Sel sperma disebut juga sel kelamin jantan sel sperma dihasilkan oleh

Sel sperma disebut juga sel kelamin jantan sel sperma dihasilkan oleh

Sel sperma disebut juga sel kelamin jantan sel sperma dihasilkan oleh
Lihat Foto

Shutterstock

Ilustrasi organ reproduksi

KOMPAS.com - Manusia sebagai makhluk hidup akan melakukan reproduksi.

Sistem reproduksi merupakan kegiatan berkembangbiak untuk melahirkan keturunan. Itu bertujuan untuk mempertahankan proses keberlangsungan spesies di dunia.

Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), sistem reproduksi manusia merupakan sistem organ yang digunakan manusia untuk memproduksi dan melahirkan keturunan.

Baca juga: BKKBN Usul ke Nadiem Masukkan soal Kesehatan Reproduksi ke Kurikulum

Ada beberapa hal penting bagi proses produksi manusia, yakni:

  1. Pembebasan sel telur pada waktu tertentu dalam siklus reproduksi.
  2. Pembuahan internal sel telur oleh sel sperma.
  3. Pengangkutan sel telur yang dibuahi ke rahim.
  4. Implantasi blastokista, embrio awal yang dikembangkan dari sel telur yang dibuahi di dinding rahim.
  5. Pembentukan plasenta dan pemeliharaan bayi yang belum lahir selama seluruh periode kehamilan.
  6. Kelahiran anak dan pengusiran plasenta.
  7. Menyusui dan merawat anak dengan kembalinya organ-organ ibu.

Jika berdasarkan alat produksi, sistem reproduksi manusia dibedakan jenis kelamin, laki-laki dan perempuan.

Baca juga: Diet Rendah Lemak Pengaruhi Sistem Reproduksi Pria, Benarkah?

Alat reproduksi laki-laki

Pada alat reproduksi laki-laki terdiri atas alat kelamin luar dan alam kelamin dalam.

Ada beberapa yang termasuk alat kelamin dalam, yakni:

  1. Testis
  2. Saluran kelamin
  3. Kelenjar kelamin

Berikut penjelasannya:

1. Testis

Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), testis berfungsi untuk menghasilkan sperma dan hormon testosteron.

Sel sperma disebut juga sel kelamin jantan sel sperma dihasilkan oleh

Sel sperma disebut juga sel kelamin jantan sel sperma dihasilkan oleh
Lihat Foto

mynewyorkminute.org

Ilustrasi anatomi organ reproduksi pria

KOMPAS.com - Alat reproduksi pria merupakan suatu sistem yang lengkap untuk keberlangsungan pembentukan proses sperma.

Alat reproduksi pria

Secara umum, alat reproduksi pria dibedakan menjadi dua, yaitu alat kelamin bagian luar dan alat kelamin bagian dalam.

1. Alat kelamin bagian luar

Alat kelamin pria bagian luar terdiri dari penis dan skrotum. Penis adalah organ yang berfungsi untuk koitus atau persetubuhan. Di dalam penis terdapat saluran untuk mengeluarkan urine dan semen.

Saat ejakulasi, otot yang terdapat pada tempat keluarnya urine akan menutup agar semen tidak tercampur bersama semen.

Sedangkan skrotum merupakan kulit luar pembungkus testis. Skrotum berfungsi menjaga suhu testis saat pembentukan sperma. Skrotum akan mengendur jika panas, dan mengerut jika dingin.

Baca juga: Organ Reproduksi Wanita dan Fungsinya

2. Alat kelamin bagian dalam

Terdapat organ-organ yang kompleks di dalam alat kelamin pria. Berikut organ yang termasuk alat kelamin bagian dalam.

  • Testis: tempat produksi sperma
  • Tubulus seminiferus: saluran di dalam testis tempat pembentukan sperma
  • Sel induk spermatozoa (spermatogen) dan sel sertoli: sel-sel penyusun tubulus seminiferus
  • Sel interstisiil: sel di tubulus seminiferus yang berfungsi memproduksi hormon testosteron dan hormon kelamin pria lainnya
  • Vasa efferensia: gumpalan tubulus seminiferus
  • Epididimis: kumpulan casa efferensia yang dibentangkan bisa mencapai 6 meter. fungsi dari epididimis pada alat reproduksi pria adalah tempat penyimpanan sperma selama 18 jam
  • Vesikula seminalis dan vas deferens: Saluran dari epididimis menuju kelenjar prostat
  • Duktus ejakularis: saluran yang menghubungkan kelenjar prostat dengan uretra dan memproduksi semen
  • Uretra: saluran di dalam penis untuk keluarnya urine dan sperma.

