Kapanlagi.com - Kata mindset mungkin jadi istilah yang sudah cukup sering kita dengar. Mindset biasa kita temukan dalam buku, seminar, atau bahkan di percakapan sehari-hari. Meski tergolong kata yang cukup populer belakangan ini, faktanya masih banyak orang yang tidak tahu apa arti mindset yang sesungguhnya. Istilah mindset memang bukanlah kata yang biasa dipakai sehari-hari. Sehingga sebenarnya, wajar saja jika banyak orang yang tidak tahu arti mindset. Namun karena sudah jadi kata yang populer, maka penting untuk tahu dan paham apa arti mindset sebagai pengetahuan dasar. Lantas, apa arti mindset yang sesungguhnya? Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ulasan penjelasan apa itu mindset.
(credit: unsplash) Mindset sebenarnya merupakan salah satu kosakata dalam bahasa Inggris, sehingga untuk mengetahui arti dan maknanya, pertama kita perlu mengeceknya di kamus. Menurut dictionary.cambridge.org, arti mindset jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia adalah 'cara berpikir seseorang dan pendapatnya'. Selain itu, arti mindset sering dikaitkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kondisi mental atau pikiran. Pasalnya secara umum, mindset dapat diartikan sebagai kumpulan pola pikir yang membentuk keyakinan untuk berpikir memahami semua aspek. Sehingga, singkatnya mindset juga akan berpengaruh terhadap cara pandang cara seseorang dalam menentukan sikap atau mengambil keputusan saat menghadapi permasalahan.
Mindset ternyata bukanlah hal yang terbentuk secara instan. Sebaliknya, mindset terbentuk lama melalui proses panjang. Bahkan pembentukan mindset bisa dimulai dari seseorang masih anak-anak hingga dia tumbuh dewasa. Untuk memahami arti mindset, tentu kita juga perlu tahu proses pembentukan mindset. Dilansir dari verywellmind.com, seorang peneliti bidang psikologi bernama Dweck, mengungkapkan ada dua sumber utama, yaitu pujian dan pelabelan. Keduanya dimulai sejak masih anak-anak. Dalam serangkaian eksperimen, Dweck menemukan fakta bahwa anak-anak berperilaku tergantung pada pujian-pujian yang mereka terima. Sebagai contoh, saat anak-anak mendapat pujian berbakat atau dapat label "pintar", mereka akan mendapat stimulan bahwa mereka memang memiliki kemampuan yang bisa dibanggakan. Di bukunya "Mindset: The New Psychology of Success," Dweck juga menulis bahwa mindset juga terbentuk dari proses validasi. Hal ini bertujuan untuk membuktikan nilai mereka tidak hanya bagi orang lain, tetapi juga bagi diri mereka sendiri.
(credit: unsplash) Arti mindset merupakan suatu hal yang mungkin terdengar rumit. Namun, seluk beluk tentang mindset sebenarnya bisa dipelajari. Salah satu langkah penting untuk mengerti apa itu mindset adalah mengenali jenis-jenisnya. Secara garis besar, ada dua jenis mindset. Berikut adalah penjelasannya. 1. Mindset Tetap Sesuai dengan namanya, mindset tetap merupakan kondisi pola pikir yang sukar untuk diubah. Penyebabnya bisa jadi karena memang tidak adanya kemauan dari diri sendiri atau dorongan orang lain untuk mengubahnya. Sebagai contoh: Ketika seseorang mengikuti maraton sejauh 20km. Dalam pikiran orang tersebut terdapat pemikiran, "Saya tidak pernah berlari bahkan sejauh satu kilometer. Tidak mungkin saya bisa berlari 20 km." Jika tidak ada bujukan dari teman atau pelatih yang bisa membuat dia mengubah pola pikirnya. Atau tidak ada keinginan dalam dirinya untuk mengubah pemikiran itu. Maka itulah yang disebut mindset tetap. Mindset tetap ini akhirnya juga akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam mengikuti maraton. 2. Mindset yang Bertumbuh Sebaliknya, mindset yang bertumbuh adalah jenis mindset yang bisa diubah dari pemikiran awal. Bisa karena dorongan orang lain atau kemauan diri sendiri. Diambil dari contoh di atas, jika seseorang yang ikut lomba maraton tersebut dapat mengubah mindset-nya. Entah itu, karena dorongan pelatih atau teman, atau karena kemauannya sendiri. Maka, mindset tersebut juga akan mengubah pandangannya terhadap kemampuannya sendiri. Sehingga bukan tak mungkin dia akan kuat dan bisa menyelesaikan maraton 20 km.
