Apakah pertumbuhan Archaebacteria tidak dihambat oleh antibiotik?

Jakarta -

Archaebacteria dan Eubacteria adalah makhluk hidup yang menjadi kelompok besar dalam Kingdom Monera. Apa perbedaan archaebacteria dan eubacteria?

Archaebacteria dikenal juga sebagai bakteri purba (archae). Sementara itu, Eubacteria dikenal sebagai bakteri pada umumnya, seperti dikutip dari buku Biologi untuk Kelas X SMA/MA oleh Fictor Ferdinand P dan Moekti Ariebowo.

Archaebacteria terdiri atas Metanogen, Halofil ekstrem, dan Termofil ekstrem. Ketiga kelompok Archaebacteria ini hidup di lingkungan yang ekstrem. Sementara itu, Eubacteria merupakan mikroorganisme dengan ciri-ciri uniseluler mikroskopis.

Pada umumya, Eubacteria tidak berklorofil dan termasuk sel prokariotik. Berdasarkan bentuknya, Eubacteria terdiri dari tiga kelompok, yaitu bulat (coccus), batang (bacillus), dan spiral (spirillium).

Cyanobacteria sebelumnya dikenal dengan nama ganggang hijau biru. Cyanobacteria semula dimasukkan ke dalam kelompok alga eukariuotik. Kemudian, diketahui bahwa alga ini masuk prokariotik, sehingga disebut Cyanobacteria dan masuk kelompok Eubacteria.

4 Perbedaan Archaebacteria dan Eubacteria

Komposisi RNA

Ribosom berfungsi dalam sintesis protein. Ribosom tersusun atas protein. Jika dilihat dengan mikroskop, ribosom tampak seperti struktur kecil yang melingkar.

Archaebacteria memiliki asam nukleat berupa RNA. Arcaebacteria terdiri dari beberapa jenis RNA polimerase, sementara Eubacteria hanya terdiri atas satu jenis RNA polimerase saja, seperti dikutip dari Biologi Interaktif Kelas X IPA oleh

Peptidoglikan pada dinding sel

Eubacteria memiliki dinding sel yang tersusun oleh peptidoglikan. Sementara itu, Archaebacteria tidak tersusun atas peptidoglikan, sehingga disebut juga pseuupeptidoglikan.

Tempat tinggal

Archaeobacteria hidup di tempat ekstrem seperti sumber air panas, daerah berkadar garam tinggi, dan daerah berkadar asam tinggi. Sementara itu, Eubacteria hidup umum dan banyak terdapat di alam.

Hidrokabron di Lipid Membran

Hidrokarbon di lipid membran pada Eubacteria tidak bercabang dan lipid memiliki ikatan ester. Sementara itu, hidrokarbon di lipid membran pada Archaebacteria sebagian bercabang serta lipid memiliki ikatan eter.

Nah, sudah tahu ya detikers apa perbedaan archaebacteria dan eubacteria? Selamat belajar!

Simak Video "Respons Tubuh saat Konsumsi Makanan yang Terkontaminasi Salmonella"



(twu/erd)


Page 2

Jakarta -

Archaebacteria dan Eubacteria adalah makhluk hidup yang menjadi kelompok besar dalam Kingdom Monera. Apa perbedaan archaebacteria dan eubacteria?

Archaebacteria dikenal juga sebagai bakteri purba (archae). Sementara itu, Eubacteria dikenal sebagai bakteri pada umumnya, seperti dikutip dari buku Biologi untuk Kelas X SMA/MA oleh Fictor Ferdinand P dan Moekti Ariebowo.

Archaebacteria terdiri atas Metanogen, Halofil ekstrem, dan Termofil ekstrem. Ketiga kelompok Archaebacteria ini hidup di lingkungan yang ekstrem. Sementara itu, Eubacteria merupakan mikroorganisme dengan ciri-ciri uniseluler mikroskopis.

Pada umumya, Eubacteria tidak berklorofil dan termasuk sel prokariotik. Berdasarkan bentuknya, Eubacteria terdiri dari tiga kelompok, yaitu bulat (coccus), batang (bacillus), dan spiral (spirillium).

Cyanobacteria sebelumnya dikenal dengan nama ganggang hijau biru. Cyanobacteria semula dimasukkan ke dalam kelompok alga eukariuotik. Kemudian, diketahui bahwa alga ini masuk prokariotik, sehingga disebut Cyanobacteria dan masuk kelompok Eubacteria.

