Apa arti tanda salib bagi orang katolik

“Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu” (Yoh. 15:13-14). Ia mempersembahkan diri-Nya bagi kita, para sahabat-Nya, lewat sengsara dan wafat-Nya, bahkan sampai Ia wafat di kayu salib. Itu dilakukan-Nya semata-mata karena Ia mengasihi kita.

Maka, sebagai bentuk balasannya, sudah layak dan sepantasnya kita mengasihi Dia sebagaimana Dia sudah terlebih dahulu mengasihi kita. Cara kita mengasihi Dia adalah dengan tidak menyangkal dan tidak mengkhianati Dia di depan siapapun juga dan dalam keadaan apapun juga. Dengan kata lain, jangan pernah malu untuk menjadi orang yang percaya pada Dia yang tersalib.

Bagi kita, salib merupakan cara Tuhan mengangkat derajat kita; sehingga kita yang dulunya berkubang dalam lumpur dosa diangkat kembali ke permukaan dan menjadi ciptaan Tuhan yang sungguh amat baik (bdk. Kej. 1:31).

Maka, bagi kita, salib bukanlah aib melainkan tanda kemenangan; dan karena itu kita tidak perlu merasa malu hanya karena membuat tanda salib.

Tanda salib, bagi umat Katolik, mengandung makna yang sangat dalam. Dengan tanda ini, kita diingatkan untuk senantiasa mengandalkan Tuhan Yesus di dalam hidup kita; tanpa melupakan kebersamaan kita dengan sesama manusia. Ya, kita percaya bahwa tanda salib menghubungkan kita dengan Tuhan (vertikal) dan dengan sesama (horizontal).

Dengan membuat tanda salib di badan, itu berarti bahwa kita membiarkan badan kita diberkati oleh Tuhan. Maka, tubuh yang diberi tanda salib adalah tubuh yang suci. Salahlah jika orang melakukan tanda salib lalu setelahnya melakukan hal-hal yang tidak baik. Jadi, tanda salib dibuat sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan yang baik.

Tertulianus, yang meninggal sebelum tahun 230, berkata “Dalam semua kegiatan kita, ketika kita masuk atau keluar rumah, ketika kita hendak mengenakan pakaian, sebelum dan sesudah makan, sebelum tidur, dan sebagainya, kita hendaknya membuat tanda salib di dahi”.

Tanda salib pertama kali dimulai di Kalvari, yaitu ketika Yesus tergantung di kayu salib; sebab tanda salib lahir dari peristiwa salib Yesus. Maka, jangan tanya, “Apakah dua belas rasul juga melakukan tanda salib saat mereka masih bersama Yesus?” Ketika Yesus masih ada bersama mereka, jelaslah mereka tidak melakukan tanda salib karena Yesus belum disalibkan saat itu.

Jemaat Gereja perdana biasanya membuat tanda salib kecil di dahi. Dengan membuat tanda salib, mereka ingin menunjukkan identitas mereka sebagai pengikut Yesus, sama seperti yang kita lakukan pada saat ini. Jemaat perdana juga seringkali mengidentifikasikan diri mereka sebagai pengikut Kristus dengan cara membuat tanda salib di tanah dengan kayu atau dengan alas kaki, dan setelahnya dihapus supaya tidak dilihat orang.

Secara resmi, tanda salib muncul sekitar tahun 400-an, yaitu saat munculnya bidaah Monophysite yang menyangkal adanya dua kodrat dalam pribadi ilahi Kristus, dan dengan demikian menyangkal persekutuan Tritunggal Mahakudus. Karenanya, salah satu arti dari tanda salib adalah kemanunggalan dari Allah Trinitas: Bapa, Putra, dan Roh Kudus.

Menurut sejarahnya, Paus Innocentius III (1198–1216) memberikan instruksi tentang bagaimana caranya membuat tanda salib:

“Beginilah Tanda Salib itu mesti dilakukan : dari atas ke bawah, dan dari  kiri ke kanan – karena Kristus telah turun dari Surga ke Bumi, dari dari kaum Yahudi (kiri) kepada seluruh bangsa di dunia (kanan). Selain itu, Tanda Salib dibuat dari  kiri ke kanan karena dari penderitaan (kiri) kita mesti menyeberang menuju kemuliaan (kanan), sama seperti Kristus yang harus melintasi kematian menuju kehidupan dan dari dunia orang mati (Hades) menuju Surgawi (Paradise)”.

