Al- Farghani yang mengarang ringkasan ilmu astronomi

Al- Farghani yang mengarang ringkasan ilmu astronomi

ILUSTRASI ilmu astronomi modern, yang dikembangkan oleh ilmuwan muslim Al Farghani. /Budi Irawan/

PORTAL MAJALENGKA – Namanya Abu Al-Abbas bin Muhammad bin Kathir al Farghani. Dia merupakan seorang astronom yang berasal dari Farghana, Transoxania, sebuah kota di tepi sungai Sardaria, Uzbekistan.

Di bagian Barat, seluruh ahli astronomi pada abad pertengahan mengenal Al Farghani dengan sebutab al-Farganus.

Dalam beberapa riwayat sejarawan menyebutkan tentang kebenaran nama lengkap Al Farghani, diantaranya adalah al-Fihrits, dia mengatakan namanya al-Farghani adalah Muhammad bin Katsir.

Sedangkan al-Faraj menyebutkan perbedaan antara Muhammad dengan Ahmad bin Muhammad sebagai nama seorang anak dengan ayah.

Baca Juga: Mengenal Bani Zuhr, Keluarga Sarjana yang Banyak Melahirkan Dokter dan Cendekiawan

Dalam banyak catatan sejarawan menyatakan bahwa al-Farghani adalah seorang tokoh terkemuka dan seorang astronom yang hidup pada masa khalifah al-Makmun (813-833 M) sampai pada khalifah al-Mutawakkil (847-881 M).

Dalam catatan sejarah Abu al-Mahasin dan Ibnu Abi Ushaybi'ah menunjukan bahwa Ahmad bin Katsir Al-Farghani pada tahun 247 H/861 M pernah diutus al-Mutawakkil kr Fustat (Kairo) untuk mengawasi dan mengatur pembangunan sebuah Nilometer.

Karya utama dari al-Farghani yang masih bertahan dalam bahasa Arab masih tersimpan baik di Oxford, Paris, Kairo, dan di perpustakaan Princenton University dengan judul yang berbeda-beda.

Diantara karyanya yang lain adalah Harakat As-Samawiyya wa jawami Ilm an-Nujum, Ushul Ilm An-Nujm (Asas-asal ilmu bintang), Al-Madkhal ila Ilm Hayat Al-Falak (pengantar ilmu perbintangan), Kitab al-Fushul ats-Tsalatsis.

Sumber: Buku 125 Ilmuan Muslim Pengukir Sejarah

siapa pemimpin rusian empire ​

Vietnam Selatan di dukung siapaVietnam Utara di dukung siapa perang antar Soviet dan china tahun berapa ​

24. Dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan .... a. Buwaihib. Selj … uk Rayac. Timur Lengd. MongoliaBantu jawab ya​

21. Cabang ilmu pengetahuan yang digalakkan pada masa Daulah Abbasiyah kecuali ... a. ilmu nujum b. ilmu kedokteran c. ilmu kimia d. ilmu astronomi​

Perdana menteri pertama Daulah Abbasiyah ialah ... a. Abu Nawas b. Hunain bin Ishak c. Abu Muslim Al-Khurasani d. Khalid bin Barmak ​

23. Berikut ini merupakan kelompok yang pernah mengambil peran penting di dalam kekhalifahan Abbasiyah kecuali ... a. Bani Umayyah b. Keluarga Barmak … c. Bani Buwaihi d. Dinasti Seljuk HOTS​

8. Untuk menggulingkan Daulah Umayyah, salah satu wilayah yang dijadikan perencanaan gerakan adalah .... a. Khurasan b. Syam c. Hamimah d. Kufah​

33. Lahirnya seniman besar seperti Abu Nawas dan Omar Khayam pada masa khalifah.... a. al-Makmun b. Harun ar-Rasyid c. as-Saffah d. al-Mansur​

40. Kota Bagdad dibangun berbentuk bundar sehingga disebut kota bundar atau dengan istilah...a. Al Mudawwarah b. Al Munawir c. Al Munawarah d. Al Muda … sahat ​

menyebutkan wilayah dakwah sunan Malik Ibrahim​

Al- Farghani yang mengarang ringkasan ilmu astronomi

Al- Farghani yang mengarang ringkasan ilmu astronomi
Lihat Foto

Wikimedia Commons

Al-Battani adalah astronom muslim terbesar pada abad pertengahan.

KOMPAS.com - Astronomi merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan yang berkembang di era kemajuan peradaban Islam.

Oleh karena itu, tidak heran apabila banyak ilmuwan Muslim yang muncul pada masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, yang ahli di bidang ilmu astronomi.

Berikut adalah tokoh ilmuwan Muslim di bidang ilmu astronomi.

Baca juga: Ilmuwan Muslim Era Dinasti Umayyah

Abu Ishaq Al-Zarqali

Umat islam di Andalusia mengalami kejayaan yang gemilang bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan dunia menuju kemajuan yang kompleks, terutama dalam bidang intelektual.

Salah satu sarjana Islam yang telah mengukir namanya di bidang astronomi adalah Abu Ishaq Al-Zarqali.

Al-Zarqali merupakan seorang matematikawan dan astronom yang lahir di Toledo, Andalusia, pada masa peradaban Islam di Spanyol.

