Apa yang Allah jelaskan dalam surat Al Qariah ayat 6 dan 7?

Apa yang Allah jelaskan dalam surat Al Qariah ayat 6 dan 7?
Apa yang Allah jelaskan dalam surat Al Qariah ayat 6 dan 7?

Surat Al Qari’ah (القارعة) adalah surat ke-101 dalam Al Quran. Berikut ini terjemahan, asbabun nuzul, dan tafsir Surat Al Qari’ah.

Surat ini terdiri dari 11 ayat. Termasuk Surat Makkiyah. Dinamakan surat Al Qari’ah yang berarti hari kiamat. Nama surat ini diambil dari ayat pertama. Al Qari’ah merupakan satu-satunya nama surat ini. Tidak memiliki nama lain.

Surat Al Qari’ah dan Artinya

Berikut ini Surat Al Qari’ah dalam tulisan Arab, tulisan latin dan artinya dalam bahasa Indonesia:

الْقَارِعَةُ . مَا الْقَارِعَةُ . وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ . يَوْمَ يَكُونُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوثِ . وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوشِ . فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ . فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ . وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ . فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ . وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ . نَارٌ حَامِيَةٌ

(Al qoori’ah. Mal qoori’ah. Wa maa adrooka mal qoori’ah. Yauma yakuunun naasu kal faroosyil mabtsuuts. Wa takuunul jibaalu kal ‘ihnil manfuusy. Fa ammaa man tsaqulat mawaaziinuh. Fahuwa fii ‘iisyatir roodliyah. Wa ammaa man khoffat mawaaziinuhu. Fa ummuhuu haawiyah. Wa maa adrooka maahiyah. Naarun haamiyah)

Artinya:
Hari Kiamat, apakah hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.

Asbabun Nuzul

Tidak ada penjelasan detil tentang asbabun nuzul Surat Al Qari’ah. Dan memang tidak semua Surat dan ayat Al Quran kita dapatkan penjelasan asbabun nuzul. Baik di kitab-kitab tafsir maupun kitab yang khusus membahas asbabun nuzul.

Surat Al Qari’ah merupakan surat ke-30 yang turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Yakni turun setelah Surat Quraisy dan sebelum Surat Al Qiyamah.

Sedangkan secara urutan mushaf, ia merupakan surat ke-101. Yakni setelah Surat Al Adiyat. Jika surat Al Adiyat diakhiri dengan uraian tentang hari kiamat, surat ini juga berbicara tentang hari kiamat sejak awalnya. Jika surat Al Adiyat diakhiri dengan isyarat pertanyaan kapan terjadinya itu, surat ini menjelaskan bahwa ia akan terjadi pada hari kiamat yang disebut Al Qari’ah, yakni suara keras yang memekakkan telinga.

Tafsir Surat Al Qari’ah

Tafsir surat Al Qari’ah ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir dan Tafsir Al Misbah. Ia bukan tafsir baru melainkan ringkasan kompilasi dari tafsir-tafsir tersebut. Juga ditambah dengan referensi lain seperti Awwal Marrah at-Tadabbar al-Qur’an dan Khawatir Qur’aniyah.

Secara umum, surat ini menjelaskan kedahsyatan hari kiamat. Mulai dari suara yang memekakkan telinga, hingga kondisi manusia dan gunung-gunung. Lalu diakhiri dengan kesudahan manusia berdasarkan timbangan amalnya masing-masing. Masuk surga atau neraka.

Surat Al Qari’ah ayat 1

الْقَارِعَةُ

Hari Kiamat,

Kata al qari’ah (القارعة) berasal dari kata qara’a (قرع) yang berarti mengetuk. Suara menggelegar yang diakibatkan oleh kehancuran alam sangat keras hingga seakan mengetuk lalu memekakkan telinga, bahkan hati dan pikiran. Namun semua peristiwa besar yang mencekam juga dinamakan al qari’ah baik disertai suara keras maupun tidak.

Ibnu Katsir menjelaskan, al Qari’ah adalah nama lain hari kiamat. Sebagaimana juga disebut al Haaqqah, at Taammah, Ash Shaakhkhah, Al Ghaatsiyah, dan lain-lain.

Surat Al Qari’ah ayat 2

مَا الْقَارِعَةُ

Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?

