Tulislah tiga hal yang harus diperhatikan agar dapat membiasakan diri berakhlak istiqomah

Akhlak Diri Sendiri: Hubbul Amal dan Istiqomah

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Agama 4 (Akhlak) yang diampu oleh:

Achmad Slamrt, Drs.,M.S.I

Disusun Oleh :

  1. Umi Hindun
  2. Desiana Khusnul Khatimah

Komunikasi Penyiaran Islam

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

2017

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat illahi rabbi, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, dan inayahnya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan sesuai waktu yang telah diberikan. Sholawat dan salam juga tetap kami haturkan ke pangkuan Nabi agung, Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW. Karena dengan kuasa Allah lah, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dan disusun berdasarkan tugas perkuliahan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu tugas makalah ini yang berjudul “Akhlak Diri Sendiri : Hubbul Amal dan Istiqomah” selaku pengampu mata kuliah Agama 4 (Akhlak) dan juga sahabat-sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Merupakan suatu harapan pula, semoga dengan terselesaikannya makalah ini, pembaca bisa bersemangat dan termotivasi lagi untuk mengenal lebih jauh tentang ilmu kejiwaan. Penulis juga berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat tercatat dan bisa menjadi motivator bagi penulis untuk menyusun makalah lain yang lebih baik dan bermanfaat. Aamiin.

Jepara, 29 April 2017

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar ………….………………………………………………………….  i

Daftar Isi …………………………………………………………………………. ii

BAB I: PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang ………………………………………………….………… 1
  2. Rumusan Masalah ……………………………………………..…………. 1
  3. Tujuan Penulisan……………………………………………..…………….. 2
  4. Manfaat Penulisan…………………………………………………………………………. 2

BAB II: LANDASAN TEORI

  1. Hubbul Amal………………………………………………………………………………….. 3
  2. Pengertian Hubbul Amal…………………………………………………………….. 3
  3. Hikmah Hubbul Amal………………………………………………………………… 5
  4. Membiasakan berprilaku Hubbul Amal ……………………………………….. 6
  5. ………………………………………………………………………………………. 6
  6. Pengertian Istiqomah …………………………………………………………………. 6
  7. Tahap-tahap Istiqomah ………………………………………………………………. 8
  8. Membentuk sikap Istiqomah ……………………………………………………… 9
  9. Hakikat dan Anjuran Istiqomah ………………………………………………… 10
  10. Keutamaan Istiqomah ………………………………………………………………. 11

BAB III: PEMBAHASAN

  1. Hubbul Amal………………………………………………………………………………… 12
  2. …………………………………………………………………………………….. 13

BAB III Penutup

  1. …………………………………………………………………………………….. 16
  2. ………………………………………………………………………………………….. 16
  3. ………………………………………………………………………………………. 16

Daftar Pustaka  ……………..…………………………………..………..……… 17

BAB I

PENDAHULUAN

Akhlak terhadap diri sendiri pada dasarnya mutlak diperlukan oleh semua manusia utamanya bagi seluruh umat muslim. Seorang muslim adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Siapapun dia, seorang muslim tentu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah diperbuat terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itulah, islam memandang bahwa setiap muslim harus menunaikan etika dan akhlak yang baik terhadap dirinya sendiri, sebelum  berakhlak yang baik kepada orang lain. Dan ini sering dilalaikan oleh kabanyakan kaum muslim

Allah telah menentapkan jalan yang harus ditempuh oleh manusia sesuai dengan syari’at yang telah ditetapkan, sehingga seseorang senantiasa istiqomah dan tegak diatas syari’atnya, selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangannya. Seorang hamba Allah yang mempunyai kaitannya antara hablu minallah dan hablu minananas. Dan sebagai hablu minanas diharapkan bisa hubbul amal dan istiqomah.

Kita sebagai sebagai hablu minanas harus mempunyai akhlak bekerja keras. Karena dalam islam membenci orang yang pengguran, malas dan kebodohan, hal itu maut yang lambat laun akan mematikan semua daya kekuatan dan menjadi sebab kerusakan di dunia dan di akhirat.