Di bidang ilmu astronomi, ia berperan dalam meluruskan data geografis Ptolomeus dan menciptakan alat astronomi yang berbentuk datar bernama Al-Safiha.

Selain itu, Al-Zarqali juga menciptakan sebuah jam air yang mampu menentukan waktu siang dan malam.

Baca juga: 5 Sejarawan Yunani Kuno yang Terkenal

Jabir bin Aflah

Jabir bin Aflah merupakan seorang matematikawan dan juga astronom Muslim yang dikenal oleh dunia Barat sebagai Geber. 

Di bidang astronomi, ia berperan dalam menciptakan sfera cakrawala yang mudah dipindahkan untuk mengukur dan menjelaskan pergerakan obyek langit.

Jabir bin Aflah juga membangun observatorium Giralda di kota kelahirannya di Sevilla, Spanyol, yang menjadikan sebagai astronom Muslim pertama yang membangun observatorium.

Selain itu, ia sering mengkritik pandangan dan pemikiran Ptolomeus, terutama terkait planet yang paling dekat dengan matahari, serta memiliki karya berjudul Islah al-Majisti, yang sangat berpengaruh terhadap para astronom Muslim, Yahudi, dan Kristiani.

Al-Biruni

Al-Biruni merupakan salah satu astronom Muslim yang terkenal di era Renaisans. Ia pernah mengungkapkan bahwa bumi itu berputar pada porosnya.

Baca juga: Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Dinasti Abbasiyah

Al-Biruni berperan dalam memperkirakan ukuran dari planet bumi serta memperbaiki arah Kota Mekkah dengan perhitungan saintik.

Ia juga menghitung garis lintang Kath dan Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksima matahari, membuat proyeksi peta, dan melakukan penelitian mengenai radius bumi.

Ibnu Yunus

Astronom dari Mesir ini memiliki nama lengkap Abu Al-Hasan Ali abi Said Abd al-Rahman ibnu Ahmad ibnu Yunus al-Sadafi al-Misri.

Ia melahirkan sebuah kitab berjudul Ghayat Al-Intifa, yang berisi tentang tabel bola astronomi untuk mengatur waktu Kairo.

Sebuah riwayat menjelaskan bahwa Ibnu Yunus merupakan tokoh astronomi pertama yang menggunakan bandul sebagai alat ukur waktu pada abad ke-10.

Ibnu Yunus juga bisa menjelaskan mengenai puluhan planet, menyaksikan 30 gerhana bulan, dan menjelaskan konjungsi planet Venus dan Merkurius.

Baca juga: Ilmuwan Muslim pada Masa Dinasti Ayyubiyah dan Bidangnya

Al-Sufi

Al-Sufi merupakan astronom yang menerjemahkan karya-karya dari astronom Yunani, seperti Ptolomeus dan risalah astronomi, Almagest.

Ia juga membuat suatu kitab berjudul Al-Kawakib ats – Tsabit al – Musawwar, yang merupakan katalog bintang dari hasil pengamatannya dan berisi mengenai nebula pada Galaksi Andromeda.

Al-Battani

Al-Battani merupakan seorang matematikawan dan astronom Muslim yang lahir di Turki pada 858.

Ia disebut astronom penentu jumlah hari, karena telah menemukan penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik.

Al-Battani juga mengarang kitab berjudul Al-Zih Al-Sabi, yang menjadi rujukan bagi para ahli astronomi di dunia Barat.

Baca juga: Biografi Al-Battani, Astronom Penentu Jumlah Hari

Al-Farghani

Al-Farghani atau yang dikenal dengan nama Alfraganus oleh bangsa Barat merupakan seorang astronom Muslim asal Persia pada abad ke-9.

Sebagai seorang astronom, ia pernah melakukan penelitian untuk mengetahui diameter bumi dan jarak antarplanet pada 829.

Ia menulis seluruh hasil penelitiannya di dalam kitab yang diberi judul Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum atau Asas-asas Ilmu Bintang.

Kitab penelitian Al-Farghani tersebut menjadi salah satu kitab ilmu astronomi yang berpengaruh di Eropa.

Berkat kontribusinya, Al-Farghani disebut sebagai astronom penentu ukuran planet dan perintis astronomi modern.

Baca juga: 10 Tokoh Ilmuwan Muslim dan Keahliannya

Al-Farazi

Muhammad Ibnu Ibrahim Al-Farazi atau dikenal dengan Al-Farazi adalah tokoh pemikir Islam di bidang astronomi pada masa Dinasti Abbasiyah.

Ia tidak hanya termasuk tokoh astronomi Muslim pertama, tetapi juga ahli astronomi yang pertama kali mengenalkan Astrolab.

Astrolab atau Astrolabe adalah alat untuk menentukan waktu berdasarkan posisi benda langit, sehingga dapat difungsikan sebagai instrumen pembantu dalam Hisab awal waktu salat.

Al-Farazi juga berperan besar dalam perkembangan ilmu astronomi era Abbasiyah. Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mansur (754-775), ia ditugaskan untuk menerjemahkan kitab-kitab ilmu astronomi dari India.

Referensi:

  • Usmani, Ahmad Rofi. (2022). Ensiklopedia Tokoh Muslim. Bandung: Mizan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.