ISLAM DAMAI DALAM PERBEDAAN H. YUSUP WAHYUDI, MA. (KEPALA SEKSI PENDIDIKAN ISLAM) a. Fitrah ingin hidup rukun, aman dan damai. Hidup rukun, aman dan damai merupakan dambaan setiap umat manusia, dari suku, agama, bangsa manapun atau bahkan pangkat dan status sosial apapun, karena hal tersebut merupakan fitrah dan kebutuhan setiap umat manusia. Namun manusia sering tidak menyadari antara yang diinginkan dan yang dilakukan tidak seimbang, menginginkan mendapat suasana rukun, aman dan damai tetapi tidak sadar perbuatanya sering mengganggu kerukunan, keamanan dan perdamaian orang lain, hal itu dikarenakan faktor ego yang muncul karena hawa nafsu yang ingin berkuasa, merendahkan orang lain, dan menginginkan orang lain selalu mengikutinya. Hal inilah dalam Islam disebut dengan sikap “takabur”, merupakan penyakit laten yang hukumanya sangat berat, yaitu menghalangi pelakunya masuk surga, sebagaimana Nabi Muhammad saw bersabda : Tidak akan masuk surga barang siapa yang hatinya ada sikap sombong walaupun sekecil biji sawi. (HR. Muslim, Tirmidzi dan Ahmad) Maka Agama Islam diturunkan oleh Allah SWT, Tuhan yang Maha Bijaksana kepada utusan pilihanya Nabi Muhammad saw diantara misinya adalah memperbaiki dan menyempurnakan ahlak dan kehidupan ummat manusia sebagaimana Nabi Muhammad saw bersabda : Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan ahlak (ummat manusia). (HR. Bukhori). Terwujudnya ahlak yang baik ummat manusia merupakan misi besar ajaran agama Islam karena dengan terwujudnya ahlak yang baik menjadi prasarat terwujudnya kerukunan, ketenangan dan kedamaian, Namun ahlak yang baik itu akan langgeng dan tulus kalau didasarkan atas nilai keimanan, karena iman merupakan sandaran yang kokoh menjadikan seluruh amal seseorang bernilai dan tidak pernah kecewa bagi pelakunya karena Allah maha Adil setiap kebaikan pasti dibalas dengan kebaikan, begitu juga kejahatan, Maka Allah berfirman “Tidak ada balasan atas kebaikan kecuali kebaikan pula”. QS. Arrahman : 60. b. Harmoni dengan Tuhan dan sesama Menjaga keseimbangan yang baik dengan Tuhan Allah dan sesama merupakan kunci mendapatkan harmonitas. Manusia harus harmoni dengan dirinya, sehingga akan harmoni dengan masyarakatnya. Manusia terdiri dari dua unsur yaitu ruh dan jasad. Ruh berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah sebagai sumber kebenaran dan jasad terbuat dari alam yang pasti membutuhkan interaksi dan saling membutuhkan terhadap sesamanya. Orang yang baik dan sukses itu bila mampu menjalin hubungan baik dengan Tuhan dan sesama. Hubungan baik dengan tuhanya yaitu Allah swt sebagai Dzat Pencipta, Pemberi dan Pelindung yang disebut dengan “hablun minnallah” yang dipraktekan dengan iman, ibadah dan pengabdian yang bagus dan tulus, dan menjalin hubungan baik terhadap sesamanya, yang disebut dengan “hablun minannas” yang diwujudkan dengan mampu menghargai, menghormati dan kerjasama dalam kebaikan sebagai sumber kesejahteraan dan menolak kejahatan sebagai sumber malapetaka. Seruan Allah agar orang beriman menjalin hubungan baik terhadap diriNya dan sesamanya diantaranya terdapat dalam QS. Ali Imran : 112. “Mereka diliputi kehinaan dimanapun mereka berada kecuali berpegang teguh kepada tali (Agama) Allah dan tali (perjanjian) terhadap sesama. c. Tiga ukhuwah/persaudaraan Bahkan dalam tradisi pemikiran Islam untuk melanggengkan ajaran Allah dan rasul tersebut dirumuskan tiga pola hubungan umat yaitu, Pertama Ukhuwah Diniyah islamiyah, yaitu pola hubungan sesama umat Islam sebagai saudara sesama yang mengamalkan ajaran Islam, yang harus saling menguatkan, bahkan rasulullah pola hubungan ini digambarkan sebagai bangunan dan saling menguatkan satu unsur dengan unsur yang lainya, agar terwujud bangunan yang indah dan kokoh, sehingga bisa dinikmati oleh orang lainya, dan bahkan Rasulullah