Jadi, saluran reproduksi pria secara berurutan adalah tubulus seminiferus, vase efferensia, epididimis, vesikula seminalis dan vas deferens, duktus ejakularis, uretra, dan keluar dari ujung penis.

Proses pembentukan sperma

Proses pembentukan sperma di dalam testis disebut dengan spermatogenesis. Proses spermatogenesis dilakukan dalam beberapa tahap sehingga menghasilkan spermatozoa sebanyak empat spermatozoa.

Awalnya, sel spermatogonia akan membelah secara mitosis dan menghasilkan spermatosit primer. Sel spermatosit primer ini akan membelah dua kali secara meiosis dan menghasilkan spermatozoa haploid. Sel ini akan mengalami fase pematangan menjadi sel sperma.

Sel sperma laki-laki dibuat setiap saat oleh testis. pembuatan sel sperma dipengaruhi oleh hormon Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormon (LH). Produksi sperma bersamaan dengan produksi hormon testosteron yang mengendalikan produksi FSH dan LH.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Sel sperma disebut juga sel kelamin jantan sel sperma dihasilkan oleh
Sel sperma disebut juga sel kelamin jantan sel sperma dihasilkan oleh

Sperma merupakan bagian dari air mani yang dikeluarkan pria saat ejakulasi. Sel sperma dapat membuahi sel telur wanita untuk membentuk zigot, cikal bakal janin. Pembentukan sperma di dalam testis melalui berbagai tahapan. Proses pembentukan sperma ini dinamakan spermatogenesis.

Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma di dalam testis pria. Spermatogenesis sendiri berasal dari kata ‘spermato’ yang memiliki arti benih dan ‘genesis’ yang berarti pembelahan.

Sel sperma diproduksi pada bagian tubulus seminiferus di dalam testis.

Di dalam dinding tubulus, banyak sel yang tersebar secara acak yang disebut sel sertoli. Sel ini berfungsi untuk memberikan makanan untuk sel sperma yang belum matang.

Ketika sel sperma telah matang (spermatogonia), spermatogonium (sel induk sperma) memperbanyak diri dengan cara mitosis dan meiosis atau pembelahan sel.

Memahami proses spermatogenesis

Dari spermatogonium atau sel induk sperma, sel akan berubah menjadi spermatosit primer secara mitosis.

Setelah itu, spermatosit primer membelah secara meiosis menjadi spermatosit sekunder yang berukuran sama.

Pada tahap meiosis kedua, spermatosit sekunder membelah diri lagi menjadi empat spermatid dengan bentuk dan ukuran yang sama.

Spermatid merupakan hasil pembelahan sel tahap akhir sebelum akhirnya berubah menjadi sel sperma yang matang (spermatozoa).

Spermatozoa akan bergerak ke dalam epididimis, tabung penyimpan sperma yang terhubung dengan testis.

Spermatozoa akan siap dikeluarkan bersama dengan air mani ketika seorang pria mengalami ejakulasi.

Selama proses spermatogenesis, lebih dari 300 juta spermatozoa akan diproduksi setiap harinya.

Namun, dari sebanyak itu hanya ada sekitar 100 juta sel sperma yang berhasil matang dengan sempurna pada proses pembentukan akhir.

Menurut National Institutes of Health, proses pembentukan spermatozoa menjadi sel sperma matang, yang mampu membuahi sel telur, membutuhkan waktu sekitar 2,5 bulan.

Faktor-faktor yang memengaruhi spermatogenesis

Menurut sebuah ulasan terbitan Seminars in cell & developmental biology (2016), beberapa faktor berikut dapat memengaruhi proses pembentukan sperma.

1. Pengaruh lingkungan

Semenjak zaman Kekaisaran Romawi, paparan bahan kimia seperti timbal diduga dapat memengaruhi spermatogenesis.

Saat ini, hasil studi in vitro pada sel tumbuhan dan uji pada hewan memperlihatkan efek negatif paparan bahan kimia tersebut pada sistem reproduksi pria.

Namun, penelitian yang dilakukan pada manusia belum menunjukkan bukti yang kuat mengenai dampak paparan zat kimia pada proses reproduksi pria.

2. Faktor genetik

Kelainan genetik menyumbang 15 – 30% kasus ketidaksuburan (infertilitas) pria.

Ketidaksuburan pria memang tidak diturunkan secara genetik. Namun, ada sejumlah kondisi genetik yang bisa menjadi penyebab kemandulan.

Kondisi ini seperti gangguan kromosom yang bisa memengaruhi spermatogenesis seperti sindrom klinefelter, infertilitas kromosom Y, dan masalah genetik lainnya.

