Adalah salah satu tokoh yang rendah hati dalam kitab perjanjian Lama

Adalah salah satu tokoh yang rendah hati dalam kitab perjanjian Lama

Kata Alkitab / 28 January 2009

Kalangan Sendiri

  • Share:
    Adalah salah satu tokoh yang rendah hati dalam kitab perjanjian Lama
    Adalah salah satu tokoh yang rendah hati dalam kitab perjanjian Lama
    Adalah salah satu tokoh yang rendah hati dalam kitab perjanjian Lama

Adalah salah satu tokoh yang rendah hati dalam kitab perjanjian Lama

Penting untuk mengenali kerendahan hati yang sejati ketika Anda melihatnya. Tidak ada yang lebih membantu untuk mengenali kerendahan hati yang sejati ketimbang mengetahui seperti apakah kerendahan hati yang palsu atau tiruan.

Cara yang baik untuk memulai proses memahami kerendahan hati yang sejati adalah dengan memperhatikan secara cermat kehidupan seorang tokoh yang Alkitab katakan sebagai orang yang rendah hati. Dalam hal ini, saya merasa terbantu dengan memperhatikan Musa sebagai teladan yang baik untuk kerendahan hati.

Kerendahan Hati Musa

Adalah salah satu tokoh yang rendah hati dalam kitab perjanjian Lama
Musa bukan hanya salah satu dari tokoh dalam Alkitab yang sangat dihormati, tetapi juga dikenang sepanjang sejarah sebagai salah satu pemimpin terkemuka dari ras manusia. Sedikit sekali orang yang menyangkal ini. Musa adalah pemimpin yang penuh kuasa dan teladan yang tidak ada bandingannya bagi semua agama. Namun, menurut Bilangan 212:3 "Musa adalah orang yang sangat rendah hati, melebihi semua orang yang hidup di bumi ini."

Ini berarti Musa adalah orang paling rendah hati di dunia pada masa itu. Beberapa penerjemah Alkitab menggunakan "meekest" (paling lembut) sebagai ganti "humblest" (paling rendah hati) untuk menerjemahkan kata Ibrani ‘anaw. Jadi pada Musa kita mendapat kombinasi pemimpin yang paling berkuasa di dunia dan individu yang paling rendah hati. Ini cocok sekali dengan apa yang Yesus katakana berabad-abad kemudian, "Barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan" (Matius 23:12).

Pengetahuan Tentang Kerendahan Hati Kita

Apakah Anda pernah berpikir bahwa penulis pernyataan terkenal Musa lebih rendah hati daripada semua orang lain di bumi adalah Musa sendiri? Musa menulis lima kitab pertama Alkitab, Kitab Bilangan adalah yang nomor tiga. Jika Anda tidak berpikir tentang hal ini sebelumnya, ide tersebut biasanya sedikit mengejutkan. Sebenarnya, hal ini telah begitu mengejutkan beberapa ahli Alkitab sehingga mereka mengajukan hipotesis bahwa editor yang belakangan dari Kitab Bilangan pasti sudah menyisipkan komentar itu. Dalam benak mereka, Musa tidak mungkin cukup congkak untuk menyatakan dirinya sebagai orang yang rendah hati. Seandainya benar, pernyataan seperti ini pasti langsung membatalkan kerendahan hatinya.

Mari kita pikirkan hal ini sejenak. Saya percaya ini adalah masalah yang sangat penting. Dapatkah seseorang yang benar-benar rendah hati mengakui bahwa dirinya rendah hati dan mengucapkan kepada orang lain? Mengapa tidak? Pertimbangkan komentar sarjana Alkitab A. A. MacRae tentang Musa.

Kesalahan tidak disembunyikan atau diabaikan, juga tidak ada kesederhanaan yang pura-pura mengenai penyajian hal-hal baik persis sebagaimana adanya. Menulis dibawah inspirasi Roh Kudus. Musa tidak ragu mencatat dosa dan kelemahannya sendiri, dengan menggunakan bahasa yang paling jelas. Akan berlawanan sekali dengan objektivitas luar biasa dari Alkitab apabila ia tidak merekam pula kualitas dirinya yang paling kuat: kerendahan hatinya.

Adalah salah satu tokoh yang rendah hati dalam kitab perjanjian Lama
Pikiran ini membuat saya mengajukan pertanyaan kepada diri saya sendiri, kualitas pribadi apakah yang saya miliki untuk menulis sebuah buku lengkap tentang kerendahan hati? Dapatkah orang menulis buku tentang kerendahan hati apabila ia sendiri tidak rendah hati? Ini sebenarnya bukanlah pertanyaan yang begitu sulit. Dapatkah seseorang menulis buku tentang investasi di pasar saham jika ia sendiri sedang bangkrut? Dapatkah seorang penulis buku tentang diet jika ia sendiri kegemukan dan tidak pernah sukses denga diet? Dapatkah seseorang menulis buku tentang bagaimana mengasuh anak sementara anak-anaknya sendiri tumbuh dewasa sebagai pengacau dan berada di penjara? Sejalan dengan ini, terpikir oleh saya bahwa saya mungkin tidak boleh berusaha menulis buku tentang kerendahan hati apabila saya sendiri tidak rendah hati dan apabila saya tidak dapat berfungsi sebagai teladan.

Teladan Dalam Alkitab

Saya mempunyai beberapa teladan dalam Alkitab untuk mendukung maksud saya. Seperti sudah saya kemukakan, Musa adalah satu kasus yang jelas. Yesus dan Paulus adalah dua yang lain. Masing-masing juga mengatakan diri mereka rendah hati.