mengumpamakan kerjasama sesama ummat Islam itu seperti satu tubuh yang saling membantu dan menolong, contoh bila mata sakit, kaki berjalan, tangan membeli obat, mulut minum obat untuk mengobati mata. Kedua : Ukhuwah Wathaniyah yaitu persaudaraan sesama anak bangsa yaitu bangsa Indonesia, apapun sukunya, agamanya, daerahnya, merupakan saudara, yang memiliki tanggungjawab untuk saling menghormati, bekerjasama, menjaga dan melindungi. Rasullah saw mengajarkan sekaligus mencontohkan dalam kehidupan yang nyata pada masanya yaitu masyarakat madinah yang adil dan sejahtera, masyarakatnya terdiri dari berbagai agama dan keyakinan, sekalipun Islam menjadi agama mayoritas tetapi tidak pernah memaksa dan mengintimidasi terhadap keyakinan lainya, karena keyakinan itu hak asasi yang harus dihargai hal ini sebagaimana Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah : 256. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ketiga ukhuwah Basariyah yaitu persaudaraan sesama umat manusia. Manusia adalah mahluk sosial yang pasti tidak bisa berdiri sendiri tanpa pertolongan orang lain, maka harus saling menghargai dan menghormati, bahkan bekerjasama semaksimal mungkin untuk kemaslahatan umat manusia, dari manapun asal bangsa dan negaranya kita bersaudara. d. Perbedaan suku dan bangsa adalah keniscayaan. Ada berbagai macam suku dan bangsa di dunia ini, kita lahir dan hidup pada salah satu suku dan bangsa yang ada, harus sadar bahwa kita menjadi suku apa atau bangsa mana bukan merupakan pilihan tetapi kudrat dan otoritas dari Tuhan, tentu tuhan lebih tahu maksudnya dan pasti keputusan tuhan Allah adalah yang terbaik untuk hambaNya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 13 : ??? ???????? ???????? ?????? ????????????? ???? ?????? ????????? ??????????????? ???????? ??????????? ????????????? ????? ???????????? ?????? ??????? ??????????? ????? ??????? ??????? ??????? Artinya : Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Dari ayat di atas bahwa Allah menjelaskan bahwa Allahlah yang menjadikan seseorang laki-laki atau perempuan, suku dan bangsa. Pluralitas suku dan bangsa merupakan taqdir tuhan tidak sepantasnya bila ada orang yang berbuat dhalim terhadap orang lain kerena memandang perbedaan suku atau bangsa, maka orang yang merendahkan atau berbuat dhalim terhadap suku atau bangsa lain berarti berbuat dhalim terhadap penciptanya. Tuhan menciptakan berbagai suku dan bangsa diantara tujuanya adalah untuk saling mengenal satu dengan yang lainya, setiap suku atau bangsa memiliki karakteristik, potensi dan kelebihan masing-masing. Berusaha saling mengenal satu sama lain, bersilaturrahim, bekerjasama dalam kebaikan merupakan perintah tuhan, maka barang siapa yang menjalankan perintah tuhan dengan baik dan tulus bernilai ibadah. Fenomena diskriminasi terhadap, suku, etnis atau bangsa tertentu telah menjadi perhatian Nabi Muhammad saw 14 abad yang lalu, maka diantara poin pidato yang disampaikan pada saat haji wada adalah persamaan derajat dihadapan Tuhan dan seruan untuk tidak diskriminasi dan merasa tinggi hati. ??? ???????? ????????? ????? ????? ????????? ???????? ??????? ????????? ???????? ????? ??? ?????? ??????????? ????? ???????????? ????? ??????????? ????? ?????????? ????? ?????????? ????? ????????? ????? ???????? ????? ???????? ?????? ????????????? Artinya : Wahai umat manusia ketahuilah sesungguhnya Tuhanmu satu, nenek moyangmu satu, ketahuilah tidak ada kemuliaan orang Arab dibanding orang non Arab, dan orang non Arab dibanding dengan orang Arab, dan tidak ada kemuliaan orang berkulit putih dibanding orang berkulit hitam atau sebailknya kecuali ketaqwaanya kepada Allah. Allah tidak menilai seseorang karena suku, bangsa atau warna kulitnya tetapi Allah menilai seseorang karena kuwalitasnya, sejauhmana taat kepada Allah dan sejauh mana bermanfaat