(credit: unsplash) Setiap orang ternyata bisa mengubah mindset tetap menjadi bertumbuh dengan beberapa cara. Maka dari itu, mengetahui arti mindset tak akan lengkap tanpa tahu cara mengubahnya. Berikut adalah langkah-langkah dalam cara mengubah mindset. 1. Beri Dorongan pada Diri Sendiri Cara ini bisa dilakukan dengan memberikan pertanyaan pada diri sendiri, seperti "mengapa saya?", "apa gunanya mencoba?", atau sebagainya. Dengan menjawab pertanyaan semacam ini, kita akan menemukan nilai dalam diri kita dan pandangan kita terhadap suatu hal. 2. Melihat dari Sudut Pandang Lain Ingatlah bahwa kita memang harus selalu menguji pandangan kita dalam menilai suatu masalah. Namun kita juga perlu melihat suatu masalah dari sudut pandang lain, untuk bisa mencapai kesimpulan yang tepat. 3. Meditasi atau Olahraga Latihan dan meditasi terbukti sangat bermanfaat dalam menjaga tubuh tetap bugar dan pikiran tetap positif. Setiap kali merasa bosa atau lelah, kalian bisa ambil napas dalam-dalam atau berjalan-jalan untuk menghirup udara segar. 4. Jangan Terlalu Memikirkan Hal-hal di Luar Kendali Dalam hidup kita akan bertemu banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan atau kontrol. Hidup terus memberikan tantangan seperti itu, tetapi kita hanya harus fokus hanya pada hal-hal yang dapat dapat kita kontrol atau kendalikan. Mengurus hal-hal yang di luar kendali kita hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga. Itulah di antaranya ulasan tentang arti mindset dan cara membangunnya. Semoga bermanfaat dan bisa membantu kalian dalam membangun mindset yang lebih terarah! Baca artikel lainnya:
Apa itu mindset? Mindset artinya serangkaian pemikiran yang membentuk dasar pemikiran seseorang dalam memandang sesuatu. Mindset adalah kata lain dari pola pikir. Beberapa pengertian mindset menurut para ahli adalah suatu set atau rangkaian pemikiran yang membentuk kebiasaan berpikir dari individu. Selain itu, pengertian lain dari mindset adalah doa dan harapan yang dimiliki seseorang akan suatu hal yang ingin dicapai dalam hidup. Sehingga, doa dan harapan ini kemudian membentuk cara berpikir seseorang. Dalam kehidupan, kita akan melihat pola pikir manusia yang bermacam-macam. Biasanya, orang-orang akan membedakannya antara pola pikir orang sukses dengan pola pikir orang yang biasa-biasa saja. Salah satu contoh mindset orang sukses adalah menganggap kegagalan sebagai pintu peluang kesuksesan yang baru. Nah, pada artikel kali ini kita tidak hanya akan membahas tentang mindset atau pola pikir saja. Namun, kita akan membahas tentang mindset kecil, mindset rata-rata dan mindset luar biasa yang diinginkan banyak orang. Dilansir dari website everyday power dot com, ternyata ada perbedaan yang cukup signifikan antara ketiga jenis mindset tersebut loh, rekan-rekan. Mungkin suatu pernyataan yang sering kita dengar adalah “Mindset kecil hanya akan menggosipkan tentang orang lain, mindset rata-rata akan mendiskusikan sebuah peristiwa, dan mindset luar biasa akan mendiskusikan ide-ide cemerlang”. Namun, apakah pernyataan ini benar? Yuk, kita cari tahu fakta dan perbedaannya bersama-sama. Seperti yang kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang mana dirinya tidak bisa hidup tanpa kehadiran orang lain. Salah satu kekayaan hidup yang kita miliki adalah hubungan kita dengan orang lain. Bagaimana