Pengulangan kata ini menggambarkan rasa heran dan mencekam. Seakan-akan secara sederhana diilustrasikan pintu yang diketuk keras, tidak seperti selama ini. Sehingga ditanyakanlah, “siapa yang mengetuk itu.”

Surat Al Qari’ah ayat 3

وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ

Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?

Kalimat maa adraaka (ما أدراك) adalah ungkapan yang digunakan Al Qur’an untuk menggambarkan kehebatan sesuatu yang sulit dijangkau hakikatnya. Umumnya redaksi kalimat ini digunakan untuk alam metafisika seperti surga dan neraka. Juga hal-hal yang luar biasa seperti lailatul qadar dan al ‘aqabah.

Kalimat ini sekaligus merupakan ta’kid (kalimat penguat) untuk memberitahukan betapa dahsyatnya hari kiamat.

Surat Al Qari’ah ayat 4

يَوْمَ يَكُونُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوثِ

Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,

Selain diartikan anai-anai, kata al faraasy (الفراش) juga diartikan belalang yang baru lahir. Mereka saling menindih dan bergerak ke berbagai arah yang tidak menentu.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan bahwa al faraasy adalah hewan bersayap yang bodoh dan bingung jika ada di atas api. Maka ia bisa bermakna laron, anai-anai, nyamuk maupun belalang.

Manusia waktu itu seperti anai-anai yang bertebaran, jumlahnya banyak, lemah, hina dan terbang tak tentu arah.

Surat Al Qari’ah ayat 5

وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوشِ

dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.

Kata al ‘ihn (العهن) artinya adalah bulu. Ada pula yang memahaminya bulu yang berwarna merah dan warna-warni. Sebagaimana ditegaskan oleh Surat Fathir ayat 27, gunung-gunung yang beraneka warna itu karena perbedaan materi yang dikandungnya. Jika materinya besi, warna dominannya adalah merah. Jika materinya batu bara, warna dominannya adalah hitam. Jika materinya perunggu, warna dominannya kehijau-hijauan.

Mujahid, Ikrimah Sa’id bin Jubair dan para mufassir lainnya mengatakan bahwa al ‘ihn adalah bulu domba. Pada hari kiamat, gunung-gunung laksana bulu domba yang diawut-awut hingga berterbangan.

Dua kondisi ini saja, yakni manusia yang seperti anai-anaik bertabaran dan gunung yang berhamburan, sudah menggambarkan betapa dahsyat dan ngerinya hari kiamat.

Surat Al Qari’ah ayat 6

فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ

Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,

Kata mawaaziin (موازين) merupakan bentuk jamak dari miizaan (ميزان) yang artinya timbangan. Mayoritas ulama berpendapat bahwa amal kebaikan dan kejahatan masing-masing orang ditimbang. Mana yang berat, itulah yang menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan di akhirat.

Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir menjelaskan maksudnya adalah timbangan amal kebaikannya lebih berat daripada timbangan amal keburukannya.

Setelah Allah menjelaskan sekilas dahsyatnya hari kiamat, Dia mengarahkan pandangan manusia untuk memperhatikan kesudahan mereka. Bahwa nantinya mereka akan ditimbang amalnya dan nasibnya akan tergantung pada amal yang ditimbang itu.

Surat Al Qari’ah ayat 7

فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ

maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.

Kata ‘iisyah (عيشة) merupakan bentuk tunggal. Memberikan isyarat bahwa kepuasan dan kenyamanan hidup di akhirat itu bersambung, tidak terputus dan tidak berganti seperti di dunia yang kadang senang kadang susah.

Tempat yang demikian itu tidak lain adalah surga.

Surat Al Qari’ah ayat 8

وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ

Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,

Yakni orang yang timbangan amal keburukannya lebih berat daripada timbangan amal kebaikannya.

Surat Al Qari’ah ayat 9

فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ

maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.

Kata ummuhu (أمه) berasal dari kata amma-ya’ummu (أم – يؤم) yang artinya menuju. Ibu dinamai umm karena anak selalu menuju kepadanya. Dinamai imam yang seakar dengan umm karena ia dituju mata dan diteladani.

