tirto.id - Di lingkungan sekolah atau kelas, pengamalan Pancasila bisa diterapkan, termasuk untuk Sila ke-4. Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia yang memuat 5 isi dengan masing-masing nilai dan butir-butir pengamalan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Show Buku Pancasila dalam Pusaran Globalisasi (2017) suntingan Al Khanif menyebutkan bahwa nilai-nilai luhur Pancasila dapat digali guna menemukan solusi atas beragam tantangan dan masalah bangsa, termasuk dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di sekolah atau di lingkungan kelas. Istilah Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu panca yang berarti “lima" dan sila yang artinya “prinsip". Jika digabungkan, maka arti penuh kedua kata tersebut adalah lima prinsip yang dijadikan acuan masyarakat Indonesia dalam berkehidupan.
Adapun bunyi kelima sila dalam Pancasila, yaitu (1) Ketuhanan yang Maha Esa; (2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; (3) Persatuan Indonesia; (4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan; dan (5) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Baca juga:
Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila Ke-4Pengamalan Pancasila dalam bentuk butir-butir kehidupan bernegara awalnya diatur melalui Ketetapan MPR No.II/MPR/1978, kemudian disempurnakan dengan Ketetapan MPR No.1/MPR/2003. Sila ke-4 Pancasila dilambangkan dengan “Kepala Banteng" yang berbunyi: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Pengamalan sila ke-4 Pancasila dijabarkan melalui 10 butir, yaitu:
Baca juga:
Pengamalan Sila ke-4 di Lingkungan Sekolah atau KelasSekolah atau kelas merupakan lingkungan terdekat kedua setelah keluarga. Dalam menjalani keseharian di sekolah, Sila ke-4 Pancasila yang berbunyi “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan" bisa dilakukan. Berikut ini beberapa contohnya dikutip dari buku Pasti Bisa: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SD/MI Kelas IV (2017) suntingan Friska Indah Kartika:
Baca juga:
Baca juga
artikel terkait
SILA KE-4 PANCASILA
atau
tulisan menarik lainnya
Iswara N Raditya
Subscribe for updates Unsubscribe from updates
Negara Kesatuan Republik Indonesia, negara kita tercinta merupakan sebuah negara demokratis yang menjadikan presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Selain itu, Indonesia juga mempunyai sebuah asas, landasan dan pandangan hidup bangsa yang bernama Pancasila. Pancasila menjadi dasar negara sejak pengesahannya pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Hari lahirnya sendiri diperingati setiap tanggal 1 Juni. Sesuai dengan arti namanya, Pancasila terdiri dari lima sila, yakni: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat/Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Setiap sila dalam Pancasila saling berkaitan satu sama lain. Pancasila dalam falsafah memiliki bentuk piramida terbalik yang berarti sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi asas bagi keempat sila lainnya. Penerapan atau pengamalan pancasila sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, sebab pancasila adalah pedoman hidup bangsa. Salah satu pengamalan sila yang akan kita bahas dalam artikel ini ialah pengamalan sila keempat (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat/Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan) di lingkungan sekolah. Kira-kira, apa saja ya contoh perilaku sila keempat di sekolah? Mari kita simak bersama! Memilih Ketua Kelas Secara Musyawarah dan Mufakat Kehidupan berpolitik tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari, sekecil apapun itu. Seperti dalam pemilihan ketua kelas secara musyawarah dan mufakat, yang juga menjadi salah satu contoh perilaku sila keempat di sekolah. Sebenarnya, ada beberapa cara yang dapat siswa-siswi lakukan dalam memilih ketua kelas. Yang paling umum adalah secara aklamasi (ditunjuk langsung) dan memilih secara musyawarah dan mufakat. Namun, dalam praktiknya, memilih ketua kelas sering menggunakan cara musyawarah dan mufakat. Siapa yang mendapatkan suara terbanyak, siswa atau siswi tersebutlah yang akan menjabat sebagai ketua kelas selama setahun ke depan. Memberikan Kesempatan kepada Teman Dalam hal ini maksudnya, ketika melakukan pemilihan ketua kelas. Sebelum voting, tentu harus ada beberapa kandidat yang akan siswa-siswi pilih sebagai calon ketua kelas. Nah, ketika pengajuan kandidat tersebut, sebaiknya setiap siswa diberikan kesempatan dalam mengeluarkan pendapatnya. Atau, saat bermusyawarah terkait cara pemilihan ketua kelas, juga memberikan kesempatan kepada siswa yang hendak berpendapat. Dengan begitu, mereka sudah melakukan cerminan dari sila keempat. Menghormati Hasil Keputusan dalam Pemilihan Ketua Kelas Menurut Ayahebat, selain memberikan kesempatan kepada teman, menghormati hasil keputusan dalam pemilihan ketua kelas juga sangat penting untuk siswa-siswi lakukan. Siapapun yang menjadi ketua kelas, haruslah mereka hargai dan hormati, meskipun ketua kelas terpilih tersebut bukanlah kandidat ketua kelas yang mereka dukung dalam pemilihan. Mendiskusikan dengan Teman Sekelas jika akan Mengambil Keputusan Biasanya, di setiap acara sekolah, akan ada kompetisi atau event yang mengharuskan partisipasi dari siswa-siswi setiap kelas. Tentu tidak semua penghuni kelas yang harus ikut. Dalam mengambil keputusan siapa saja yang akan berpartisipasi, sebaiknya mereka melakukan diskusi atau musyawarah. Tanyakan kesediaan setiap siswa, agar nantinya tidak terjadi suatu hal yang buruk. Kegiatan tersebut merupakan contoh perilaku sila keempat di sekolah. Tidak Memaksakan Kehendak Pribadi Di setiap kelas, pasti ada siswa atau siswi yang maunya menang sendiri. Maksudnya, pendapatnya harus semua teman sekelas dnegar dan sering memaksakan kehendaknya. Perilaku tersebut bukanlah perilaku yang terpuji. Hal ini juga termasuk melatih kecerdasan interpersonal anak. Perilaku tersebut hanya akan merugikan diri sendiri. Jadi, dalam sebuah kelompok, mau itu kelompok belajar atau di dalam kelas, kita tidak boleh memaksakan kehendak pribadi. Kita juga harus mendengarkan pendapat siswa atau siswi lain sebagai bentuk menghargai dan menghormati mereka. Nah, itu dia beberapa contoh perilaku sila keempat di sekolah yang harus kita teladani agar kehidupan sekolah menjadi nyaman dan damai. Semoga bermanfaat, ya! Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Rozak Al-Maftuhin Penulis, Pemerhati Pendidikan Anak, dan BloggerWednesday, 10 Nov 2021, 21:18 WIB Wednesday, 01 Dec 2021, 05:44 WIB
Silakan Login untuk Berkomentar
|