cara kita memperlakukan orang lain adalah citra diri yang kita miliki dalam kehidupan ini. Namun, seringkali hubungan manusia tidak berjalan seindah yang kita harapkan. Pastinya, kita akan sering menghadapi “gesekan-gesekan” pada hubungan kita dengan orang lain. Bagaimana tidak, setiap orang memiliki akal dan pemikirannya masing-masing. Sehingga, “gesekan” dalam hubungan manusia itu murni pasti terjadi. Ketika hubungan kita dengan orang lain kurang membaik, hasilnya kita akan mengalami perasaan marah, kecewa, canggung (awkward), sedih dan lain sebagainya. Dari semua perasaan emosional yang kita miliki akan mendorong kita untuk bercerita atau bahasa gaulnya, curhat kepada orang-orang yang kita percaya. Kita akan mulai menceritakan bagaimana kolega kita di kantor telah menyakiti perasaan kita karena tidak mau bekerja sama dalam mengerjakan proyek penting, bagaimana dirinya menumpahkan kopi panas secara tidak sengaja di meja kerja kita, dan lain sebagainya. Lantas, dengan bercerita seperti itu apakah kita termasuk ke dalam kategori mindset kecil? Tentu saja tidak. Itulah mengapa fakta menunjukkan bahwa tidak ada yang namanya mindset kecil. Setiap manusia perlu bercerita dengan manusia lainnya untuk membuat dirinya merasa tenang dan merasa bahwa ada orang lain yang rela mendengarkan segala keluh kesahnya. Ini adalah hal yang normal, dan tidak menunjukkan bahwa kita memiliki mindset yang kecil dan sempit. Dalam hal ini, kami menemukan pernyataan “mindset rata-rata akan mendiskusikan sebuah peristiwa” sebagai pernyataan yang cukup sensitif. Pertanyaannya, “Apakah mendiskusikan suatu peristiwa adalah hal yang salah? Bagaimana dengan orang-orang yang bersikap acuh dan tidak pernah membahas tentang beberapa peristiwa yang terjadi di sekitarnya, mindset apa yang cocok untuk mengkategorikan individu seperti itu?”. Mari kita luruskan permasalahan ini, yang dimaksud bahwa mindset rata-rata hanya membahas suatu peristiwa bukanlah tentang seseorang yang tiba-tiba membahas penurunan harga dollar yang berpengaruh pada nilai rupiah atau seseorang yang membahas tentang peresmian perusahaan baru di dekat kantornya. Bukan, bukan itu yang dimaksud. Namun, pernyataan “mindset rata-rata akan mendiskusikan sebuah peristiwa” merujuk kepada orang-orang yang hanya mengharapkan suatu kejadian atau peristiwa bisa datang dan terjadi ke dalam kehidupan mereka, tanpa adanya usaha apapun. Mereka akan berkata, “Aku akan merasa bahagia jika…” dan mereka akan menunggu hal tersebut sampai benar-benar terjadi dalam kehidupannya, bahkan tanpa usaha apapun. Ini merupakan pola pikir umum yang sangat sering terjadi di lingkungan masyarakat kita. Dalam hal ini, kita perlu menyadari suatu realitas bahwa “KITA adalah orang yang bertanggung jawab atas segala peristiwa yang kita alami”. Maknanya, jika saya ingin menjadi seorang manajer, maka saya bertanggung jawab untuk membuatnya menjadi peristiwa yang nyata. Saya adalah pengendali dan pencipta dari suatu peristiwa yang saya inginkan, Meskipun nantinya, kita semua akan kembali mengikuti rencana Tuhan, namun mindset yang benar adalah berani untuk bermimpi, bertindak dan mewujudkannya. Jika kita ingin keluar dari mindset rata-rata yang seperti ini, maka rumusnya adalah sebagai berikut: Tujuan> Tindakan> Peristiwa> Hasil Saya memiliki tujuan untuk bisa menjadi manajer yang