Oleh karena itu sebagai generasi muda mendatang, harus senantiasa menjadi orang yang mencintai pekerjaan agar tidak malas dan menghindari kebodohan. Sebab itu Akhlak akan membahas tentang Hubbul Amal dan Istiqomah.

  • Rumusan Masalah
  • Bagaimana Hubbul Amal itu?
  • Bagaimana Istiqomah itu ?
  • Tujuan Masalah
  • Untuk mengetahui apa itu Hubbul Amal.
  • Untuk mengetahui apa itu Istiqomah.
  • Manfaat Penulisan
  • Secara Teritis

Mahasiswa bisa bertambah ilmu dan wawasan dari teori yang telah dijabarkan dalam makalah ini, yang mengambil dari beberapa referensi buku dan juga dari makalah yang mambahas hal yang sama.

Mahasiswa dapat menerapkan atau mempraktekkan bentuk dari Hubbul Amal (Bekerja Keras) dan Istiqomah. Agar dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II

LANDASAN TEORI

  • Hubbul Amal
  • Pengertian Hubbul Amal

Hubbul amal ialah mencintai apa yang kerjakan atau bekerja keras. Hubbul Amal adalah salah satu akhlak islami. Bekerja keras merupakan melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu yang diinginkan atau cita-citakan. Kerja keras dapat dilakukan dalam segala hal, mungkin dalam bekerja mencari rizki, menuntut ilmu, berkreasi, membantu orang lain, atau kegiatan yang lain.

Bekerja keras adalah salah satu ajaran islam yang wajib dibiasakan oleh umatnya. Islam menganjurkan umatnya agar selalu bekerja keras untuk mencapai harapan dan cita-cita.

Dalam keteladanan akhlak, mengatakan bahwa Islam membenci pengangguran, kemalasan dan kebodohan karena hal itu merupakan maut yang lambat laun  akan mematikan semua daya kekuatann dan menjadi sebab kerusakan di dunia dan akhirat.(Al-Hufiy, 2000)

Bekerja keras tidak hanya fisik. Akal dan pikiran harus terus digunakan untuk memikirkan sesuatu yang lebih baik. Kemalasan akal atau malas berfikir lebih jelek dari pada malas badan. Orang yang cerdas  tetapi malas berfikir akan merusak jiwa, karena pikiran-pikiran yang buruk serta rusak ada dalam tubuh manusia yang malas dan lemah. Orang yang malas akan menjadi gelisah hatinya, lemah badannya dan membenci kehidupan walaupun memiliki harta yang cukup. Terkait dengan hubbul amal/ kerja keras Allah berfirman dalam  surat Al-Qashash ayat 77:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

“Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagian) negri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagianmundari (kenikmatan) duniawi dan berbuatlah (kepada orang lain) sebaigamana Allah telah berbuat baik, kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Dengan demikian sikap bekerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari rizki, dan menjalankan  tugas sesuai dengan profesi masing-masing.

Selain itu Allah berfirman juga dalam surat At-Taubat ayat 105:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan katakanlah: bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akn dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Ayat diatas mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan ibadah khusus, seperti shalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah dikaruniakan Allah dimuka bumi ini. Baha dalam surat At-Taubah diatas menguisyaratkan baha kita harus berusaha sesuai dengan kemampuan kita dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah Swt. Orang yang beriman dilarang bersifat malas, berpangku tangan dan menunggu keajaiban menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah menciptakan alam beserta isinya diperuntukkan untuk manusia. Namun untuk memperoleh mamfaat dari alam ini, manusia harus berusaha dan bekerja keras. Rasulullah Saw juga menganjurkan umatnya untuk bekerja keras.

