Apa hukum mengungkit masa lalu dalam Islam?

Setiap orang pasti punya masa lalu dan setiap orang pasti punya masa lalu yang kelam. Namun, disetiap tipe orang memang ada bermacam ragam. Dari yang cuek, peduli, hingga “terlalu” peduli.

Anda mungkin mengenal orang yang “terlalu” peduli ini sebagai mereka yang suka membicarakan kehidupan Anda. Gak cuma peduli dalam hal wajar, orang-orang jenis ini biasanya sangat mengetahui detail hidup Anda hingga ke cerita masa lalu Anda.

Olehnya itu, jangan suka mengungkit masa lalu orang lain, terlebih ia yang sudah berusaha untuk menjadi lebih baik dan masih belajar memperbaiki, sungguh Anda tidak pernah tahu seberapa berat ia berjuang melepas masa lalunya.

Nah, jika ternyata Anda sendiri adalah jenis orang yang seperti ini, maka kebiasaan membahas dan mengungkit masa lalu adalah sesuatu yang harus Anda hentikan.

Pasalnya, Ada 5 kerugian yang akan menghampiri hidup Anda. Apa sajakah itu? Dilansir dari IDN Times com, Rabu (15/1/2020) berikut kerugian yang bakal menghampiri:

1. Anda Dianggap sebagai pembongkar aib

Mengungkit masa lalu orang lain, merupakan sesuatu yang gak baik. Karena, banyak hal dari masa lalu tersebut sangat ingin dilupakan oleh orang yang bersangkutan. Mungkin kamu gak tau, tapi ada serpihan-serpihan pahit yang pasti sangat ingin dihilangkan orang itu dari ingatannya.

Jika Anda terus mengungkitnya, maka Anda adalah pembongkar aib yang bisa menyakiti hati orang lain. Mau gak dianggap begini?

2. Anda Dihindari orang-orang

Gak banyak orang-orang yang suka ketika masa lalunya diungkit. Sehingga, gak ada juga yang suka dengan orang yang selalu menceritakan kembali kisah pahitnya di masa lalu. Alhasil, Anda pasti akan dijauhi jika terus menerus menjadi orang yang menceritakan kisah yang ingin mereka lupakan.

3. Hidup di masa lalu dan gak menikmati masa kini

Orang yang selalu mengingat kisah masa lalu gak pernah benar-benar hidup di masa kini. Dia sibuk mengingat kejadian apa yang bisa dia ceritakan kembali dari pengalaman pahit atau memalukan seseorang. Entah kenapa, baginya hidup di dunia masa kini terasa sulit sekali untuk dijalani.

4. Setiap ada kejadian, Anda hanya fokus pada hal-hal yang memalukan bagi orang lain

Menikmati momen merupakan hal yang sulit bagi orang yang senang mengungkit masa lalu orang lain. Baginya, mencari kesalahan dan hal-hal memalukan bagi orang lain justru terasa lebih menyenangkan dibanding apa pun. Jika terus begini, Anda mungkin akan membuat kerugian pada diri Anda sendiri, lho.

5. Anda Gak memperhatikan bagaimana cara memperbaiki diri sendiri.

Masa lalu orang lain bukanlah konsumsi publik yang bisa dengan mudahnya Anda sebar ke mana-mana. Menyibukkan diri dengan kegiatan kurang berfaedah ini juga akan membuat Anda gak fokus pada diri sendiri. Padahal, sudah pasti masa lalu Anda sendiri bukanlah hal yang luar biasa dan bebas dari kesalahan.

Bagaimanapun juga, kisah masa lalu siapa pun gak berhak Anda ceritakan pada siapa-siapa. Siapa tahu, Anda akan mengalami hal yang serupa karena Hukum Tuhan pasti berlaku. Olehnya itu, hentikan kebiasaan menceritakan kisah masa lalu orang lain karena pasti Anda tidak pernah tahu perjuangan apa yang ia lakukan hingga akhirnya ia mampu kembali kejalan-Nya dengan penuh rasa sadar yang nyata. Oke Bro.! (*)

Penulis : Supe Ganteng

Bismillahirrahmanirrahim..