efektif, maka saya bertindak dengan belajar dan berusaha menjadi manajer yang efektif dengan menjadi pendengar yang baik, mengikuti training kepemimpinan dan mau menerima feedback dari karyawan saya. Dalam hal ini, saya sedang menciptakan suatu peristiwa melalui tindakan-tindakan saya tersebut. Hasilnya? Saya meraih predikat sebagai manajer yang efektif. Perlu kita ingat juga bahwa memiliki tujuan hidup versi diri sendiri adalah hal yang sangat PENTING. Seringkali, kita mengambil tujuan hidup yang dimiliki seseorang, lalu memodifikasinya sedikit agar bisa menjadi tujuan hidup versi diri sendiri. Hmm, yang seperti ini masih kurang original, rekan-rekan. Hal lain yang sering terjadi juga adalah kita secara sengaja membiarkan tujuan perusahaan untuk mengendalikan tujuan hidup kita. Padahal, jika visi misi dari organisasi atau perusahaan memang tidak selaras dengan tujuan hidup kita, kita bisa mencari perusahaan yang “sejiwa” dengan kita, bukan? Disadari atau tidak, kita seringkali terjebak di tengah-tengah persamaan yang sebenarnya sama sekali bukan hal yang kita inginkan. Sebagai contoh, mungkin sebagian besar dari kita mendapatkan pendidikan dan nasihat dari orang tua kita bahwa kunci menuju kebahagiaan adalah pekerjaan tetap yang kita bekerja di dalamnya selama 30 tahun lebih, lalu kemudian pensiun. Itu ide yang bagus, tidak ada masalah. Namun, jika panggilan jiwa kita ingin menjadi seorang pengusaha yang sukses, maka wujudkanlah mimpi itu. Jangan terjebak dalam suatu persamaan yang sama sekali tidak kita inginkan. Itulah sebabnya mindset yang seperti ini disebut mindset rata-rata, karena individu cenderung mengikuti arah dan alur yang dimiliki oleh mayoritas atau rata-rata orang di sekitar mereka. Katanya “Mindset luar biasa akan mendiskusikan ide-ide cemerlang”, nyatanya kita juga tidak bisa sepenuhnya percaya dengan orang-orang yang memiliki ide-ide besar. Coba kita pikirkan kembali, ada berapa banyak orang yang memiliki ide besar, namun tidak bersungguh-sungguh dalam mewujudkannya? Jadi, ide yang besar tidak akan menjamin apapun, percaya deh! Oleh karena itu, kami menambahkan sedikit kata-kata bagi mereka yang memiliki mindset luar biasa, yaitu “Mindset luar biasa akan mendiskusikan ide-ide cemerlang dan bersungguh-sungguh untuk mewujudkannya” karena mereka sadar, ide besar saja tidak akan cukup untuk membuat sebuah perubahan. Dari artikel ini, kita bisa melihat kan bagaimana kekuatan mindset bisa mengubah pola hidup kita? Bahkan, menentukan apa yang kita lakukan dan apa yang akan kita dapatkan. Kesimpulannya, pernyataan bahwa “Mindset kecil hanya akan menggosipkan tentang orang lain, mindset rata-rata akan mendiskusikan sebuah peristiwa, dan mindset luar biasa akan mendiskusikan ide-ide cemerlang” adalah pernyataan yang keliru. Dengan kekeliruan tersebut, kami menggantinya dengan, “Mindset yang terluka akan mendiskusikan orang lain. Mindset yang tidak memiliki tujuan dan fokus akan membahas tentang berbagai peristiwa, dan Mindset yang bersungguh-sungguh akan menggambarkan ide-ide cemerlang untuk diwujudkan”. Jadi, mulai sekarang jangan pernah berpikir bahwa kita memiliki mindset kecil, mindset rata-rata atau membanggakan diri karena merasa mempunyai mindset luar biasa. Semua itu kembali lagi dengan usaha dan upaya yang kita berikan. Tetap semangat ya, rekan-rekan Career Advice! |