Namun dalam hal ibadah khususnya, seperti shalat, hendaknya kita beranggapan baha seolah-olah kita kan mati esok hari sehingga kita bisa beribadah dengan khusyu’. (Ibrahim dan Darson, 2009 : 32)

Semua orang yang bekerja dapat dijadikan pekerjaan dan segala aktivitasnya sebagai ibadah asalkan mereka berpegang pada ketentuan-ketentuan berikut ini;

  • Harus menyesuaikan semua pekerjaan dengan aturan agam yang berlakudalam ajaran islam.
  • Sebelum melakukan pekerjaan hendaknya memulai dengan niat yang suci dan hati yang tulus.
  • Setiap pekerjaan hendaklah dilakukan dengan baik dan benar.
  • Hikmah Hubbul Amal

Allah Swt memerintahkan supaya bekerja keras karena banyak hikmah dan manaatnya, baik bagi orang yang bekerja keras maupun terhadap lingkungnnya. Diantara hikmah bekerja keras tersebut adalah sebagai berikut :

  • Mengembangkan potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan maupun ketrampilan.
  • Membentuk pribadi yang bertanggung jawab dan displin.
  • Mengangkat harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat.
  • Meningkatkan taraf hidup orang banyak serta meningkatkan
  • Kebutuhan hidup diri dan keluarga terpenuhi.
  • Membiasakan berprilaku Hubbul Amal

Untuk dapat memiliki sikap bekerja keras, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

  • Selalu menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri lebih terpuji dan mulia dari pada menerima pemberian orang lain.
  • Menyadari sepenuhnya bahwa memberi lebih mulia dari pada meminta
  • Memiliki semboyan tidak suka mempersulit orang lain dengan mengharap bantuannya.
  • Islam memuji sikap bekerja keras dan mencela meminta-minta. (Masan Alfat, 2003 : 83)
  • Istiqomah
  • Pengertian Istiqomah

Istiqomah secara etimologi, istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang berarti tegak lurus. Dalam terminologi akhlak istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam rintangan dan godaan. Perintah untuk berprilaku istiqomah dinyatakan dalam firman Allah yakni dalam surat Asy Sura ayat 15

“maka karna itun serulah (mereka pada agama itu) dan istiqomahlah sebagaimana yang diperintahkan kepadamu janganlah kamu mengikuti hawa nasu mereka.”

Sedangkan pengertian istiqomah menurut para ahli ialah :

Istiqomah adalah sebuah tingkatan yang menjadi pelengkap dan menyempurnakan segala urusan. Lantaran istiqomahlah segala kebaikan berikut aturannya dapat terujud. Orang yang tidak dapat istiqomah dalam melakukan urusannya pasti akan sia-sia dan mengalami kegagalan.

Istiqomah adalah Siat yang bisa menjadikan sempurnanya kebaikan.

Istiqomah adalah menegakkan atau membentuk sesuatu ada tiga derajat pengertian. Menyehatkan, meluruskan dan berlaku lurus. Membentukn sesuatu menyangkut disiplin jiwa, iqomah berkaitan dengan penyempurnaan dan istiqomah berhubungan dengan tindakan mendekatkan diri pada Allah Swt. (Teja Suar, 2004)

Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan unsur-unsur utama istiqomah, yakni :

  • Berpegang pada akhidah yang benar, yakni akidah Ahlu sunnah aljamaah.
  • Melaksanakan tuntutan syariat islam berpandukan pada Al-Qur’an dan hadits.
  • Mempunyai prinsip dan keyakinan yang tidak akan berubah atau goyah.
  • Tidak terpengaruh oleh godaan hawa nasu dan syaitan.
  • Tidak tunduk pada tekanan demi melaksanakan tanggung jawab dan mempertahankan kebenaran.

Begitu pentingnya istiqomah sampai Nabi Muhamaad Swa berpesan kepada seseorang seperti dlam hadits berikut :

“Dari Abu Sufyan bin Abdillah R.a telah berkata : wahai rasulullah katakanlah kepadaku pesan dalam islam sehingga aku tidak perlu berkata pada orang lain selain engkau. Nabi menjawab : katakanlah aku telah beriman kepadan Allah kemudian beristiqomah.”

Orang yang istiqomah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun  dihadapkan pada tantangan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap  memperhatikan halal haram, di caci di puji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan.