4 Perbedaan Archaebacteria dan Eubacteria

Komposisi RNA

Ribosom berfungsi dalam sintesis protein. Ribosom tersusun atas protein. Jika dilihat dengan mikroskop, ribosom tampak seperti struktur kecil yang melingkar.

Archaebacteria memiliki asam nukleat berupa RNA. Arcaebacteria terdiri dari beberapa jenis RNA polimerase, sementara Eubacteria hanya terdiri atas satu jenis RNA polimerase saja, seperti dikutip dari Biologi Interaktif Kelas X IPA oleh

Peptidoglikan pada dinding sel

Eubacteria memiliki dinding sel yang tersusun oleh peptidoglikan. Sementara itu, Archaebacteria tidak tersusun atas peptidoglikan, sehingga disebut juga pseuupeptidoglikan.

Tempat tinggal

Archaeobacteria hidup di tempat ekstrem seperti sumber air panas, daerah berkadar garam tinggi, dan daerah berkadar asam tinggi. Sementara itu, Eubacteria hidup umum dan banyak terdapat di alam.

Hidrokabron di Lipid Membran

Hidrokarbon di lipid membran pada Eubacteria tidak bercabang dan lipid memiliki ikatan ester. Sementara itu, hidrokarbon di lipid membran pada Archaebacteria sebagian bercabang serta lipid memiliki ikatan eter.

Nah, sudah tahu ya detikers apa perbedaan archaebacteria dan eubacteria? Selamat belajar!

Simak Video "Respons Tubuh saat Konsumsi Makanan yang Terkontaminasi Salmonella"


[Gambas:Video 20detik]
(twu/erd)

Archaea: Mereka adalah organisme bersel tunggal yang terdiri dari sel-sel dengan sifat berbeda yang membuatnya unik dari dua domain kehidupan lainnya yaitu Eukaryota dan Bakteri.

Archaea menggunakan banyak sumber energi dan menampilkan beragam reaksi kimia dalam metabolisme. Berdasarkan reaksi mereka dikategorikan ke dalam kelompok nutrisi. Itu tergantung pada sumber karbon dan energi. Satu kelompok archaea menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi. Mereka disebut sebagai fototrof. Tetapi salah satu dari organisme ini tidak memiliki fotosintesis penghasil oksigen.

Yang lain dari archaea menggunakan senyawa anorganik sebagai sumber energi yaitu amonia atau belerang. Mereka juga termasuk pengoksidasi metana anaerob, nitrifier, dan metanogen. Reaksi ini melibatkan dua senyawa di mana satu senyawa bertindak sebagai akseptor elektron dan yang lainnya sebagai donor elektron. Energi yang dilepaskan selama reaksi melepaskan ATP – adenosine triphosphate. Ini adalah salah satu proses dasar yang sama yang dapat ditemukan di beberapa sel eukariotik.

Bakteri: Mereka adalah organisme bersel tunggal yang biasanya hidup di lingkungan yang beragam. Bakteri DNA yang disebut nukleoid adalah massa seperti benang yang berputar yang mengalir bebas. Mereka bahkan memiliki struktur seluler yang mengeksekusi berbagai fungsi melingkar yang melibatkan transfer energi ke pengangkutan protein. Bakteri terdiri dari plasmid yang merupakan potongan DNA melingkar.

Sel bakteri terdiri dari membran sel dalam dan dinding sel luar. Dimana beberapa bakteri tidak memiliki dinding sel seperti mikoplasma. Dalam beberapa kasus, bakteri dapat terdiri dari lapisan luar pelindung ketiga dalam sel yang disebut kapsul. Permukaan penutup pili.

Prokariota dapat dibagi menjadi mikroorganisme yang disebut bakteri dan archaea. Empat perbedaan antara bakteri dan archaea termasuk:

  • 1. Dinding sel bakteri memiliki peptidoglikan (struktur seperti jaring juga dikenal sebagai murein); dinding sel archaeal tidak memiliki peptidoglikan.
  • 2. Bakteri memiliki satu RNA polimerase ribosom (rRNA); archaea memiliki tiga RNA polimerase ribosom. Dalam hal ini archaea mirip dengan eukariota.
  • 3. Bakteri tidak bisa hidup di atas 100 derajat Celcius; archaea dapat tumbuh subur di suhu ekstrem. Archaea sebenarnya adalah ekstrimofil. Mereka dapat bertahan hidup dalam kondisi fisik dan geokimia yang ekstrim.
  • 4. Pertumbuhan bakteri dihambat oleh antibiotik; pertumbuhan archaeal tidak dihambat oleh antibiotik.

