.

"Return bank syariah belum competitive dan kepastiannya belum setinggi bank konvensional. Ada isu pula service [terhadap nasabah] belum apple-to-apple [dengan bank konvensional]. Hal tersebut perlu menjadi catatan," ujar Ebi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini : bank syariah, perbankan, bank konvensional

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Editor: Amanda Kusumawardhani

Apakah return bank syariah lebih tinggi dibandingkan bank konvensional
Foto: Rachman Haryanto

Jakarta - Margin pada pembiayaan bank syariah disebut lebih tinggi daripada bunga kredit bank konvensional. Hal ini terjadi karena saat ini share bank syariah di Indonesia masih sangat kecil yakni 5% dari bank konvensional.Sekretaris Jenderal Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia (Asbisindo) Achmad K Permana menjelaskan, sebenarnya terkait marjin tidak ada hubungannya dengan syariah dan non syariah.

"Nisbah itu tergantung dari dana yang dikumpulkan, karena bank konvensional kan penabungnya lebih banyak dari bank syariah jadi funding mereka lebih murah," kata Permana saat dihubungi detikFinance, Kamis (1/3/2018).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dia menjelaskan, secara bisnis memang kredit atau pembiayaan di bank syariah tak bisa dibedakan dengan kredit di bank konvensional. Hal ini karena, bank syariah menggunakan sejumlah akad dalam setiap transaksi pembiayaannya.Permana menjelaskan, meskipun lebih mahal daripada konvensional. Namun bank syariah memiliki akad yang bisa memberikan nasabah 'flat rate' yakni akad Murabahah, yakni akad yang cicilannya tetap hingga perjanjian selesai."Kalau di konvensional kan setelah flatnya berakhir, harga bunga mengikuti pasar kalau naik ya naik, kalau pasar turun ya bunganya turun. Kalau Murabahah tidak itu sampai selesai flat," ujarnya.Mengutip laman resmi syariahmandiri.co.id akad murabahah atau pembiayaan bank dengan akad jual beli. Akad ini biasanya digunakan untuk membeli rumah, kendaraan atau kebutuhan lainnya.Contoh pembiayaan di bank menggunakan skema murabahah adalah nasabah mengajukan permohonan pembiayaan perumahan. Kemudian bank membelikan rumah tersebut dan kemudian menjual kepada nasabah dengan margin keuntungan. Margin keuntungan sebelumnya sudah didiskusikan antara bank dan nasabah.Setelah disepakati, nasabah mencicil pembelian sesuai waktu yang disepakati. Asal tahu, dengan akad ini margin keuntungan yang dibayar nasabah ke bank tidak akan berubah hingga cicilan lunas. Jumlah margin yang ditetapkan, tergantung bank menilai nasabah seperti memasukkan unsur biaya, risiko dan lain-lain.Kemudian akad Musyarakah, yakni perjanjian pembiayaan antara bank syariah dengan nasabah yang membutuhkan pembiayaan. Di sini bank dan nasabah secara bersama-sama membiayai usaha atau proyek yang dikelola bersama. Namun tetap atas prinsip bagi hasil sesuai dengan penyertaan. Keuntungan dan kerugian dibagi sesuai kesepakatan di awal perjanjian. (ang/ang)

AZIF HAWARI, NIM. 08390159 (2013) ANALISIS RISK AND RETURN PADA PERBANKAN SYARIAH DAN KONVENSIONAL. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA.

Apakah return bank syariah lebih tinggi dibandingkan bank konvensional

Apakah return bank syariah lebih tinggi dibandingkan bank konvensional

Preview

Text (ANALISIS RISK AND RETURN PADA PERBANKAN SYARIAH DAN KONVENSIONAL )
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (1MB) | Preview
Apakah return bank syariah lebih tinggi dibandingkan bank konvensional
Text (ANALISIS RISK AND RETURN PADA PERBANKAN SYARIAH DAN KONVENSIONAL )
BAB II, III, IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (334kB)

Abstract

Investasi dasar yang perlu diketahui dalam perbankan yang termasuk produk penghimpunan dana (funding) adalah deposito. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah penyimpan dengan bank. Dalam perbankan syariah deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Berbeda dengan perbankan konvensional yang memberikan bunga, konsep investasi dalam perbankan syariah memberikan pengembalian hasil yang tidak pasti dan tidak tetap. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap usaha menanggung risiko, yang artinya selain mendapatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan juga terdapat risiko untuk menerima kerugian dari usaha tersebut. Meskipun demikian, pada kurun waktu empat tahun terakhir, ternyata realisasi bagi hasil deposito perbankan syariah cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan bunga deposito perbankan konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh penyusun adalah membandingkan risiko deposito antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega dengan jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan. Masing-masing jangka waktu tersebut dihitung tingkat risikonya dengan metode value at risk historical simulation. Pengukuran pengembalian hasil investasi pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega dilihat melalui kinerja berbasis risiko dengan menggunakan metode return on risk adjusted capital. Penelitian ini bersifat komparatif, yaitu membandingkan risiko deposito dan pengembalian hasil investasi pada Bank Syariah Mandiri dan Bank mega. Penelitian ini membahas mengenai deposito mana yang lebih berisiko memberikan pendapatan yang rendah dan bank mana yang memberikan pengembalian hasil investasi lebih baik. Alat analisis yang digunakan adalah uji beda dua sampel yang tidak berhubungan. Data yang digunakan adalah indikasi rate of return deposito Bank Syariah Mandiri dan suku bunga deposito Bank Mega. Selain itu juga diperlukan data laporan keuangan bulanan masing-masing bank tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara risiko pendapatan yang rendah investasi deposito perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Hal ini terjadi indikasi rate of return pada deposito rupiah mudharabah selalu lebih tinggi dibandingkan dengan bunga deposito rupiah, sehingga risiko pendapatan terendah dari investasi di kedua jenis deposito tersebut juga berbeda. Pengembalian hasil investasi pada kedua bank tersebut tidak berbeda signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perbankan syariah mampu bersaing dengan industri perbankan konvensional yang sudah lebih lama berkembang di Indonesia. Kata Kunci: risk, return, deposito, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega.

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

Apakah return bank syariah lebih tinggi dibandingkan bank konvensional
View Item