Jadi, saudara-saudara, kita didorong untuk semakin mencinta Tuhan dan salib yang diwariskan-Nya kepada kita. Kita harus berbuat seperti yang dilakukan oleh Simon dari Kirene, yaitu menjadi orang yang berani memikul salib. Jika kita tidak mampu memikul salib orang lain, setidaknya kita bisa memikul salib kita masing-masing. Jadilah orang Katolik yang mencintai salib Tuhan dan yang mampu memikul salib sendiri.

Salah satu tanda unik kita sebagai penganut agama katolik adalah Tanda Salib. Kita sering sekali melakukan ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Tetapi sebenarnya kenapa kita melakukan tanda salib tersebut.

Tanda Salib (Bahasa Latin: Signum Crucis) adalah sebuah gerakan tangan ritual yang dilakukan oleh para anggota dari banyak cabang Kekristenan, namun tidak semua cabang Kekristenan. Tanda salib dapat dilakukan diiringi pengucapan rumusan trinitarian. Bagi umat Kristiani, gerakan tangan tersebut melambangkan Salib di Kalvari, karena membentuk salib di udara atau di permukaan tubuh seseorang.

Menurut sejarah, diketahui bahwa Tanda Salib memang merupakan tradisi jemaat awal, yang dimulai sekitar abad ke-2 berdasarkan kesaksian para Bapa Gereja, terutama Tertullian, yang dilanjutkan oleh St. Cyril dari Yerusalem, St. Ephrem dan St. Yohanes Damaskus. Jadi walaupun kita tidak membaca ajaran mengenai tanda salib ini dilakukan oleh para rasul di dalam Alkitab, namun bukan berarti bahwa tanda salib ini tidak berdasarkan Alkitab.

Sebab, biar bagaimanapun, makna yang terkandung dalam pembuatan tanda salib ini terpusat pada Kristus, untuk mengingatkan para beriman akan keselamatan yang dapat diperoleh oleh jasa Kristus yang tersalib dan bangkit. Maka tanda salib ini bagi umat Kristen adalah tanda yang harus kita bawa kemanapun sebagai tanda yang mengingatkan kita kepada salib Kristus yang menyelamatkan kita.

Ulangan 6 : 4 – 8

6:4 – Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!

6:5 – Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

6:6 – Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,

6:7 – haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.

6:8 – Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,

Yehezkiel 9:4

Firman TUHAN kepadanya: “Berjalanlah dari tengah-tengah kota, yaitu Yerusalem dan tulislah huruf T pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji yang dilakukan di sana.”

Orang Kristen awal menafsir huruf ‘T’ (Tau dalam alfabet Yunani) sebagai lambang salib. Sejak awal mereka percaya bahwa tanda salib memisahkan mereka dari orang kebanyakan dan menandai mereka sebagai orang pilihan Allah.

Tanda salib ini mengandung arti yang sangat mendalam yaitu

  1. Ketunggalan dari Allah Trinitas
  2. Salib menunjukkan keadilan Allah, yang menunjukkan betapa kejamnya akibat dosa kita, sehingga Allah sendiri yang menebusnya dengan wafat-Nya di salib itu (lih. Gal 3:13)
  3. Salib menunjukkan kasih Allah yang terbesar, yaitu bahwa Ia menyerahkan nyawa-Nya bagi kita (Yoh 15:13) agar kita dapat diselamatkan dan memperoleh hidup yang kekal (Yoh 3:16)
  4. Salib yang merupakan tanda keselamatan dan kemenangan orang-orang Kristen, yang disebabkan oleh kemenangan Kristus atas dosa dan maut. Jadi tanda salib ini merupakan lambang yang berdasarkan Alkitab (lih. Yeh 9:4, Kel 17:9-14, Why 7:3, 9:4 dan 14:1), dan bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Yesus. Bahkan Rasul Paulus sendiri bermegah dengan pewartaan salib Kristus (Gal 6:14), sehingga wajarlah jika kita sebagai pengikut Kristus membawa makna tanda salib ini kemanapun kita berada.