Ada tiga tahap istiqomah yang perlu berlaku serentak :

Istiqomah ini senantiasa teguh dalam mempertahankan kesucian iman dengan cara menjaga kesucian hati dari pada siat syirik, menjauhi sifat-sifat cela sepertri ria dan menyuburkan hati dengan sifat  terpuji terutamanya ikhlas. Dengan kata-kata lain istiqomah hati bermaksud mempunyai keyakinan yang kukuh terhadap kebenaran Allah Swt. Firman Allah surat Al-Furqan ayat 32

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا

“Dan orang-orang kafir berkata: mengapa tidak diturunkan Al-Qur’an itu kepada muhammad semua sekali (dengan sekaligus) ? diturunkan Al-Qur’an dengan cara  yang demikian hendak menetapkan hatimu (wahai Muhammad) dengannya dan kami menyatakan bacaannya kepadamu dengan teratur satu persatu”

Istiqomah ini memelihara lisan atau tutur kata dari pada kata-kata yang senantiasa  berkata benar dan jujur, setepat kata yang yang berpegang pada prinsip kebenaran dan jujur, tidak berpura-pura, tidak bermuka-mukda dan tidal berdolak-dalik.

Istiqomah lisan terdapat terdapat pada orang yang beriman, berani  menyatakan dan mempertahankan kebenaran dan hanya takut kepada Allah Swt. Allah pun berfirman pasa surat Ibrahim ayat 27

“Allah menetapkan (pendirian) orang-orang yang beriman dengan kalimah yang tetap teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”

Istiqomah ini tekun bekerja atau melakukan amalan atau melakukan apa saja usaha  untuk mencpai kejayaan yang di ridhoi Allah. Dengan kata lain istiqomah perbuatan merupakan sikap dedikasi dalam melakukan sesuatupekerjaan, perusahaan dan perjuangan menegakkan kebenaran, tanpa rasa kecewa, lemah semangat atau putus asa. Sikap ini menjadi begitu rupa karena dorongan hati yang istiqomah.

  • MEMBENTUK SIKAP ISTIQOMAH

Sikap Istiqomah dapat di bentuk dengan menanamkan unsur-unsur yang berikut ke dalam diri untuk kehidupan di dunia dan di akhirat.

  • Semangat dan daya juang yang tinggi serta tidak mudah mengalah atau berputus asa.
  • Prinsip yang benar berasaskan Al-Quran dan hadis Rasullah
  • Ilmu dan maklumat yang cukup.
  • Strategi yang kemas dalam perjuangan.
  • Usaha yang berterusan.
  • Yakin kepada takdir dan janji Allah Taala.
  • Berdoa dan bertawakal.
  • Bersyukur dan redha.

Sikap ini dapat diteladani daripada Rasullallah SAW, para sahabat, para mujahid, syuhada’ dan salihin seperti yang tertera di dalam gambaran sejarah.

  • HAKEKAT DAN ANJURAN ISTIQOMAH

Istiqomah artinya tegak dan lurus serta tidak condong. Dalam artian, sebagaimana ungkapan Umar Ibnul Khattab ra, tegar dan komit dalam menunaikan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan tuntunan Rasullullah SAW. Disamping tidak condong atau menyimpang kepada jalan-jalan lain yang menjerumuskan ke jurang kebinasaan. Definisi ini, sebenarnya telah diisyaratkan Rasulullah SAW,  tatkala membuat suatu garis lurus dengan tangan beliau, seraya bersabda:

“Ini adalah jalan Allah”. Kemudian beliau membuat garis-garis lain di samping kiri dan kanannya, dan bersabda: “Ini adalah jalan-jalan (yang lain), tidak ada satupun darinya melainkan padanya ada syetan yang menyeru kepadanya”. Beliau lalu membaca ayat: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia; dan jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu akan mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya”. (Qs. Al An’am ayat 153)

  • KEUTAMAAN ORANG YANG BISA TERUS ISTIQOMAH

Yang dimaksud istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya. Inilah pengertian istiqomah yang disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hambali. Di antara ayat yang menyebutkan keutamaan istiqomah adalah firman Allah SWT:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)

Yang dimaksud dengan istiqomah di sini terdapat tiga pendapat di kalangan ahli tafsir:

  • Istiqomah di atas tauhid, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakr Ash Shidiq dan Mujahid,
  • Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Al Hasan dan Qotadah,
  • Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput, sebagaimana dikatakan oleh Abul ‘Aliyah dan As Sudi.

