Apakah penyakit hiv bisa menular lewat air liur

Selain mempertimbangkan risiko penularan dari jenis cairan perantaranya, Anda juga perlu mengetahui jumlah viral load HIV di dalam tubuh. Viral load merupakan jumlah partikel virus dalam 1 ml darah.

Semakin banyak jumlah virus dalam darah, berarti semakin tinggi risiko Anda untuk menularkan HIV pada orang lain.

Maka ketika viral load dari orang yang positif HIV berhasil diturunkan lewat pengobatan HIV, peluang penularannya ikut berkurang.

Namun, penyebaran HIV dari seseorang yang terinfeksi virus kepada pasangannya masih mungkin terjadi meski hasil tes viral load menunjukkan bahwa virus sudah tidak lagi terdeteksi.

Risiko penularan HIV dari orang dengan HIV/AIDS (ODHA) ke pasangan seksnya tetap akan ada karena alasan berikut.

  • Tes HIV untuk mengukur viral load hanya menunjukkan jumlah virus dalam darah. Jadi, HIV masih dapat ditemukan dalam cairan dari alat kelamin.
  • Viral load dapat meningkat di antara jadwal tes rutin. Jika ini terjadi, pengidap HIV berpeluang lebih besar untuk menularkan HIV kepada pasangannya.
  • Memiliki penyakit menular seksual lainnya dapat meningkatkan viral load dalam cairan kelamin.

Mitos seputar cara penularan HIV

Apakah penyakit hiv bisa menular lewat air liur

Selama ini, banyak mitos terkait cara penularan HIV yang dipercaya banyak orang, padahal tidak terbukti kebenarannya. Faktanya, HIV tidak dapat menular melalui cara berikut.

  • Gigitan hewan, seperti gigitan nyamuk, kutu, atau serangga lainnya.
  • Interaksi fisik antarmanusia yang tidak melibatkan pertukaran cairan tubuh, seperti bersentuhan, berpelukan, berjabat tangan, cipika-cipiki, atau tidur satu ranjang tanpa adanya aktivitas seksual.
  • Berbagi alat makan dan saling pinjam pakaian atau handuk dengan pengidap HIV.
  • Menggunakan kamar mandi/toilet yang sama.
  • Berenang di kolam renang umum bersama pengidap HIV.
  • Air liur, air mata, atau keringat yang tidak bercampur dengan darah dari orang yang positif HIV.
  • Aktivitas seksual yang tidak melibatkan pertukaran cairan tubuh, misalnya ciuman bibir dan petting (menggesekkan alat kelamin) dengan masih saling berpakaian lengkap.

Air liur, air mata, dan keringat bukanlah perantara penularan HIV yang ideal. Hal ini dikarenakan cairan-cairan tersebut tidak mengandung jumlah virus aktif yang cukup banyak untuk bisa menularkan infeksi ke orang lain.

Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh seperti darah, cairan dari alat kelamin, dan ASI. Sementara itu, kabar yang menyebut bahwa ciuman, gigitan serangga, menggunakan toilet yang sama, hingga bertukar pakaian dapat menularkan HIV hanyalah mitos belaka.

Berapa lama virus HIV dapat bertahan di luar tubuh?

HIV hanya bisa bertahan selama beberapa hari atau minggu di laboratorium dengan kondisi yang sesuai seperti di dalam tubuh manusia. Berikut adalah prinsip-prinsip yang perlu dipahami soal daya tahan hidup HIV.

  • Tidak dapat bertahan pada suhu di atas 60 derajat Celcius.
  • Lebih mampu bertahan hidup di laboratorium pada suhu dingin, yaitu sekitar 4 hingga -70 derajat Celsius.
  • Virus akan mati saat pH di bawah 7 (asam) atau di atas 8 (basa).
  • Dapat bertahan dalam darah kering di laboratorium pada suhu kamar selama 5–6 hari, tetapi harus dengan tingkat pH yang mendukung.

HIV/AIDS dapat berkembang dengan cepat, tetapi penyebarannya tetap bisa dikendalikan. Oleh karena itu, ada baiknya Anda dan pasangan mengetahui cara mencegah penularan HIV/AIDS.

Banyak juga orang yang tidak mengetahui atau bahkan menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi karena gejala HIV umumnya tidak langsung muncul pada tahap awal penyakit.

HIV menular dari satu individu ke individu lainnya biasanya melalu transmisi seksual yaitu berhubungan seksual dengan individu yang terinfeksi. Tetapi bukan hanya dengan cara itu saja, ibu yang terinfeksi ke bayi yang dikandung dan penggunaan jarum suntik yang terinfeksi secara bergantian dapat menyebabkan penularan HIV. Sejak seseorang terinfeksi HIV maka virus ini dapat ditemukan dalam berbagai cairan dalam tubuhnya seperti darah dan serum. Cairan yang berpotensi secara epidemiologis menjadi media penularan adalah semen, darah dan cairan vagina.

Bagaimana risiko penularan HIV melalui air liur?

Seperti cairan tubuh lainnya, pada individu yang terinfeksi HIV maka dalam air liurnya terdapat virus ini, tetapi potensi penularan melalui melalui air liur lebih rendah atau lebih kecil dibandingkan melalui darah atau serum . Terdapat beberapa faktor penghambat dalam air liur yang menyebabkan penurunan infektivitas HIV. Tetapi dengan adanya luka atau peradangan dalam rongga mulut akan memperbesar risiko penularan.  (Baca: Berciuman, Adakah Dampak Buruk Kesehatannya?)

