Bagaimana cara mencintai hadis sebagai sumber pokok ajaran Islam yang kedua

Bagaimana cara mencintai hadis sebagai sumber pokok ajaran Islam yang kedua

Contoh Perilaku yang Menerapkan Al-Quran dan Hadis Bagi Umat Islam. /unsplash/@sohaib_alkharsa

PORTAL PASURUAN - Sebagai umat yang hendak mencapai keridhaan Allah SWT semata, kita perlu menjadikan Al-Quran dan hadis sebagai pedoman hidup supaya selamat dunia dan akhirat.

Orang yang berpedoman pada pokok-pokok ajaran syariat maka akan senantiasa berperilaku:

1. Meyakini pokok-pokok akidah dalam Islam yang mengenai ketetapan yang berkaitan dengan iman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir, serta qada dan qadar.

Baca Juga: 5 Dancer Paling Populer dari Grup K-pop Setiap Tahunnya, Jungkook BTS Paling Banyak Dicari

2. Berbudi pekerti luhur sebab Al-Quran berisi tuntunan yang berkaitan dengan akhlakhul kharimah.

>

3. Melaksanakan ibadah kepada Allah antara lain dengan melaksanakan salat, puasa, zakat, dan haji.

4. Bergaul dengan orang-orang soleh.

5. Membaca dan memahami Al-Quran serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

6. Menghafalkan ayat-ayat Al-Quran sebab dapat menjadi syafaat di hari kiamat.

Sumber: buku Al-Quran Hadis untuk MTs dan sederajat kelas 7

tirto.id - Al Quran adalah mukizat terbesar yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Al Quran merupakan kalam Allah disampaikan pada Nabi Muhammad melalui perantaraan malaikat jibril untuk diajarkan kepada umat manusia sampai akhir zaman. Kehadiran Al Quran bukan sekadar kitab suci, namun juga menjadi sumber hukum utama bagi umat Islam.

Dalam Al Quran terdapat berbagai petunjuk kehidupan mulai dari bahasan akidah, akhlak, ibadah, hingga aturan dalam bermasyarakat.

Mengutip buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Kelas X (2017), sebagai sumber hukum utama, maka Al Quran menjadi rujukan utama dalam membuat ketentuan-ketentuan hukum lain. Tidak boleh ada ketentuan hukum yang menyimpang dari tuntutan Al Quran.

Selain Al Quran, sumber hukum kedua yang dijadikan pedoman hidup umat Islam adalah hadis (Sunnah). Hadis sama pentingnya dalam hukum Islam.

Beberapa fungsinya yaitu menegaskan ketentuan yang ada di dalam Al Quran, menjelaskan ayat Al Quran, dan menjelaskan ayat-ayat Al Quran yang sifatnya umum.

Mengutip laman Ayo Guru Berbagi, Al Quran dan hadis menjadi pedoman dan landasan dalam menjalani kehidupan. Keduanya secara seimbang memberikan arahan bagi umat untuk turut memperhatikan sisi akhirat ketika menjalani kehidupan di dunia sampai akhir hayat.

Di samping itu, keduanya memberikan arahan untuk menjalankan kehidupan ideal bagi umat Islam sehingga senantiasa lurus dalam kebenaran dan memperoleh kebaikan dari Allah.

Contoh hal yang dibahas pada keduanya seperti menegakkan ibadah shalat sesuai perintah Al Quran dengan memperhatikan tata cara shalat Nabi Muhammad, ketentuan puasa wajib atau sunnah, peribadatan haji, aturan bergaul dengan masyarakat, serta cara mengatur tataan hidup berbangsa dan bernegara.

Cara Menerapkan Al Quran dan Hadis Sebagai Pedoman Hidup

Petunjuk pada Al Quran dan hadis sangat mungkin diterapkan sehari-hari sebagai pedoman hidup. Penerapan keduanya akan membentuk pribadi mulia bagi umatnya. Berikut ini berbagai sikap menerapkan Al Quran dan hadis pada kehidupan:

1. Gemar membaca dan mempelajari al-Quran dan hadis saat sibuk atau senggang.

2. Sekuat tenaga konsisten untuk menjalankan ajaran-ajaran dalam Al Quran dan hadis.

3. Selalu memandang persoalan yang dihadapi dengan merujuk pada Al Quran dan hadis. Caranya dapat dengan mempelajari sendiri atau bertanya ke yang ahli di bidangnya.