terhadap sesamanya. Maka tugas umat manusia berlomba-lomba untuk semakin bertaqwa kepada Allah swt, ketika manusia berkompetisi dalam kebaikan untuk meraih pahala dari Allah maka akan jauh dari konflik. e. Pluralitas keyakinan taqdir tuhan. Diantara kasih sayang Allah terhadap hambanya adalah menurunkan sariat agama melalui para utusanya yang disebut nabi dan rasul, dengan tujuan untuk mendapatkan Salamah atau keselamatan baik dunia dan akhirat, karamah atau kemuliaan hidup dan sa’adah atau kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Itulah dianatara tujuanya diturunkan agama maka hal tersebut bisa menjadi tolak ukur bagi umat beragama sejauhmana merasakan keselamatan, kemuliaan dan kebahagiaan didapatkan. Dalam ajaran Islam ada 6 pinsip keimanan diantaranya umat Islam wajib mengimani terhadap keberadaan Rasul atau Nabi, yaitu manusia baik pilihan Allah yang utus untuk menyampaikan wahyu, risalah, syariat atau agama. Semenjak Nabi Adam orang pertama di dunia hingga saat ini jumlah Nabi dan rasul sangat banyak Allah berfirman dalam QS. Ghafir ayat 78: ???????? ??????????? ?????? ???? ???????? ???????? ???? ????????? ???????? ?????????? ???? ???? ???????? ???????? ????? ????? ????????? ???? ???????? ??????? ???? ???????? ??????? ??????? ????? ?????? ??????? ?????? ?????????? ???????? ????????? ?????????????? Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil. Para Nabi dan rasul diutus oleh Allah swt untuk membawa risalah kepada ummat di zamanya, diantara nabi yang disebutkan di dalam Al-Qur’an adalah nabi Ibrahim pembawa agama hanif, nabi Musa membawa agama Yahudi dan Nabi Isa pembawa agama Nasrani, dan nabi Muhammad saw sebagai nabi akhir zaman penutup para Nabi atau tidak ada nabi lagi setelah nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad sebagai pembawa agama Islam. Ummat Islam wajib mempelajari, mengimani dan menjalankan syariat agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dengan baik namun tetap diajarkan oleh Allah swt dan rasulullah saw untuk mengimani keberadaan rasul atau utusan Allah sebelum Nabi Muhammad saw hingga nabi Adam as. Maka kenyataan dengan keberadaan agama yang banyak merupakan keniscayaan yang sengaja diciptakan oleh Allah swt, tidak untuk saling menghujat atau menghina namun semua itu rahmat dari Allah swt kepada ummat untuk teguh meyakini dan mengamalkan dan berlomba untuk berbuat baik, Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah ayat 48. ????????????? ???????? ?????????? ?????????? ?????????? ????? ?????? ???????? ???? ?????????? ????????????? ???????? ????????? ?????????? ????? ???????? ??????? ???? ????????? ????????????? ?????? ??????? ???? ???????? ??????? ????????? ???????? ???????? ???????????? ?????? ????? ??????? ???????????? ??????? ????????? ???????? ?????????????? ??? ??? ???????? ????????????? ???????????? ????? ??????? ???????????? ???????? ??????????????? ????? ???????? ????? ????????????? Artinya : Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, Maka banyaknya jumlah syariat agama bukan musibah tetapi rahmat sekaligus ujian dari Allah swt, jadi merupakan kehendak Allah menurunkan banyak syariat agama, kalau Allah menghendaki niscaya dijadikan satu ummat saja. Tugas umat beragama berlomba-lomba untuk mengamalkan ajaran agamanya dengan baik untuk keselamatan dan kemaslahatan ummat manusia di dunia dan akhirat. Begitupun juga Rasulullah saw sebagai pembawa risalah agama Islam, sebagai Nabi terakhir di akhir zaman beliau membawakan syariat Allah penuh kesabaran dan kebijaksanaan kepada umat manusia, tidak pernah memaksakan ajaran agama Islam kepada orang, namun dengan kasih sayang dan keteladanan dalam dirinya. Ketika nabi Muhammad saw diangkat sebagai pemimpin di Madinah jumlah ummat Islam mayoritas, namun masyarakatnya plural ada yang beragama Yahudi, Nasrani dan