3. Obesitas

Obesitas bisa mengakibatkan hiperestrogenisme yakni kelebihan hormon estrogen. Kondisi ini bisa memengaruhi proses produksi sperma.

Hormon estrogen yang meningkat menyebabkan penurunan kadar hormon testosteron. Kadar testosteron yang rendah bisa menghambat spermatogenesis.

4. Diabetes

Diabetes mellitus menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh, termasuk testis. Kerusakan testis akan memengaruhi proses spermatogenesis, terutama pembentukan sperma yang sehat.

Gangguan yang berkaitan spermatogenesis

Penelitian sebelumnya juga menyebutkan sejumlah gangguan yang berkaitan dengan spermatogenesis, di antaranya sebagai berikut.

1. Sindrom klinefelter

Sindrom Klinefelter merupakan salah satu gangguan kromosom langka yang dapat terjadi saat masa kehamilan.

Kondisi ini menyebabkan testis menjadi berukuran lebih kecil. Produksi testosteron pun menjadi lebih rendah. Beberapa orang bahkan tidak menghasilkan sperma sama sekali.

2. Infertilitas kromosom Y

Infertilitas kromosom Y menyebabkan pria menghasilkan sel sperma yang lebih sedikit, sel sperma yang berbentuk tidak normal, atau tidak memproduksi sel sperma yang matang.

Kelainan spermatogenesis ini dapat mengakibatkan ketidaksuburan pada pria. Pria yang menderita kondisi ini kesulitan atau tidak bisa memiliki anak.

Cara meningkatkan kualitas sperma

Gaya hidup sehat dapat melancarkan proses pembentukan sperma dan menentukan produksi sperma yang sehat.

Jika Anda dan pasangan berencana untuk memiliki momongan, Anda bisa mencoba beberapa cara berikut untuk meningkatkan kualitas sperma.

  • Berhentilah merokok.Kebiasaan merokok bisa menurunkan jumlah sperma dan meningkatkan risiko cacat morfologis spermatozoa.
  • Perbanyak konsumsi makanan penyubur sperma, yakni sumber vitamin E, vitamin C, vitamin A, folat, dan seng.
  • Jaga berat badan tetap ideal dengan olahraga rutin untuk menghindari obesitas yang bisa menghambat proses pembentukan sperma.
  • Jaga kebersihan penis. Selalu bersihkan penis Anda sebelum dan sesudah berhubungan intim.

Spermatogenesis merupakan proses pembentukan sperma di dalam testis.

Faktor genetik, masalah kesehatan seperti obesitas, dan gaya hidup bisa memengaruhi kualitas dan kuantitas sperma yang dihasilkan dari proses tersebut.

Menerapkan pola makan sehat, aktif bergerak, dan menjauhi kebiasaan merokok membantu menjaga sistem reproduksi dan kesehatan pria secara keseluruhan.

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Sumber

Bundhun, P.K., Janoo, G., Bhurtu, A. et al. Tobacco smoking and semen quality in infertile males: a systematic review and meta-analysis. BMC Public Health 19, 36 (2019). https://doi.org/10.1186/s12889-018-6319-3

Neto, F. T., Bach, P. V., Najari, B. B., Li, P. S., & Goldstein, M. (2016). Spermatogenesis in humans and its affecting factors. Seminars in cell & developmental biology, 59, 10–26. https://doi.org/10.1016/j.semcdb.2016.04.009 

SF, Gilbert. (2000). Developmental Biology. 6th ed. Sunderland (MA): Sinauer Associates. NBK10095.

Klinefelter syndrome. (2018). Genetic and Rare Diseases Information Center (GARD) – an NCATS Program Retrieved April 25, 2022 from, https://rarediseases.info.nih.gov/diseases/8705/klinefelter-syndrome

Testes. National Institutes of Health. Retrieved April 25, 2022 from, https://training.seer.cancer.gov/anatomy/reproductive/male/testes.html 

Spermatogenesis. University of Wyoming. Retrieved April 25, 2022 from, http://www.uwyo.edu/wjm/repro/spermat.htm

Spermatogenesis. Encyclopedia Britannica. Retrieved April 25, 2022 from, https://www.britannica.com/science/spermatogenesis

Klinefelter syndrome. MedlinePlus. Retrieved April 25, 2022 from, https://medlineplus.gov/genetics/condition/klinefelter-syndrome/ 

Y chromosome infertility. MedlinePlus. Retrieved April 25, 2022 from, https://medlineplus.gov/genetics/condition/y-chromosome-infertility/