4. Mencintai orang-orang yang senantiasa mempelajari dan mengamalkan ajaran-ajaran Al Quran dan hadis

5. Kritis pada hel-hal yang dihadapi dengan terus berupaya agar tidak menyimpang dari ajaran Al Quran dan Sunnah

6. Membiasakan berpikir rasional dengan tetap berpegang teguh pada al-Qur’an dan hadis.

7. Aktif bertanya dan berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki keahlian agama dan berakhlak mulia.

8. Hati-hati bertindak atas suatu perbuatan dengan melihat apakah tindakan tersebut diperbolehkan atau dilarang dalam Islam

9. Berusaha keras mengerjakan segala kewajiban dan meninggalkan semua larangan.

10. Membiasakan mengerjakan ibadah-ibadah sunnah sebagai upaya menyempurnakan ibadah wajib karena khawatir belum sempurna.

Baca juga:

  • Apa 4 Fungsi Hadis terhadap Al-Quran dan Contoh Penerapannya
  • Doa Khatam Quran, Bacaan Latin, Arab, dan Tata Cara saat Khataman

Baca juga artikel terkait AGAMA ISLAM atau tulisan menarik lainnya Ilham Choirul Anwar
(tirto.id - ica/ylk)


Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yulaika Ramadhani
Kontributor: Ilham Choirul Anwar

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Rep: Nashih Nasrullah Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hadis atau sunah adalah sumber hukum Islam kedua setelah Alquran. Hadis menjadi penjelas atas ayat-ayat Alquran yang tak sepenuhnya dipahami oleh umat Islam.

Hal itu dimungkinkan karena Alquran tak hanya berisi ayat-ayat yang qath’i (jelas), tetapi juga banyak yang zhanni (samar) sehingga membutuhkan penjelasan terperinci. Salah satu contohnya adalah perihal shalat.

Banyak ayat Alquran yang mengungkapkan perintah shalat. Namun, bagaimana shalat itu dilakukan, hal itu tidak dijelaskan secara perinci. Dari sini, Nabi Muhammad SAW menjelaskan bagaimana shalat harus dikerjakan. “Shalatlah kalian sebagaimana me lihat aku shalat.” (HR Bukhari).

Begitu juga dalam hal haji. Rasulullah menjelaskan, “Ambillah (kerjakanlah) haji itu dari manasik yang aku kerjakan.”Dari sini tampak bahwa kedudukan hadis menjadi penting terhadap kandungan ayat-ayat Alquran. Karena itu, para ulama sepakat untuk menempatkannya sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Alquran.Dalam perkembangannya kemudian, sepeninggal Rasulullah tak ada lagi tokoh sentral yang bisa menjelaskan kandungan ayat Alquran secara mendetail. Meski demikian, Rasulullah telah meninggalkan ‘warisan’ berharga bagi umatnya, yakni berupa perkataan, perbuatan, atau pun ketetapan hukum yang pernah dilakukan yang pernah dilakukan semasa hidupnya, termasuk sifatsifatnya.Saat wukuf di Padang Arafah, 9 Dzulhijah tahun 10 H, Rasulullah bersabda, “Telah aku tinggalkan kepadamu dua perkara dan tidak akan tersesat kalian selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yakni kitabullah (Alquran) dan su nah Rasulullah.” (HR Imam Malik). Hadis ini menjelaskan, betapa pen tingnya kedudukan hadis sebagai pedoman umat Islam bila menemu kan hal-hal yang belum jelas dalam Alquran.

Seiring perjalanan waktu, per kataan, perbuatan, ketetapan, atau akhlak Rasulullah diterjemahkan secara berbeda-beda oleh orang yang berbeda-beda pula dari berbagai generasi. Akibatnya, muncullah ungkapan-ungkapan yang disandarkan kepada Rasulullah kendati hal itu tak pernah diungkapkan oleh Rasulullah.

Dalam hal ini, Rasulullah pernah mengecam orang-orang yang suka menisbatkan sesuatu pa da dirinya, sementara hal itu tak pernah dikerjakannya. “Barang siapa yang berdusta atas nama diri ku, sesungguhnya tempatnya adalah neraka.”Namun, tetap saja banyak orang membuat ungkapan- ung kapan yang disandar kan pada diri Nabi SAW. Akibatnya, mun cullah hadis-ha dis palsu dan hadis yang memiliki kualitas rendah. Rendahnya kualitas hadis ini disebabkan oleh kurangnya pengeta huan yang dimiliki, berkaitan dengan cara me nukilkan atau meri wayatkan hadis Nabi SAW, baik dari sisi perawinya (orang yang me ri wayatkan hadis) maupun makna yang terkandung dari hadis tersebut. Karena itu, para ulama mengklasifikasikan hadis dalam beberapa kelompok. Ada yang disebut hadis mutawatir, ahad, sahih, hasan, dhaif, maudhu, matruk, marfu’, dan sebagainya.

Untuk mengetahui kualitas suatu hadis digunakan ilmu yang disebut ilmu musthalah al-hadits. Ini adalah ilmu yang mempelajari periwayatan hadis dan kualitas dari hadis yang diriwayatkan.

Bagaimana cara mencintai hadis sebagai sumber pokok ajaran Islam yang kedua