BAB III

PEMBAHASAN

Bekerja keras merupakan melakukan segala sesuatu untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau yang dicita-citakan. Dan islam mengajarkan agar manusia menjaga keseimbangan antara urusan dunia dan urusan diakhirat. Bekerja juga untuk duania juga harus seimbang dengan beribadah di akhirat. Khusus untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan dunia, syaratnya harus dengan usaha dan bekerja keras.

Bekerja keras telah dicontohkan Rasulullah dan para sahabatnya, beliau bekerja keras dengan cara berdagang untuk membantu perekonomian Abu Thalib. Usman bin Afan bekerja keras hingga menjadi orang yang sukses. Contoh lain dapat ditemukan dalam sebuah hadits yang mengisahkan bahwa seorang sahabat yang meninggalkan urusan dunia agar lebih khusyu’ beribadah. Sahabat tersebut berniat terus menerus verpuasa dan beribadah sepanjang hari, mendengar berita tersebut Rasulullah bersabda baha orang-orang yang meninggalkan dunia dan lebih mengutamakan dunia akhirat, bukan termasuk golongannya. Hadits lain juga menunjukkan pentingnya untuk bekerja keras, sdeperti yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi bahwa Rasulullah pernah bersabda yang artinya :

“berbuatlah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan engkau mati esok hari.”

Dalam riwayat Bukhori dijelaskan bahwa Rasulullah juga pernah meningatkan para sahabatnya agar tidak mencari jalan termudah dalam bekerja, misalnya dengan cara meminta-minta.

Orang yang ketika di dunia memilih untuk bekerja mencari rizki dengan cara meminta-minta, pada hari akhir akan dibalas dengan meminta-minta panasnya api neraka.

Contoh lain dari kereja keras, pak jahid seorang pedagang sayuran yang bekerja tanpa kenal lelah . suatu hari usaha yang dilakukan pak jahid kurang menguntungkan karena sayuran yang sudah dibawa kepasar induk tidak habis terjual. Pak jahid terus berusaha supaya daganganya laris terjual dan hasilnya diserahkan kepada istrinya untuk membiayai keluarganya.

Untuk membiasakan berprilaku Hubbul amal atau bekerja keras harus dilandasi dengan niat yang baik. Niat untuk beribadah kepada Allah Swt. Awal suatu pekerjaan harus dengan menyebut nama Allah dan dilakukan dengan cara sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Dan setelah bekerja akhirilah dengan menyebut nama Allah dan setelah itu hasilnya serahkanlah kepada Allah Swt.

Sikap istiqomah menunjukkan kekuatan iman yang merasuki seluruh jia, sehingga seseorang tidak akan mudah goyah dan cepat menyerah pada tantangan dan tekanan.

Contoh saat kita melakukan sholat tahajud terus menerus untuk meminta pertolongan kepada sang maha kuasa untuk dijalankan urusan dunianya. Dan merekapun tidak pernah gampang menyerah walaupun do’a yang dipanjatkan belum terkabul.

Mereka yang memiliki jiwa istiqomah adalah tipe manuisia yang merasakan tekanan luar biasa walau penampakkannya diluar bagai seorang yang gelisah. Mereka tentram karena apa yang dilakukan merupakan rangkaian ibadah sebagai bakti mahabah. Tidak ada rasa takut apa lagi keraguan.

Kegelisahan yang dimaksud janganlah ditafsuirkan sebagai resah. Dari sikap dinamis atau sebuah obsesi kerinduan untuk menyerahkan seluruh daya dan akal budinya agar hasil pekerjannya berakhir dengan baik dan sempurna.

Dengan demikian istiqomah bukanlah berarti sebuah sikap yang jumud, tidak mau adanya perubahan, namun sebuah kondisi yang tetap konsisten menuju arah yang diyakininya dengan tetap terbuka terhadap gagasan inovatif yang akan menunjang atau memeberikan kontribusi positif ubtuk mencapai tujuannya.

Menutut Dr. Nurcholis Madjid kesalahan itu timbul antara lain akibat persepsi bahwa istiqomah mengandung makna yang statis. Istiqomah memang mengandung arti kemantapan, tetapi tidak berarti kemandekkan, namun lebih dekat kepada arti stabilitas yang dinamis.