GudangIlmuFarmasi – Antimikroba merupakan obat untuk memberantas infeksi yang disebabkan oleh mikroba pada manusia. Sedangkan antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh fungi mau pun secara sintetik yang dapat menghentikan perkembangan bakteri dan mikrorganisme lainnya (Utami, 2011).

Definisi antibiotik

Antibiotik merupakan salah satu obat ampuh bagi masyarakat untuk mengatasi berbagai penyakit. Antibiotik merupakan obat yang paling sering digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai macam studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat, contohnya untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. (Hadi, 2009).

Antibiotik merupakan sebuah substansi kimia yang bisa kita dapatkan dari macam-macam spesies mikroorganisme yang mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Antibiotik terdapat banyak di alam yang memiliki peranan penting dalam mengatur populasi mikroba dalam air, tanah, kompos, dan limbah.

Antibiotik memiliki susunan kimia dengan cara kerja yang berbeda, maka daro itu antibiotik mempunyai kuman standar tertentu. Dari berbagai jenis antibiotik yang telah ditemukan, hanya beberapa saja yang tidak toksik untuk dipakai dalam pengobatan.

Sejarah antibiotik

Sejarah antibiotik dimulai sejak dahulu kala. Dimulai dari peradaban Yunani dan Aztec dimana digunakannya filix max atau pakis pria dan minyak chenopodi sebagai obat cacing. Dan masih banyak pengobatan-pengobatan tradisional yang menggunakan fitroterapi dengan cara coba-coba. Tetapi, pada abad ke 16 diterapkan pengobatan sifilis pertama menggunakan air raksa (Tjay & Raharja, 2008).

Meskipun demikian, penemuan antibiotik pertama baru terjadi pada tahun 1910 dimana Paul Erlich menemukan antibiotik untuk infeksi mikroba yang disebut sebagai magic bullet. Antibiotik pertama itu merupakan salvarsan untuk melawan sipilis. Penemuan brilian itu kemudian diteruskan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 yang menemukan penisilin. Kemudian, Gerhard Domagk menjadi pembuka jalan bgi penemuan obat anti TB. Tahun 1943, anti TB pertama yaitu streptomycin ditemukan oleh Wakzman dan Schatz. Sesudah itu, antibiotik semakin dikenal (Utami, 2011).

Baca :  5 Hal Terkait Penggunaan Antibiotik yang Wajib Diketahui

Antibiotik awalnya berasal dari bakteri yang telah dilemahkan. Bakteri tersebut kemudian dapat membunuh bakteri lain yang ada dalam tubuh makhluk hidup. Mikroba terutama jamur adalah penghasil antibiotik yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan dari mikroba lain (Nastiti,2011).

Namun, bakteri kian resisten terhadap antibiotik seiring dengan berjalannya waktu. Sekitar tahun 1950 muncul jenis bakteri baru yang tidak dapat dilawan oleh penisilin. Tapi berkat inovasi dari para ilmuwan antibiotik baru semakin banyak ditemukan. Tetapi pada akhir 1960, kurangnya penemuan membuat dunia khawatir akan semakin banyaknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Hingga pada tahun 1999 ilmuan berhasil mengembangkan antibiotik baru namun sedikit terlambat karena sudah banyak bakteri yang resisten (Borong, 2012).

Klasifikasi Antibiotik

Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu:

  1. Merusak bagian dinding sel bakteri, antara lain beta-laktam (penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-laktamase), basitrasin, dan vankomisin.
  2. Menghambat sintesis protein antara lain, aminoglikosid, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin), klindamisin, mupirosin, dan spektinomisin.
  3. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat antara lain, trimetoprim dan sulfonamid.
  4. Mempengaruhi metabolisme asam nukleat antara lain, kuinolon, nitrofurantoin

Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya, yaitu:

1. Bakterisid

Antibiotika yang bekerja secara aktif untuk membasmi kuman, seperti sefalosporin, penisilin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , rifampisin, polipeptida, isoniazid dan masih banyak lagi.

2. Bakteriostatik

Merupakan antibiotik yang tidak bisa memusnahkan kuman, antibiotika bakteriostika ini hanya dapat menghambat atau mencegah pertumbuhan kuman, sehingga pembasmian kuman hanya tergantung pada daya tahan tubuh. Sulfonamida, linkomisin, tetrasiklin, eritromisin, kloramfenikol, trimetropim, makrolida, asam paraaminosalisilat, dan klindamisin termasuk ke dalam golongan ini (Kemenkes, 2011).