Yesus berfirman, "Aku lemah lembut dan rendah hati" (Matius 11:29). Kata "gentle" atau "lemah lembut" dalam New King James Version diterjemahkan "meek" di beberapa versi lain. Ini berkaitan dengan kata Yunani "prayotes", yang sudah saya sebutkan dalam bab sebelumnya. Sebenarnya, New Living Translation memberikan pernyataan, "I am humble and gentle." Yesus, saya sadari, adalah pribadi kedua dari Trinitas, dan dengan begitu, Tuhan sendiri, tetapi kita masih dapat mengikuti teladan-Nya. Kita juga harus sanggup berkata, "Aku lemah lembut dan rendah hati," khususnya karena kedua karakteristik ini terdaftar dalam Galatia 5 sebagai buah Roh Kudus.

Namun Paulus adalah manusia sebagaimana kita. Dalam Kitab 2 Korintus, surat dimana ia paling menegaskan kualifikasinya sebagai rasul, Paulus juga menulis, "Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah" (2Korintus 10:1). Kata "meekness" (lemah lembut) yang digunakan disini juga berasal dari kata Yunani "prayotes". Kata untuk kerendahan hati. Agaknya Paulus tidak mengalami masalah mengidentifikasikan diri dengan penegasan Yesus bahwa Ia rendah hati. Jadi, walaupun Paulus ditinggikan oleh Tuhan sebagai rasul, ia juga mengakui bahwa satu alasan yang Tuhan lihat cocok untuk melakukan ini adalah karena ia (Paulus) telah memilih untuk merendahkan diri.

Sumber: Rendah Hati - C. Peter Wagner

1

rendah hati yesus musa paulus

ARTI KERENDAHAN HATI:

Kerendahan hati bertolak belakang dengan kesombongan dan keangkuhan. Orang yang rendah hati tidak memandang rendah orang lain. Ia juga bersahaja, menyadari bahwa ia tidak sempurna dan memiliki keterbatasan.

TELADAN MUSA:

Kekuasaan tidak membuat Musa besar kepala. Biasanya, kerendahan hati seseorang akan langsung terlihat sewaktu ia baru diberi kekuasaan. Seorang pembicara abad ke-19, Robert G.Ingersoll mengatakan, ”Kebanyakan orang dapat menanggung kesusahan. Namun, jika Anda ingin tahu sifat asli seseorang, beri dia kekuasaan.” Dalam hal ini, Musa memberikan teladan kerendahan hati yang luar biasa. Mari kita lihat.

Musa mendapat wewenang yang besar, karena Yehuwa menugasi dia memimpin bangsa Israel. Namun, ia tidak pernah menjadi sombong. Misalnya, coba perhatikan cara ia menangani masalah pelik tentang warisan. (Bilangan 27:1-11) Itu bukan persoalan remeh, karena keputusan yang diambil akan menjadi preseden hukum untuk kasus-kasus lain.

Bagaimana Musa menyikapinya? Apakah ia berpikir bahwa sebagai pemimpin Israel, ia sanggup dan berhak mengambil keputusan? Apakah ia mengandalkan kesanggupannya sendiri, pengalaman hidupnya, atau pengetahuannya tentang cara berpikir Yehuwa?

Orang yang sombong mungkin akan seperti itu. Tetapi, Musa tidak demikian. Alkitab mengatakan, ”Musa mengajukan perkara [itu] ke hadapan Yehuwa.” (Bilangan 27:5) Coba bayangkan. Bahkan setelah 40tahun memimpin bangsa Israel, Musa mengandalkan Yehuwa, bukan dirinya sendiri. Di sini, terlihat jelas bahwa Musa sangat rendah hati.

Musa tidak berupaya mengamankan kedudukannya. Ia senang sewaktu Yehuwa mengizinkan pria-pria Israel lain juga menjadi nabi. (Bilangan 11:24-29) Ketika bapak mertuanya menyarankan agar ia membagi beban kerjanya dengan orang lain, Musa dengan rendah hati menuruti nasihat itu. (Keluaran 18:13-24) Dan, menjelang akhir hidupnya, walaupun masih kuat, Musa meminta Yehuwa menunjuk seorang pengganti dirinya. Ketika Yehuwa memilih Yosua, Musa dengan tulus mendukung pria yang lebih muda itu, mendesak orang-orang agar mengikuti pengarahan Yosua untuk masuk ke Tanah Perjanjian. (Bilangan 27:15-18; Ulangan 31:3-6; 34:7) Musa pasti menganggap tugasnya untuk memimpin bangsa Israel sangat penting. Namun, ia tidak mengutamakan kekuasaannya di atas kesejahteraan orang lain.

PELAJARAN BAGI KITA:

Kita tidak mau membiarkan kekuasaan, wewenang, atau kesanggupan membuat kita besar kepala. Ingatlah: Tidak soal kesanggupan kita, kita baru bisa berguna bagi Yehuwa jika kita rendah hati. (1Samuel 15:17) Kalau kita sungguh-sungguh rendah hati, kita akan berusaha menaati nasihat Alkitab, ”Percayalah kepada Yehuwa dengan segenap hatimu dan jangan bersandar pada pengertianmu sendiri.”—Amsal 3:5,6.

Teladan Musa juga mengajar kita untuk tidak mementingkan status atau kekuasaan.

Apakah meniru kerendahan hati Musa akan bermanfaat? Pasti! Jika kita belajar untuk benar-benar rendah hati, kita akan menjadi orang yang menyenangkan, dan orang lain akan senang berada di dekat kita. Yang lebih penting, Allah, yang juga rendah hati, akan semakin mengasihi kita. (Mazmur 18:35) ”Allah menentang orang yang sombong, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” (1 Petrus 5:5, Bahasa Indonesia Masa Kini) Bukankah itu semakin membuat kita ingin meniru kerendahan hati Musa?