Zat warna alam untuk tekstil yang menghasilkan warna jingga adalah

Jawaban:

Jenis-jenis bahan pewarna tekstil yaitu terdiri atas pewarna alami dan pewarna buatan. Pewarna alami diantaranya adalah jambu biji, teh, secang, bawang merah, dan lainnya. Pewarna buatan diantaranya adalah zat pewarna direk, zat warna asam, zat warna basa, zat warna napthol, dan lainnya. Berikut penjelasan lebih lengkapnya..

Pembahasan

Pewarna tekstil merupakan unsur yang digunakan dalam visualisasi produk tekstil. Baik berupa benang, kain, pakaian, serta kerajinan tekstil lainnya.

Jenis-jenis pewarna tekstil  

Zat pewarna alami

Zat pewarna alami atau natural dye merupakan zat warna yang diperoleh dari ekstrak tumbuhan. Berikut contohnya,

Jambu biji, merupakan pewarna alami warna hijau. Digunakan untuk mewarnai kain. Bagian yang digunakan adalah daun jambu biji.

Tarum, merupakan pewarna alami warna biru. Digunakan untuk mewarnai kain. Bagian yang digunakan yaitu daun.

Kunyit, merupakan pewarna alami warna kuning. Bagian yang digunakan adalah rimpang atau umbi akar kunyit.

Teh, merupakan pewarna alami warna coklat. Bagian yang digunakan adalah daun yang telah tua.

Secang, merupakan pewarna alami warna merah. Bagian yang digunakan adalah batang.

Bawang merah, merupakan pewarna alami warna jingga kecoklatan. Bagian yang digunakan adalah bagian kulit.

Kelapa, merupakan pewarna alami warna krem kecoklatan. bagian yang digunakan yaitu sabut kelapa.

Manggis, merupakan pewarna alami warna merah keunguan, merah, ungu. Bagian yang digunakan adalah kulit buah.

Jalawe, merupakan pewarna alami warna hijau kecoklatan. Bagian yang digunakan adalah kulit buah.

Indigofera, merupakan pewarna alami yang menghasilkan warna biru. Bagian yang digunakan yaitu daun atau ranting.

Zat pewarna sintetis

Zat warna sintetis merupakan zat warna yang dibuat dari beberapa reaksi kimia tertentu. Zat warna sintesis banyak dijumpai dan memiliki variasi warna yang lebih banyak. Zat warna sintetik dibuat berdasarkan turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, toluena, naftalena dan antrasena yang diperoleh dari batubara. Berikut jenis pewarna sintetis,

Zat warna direk, merupakan jenis zat warna yang dapat mencelup serat selulosa secara langsung tanpa memerlukan senyawa mordan.

Zat warna asam, merupakan jenis zat warna yang pemakaiannya memerlukan bantuan asam mineral atau asam organik untuk membantu penyerapan warna.

Zat warna basa, merupakan jenis zat warna yang larut dalam air. Zat warna ini menghasilkan warna yang cerah.

Zat warna belerang, merupakan zat warna untuk mewarnai kain katun agar menjadi gelap. Zat warna ini tidak larut dalam air.

Zat warna pigmen, merupakan pewarna yang tidak larut dalam segala jenis pelarut. Biasanya digunakan untuk pewarna cetak saring.

Zat warna dispersi, merupakan zat warna yang memiliki sifat kelarutan kecil dalam air, dan merupakan kelarutan dispersi. Pewarna ini digunakan untuk mewarnai serat sintetik.

Zat warna bejana, merupakan zat warna yang tak larut dalam air dan tidak dapat mewarnai selulosa secara langsung, harus direduksi terlebih dahulu.

Zat waarna bejana larut, merupakan zat warna yang memiliki ketahanan luntur yang baik (anti luntur). Agar wana ini dapat memberikan warna yang tepat, penggunaannya harus   di berikan dengan natrium nitrit dan asam sulfat atau asam klorida.

Zat warna reaktif, merupakan zat warna yang larut air dan bereaksi dengan serat selulosa, sehingga memiliki daya tahan warna yang sangat baik. Zat warna ini digunakan untuk pencelupan dan printing bahan kain.

Pelajari lebih lanjut  

1. Materi tentang perbedaan zat warna alami dan zat warna sintetis https://brainly.co.id/tugas/19236640

-----------------------------

Detil jawaban  

Kelas: II SD

Mapel: Seni Budaya

Bab: Cat Warna Bahan Alam

Kode: 2.19.5

Pada mulanya manusia menggunakan bahan serba alami dalam industri tekstil. Begitu pula dengan jenis pewarna yang digunakan untuk mewarnai kain seperti katun, linen bahkan sutera. Kemudian pada Abad ke 19 dimulai masa baru setelah ditemukannya pewarna sintetik. Pewarna sintetik kemudian tersebar dan banyak digunakan secara luas. Pewarna sintetik kemudian menggeser keberadaan pewarna alami karena penggunaan pewarna sintetik dinilai lebih efektif dan efisien. Industri tekstil di Indonesia mengikuti tren ini termasuk industri batik. Setelah abad ke 19, banyak perajin batik yang meninggalkan pewarna alami dan beralih ke pewarna sintetis. Hanya sedikit jumlahnya yang masih tetap bertahan menggunakan pewarna alami.