Tanda Salib menurut Para Bapa Gereja

Maka bagi umat Kristiani, tradisi membuat tanda salib ini sudah berakar sejak lama, bahkan dari Alkitab Perjanjian Lama, dan juga Perjanjian Baru, yaitu dari kitab Wahyu Why 7:3; 9:4; 14:1. Berakar dari ajaran Kitab Suci inilah, maka Para Bapa Gereja mengajar demikian:

  1. Tertullian (abad 2) mengajarkan dalam De cor Mil, iii: “Dalam perjalanan kita dan pergerakan kita, pada saat kita masuk atau keluar, ….. pada saat berbaring ataupun duduk, apapun pekerjaan yang kita lakukan kita menandai dahi kita dengan tanda salib.”
  2. St. Cyril dari Yerusalem (315-386) dalam Catecheses (xiii, 36) mengajarkan, “Maka, mari kita tidak merasa malu untuk menyatakan Yesus yang tersalib. Biarlah tanda salib menjadi meterai kita, yang dibuat dengan jari-jari kita, di atas dahi … atas makanan dan minuman kita, pada saat kita masuk ataupun keluar, sebelum tidur, ketika kita berbaring dan ketika bangun tidur ketika kita bepergian ataupun ketika kita beristirahat.”
  3. St. Ephrem dari Syria (373) mengajarkan, “Tandailah seluruh kegiatanmu dengan tanda salib yang memberi kehidupan. Jangan keluar dari pintu rumahmu sampai kamu menandai dirimu dengan tanda salib. Jangan mengabaikan tanda ini, baik pada saat sebelum makan, minum, tidur, di rumah maupun di perjalanan. Tidak ada kebiasaan yang lebih baik daripada ini. Biarlah ini menjadi tembok yang melindungi segala perbuatanmu, dan ajarkanlah ini kepada anak-anakmu sehingga mereka dapat belajar menerapkan kebiasaan ini.”
  4. St. Yohanes Damaskus (676-749) mengajarkan, “Tanda salib diberikan sebagai tanda di dahi kita, …. sebab dengan tanda ini kita umat yang percaya dibedakan dari mereka yang tidak percaya.”

Cara membuat tanda salib

Ada dua bentuk utama, bentuk pertama diikuti oleh Gereja-Gereja Orthodox Timur, dan bentuk
kedua oleh Gereja-Gereja Barat (Gereja Anglikan, Gereja Lutheran, dan Gereja Katolik Romawi) dan Ortodoksi Oriental. Tanda Salib jarang digunakan oleh umat Protestan.

Tangan kanan terbuka digunakan dalam Gereja-Gereja Barat. Kelima jari yang terbuka melambangkan ke-5 luka Kristus. Sekalipun ini merupakan metode paling umum dalam membuat tanda salib oleh umat Kristiani Barat, bentuk-bentuk lainnya kadang-kadang digunakan pula. Dalam gereja Barat juga melakukan “Tanda Salib
Kecil” yakni menyentuh dahi, bibir, dan dada dengan ibu jari yang digerakkan membentuk salib kecil sambil membisikkan kalimat “Semoga sabda Kristus berdiam dalam pikiran, bibir, dan hatiku”. Tanda salib kecil ini dilakukan saat pembacaan Injil dalam Misa dan umum pula digunakan untuk memberkati diri dengan air suci di saat memasuki atau meninggalkan gedung Gereja.

Dalam Gereja-Gereja Katolik Timur dan Ortodoks, ibu jari, jari telunjuk, dan jari tengah terancung dan dirapatkan, melambangkan Trinitas (Bapa, Putera, dan Roh Kudus, ketiga pribadi yang sehakikat), dua jari sisanya dirapatkan dan tertekuk ke telapak tangan melambangkan sifat insaniah dan ilahiah dari Kristus. Sekalipun demikian, umat Ortodoks Rusia pada masa lampau menggunakan dua jari terancung dan tiga jari tertekuk. Kaum Percaya Lama Rusia masih menggunakan cara ini. Umat Ortodoks Oriental (Armenia, Koptik, Ethiopia, dll.) umumnya menggunakan cara “Barat”, sekalipun dengan formasi jari ala Byzantium.

Apa arti tanda salib bagi orang katolik

Memang terdapat beberapa cara untuk membuat tanda salib. Yang terpenting di sini adalah makna yang ingin disampaikannya, dan penghayatan orang yang membuat tanda salib ini. Maka cara yang mendetail sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah, seperti apakah membuatnya dengan dua jari (jari penunjuk dan jari tengah, yang melambangkan dua kodrat Yesus, yaitu Allah dan manusia) atau tiga jari (yang melambangkan Trinitas), atau kelima jari (melambangkan kelima luka-luka Yesus di kayu salib). Atau arah salibnya ke kanan dulu baru kiri (seperti yang dilakukan Gereja-gereja Timur dan Orthodox) atau ke kiri dahulu baru ke kanan (seperti yang dilakukan oleh Gereja Katolik Roma).