Terkadang banyak sekali orang yang ingin memperbaiki kualitas dirinya dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala namun ketika ia mengingat dosa-dosa di masa lalunya yang begitu kelam dan gelap, dia menganggap dirinya paling kotor dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima dirinya.

Sikap putus asa terhadap rahmat dari-Nya merupakan tipu daya setan agar manusia berpaling dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, padahal rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala sangatlah luas dan agung. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda,

اللَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا

“Sungguh Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya daripada seorang ibu terhadap anak bayinya”[1]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَمَّا قَضَى الْخَلْقَ كَتَبَ عِنْدَهُ فَوْقَ عَرْشِهِ إِنَّ رَحْمَتِى سَبَقَتْ غَضَبِى

“Ketika Allah menciptakan makhluk, Dia menuliskan di sisinya di atas arsy-Nya: sesungguhnya kasih sayang-Ku mendahului/mengalahkan kemurkaan-Ku”[2]

Maa syaa Allah, begitu luar biasanya Alloh sayang kepada hambanya. Masih pantaskah kita berputus asa dari rahmat-Nya? Masihkah kita meragukan keagungan dan kasih sayangNya?

Allah Subhanahu wa Ta’alajuga telah memberikan nasehat sekaligus kabar gembira kepada kita dalam kitab-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS az-Zumar: 53).

Cobalah simak kisah yang sangat luar biasa di bawah ini tentang agungnya ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Imam Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah menukil[3] sebuah kisah yang menarik untuk kita jadikan renungan; dari imam besar ahlus sunnah dari kalangan Atbaa’ut taabi’iin, Fudhail bin ‘Iyaadh rahimahullah[4], ketika beliau menasehati seseorang lelaki, beliau berkata kepada lelaki itu: “Berapa tahun usiamu (sekarang)?”. Lelaki itu menjawab: Enam puluh tahun. Fudhail berkata: “(Berarti) sejak enam puluh tahun (yang lalu) kamu menempuh perjalanan menuju Allah dan (mungkin saja) kamu hampir sampai”. Lelaki itu menjawab: Sesungguhnya kita ini milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Maka Fudhail berkata: “Apakah kamu paham arti ucapanmu? Kamu berkata: Aku (hamba) milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, barangsiapa yang menyadari bahwa dia adalah hamba milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya pada hari kiamat nanti), dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya) maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya selama di dunia), dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya) maka hendaknya dia mempersiapkan jawabannya”. Maka lelaki itu bertanya: “(Kalau demikian) bagaimana caranya (untuk menyelamatkan diri ketika itu)?”. Fudhail menjawab: “(Caranya) mudah”. Lelaki itu bertanya lagi: “Apa itu?”. Fudhail berkata:

تُحْسِنُ فِيمَا بَقِيَ ، يُغْفَرُ لَكَ مَا مَضَى وَمَا بَقِيَ , فَإِنَّكَ إِنْ أَسَأْتَ فِيمَا بَقِيَ أُخِذْتَ بِمَا مَضَى وَمَا بَقِيَ

“Engkau berbuat kebaikan (amal shaleh) pada sisa umurmu (yang masih ada), maka Allah akan mengampuni (dosa-dosamu) di masa lalu, karena jika kamu (tetap) berbuat buruk pada sisa umurmu (yang masih ada), kamu akan di siksa (pada hari kiamat) karena (dosa-dosamu) di masa lalu dan (dosa-dosamu) pada sisa umurmu”.

Allah Ta’ala juga berfirman:

إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ

“Sesungguhnya Rabb-mu maha luas pengampunan-Nya” (QS an-Najm: 32).

