Dementia sering disalahartikan sebagai penyakit pikun. Namun sebenarnya, demensia bukanlah penyakit melainkan gejala suatu penyakit. Gangguan ini ditandai dengan penurunan daya ingat atau kondisi di mana seseorang kesulitan untuk mengingat sesuatu dari memorinya. Kondisi ini juga dapat menimbulkan gangguan dalam berbahasa, serta ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Misalnya mudah tersesat saat menyetir. Meskipun hilangnya daya ingat sering terjadi pada orang yang pikun karena demensia, berkurangnya daya ingat tidak berarti membuat sesorang pasti menderita demensia. Berkurangnya daya ingat pada tingkat tertentu bisa jadi merupakan proses penuaan yang normal. Artikel Lainnya: Wajib Tahu, Ini Masalah yang Muncul Saat Merawat Pasien Demensia Demensia melibatkan kerusakan pada sel- sel saraf di otak, yang dapat terjadi pada beberapa area di otak. Gangguan ini dapat muncul dalam bentuk yang berbeda- beda pada tiap penderita, tergantung area otak yang terkena. Pikun karena demensia juga dapat terjadi akibat kerusakan otak yang disebabkan karena berkurangnya aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Masalah pada pembuluh darah ini bisa terjadi karena banyak hal. Beberapa di antaranya adalah stroke, infeksi katup jantung, atau kondisi lain pada pembuluh darah. Gejala biasanya muncul mendadak dan seringkali didapatkan pada orang-orang dengan tekanan darah tinggi atau yang pernah mengalami stroke atau serangan jantung sebelumnya. Artikel Lainnya: Kebiasaan Buruk Penyebab Demensia atau Pikun Tanda- tanda demensia dapat beragam, tergantung penyebabnya. Namun tanda dan gejala yang umum adalah:
Untuk menentukan diagnosis, dokter akan meninjau riwayat penyakit dahulu, gejala- gejala saat ini, dan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan-pemeriksaan lain yang akan dilakukan yaitu tes kognitif dan neuropsikologis, pemeriksaan neurologis / saraf, CT scan atau MRI otak, tes darah, dan pemeriksaan psikiatri. Sebagian besar tipe demensia memang tidak dapat disembuhkan. Namun demikian, dokter akan membantu Anda dalam mengelola gejala- gejala yang ada untuk memperlambat dan memperkecil berkembangnya gejala. Misalnya dengan memberikan obat-obatan untuk mengatasi gangguan tidur dan terapi yang menolong penderita beradaptasi untuk hidup dengan demensia. Beberapa gejala demensia dan masalah perilaku pada awalnya dapat diterapi dengan pendekatan non obat, seperti:
Selain terapi di atas, saat ini juga terus dikembangkan terapi alternatif. Misalnya suplemen vitamin E, asam lemak omega-3, hingga Ginkgo biloba. Teknik- teknik lain juga bisa membantu menurunkan kegelisahan dan memberikan relaksasi. Misalnya dengan terapi musik, terapi menggunakan hewan peliharaan, aromaterapi, dan terapi pijatan. Artikel Lainnya: Cegah Demensia dengan Diet Mediterania Pencegahan demensia cukup sulit untuk dilakukan. Meski demikian, ada beberapa langkah yang mungkin dapat membantu:
Artikel Lainnya: Belajar Bahasa Asing Efektif untuk Mencegah Demensia, Benarkah? Demensia yang tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan komplikasi berupa:
Klikdokter
Lihat Foto KOMPAS.com - Demensia adalah salah satu masalah kesehatan yang rawan dialami orang lanjut usia (lansia). Gangguan kesehatan ini dapat membuat penderitanya tidak bisa berpikir, mengendalikan emosi, kepribadian, sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Kendati biasanya dialami orang di atas 65 tahuh, tapi ada juga penderita yang terkena demensia sejak usianya 40 tahunan atau 50 tahunan. Untuk meningkatkan kewaspadaan pada masalah kesehatan ini, kenali apa itu demensia, gejala, penyebab, dan cara mengobatinya. Baca juga: Beda Gejala Usus Buntu pada Anak, Orang Dewasa, dan Lansia Apa itu demensia?Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demensia adalah sindrom yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif dengan gejala semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Penderita demensia jamak mengalami gangguan memori, berpikir, memahami sesuatu, berhitung, belajar, berbahasa, sampai menimbang sesuatu. Beberapa pengidap demensia terkadang kesulitan mengendalikan emosi dan mengalami perubahan kepribadian. Masalah kesehatan ini bisa bersifat ringan sampai berat. Tapi, ketika demensia sudah parah, penderita perlu bergantung dengan orang sekitarnya untuk beraktivitas. Baca juga: 5 Cara Lindungi Lansia dan Penderita Penyakit Kronis dari Virus Corona Tanda dan gejala demensiaTanda dan gejala demensia bisa beragam, tergantung pada akar penyebabnya dan kondisi kognitif sebelum sakit. Gejala demensia umumnya muncul dalam tiga tahap, yakni awal, tengah, sampai akhir. Melansir NIH, berikut beberapa di antaranya: |