Kata haawiyah (هاوية) berasal dari kata hawaa (هوى) yang artinya meluncur ke bawah. Dinamakan haawiyah karena neraka itu tempat yang rendah dan menghinakan.

Qatadah menjelaskan, bahwa orang itu terjatuh ke dalam neraka dengan kepala di bawah.

Pada kedua perbandingan antara orang yang berat dan ringan timbangan amal kebaikannya ini, terdapat ihtibaak (إحتباك). Yakni membuang masing-masing persamaan yang terdapat pada kalimat yang lain. Kalimat yang dibuang di bagian pertama adalah “maka tempat kembalinya adalah surga” (فأمه الجنة). Sedangkan kalimat yang dibuang di bagian kedua adalah “maka dia berada dalam kehidupan yang menyusahkan” (فهو في عيشة ساخطة).

Dengan dihilangkannya dua kalimat itu, jadilah akhiran dari setiap bagian surat ini adalah:

القارعةراضيةهاويةماهية

حامية

Dalam ilmu balaghah, ini disebut sajak murashsha’.

Surat Al Qari’ah ayat 10

وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ

Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?

Seperti disinggung di ayat 3, maa adraaka digunakan terkait alam metafisika yang pada ayat 10 ini adalah neraka.

Surat Al Qari’ah ayat 11

نَارٌ حَامِيَةٌ

(Yaitu) api yang sangat panas.

Inilah hakikat haawiyah yang Allah jelaskan. Api yang sangat panas lagi sangat kuat nyala dan gejolak apinya.

Panasnya api neraka 70 kali lipat dari panasnya api dunia. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

نَارُكُمْ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ

Api kalian merupakan salah satu dari 70 bagian dari api neraka jahanam.

Lantas para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, itu pun sudah mencukupi.” Beliau bersabda:

فُضِّلَتْ عَلَيْهِنَّ بِتِسْعَةٍ وَسِتِّينَ جُزْءًا كُلُّهُنَّ مِثْلُ حَرِّهَا

Api neraka lebih unggul di atasnya dengan 69 bagian. Yang masing-masing bagian seperti panasnya api dunia. (HR. Bukhari)

Demikian panasnya api neraka, siksa paling ringan bagi penghuninya akan membuat otaknya mendidih.

إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا مَنْ لَهُ نَعْلاَنِ وَشِرَاكَانِ مِنْ نَارٍ يَغْلِى مِنْهُمَا دِمَاغُهُ

Sesungguhnya siksa penghuni neraka yang paling ringan adalah orang yang memakai dua sandal dari api neraka hingga otaknya mendidih karenanya. (HR. Muslim)

Penutup Tafsir Surat Al Qari’ah

Surat Al Qari’ah ini awalnya hanya menyebutkan nama hari kiamat. Lalu diikuti pertanyaan di ayat kedua. Lantas semakin besar pertanyaannya menggambarkan betapa dahsyatnya hari itu. Digambarkan dua hal saja; kondis manusia yang laksana anai-anai bertebaran dan gunung yang laksana bulu berhamburan.

Begitu ngerinya gambaran kiamat dalam surat ini, pernah suatu malam saat Umar bin Abdul Aziz membacanya sampai ayat 5, ia menjerit pedih hingga terjatuh. Istrinya sampai menduga Sang Khalifah meninggal dunia. Saat terbangun, Umar bin Abdul Aziz mengatakan, “Celakalah pada hari di mana manusia seperti anai-anai beterbangan dan gunung-gunung seperti bulu berhamburan.”

Setelah digambarkan dahsyatnya hari kiamat, Allah kemudian menampilkan kesudahan bagi manusia. Mereka akan ditimbang dengan timbangan keadilan. Nasibnya akan ditentukan hasil timbangan itu. Jika timbangan amal kebaikannya berat, ia akan masuk surga. Jika kebaikannya jauh lebih ringan, ia akan masuk neraka yang sangat panas dan gejolak apinya menyala-nyala.

Demikian Surat Al Qari’ah mulai dari terjemahan hingga tafsirnya. Semoga kita diselamatkan Allah pada hari kiamat serta diperberat timbangan amal kebaikan kita hingga mendapat ridha-Nya dan dimasukkan ke dalam surga. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

 < Tafsir SebelumnyaTafsir Berikutnya >
 Surat Al Adiyat Surat At Takatsur