Berbagai cara penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) seringkali menjadi suatu topik hangat yang dibicarakan oleh masyarakat. Namun, tidak semua informasi yang beredar mengenai hal tersebut bersifat akurat. Seperti berita miring yang belum lama ini beredar di berbagai grup WhatsApp.

Menyambut tahun baru 2019, informasi hoaks seputar penularan virus HIV melalui terompet tahun baru kembali beredar. Informasi yang dapat meresahkan masyarakat tersebut beredar melalui media sosial, terutama aplikasi pesan Whatsapp di mana pada pesan tersebut disampaikan bahwa meniup terompet yang sering dijual menjelang tahun baru dapat menularkan HIV, virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).

Dalam pesan tersebut, dikatakan bahwa infeksi virus dapat menular ke pengguna selanjutnya melalui air liur dari pembuat terompet saat uji kelayakan, atau dari penjual serta calon pembeli ketika sedang mencoba terompet, jika salah satu dari orang-orang tersebut ada yang menderita penyakit menular.

Disebutkan pula berbagai penyakit yang dapat menular melalui air liur di ujung terompet tersebut meliputi kanker mulut, kanker lidah, kanker darah, hepatitis, serta HIV/AIDS. Tidak hanya itu, informasi yang disebarkan melalui broadcast message ini juga mengatasnamakan dr. Boyke sebagai sumber dan penyampai informasi, serta mengajak penerima pesan untuk turut meneruskan.

Dikutip dari Kompas.com pada 14 Desember 2018, dr. Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS, seorang pakar Obstetrik dan Ginekologi yang namanya disebutkan dalam pesan hoaks tersebut menyatakan dengan tegas bahwa pesan tersebut hanyalah hoaks semata dan seringkali muncul menjelang perayaan tahun baru. “Pesan itu hoaks, sudah tersebar setiap kali mau tahun baru, sejak lima tahun lalu,” ujarnya.

Dokter alergi dan imunologi dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Dr. dr. Evy Yunihastuti, SpPD-KAI juga membantah kebenaran informasi pada pesan tersebut.

Menurutnya, air liur bukan merupakan medium penularan HIV. “Air liur dari terompet tidak bisa menularkan virus HIV, kecuali ada darah yang terlihat dalam air liur,” ujar dr. Evy dikutip dari Kompas.com pada Jum’at 14 Desember 2018.

“Untuk penularan HIV itu bisa melalui air mani, cairan vagina, darah. Sementara untuk cairan-cairan yang ada di luar tubuh seperti keringat dan air liur itu tidak bisa menularkan HIV kecuali ada darah yang kasat mata,” tambahnya.

Hal lain yang perlu diklarifikasi dari pesan tersebut adalah pernyataan mengenai jenis penyakit yang dapat menular melalui air liur. Tidak seperti yang disebutkan pada pesan hoaks di atas, kebanyakan jenis kanker seperti kanker darah tidak dapat menular antar individu, terutama melalui air liur. Walaupun beberapa literatur menyebutkan adanya kontribusi infeksi virus sebagai penyebab beberapa jenis kanker seperti kanker mulut dan lidah. Umumnya, dibutuhkan kontak langsung yang erat untuk penularan virus tersebut.

Selain itu, dibutuhkan pula banyak faktor pencetus lainnya seperti daya tahan tubuh yang rendah serta kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang tinggi agar infeksi virus tersebut dapat bermanifestasi menjadi kanker. Sedangkan, penularan penyakit hepatitis B dan C umumnya hanya dapat melalui cairan dalam tubuh, sama seperti hal nya dengan HIV/AIDS.

Adapun hal-hal preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan penyakit tersebut adalah dengan selalu berhati-hati dalam menggunakan objek, terutama jika dicurigai telah terkontaminasi cairan dalam tubuh seseorang. “Antisipasi cairan yang menempel saja, seperti darah. Jadi jangan sembarangan memperlakukan darah dan juga banyak penyakit-penyakit yang bisa menular lewat darah, seperti hepatitis, HIV,” saran dr. Evy untuk mengantisipasi penularan penyakit tersebut. “Dan juga jangan sembarangan pegang luka orang, jadi kalau ada terompet yang ada darahnya ya jangan dibeli,” lanjutnya.

Penularan HIV terbanyak melalui apa?

Selama ini, hubungan seksual selalu dituduh sebagai penularan HIV yang sering terjadi. Bahkan dalam beberapa kasus, penularan HIV juga bisa terjadi akibat oral seks, bila terdapat luka terbuka di mulut pengidapnya. Nah, yang mesti ditegaskan, penularan HIV bukan cuma melalui kontak seksual saja.

Apa ciri ciri HIV pada pria?

Lalu berikut ini adalah ciri gejala HIV yang muncul pada pria maupun wanita yang terinfeksi:.
Demam..
Kedinginan..
Berkeringat di Malam Hari..
Nyeri Otot..
Sakit pada Tenggorokan..
Mudah untuk Lelah/Lemas..
Pembengkakan Kelenjar Getah Bening..