Subhanallah. Lagi dan lagi Allah Ta’ala telah menunjukkan kepada kita betapa pemurah dan sayang kepada setiap hambanya. Setiap hamba yang ingin menghambakan, memperbaiki diri dan istiqomah di jalan yang telah Alloh Ta’ala tunjukkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Taubat (yang benar) akan menghapuskan (semua dosa yang dilakukan) di masa lalu”. Dalam hadits lain yang semakna, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

التائب من الذنب كمن لاذنب له

“Orang yang telah bertaubat dari dosa-dosanya (dengan sungguh-sungguh) adalah seperti orang yang tidak punya dosa“. (HR Ibnu Majah no. 4250, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah)

Janganlah bersedih dan terpuruk atas banyaknya dosa-dosa kita di masa lalu, ketika kita tidak bisa mengubah masa lalu yang kelam tapi kita masih bisa untuk mengupayakan dan merubah masa depan menjadi lebih baik dan penuh rahmat. Allahu a’lam.

Catatan:

Berputus asa dari rahmat Allah termasuk dosa besar, karena suuzhan kepada Allah. Bisa dicari pembahasan ini di buku kumpulan dosa besar yang diremehkan manusia, karya Syaikh Muhammad Shalih al Munajjid.

—-

Catatan kaki:

[1] HSR al-Bukhari (no. 5653) dan Muslim (no. 2754) dari ‘Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhu.

[2] HSR al-Bukhari (no. 7015) dan Muslim (no. 2751) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

[3] Lihat kitab “Jaami’ul ‘uluumi wal hikam” (hal. 464) dan “Latha-iful ma’aarif” (hal. 108).

[4] Beliau adalah Fudhail bin ‘Iyaadh bin Mas’uud At Tamimi (wafat 187 H), seorang imam besar dari  kalangan atba’ut tabi’in yang sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seorang ahli ibadah (lihat kitab “Taqriibut tahdziib”, hal. 403).

Penulis: Ummu Shafiyyah (Lia Wijayanti Wibowo)

Murojaah: Ustadz Ammi Nur Baits

Artikel Muslimah.Or.Id

Sahabat muslimah, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik disini. Jazakallahu khairan

🔍 Semangat Muslimah, Hukum Selfie Bagi Muslimah, Gigi Bunyi Saat Tidur Menurut Islam, Cara Memperkuat Hafalan, Jatuh Talak 1, Waktu Mandi Taubat, Syafiq Reza Basalamah Facebook, Jilbab Menggoda, Tata Cara Berdoa Dalam Islam

Apakah boleh mengungkit masa lalu dalam Islam?

Hukum mengungkit masa lalu menurut Islam Sesungguhnya, Islam amat melarang jika sepasang suami isteri mengungkit masa lalu, terutamanya yang berkaitan kemaksiatan. Suami isteri tidak perlu menjelaskan masa lalu masing-masing.

Apakah boleh menanyakan masa lalu pasangan?

Lantas, bolehkah menanyakan masa lalu pasangan? Seorang Psikolog Klinis, Christine Ang melalui akun media sosial TikTok-nya menyampaikan, boleh saja menanyakan tentang masa lalu kehidupan pasangan, tetapi kamu juga harus siap dengan segala konsekuensinya. Terlebih jika masa lalu tersebut tidak cukup baik.

Apa hukumnya mengungkit kebaikan?

Wahai orang beriman, jangan kamu batalkan perbuatan-perbuatanmu yang baik-baik dulu dengan mengungkit-ungkit, mengungkap-ungkap pemberian dan menyakiti hati orang lain.

Jika mengungkit

Mengungkit-ungkit sedekah yang pernah diberikan akan mengurangi, bahkan menghapus pahala sedekahnya. Dia bahkan akan masuk dalam neraka. Allah SWT tidak akan memberi hidayah kepada orang yang suka mengungkit- ungkit kebaikannya karena dia kufur akan nikmat dan kufur kepada Allah.