Hanya saja penggunaan pewarna sintetik diketahui kemudian tidak ramah terhadap lingkungan dan dianggap menimbulkan efek samping buruk terhadap tanah air maupun udara. Karena efek buruk tersebut, akhir-akhir ini digalakkan kembali untuk menggunakan pewarna alami dalam industri tekstil yang lebih ramah lingkungan.

Indonesia sendiri memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, tentunya memiliki potensi yang luar biasa dalam menyediakan tumbuhan maupun serangga yang dapat dijadikan sumber bahan pewarna alami. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan terdapat lebih dari 150 jenis tanaman yang berpotensi digunakan sebagai bahan pewarna alami, namun baru sekitar 39 jenis saja yang telah dipelajari.

Apa saja tumbuhan yang banyak digunakan sebagai pewarna tekstil di Indonesia?

Warna nila atau indigo adalah warna biru gelap atau cerah yang diperoleh dari beberapa jenis tanaman berbeda. Tanaman-tanaman ini secara alami dapat dijadikan pewarna indigo untuk serat kain. Diketahui ada sekitar 100 jenis tanaman yang dapat memberikan warna indigo, namun yang paling banyak digunakan sebagai pewarna tekstil diantaranya adalah Indigofera tinctoria, Polygonum tinctorium, Strobilanthes flacidfolius, dan Isatic tinctoria. Tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia yang juga memiliki daya pewarnaan tinggi adalah Indigofera tinctoria.

Pohon Indigofera. Sumber: Wikimedia Commons

Daun dan Bunga Indifofera. Sumber: Wikimedia Commons

Indigofera adalah tanaman semak berkayu yang tumbuh di daerah tropis dengan daun kecil-kecil menyirip berwarna hijau tua. Daun dari pohon indigofera inilah yang dapat digunakan sebagai pewarna tekstil.

Kain yang diwarnai dengan pewarna Indigofera. Sumber: Wikimedia Commons

Pewarna soga atau warna merah kecoklatan adalah pewarna yang paling banyak digunakan dalam kerajinan batik. Ada 3 jenis tanaman asli Indonesia yang banyak digunakan yang dapat menghasilkan warna ini yakni Ceriops candolleana, Cudrania javanensis, dan Peltophorum pterocarpum. Yang digunakan dalam pewarnaan ini adalah kulit pohon tersebut. Ketiga jenis pohon soga ini biasanya digunakan secara bersamaan dengan komposisi tertentu sesuai dengan takaran hasil pengalaman pengrajin yang diwariskan turun temurun atau digunakan salah satunya saja. Warna yang dihasilkan pun tentunya akan berbeda antara metode.

Peltophorum pterocarpum. Sumber: Wikimedia Commons

Akar mengkudu (Morinda citrifolia) banyak digunakan sebagai pewarna tekstil masyarakat di Flores yang dapat menghasilkan warna dengan nuansa yang beragam dari merah gelap sampai merah cerah dan cenderung pastel. Perbedaan ini dapat dihasilkan dengan mencampur akar mengkudu dengan bahan-bahan pewarna lain atau bahan fiksasi atau reaktor (mordant) tertentu.

Masyarakat yang biasa menggunakan serat hasil pewarnaan kemudian dijadikan kain tenun maupun kain ikat dengan motif khas Nusa Tenggara Timur.

Morinda citrifolia. Sumber: Wikimedia Commons

Mungkin orang tua atau orang zaman dahulu sering menggunakan kata “kesumba” sebagai kata ganti bahan pewarna. Sedangkan kesumba atau dikenal dengan nama latin Bixa orellana sendiri adalah nama tanaman yang bijinya dapat digunakan sebagai bahan pewarna. Mungkin dari sinilah istilah ini berasal. Biji dan kulit buah kesumba dari tanaman perdu dapat menghasilkan warna kemerahan.

Bixa orellana. Sumber: Wikimedia Commons

Kita mungkin paling akrab dengan terakhir ini. Kunyit (Curcuma longa) merupakan tanaman rimpang-rimpangan yang juga diketahui memiliki banyak fungsi bagi kesehatan. Rimpangnya yang berwarna kuning banyak telah lama dikenal sebagai pewarna makanan. Namun selain itu, kunyit pun juga digunakan untuk mewarnai serat pakaian untuk menghasilkan warna kuning maupun coklat. Masyarakat Flores dalam kain tenun ikatnya juga banyak menggunakan kunyit sebagai bahan pewarna alami kuning.

Kunyit. Sumber: Wikimedia Commons

Ada satu jenis bahan lagi yang tidak banyak digunakan di Indonesia sebagai bahan pewarna alami coklat maupun sebagai fiksasi warna agar hasil pewarnaan dengan pewarna alami tahan luntur yakni buah kesemek muda (Diospyros kaki). Buah kesemek atau Persimmon oleh bangsa asia timur seperti Tiongkok, Jepang dan terutama Korea telah ribuan tahun digunakan sebagai pewarna alami. Kandungan taninnya selain sebagai antibakteri dapat menghasilkan warna coklat kemerahan pada serat kain. Ekstrak buah kesemek yang masih hijau pun dapat digunakan sebagai penguat pewarna alami lain.

Kesemek Muda. Sumber: Wikimedia Commons