Pertumbuhan bakteri biasanya dipengaruhi oleh berbagai jenis zat kimia dalam lingkungan, karena pengaruh zat kimia, maka biasanya bakteri akan seperti bergerak menuju atau bahkan menjauhi zat kimia tersebut. Hal tersebut terjadi apabila bakteri-bakteri tersebut tertarik dan bergerak mengarah pada zat kimia atau biasa disebut chemotaxis positif. Dan apabila sebaliknya, maka biasanya disebut dengan chemotaxis negatif. Apabila terdapat bakteri yang tidak bergerak biasanya disebut chemotropis (Zang, 2007).

Baca :  Pedoman Umum Penggunan Antibiotik yang Wajib Diketahui Apoteker

Daya kerja antibiotik

Daya kerja antibiotik dikategorikan ke dalam 4 cara, yaitu:

1. Hambatan sintesis dinding sel

Obat antibiotik dapat menghambat sintesis dinding sel dari mikroba, terutama bagi bakteri sefalosporin, basitrasin, penisilin, ristoferin, dan vankomisin.

2. Hambatan fungsi selaput sel

Salah satu contohnya yaitu amfoterisin B, kolistin, nistatin, polimiskin.

3. Hambatan sintesis protein

Hambatan sintesis protein diantaranya yaitu,

  1. Eythromisin
  2. Khlorampenikol
  3. Linkomisin
  4. Tetrasiklin
  5. Neomisin
  6. Streptomisin
  7. Netilmisin
  8. Tobramisi
  9. Makrolida
  10. Klindasimin
  11. Mupirosin
  12. Spektinomisin

4. Hambatan sintesis asam nukleat

Antibiotik yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah asam nalidiksat, rifampin, trimetoprin, sulfonamid, primetamin, dan novobiosin (Murray, 1995).

5. Hambatan enzim esensial dalam metabolisme folat

Beberapa antibiotik yang dapat digolongkan sebagai enzim yang bekerja sebagai penghambat enzim esensial dalam metabolisme folat adalah sebagai berikut :

Resistensi Antibiotik

Kemudian, antibiotik dapat menjadi resisten dengan ciri antibiotik tersebut tidak terhambat pertumbuhannya ketika diberikan antibiotik secara sistemik dalam dosisi normal yang semestinya dapat menghambat pertumbuhan bakteri itu. Sedangkan, ada suatu fenomena yang disebut dengan multiple drugs resistance yang merupakan kondisi ketika seseorang resisten terhadap dua atau lebih obat maupun klasifikasi obat. Lalu ada pula cross resistance yang merupakan resistensi suatu obat yang diikuti dengan obat lain meskipun tidak berhubungan (Tripathi, 2003).

Penyebab dari resistensi antibiotik ini terjadi karena penggunaannya yang berlenihan dan irasional. Bahkan, 40% dari penggunaan antibiotik ini dipakai untuk hal yang kurang tepat seperti infeksi virus.

Selain itu, berikut beberapa faktor yang membuat resistensi itu terjadi :

  1. Penggunaan yang kurang tepat
  2. Berbagai faktor yang berhubungan dengan pasien
  3. Peresepan dalam jumlah besar yang tidak terlalu penting
  4. Penggunaan monoterapi daripada menggunakan terapi kombinasi
  5. Perilaku hidup kurang sehat
  6. Adanya infeksi endemic atau pun epidemic
  7. Promosi besar-besaran yang menimbulkan salah persepsi di kalangan orang awam

(Kemenkes RI, 2011)

Daftar Pustaka

Borong, Meyta. F. 2012. Kerasionalan Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Rawat Inap Anak Rumah Sakit M.M Dunda Limboto Tahun 2011. Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah. Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri GorontaloG

Hadi , U. 2009, Resistensi Antibiotik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Edisi V, Jilid III, Interna Publishing, Jakarta.

Kemenkes RII. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2406/ Menkes/ Per/ XII/ 2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta : Kemenkes RI

Nasititi, F. H.L. 2011. Pola Peresepan dan Kerasionalan Penggunaan Antimikroba pada Pasien Balita di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Skripsi. Program Studi Ekstensi Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Depok.

Murray , R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W.2009. Biokimia harper (27 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Tjay dan Rahardja. 2008. Obat Obat Penting. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Tripathi, K.D. 2003. Essentials of Medical Pharmacology. New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publisher

Utami, E. R., 2012. Sntibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. Jurnal Saintis, Volume I, Nomor 1, 125-135.

Zang , Y. 2007. Mechanisms of antibiotic resistance in the microbial world. USA : Baltimore