Dalam Gereja Katolik Roma umumnya caranya adalah demikian:
Dengan dua atau tiga (atau lima jari) jari tangan kanan di dahi (sambil mengucapkan: “Atas nama Bapa”), tangan kemudian ke dada-melambangkan hati atau ke perut -menunjuk kepada luka Yesus di perut-Nya ataupun rahim di mana Yesus dikandung oleh Bunda Maria (sambil mengucapkan “dan Putera”, kemudian tangan menuju ke bahu kiri dan kanan (sambil mengucapkan “dan Roh Kudus”). Dan tangan kembali terkatup (mengucapkan “amin”).

Apa arti tanda salib bagi orang katolik

Kapan kita membuat tanda salib?

  1. Pada saat sebelum dan sesudah kita berdoa.
  2. Ketika kita melewati setiap bangunan gereja Katolik, untuk menghormati kehadiran Tuhan Yesus di dalam tabernakel.
  3. Ketika memasuki gereja (membuat tanda salib dengan air suci)
  4. Saat-saat sedang menghadapi ketakutan (misalnya: ketika kita mendengar sirine ambulans, mobil kebakaran) ataupun ketika menerima kabar duka cita orang yang meninggal.
  5. Ketika kita melihat Salib Kristus, ataupun di saat- saat lain untuk menghormati Kristus, memohon pertolongan- Nya,
  6. Ketika hendak mengusir godaan, ketakutan maupun mengusir pengaruh kuasa jahat.
  7. Ketika orangtua memberkati anak-anaknya, ia dapat menandai anak-anaknya dengan tanda salib di dahi mereka, misalnya sebelum anak-anak berangkat ke sekolah atau sebelum mereka tidur pada waktu malam hari.

Apa makna membuat tanda salib bagi diri kita?

Dengan tanda Salib kita mengingat kembali secara istimewa hidup, wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.

Katekismus Gereja Katolik menegaskan, “Orang Kristen memulai harinya, doanya, dan perbuatannya dengan tanda salib: Demi nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. Amin. Sebagai orang yang dibaptis, ia mempersembahkan hari itu untuk kemuliaan Allah dan memohon rahmat Penebus, yang memungkinkan dia bertindak dalam Roh Kudus sebagai putera Bapa. Tanda salib menguatkan kita dalam percobaan dan kesulitan.” (Nr. 2157)

Demikianlah, menandai diri dengan tanda salib itu penting karena tiga alasan berikut. Pertama, salib adalah inti dan pusat iman kepercayaan kita. Menandai diri kita dengan tanda salib akan mengingatkan kita selalu akan seluruh pengorbanan dan harga yang sudah dibayar Yesus demi menebus dosa dan kesalahan kita.

Kedua, menandai diri dengan tanda salib bukan hanya sebuah pengakuan iman, tetapi juga doa. Sebagai sebuah doa, tanda salib yang kita lakukan memiliki kekuatan yang luar biasa. Santo Yohanes Krisosomus bahkan sangat yakin bahwa “…. setan akan sangat ketakutan dan lari terbirit-birit saat melihat kita membuat tanda salib.”

Ketiga, tanda salib juga merupakan sebuah sikap tubuh sederhana yang memiliki akar tradisi biblis. Tanda salib akan selalu mengingatkan kita akan peristiwa iman yang telah berumur lebih dari 2000 tahun ketika Yesus mengorbankan diri-Nya demi menyelamatkan dan menebus kita. Dengan membuat tanda salib, kita membuka diri pada kehadiran dan pertolongan Tuhan Yesus dalam membimbing dan menyelamatkan seluruh perjalanan hidup kita.

Tanda salib kecil di dahi, di bibir, dan di dada sebelum mendengarkan Sabda INJIL SUCI

Gerakan membuat tanda salib ini sangat sederhana, singkat dan seringkali ‘lewat begitu saja’ tanpa disertai dengan kesadaran penghayatan yang mendalam. Padahal maknanya sangat penting untuk membawa hati dan pikiran kita lebih terarah pada Sabda Ilahi yang akan kita dengar.

Sebenarnya gerakan ritual membuat tiga tanda salib tidak dimaksudkan sebagai gerakan untuk menyertai seruan “Dimuliakanlah Tuhan”. Jadi sebaiknya kita secara sadar menjawab terlebih dulu seruan Imam yang menyatakan dari Injil mana yang akan dibacakan saat itu. Lalu kita menjawab: “Dimuliakanlah Tuhan” (tanpa melakukan gerakan apa-apa). Baru kemudian membuat tanda salib di kening, di bibir, dan di dada.