keyakinan lainya, namun Rasulullah tidak pernah diskriminasi terhadap penganut agama dan keyakinan non muslim, bahkan beliau memerintahkan kepada ummat Islam yang mayoritas, agar menjaga dan melindungi ummat non muslim yang minoritas sebagaimana sabdanya : Barang siapa yang menyakiti non muslim (Ahlul Dzimmah) maka sama dengan menyakitiku, (HR. Abu Daud). Ahlu Dzimmah adalah ummat non muslim yang hidup di Negara Islam patuh terhadap aturan konstitusi Negara, mereka dilindungi hak beragama dan hak pribadinya, bahkan rasulullah saw menyampaikan : ??? ??? ?????? ?? ??? ????????? ?? ??? ??? ???????? ????? ????? ????? ?? ????? ?????? ?????? ???? ?????? Artinya : Barang siapa yang membunuh ahlu Dzimmah maka ia tidak akan mencium bau surge padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan 40 tahun. (HR. Anasai) Agama Islam menghargai kehidupan agar tidak melakukan tindakan yang dapat menyakiti apalagi sampai membunuh orang lain yang tidak dibenarkan dalam syariat. Bahkan Allah menyebutkan dalam Qur’an Surat Al-Maidah ayat 32. ???? ?????? ?????? ????????? ????? ????? ???????????? ??????? ???? ?????? ??????? ???????? ?????? ???? ??????? ??? ??????? ???????????? ?????? ???????? ???????? ?????? ?????????? ???????????? ??????? ???????? ???????? ???????? ??????????? ????????? ??????????????? ????? ????? ???????? ???????? ?????? ?????? ??? ??????? ????????????? Artinya : Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi. f. Bersikap obyektif menghindarkan kesalahfahaman. Setelah meyakini bahwa Agama Allah itu diturunkan dengan sifat kasih sayangNya untuk keselamatan, kemuliaan dan kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat, namun akhir-akhir ini agama sering dijadikan bahan buliying, sehingga agama terkesan menjadi tidak baik jauh dari misi yang sesungguhnya. Tidak sedikit orang tidak mau beragama ketika ditanya kenapa tidak beragama, mereka mengatakan beragama menjadikan permusuhan dan pertengkaran. Melihat fenomena tersebut kita harus menjadi bagian dari solusinya, yaitu menjadi pengamal Agama yang baik sehingga menjadi media idial untuk memudahkan orang memahami agama kita, dan memandang agama atau keyakinan orang lain dengan bersikap obyektif memandang dan menilai sebuah agama dari sumber aslinya melalui orang yang berkompeten di bidangnya sehingga merepresentasikan nilai-nilai agama dengan baik, agar tidak terjadi reduksi atau biyas. Orang yang otoritatif dan representasif mewakili agama untuk dijadikan rujukan adalah nabi/rasul utusan Allah yang langsung menerima risalah dan dibimbing oleh Allah swt untuk mengamalkannya, dalam agama Islam adalah nabi Muhammad saw, maka setiap perilaku, sikap dan ucapanya atau yang disebut dengan Hadits merupakan sumber hukum kedua setelah wahyu Al-Qur’an, diantara perannya Hadits tersebut adalah sebagai penjelas dan penegas juga melengkapi terhadap aturan yang belum ada. Kemudian sepeninggal nabi orang yang memiliki otoritatif dan refrentatif untuk menjelaskan AL-Qur’an dan Hadits adalah para Ulama’ yaitu orang yang memiliki keluasan pemahaman keagamaan dari sumber utama dan memiliki integritas dengan keilmuanya, maka mempelajari dan menilai sebuah agama bersumber dari tiga pokok sumber agama tersebut merupakan langkah bijaksana dan insya Allah akan dijauhkan dari kesalahfahaman. Hal ini menghindarkan fenomena saat ini yang sering kali agama dijadikan kendaraan kepentingan pragmatis oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab, untuk keuntungan ekonomis dan kekuasaan, sehingga menjadi kebingungan dan kegaduan pada masyarakat. Maka mari kita memahami agama dari sumber yang benar, otoritatif dan representative dan tidak mudah menilai sebuah agama karena perilaku sebagian ummatnya. Semoga sikap ini menjadi kontribusi nyata menciptakan kerukunan dan kedamaian di bumi NKRI yang kita cintai. |