Pribadi yang profesional dan berakhlak memiliki sikap konsisten yaitu kemampuan untuk bersikap pantanga menyerah mampu mempertahankan prinsip serta komitmennya. Walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya. Mereka mampu mengendalikan dan mengelola emosinya secara efektif. Sikap konsisten telah melahirkan kepercayaan diri yang kuat dan memiliki integritas dan mampu mengelola stres dengan tetap penuh gairah. Seorang yang istiqomah tidak mudah berbelok arah betapapun godaannya untuk mengubah tujuan begitu memikatnya. Dia tetap pada niat yang semula.

Istiqomah berarti berhadapan dengan segala rintangan, konsisnten berarti ia masih tetap menapaki jalan yang lurus walaupun sejuta halanagan menghadang. Istiqomah akan membuahkan keselamatan dari segala macam yang dicintai. Orang yang beristiqomah juga akan dianugrahi kekokohan dan kemenangan serta kesuksesan memerangi hawa nafsu.

Beruntulah orang yang mampu beristiqomah dalam melakukan ketaatan kepada Allah Swrt. Khusunya pada zaman seperti ini, saat, cobaan, ujian dan godaan selalu menghiasi kehidupan siapa saja yang kuat imannya akan menuai keberuntungan yang besar dan siapapun saja yang lemah imannyaakan tersunggkur ditengah belantara kehidupan dan mengecap pahitnya kegagalan.

Maka dari itu kita senantiasa meningkatkan iman dan memohon kepada Allah agar bisa istiqomah dalam beramal shaleh. Terlebih dalam dua hal, yaitu istiqomah dalam keikhlasan mengikuti ajaran Allah dan Rasul.

BAB IV

PENUTUP

  • Simpulan
  • Kerja keras merupakan akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang, terutama bagi seorang pelajar dalam proses pendidikan.
  • Istiqomah adalah tegak dihadapkan Allah Swt atau tetap pada jalan yang lurus dengan tetap menjalankan kebenaran dan memenuhi janji, baik yang berkaitan dengan ucapan, perbuatan sikap dan niatatau pendek kata yang dimaksud dengan istiqomah adalah menempuh jalan yang lurus dengan tidak menyimpang dari ajaran tuhan. Istiqomah juga bisa diartikan dengan tidak goncang gancing dalam menghadapi kehidupan dengan tetap bersandar dengan tetap perpegang pada tali Allah st dan sunnah Rasul.
  • Saran

Atas ijin Allah yang maha kuasa, kami dapat menyelesaikan dan mewujudkan makalah ini sebagaimana niat pertama yakni untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh pengampu Agama 4. Dalam makalah ini tentu masih ada kekurangan dan mungkin terdapat kekeliruan atau ketidakcocokan di hati pembaca. Maka dari itu, diperlukan ungkapan kritik dan juga saran dari para pembaca demi kualitas makalah yang lebih baik lagi.

Dari makalah ini penulis selalu berharap semoga apa yang ada di dalam makalah ini bisa bermanfaat dan berguna untuk pembaca supaya bisa diaplikasikan dalam kehidupan yang nyata. Kami menyadari sepenuhnya bahwa  makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami selaku penulis meminta maaf. Selamat membaca.

Alhamdulillah atas ijin tuhan semesta alam kami dapat menyelesaikan dan mewujudkan makalah ini dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh pengampu mata kuliah Agama 4. Dalam makalah ini tentu masih ada kekurangan dan mungkin banyak ketidak cocokkan di hati pembacca demi kualitas makalah yang lebih baik.

Dari penulisan makalah ini, penulis berharap semoga tulisan yang ada dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan yang nyata. Kami meminta maaf atas kekurangan yang kami perbuat baik disengaja maupun tidak. Demikian dari kami, atas perhatianya mengucapkan banyak terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Suar,Teja. 2004. Islam Saja! Bekal bagi pemuda Muslim. Bandung : Kalam Upi Press.

Ibrahim dan Darsono. 2009. Membangun Akidah dan Akhlak. Solo: PT. Tiga Serangkai  Pustaka Mandiri.

Multahim, dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Yudistira.

Anwar, Rasihon. 2009. Akhlak Tasawuf. Bandung Pustaka Media.