Salah satu alasan utama kita membuat tanda salib di kening, di bibir, dan di dada sebelum bacaan Injil adalah: Untuk memohon agar Allah berkenan membiarkan SabdaNya menguasai pikiran, perkataan, dan seluruh kesadaran batin kita.

Sebagai bentuk penghayatan personal, sebagian orang lebih suka menyertai gerakan membuat tanda salib ini dengan disertai doa singkat di dalam hati, seperti: “Semoga Allah membersihkan dan mensucikan pemahamanku (tanda salib di kening), perkataan mulutku (tanda salib di bibir), dan seluruh hatiku (tanda salib di dada/hati); sehingga aku diperkenankan untuk menerima SabdaNya melalui Injil Suci”.

Arti masing-masing dari tiga tanda salib sebelum bacaan Injil dibacakan?

Pertama kita membuat tanda salib tersebut di dahi. Tanda ini memiliki arti, “Dalam pikiranku, saya percaya”. Kita meminta bantuan roh kudus agar kita bisa percaya pada sabda Tuhan, dalam pikiran kita.

Kedua kita membuat tanda salib di mulut. Tanda ini memiliki arti, “Melalui mulutku saya mewartakan”. Kita setuju untuk mewartakan sabda Tuhan yang anda percayai dalam pikiran kita ke semua orang.

Ketiga kita membuat tanda salib di dada. Tanda yang ini memiliki arti, “Dalam hatiku, saya simpan sabda Tuhan”. Kita sudah percaya pada sabda Tuhan, dan kita juga sudah setuju untuk mewartakannya ke semua orang agar mendapat keselamatan. Namun kita harus juga menyimpan sabda Tuhan itu dalam hati Anda, agar kita pun beroleh berkat-Nya.

Kesimpulan

Semoga kita dapat menghayati makna tanda salib ini, dan menjadikan tanda salib sebagai bagian dari hidup kita sendiri. Setiap kita membuat tanda salib kita mengingat dan menhormati Kristus yang oleh kasih-Nya rela menyerahkan hidup-Nya di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita.

Semoga kita dapat berkata bersama dengan Rasul Paulus, “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.” (Gal 6:14)

Semoga dengan semakin menyadari makna dan pemahaman gerakan sederhana ini, kita semakin dipersiapkan untuk lebih pantas mendengar, menerima, dan meresapkan Sabda Tuhan, sebagai kekuatan bagi jiwa kita.

Dengan tanda salib tubuh kita telah dimeterai dan disucikan oleh Allah. Dalam segala kegiatan kita: dari kita bangun tidur, sebelum tidur, kita belajar, kita bekerja, kita melakukan pelayanan, kita makan, kita susah, kita senang, kita tertawa, kita menangis. Jika kita membuat tanda salib itu berarti kita mengundang Allah Tri Tunggal untuk menjaga, melindungi kita sehingga kita tidak melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Bapa. Tanda salib juga merupakan tanda persatuan kita dengan sesama umat Katolik.

Apa makna simbol salib?

Makna yang terkandung dalam simbol salib adalah bahwa simbol salib mengingatkan akan pengorbanan yesus untuk dapat menyelamatkan mereka dari dosa-dosa.

Apa arti salib bagi Katolik?

Dalam buku Pendidikan Agama Katolik, Laurentia Widjaja, disebutkan bahwa makna Tanda Salib menurut sejarah adalah untuk mengingatkan umat akan Salib Yesus. Agar para umat akan selalu mengingat bagaimana kisah Salib Yesus dari kisah sengsara hingga kebangkitan.

Sebagai umat Katolik kita selalu menandai diri dengan tanda salib apa artinya?

Mengapa Orang Katolik Membuat Tanda Salib?? Tanda salib ini mengandung arti yang sangat mendalam yaitu 1) kemanunggalan dari Allah Trinitas, 2) salib menunjukkan keadilan Allah, yang menunjukkan betapa kejamnya akibat dosa kita, sehingga Allah sendiri yang menebusnya dengan wafat-Nya di salib itu (lih.

Mengapa orang Katolik membuat tanda salib sebelum dan sesudah doa?

Pertama, salib adalah inti dan pusat iman kepercayaan kita. Menandai diri kita dengan tanda salib akan mengingatkan kita selalu akan seluruh pengorbanan dan harga yang sudah dibayar Yesus demi menebus dosa dan kesalahan kita. Kedua, menandai diri dengan tanda salib bukan hanya sebuah pengakuan iman, tetapi juga doa.